Tag Archives: layanan streaming film

Jumlah Pelanggan Disney+ Tembus 73,7 Juta dalam Setahun Pertama

Seperti yang kita tahu, pandemi memukul hampir seluruh industri terkecuali industri streaming. Semakin banyak orang yang berdiam diri di rumah merupakan kabar gembira bagi Netflix dan penyedia layanan streaming lainnya, termasuk halnya Disney.

Langkah berani mereka meluncurkan layanan streaming filmnya sendiri (Disney+) tepat satu tahun yang lalu (12 November 2019) rupanya tidak sia-sia. Per 3 Oktober kemarin, Disney+ tercatat memiliki jumlah pelanggan sebanyak 73,7 juta orang. Memang kecil jika dibandingkan Netflix yang mempunyai lebih dari 195 juta pelanggan, tapi tetap impresif kalau melihat umur Disney+ yang baru satu tahun.

Pertumbuhannya pun juga sangat pesat kalau dibandingkan dengan layanan streaming lain yang juga diluncurkan di tahun 2019 macam Apple TV+ atau HBO Max. Pada kenyataannya, pencapaian Disney+ ini bisa dibilang berhasil melampaui prediksi mereka sendiri. Awalnya, Disney menargetkan bahwa Disney+ bakal menggaet antara 60 sampai 90 juta pelanggan dalam lima tahun pertamanya.

Kalau belum setahun saja sudah 73,7 juta, saya kira tahun depan pun Disney+ sudah bisa memenuhi target tersebut. Dari 73,7 juta pelanggan Disney+ tersebut, sekitar 19 juta sendiri datang dari India dan Indonesia. Seperti yang kita tahu, Disney+ resmi meluncur di Indonesia pada bulan September lalu dengan branding Disney+ Hotstar. Pelanggan-pelanggan baru Disney+ Hotstar ini adalah kontributor terbesar terhadap pertumbuhan Disney+ pada pada kuartal terakhir.

Katalog dan tarif kompetitif jadi daya tarik

Disney+ Hotstar

Seperti halnya Netflix, daya tarik Disney+ juga berasal dari koleksi konten orisinalnya. Yang paling populer tentu saja adalah The Mandalorian, terutama di kalangan penggemar franchise Star Wars. Selain Star Wars, pastinya Disney+ juga memikat bagi para penggemar film dan serial besutan Marvel Studios.

Lalu buat para penggemar The Simpsons, Disney+ juga punya lengkap dari season 1 sampai season 32 yang sedang berjalan saat ini. Bukan hanya konten luar, konten lokal juga cukup berlimpah di Disney+, bahkan beberapa film lama Warkop DKI pun juga tersedia sekaligus dapat ditonton dalam resolusi HD. Tentu saja berhubung ini properti Disney, koleksi kartun Mickey Mouse dan kawan-kawannya pun juga lengkap.

Selain itu, tarif berlangganan yang sangat-sangat kompetitif menurut saya juga menjadi resep keberhasilan utama Disney+, setidaknya di Indonesia. Layanan ini mematok biaya berlangganan Rp39.000 per bulan, atau Rp199.000 per tahun, sangat terjangkau jika dibandingkan dengan tarif yang dipatok Netflix.

Satu kekurangannya sejauh ini kalau buat saya adalah terkait dukungan aplikasi. Aplikasi Disney+ Hotstar memang sudah tersedia di Android, iOS, Android TV dan Apple TV, tapi belum untuk platform seperti Samsung Tizen atau LG webOS, sehingga sejumlah pelanggan masih harus mengandalkan metode mirroring dari smartphone ke TV. Namun semestinya problem ini dapat diatasi seiring berjalannya waktu.

Sumber: CNET. Gambar header: Mika Baumeister via Unsplash.

Netflix Gratiskan 10 Film, Bisa Ditonton Langsung Tanpa Mendaftar Dulu

Free trial untuk sebuah layanan berlangganan hampir selalu menjadi penawaran yang menggiurkan bagi para konsumen. Daripada sekadar meninjau fasilitas yang diberikan suatu langganan, konsumen bisa langsung mencobanya tanpa perlu membayar terlebih dulu berkat program free trial.

Yang terkadang membuat malas adalah, sebelum bisa menikmati free trial, kita harus mendaftarkan akun terlebih dulu. Ibaratnya kalau lagi jalan-jalan di mall, lalu ada pegawai sebuah restoran yang menawarkan sampel menu makanannya, kita wajib mengisi buku biodata pembeli terlebih dulu sebelum melahapnya. Pasti jadi malas, bukan?

Itulah mengapa penawaran terbaru Netflix berikut terkesan jauh lebih menarik ketimbang free trial. Mereka baru saja merilis 10 film untuk ditonton secara cuma-cuma di semua negara tempat Netflix tersedia. Tidak ada akun yang perlu didaftarkan terlebih dulu. Cukup buka netflix.com/watch-free di browser komputer/laptop/perangkat Android, maka 10 filmnya bisa langsung ditonton sampai habis.

Netflix free movies and shows

Selain film-film tenar seperti “Birdbox” dan “The Two Popes”, juga ada episode pertama dari serial-serial populer macam “Stranger Things”, “When They See Us”, maupun “The Boss Baby: Back in Business”. Saya sudah mencobanya sendiri; di awal ada iklan singkat yang bisa di-skip, dan di akhir kita akan diarahkan untuk mendaftar sebagai pelanggan.

Kalau boleh jujur, ini merupakan pertama kalinya saya menonton Stranger Things mengingat layanan internet yang saya gunakan memang baru bisa mengakses Netflix belum lama ini (tanpa perlu sebut merek saya yakin Anda sudah tahu namanya). Sesuai dugaan, tema sci-fi dan setting tahun 80-an langsung membuat saya kecantol, dan Netflix pun sukses menggaet pelanggan baru meski jumlahnya memang sudah naik drastis dalam beberapa bulan terakhir.

Ini memang bukan pertama kalinya Netflix menggratiskan sejumlah kontennya, tapi ini pertama kali jumlahnya sampai sebanyak ini, dan dalam skala global. Sebelumnya, Netflix juga sempat merilis serial dokumenter “Our Planet” secara cuma-cuma di YouTube demi membantu memudahkan pembelajaran selama pandemi.

Sumber: TechCrunch. Gambar header: Samet Özer via Unsplash.

Tiga Bulan Pasca Peluncuran Quibi, Jumlah Konsumen yang Lanjut Berlangganan Sangat Sedikit

Diluncurkan di Amerika Serikat pada bulan April lalu, Quibi merupakan layanan streaming baru besutan eks bos Disney sekaligus pendiri DreamWorks, Jeffrey Katzenberg. Namun latar belakang pendirinya bukan satu-satunya alasan di balik hype-nya yang cukup besar. Quibi juga menawarkan premis yang unik: semua kontennya orisinal, berdurasi singkat, dan eksklusif untuk platform mobile.

Aspek eksklusivitas ini sempat memicu kekhawatiran sejumlah pihak bahwa Quibi tidak mampu menggaet banyak konsumen. Kehadiran suatu layanan di banyak platform otomatis membuka peluang untuk menjangkau lebih banyak konsumen. Kalau hanya tersedia di mobile, Quibi tentu bakal kesulitan memikat perhatian konsumen yang lebih suka menonton di TV.

Kekhawatiran tersebut nampaknya cukup akurat. Berdasarkan laporan dari Sensor Tower, Quibi hanya mampu meyakinkan sekitar 8% dari total konsumennya untuk lanjut berlangganan setelah masa free trial tiga bulannya usai. Jadi dari sekitar 910.000 konsumen yang mendaftarkan akun Quibi selama beberapa hari pasca peluncurannya, cuma sekitar 72.000 yang sekarang lanjut menjadi pelanggan dengan membayar biaya bulanan.

Kalau cuma dilihat persentasenya saja, 8% sebenarnya cukup lumayan. Sebagai perbandingan, Sensor Tower mencatat tingkat konversi Disney+ sebesar 11%. 11 persen dari berapa, itu yang juga harus kita perhatikan, sebab dalam tiga hari pertama peluncurannya di Amerika Serikat dan Kanada, Disney+ berhasil menggaet sebanyak 9,5 juta konsumen. 11 persennya saja sudah mengalahkan jumlah keseluruhan konsumen yang mendaftar di Quibi.

Quibi sejauh ini belum pernah mengumumkan jumlah pelanggan berbayarnya seberapa banyak, namun mereka sempat bilang aplikasinya sudah diunduh lebih dari 5,6 juta kali sejak bulan April. Tentu saja angka ini tidak bisa dijadikan patokan, mengingat kita tidak tahu berapa banyak dari mereka yang sempat mengunduh Quibi yang masih terus menggunakannya sampai sekarang.

Dalam wawancaranya bersama New York Times Mei lalu, Jeffrey Katzenberg sempat berdalih bahwa pandemi COVID-19 merupakan alasan utama mengapa pencapaian awal Quibi tidak sesuai dengan ekspektasinya. Andai Quibi meluncur dengan aplikasi untuk smart TV maupun web player sekaligus (seperti yang sudah menjadi standar buat layanan streaming saat ini), saya kira bosnya tidak akan sekecewa itu.

TikTok saja dengan jutaan konten user-generated-nya bisa diakses lewat browser laptop, masa Quibi tidak? Memang benar format video pendek lebih cocok dikonsumsi lewat smartphone, tapi tentu ada kalanya juga pelanggan ingin menontonnya di laptop atau TV sambil bersantai, apalagi di saat semua orang lebih banyak berdiam di rumah seperti sekarang.

Sumber: The Verge.

Jumlah Pelanggan Netflix Naik Drastis Selama Pandemi

Netflix adalah satu dari segelintir perusahaan yang justru diuntungkan oleh pandemi COVID-19. Himbauan untuk tidak keluar rumah maupun kebijakan lockdown berujung pada meningkatnya aktivitas streaming secara drastis.

Pada kenyataannya, Netflix berhasil menggaet 15,77 juta pelanggan berbayar baru selama kuartal pertama tahun 2020, lebih dari dua kali lipat angka yang mereka prediksi sebelum pandemi. Kenaikannya sekitar 22,8% dibanding tahun lalu, dan di akhir kuartal pertama, jumlah pelanggan berbayar Netflix tercatat sebanyak 182,9 juta.

Meski begitu, Netflix paham betul bahwa tren ini hanya sementara. Mereka memprediksi pertumbuhannya bakal melambat dalam beberapa bulan ke depan, seiring negara-negara mulai menyudahi kebijakan lockdown-nya, dan orang-orang mulai kembali beraktivitas di luar rumah.

Netflix juga bukan satu-satunya layanan streaming film yang kebanjiran pelanggan baru selama pandemi. Belum lama ini, Disney+ mengumumkan bahwa jumlah pelanggannya telah menembus angka 50 juta, naik dari 28,6 juta di awal bulan Februari.

Itu berarti Disney+ berhasil meminang lebih dari 21 juta pelanggan baru hanya dalam waktu sekitar dua bulan. Lebih mengesankan lagi, Disney+ belum tersedia secara global seperti Netflix. Cakupan negaranya lebih sedikit mengingat layanan ini baru berusia sekitar lima bulan.

27 Mei nanti, Netflix juga bakal kedatangan rival berat baru, yakni HBO Max. Layanan milik WarnerMedia itu turut menjanjikan konten orisinal yang melimpah. Di samping itu, HBO Max semestinya juga bakal dilirik oleh para pencinta anime, sebab katalog mereka akan mencakup konten dari Crunchyroll, layanan streaming anime yang juga berada di bawah naungan WarnerMedia.

Sumber: Variety. Gambar header: Thibault Penin via Unsplash.

Quibi Siap Mengguncang Industri Streaming Film pada 6 April

6 April nanti, dunia bakal kedatangan satu layanan streaming film baru bernama Quibi. Dibandingkan Netflix atau layanan serupa lainnya, Quibi cukup berbeda karena kontennya semua orisinal dan berdurasi singkat. Lebih lanjut, Quibi juga disajikan secara khusus lewat perangkat mobile, tanpa ada aplikasi untuk smart TV yang akan menyusul.

Nama Quibi merupakan singkatan dari “quick bites“, mengindikasikan kalau kontennya siap dikonsumsi tanpa harus memakan banyak waktu setiap harinya (tidak lebih dari 10 menit per episode). Pendirinya merupakan seorang veteran di industri film, yakni Jeffrey Katzenberg, mantan petinggi Disney sekaligus pendiri DreamWorks.

Meski belum resmi meluncur, Quibi sudah berhasil menarik banyak perhatian. Total pendanaan yang sudah mereka peroleh sejauh ini berkisar $1,75 miliar, dan untuk tahun pertamanya, mereka berambisi menyuguhkan 175 judul konten orisinal. 50 judul di antaranya bahkan disebut siap dinikmati di hari peluncurannya.

Quibi

Video berdurasi pendek identik dengan reality show, akan tetapi katalog konten Quibi nantinya juga bakal mencakup banyak film. Uniknya, film-film ini akan disajikan per bab (chapter), dengan durasi 7 – 10 menit di setiap episodenya. Beberapa trailer konten yang disiapkan Quibi sudah bisa kita tonton di channel YouTube resminya.

Juga sangat unik adalah bagaimana cara Quibi menyajikan kontennya. Penonton tidak diwajibkan menggenggam ponsel dalam orientasi landscape, sebab Quibi juga merancang agar konten-kontennya tetap enak ditonton dalam posisi vertikal. Di beberapa judul, cara penonton memegang smartphone bahkan bisa memberikan perspektif yang sangat berbeda.

Dalam sebuah film triller berjudul “Nest “misalnya, saat adegan menampilkan karakter yang sedang memegang smartphone, penonton bisa memutar ponselnya dari landscape menjadi portrait untuk melihat tampilan smartphone milik sang lakon. Lebih jelasnya bisa Anda lihat langsung pada video di bawah ini.

Quibi menamai fitur dua perspektif ini dengan istilah TurnStyle. Tidak semua judul bakal menerapkan perubahan perspektif yang drastis seperti “Nest”, tapi yang pasti TurnStyle dirancang supaya perpindahan orientasi landscape ke portrait (atau sebaliknya) bisa terasa seamless.

Seperti Netflix, Quibi juga menerapkan sistem subscription. Ada dua paket berlangganan yang ditawarkan: $5 per bulan (dengan iklan), atau $8 per bulan (tanpa iklan). Kabar baiknya, Quibi bakal menawarkan akses free trial selama 90 hari bagi mereka yang mendaftar di situsnya sebelum 6 April 2020.

Sumber: TechCrunch.

Persaingan Industri Streaming di AS Makin Ketat, Netflix Tunjukkan Pertumbuhan Pesat di Pasar Internasional

Untuk pertama kalinya dalam 9 tahun berkiprah di industri streaming, Netflix merilis laporan finansialnya di pasar internasional. Meski besar di Amerika Serikat, Netflix rupanya juga menunjukkan pertumbuhan yang pesat di kawasan lain, terutama di kawasan Asia Pasifik.

Data dari laporannya menunjukkan bahwa pendapatan Netflix di kawasan Asia Pasifik selama dua tahun terakhir (sampai kuartal ketiga 2019) naik sebesar 153% menjadi $382 juta. Jumlah pelanggannya juga meningkat drastis menjadi 14,49 juta orang. Cukup mengesankan mengingat di Indonesia sendiri Netflix punya banyak pesaing.

Tren pertumbuhan yang positif ini semakin kelihatan saat melibatkan kawasan-kawasan lainnya. Dilansir Deadline, saat ini Netflix memiliki sekitar 158 juta pelanggan secara total, dan lebih dari separuhnya berasal dari luar AS, demikian pula 90% pertumbuhannya.

Kalau melihat pola pertumbuhan yang seperti ini, ditambah lagi semakin ketatnya persaingan industri streaming di AS dengan hadirnya sejumlah pemain baru seperti Disney+ dan HBO Max tahun depan, kita tidak perlu heran apabila ke depannya Netflix semakin giat membesarkan platform-nya di pasar internasional.

The Night Comes for Us

Di Indonesia sendiri, tahun lalu akhirnya kita melihat konten orisinal pertama yang berasal dari sineas lokal, yakni “The Night Comes for Us” yang dibintangi oleh aktor dan aktris ternama seperti Joe Taslim, Iko Uwais serta Julie Estelle. Netflix pun telah mengungkapkan komitmennya untuk memproduksi lebih banyak konten berbahasa Indonesia.

Belum lama ini, Netflix juga mengumumkan rencananya untuk menggandeng komunitas kreator konten lokal demi memperbanyak katalog konten orisinalnya di pasar tanah air. Konten orisinal memang menjadi senjata andalan Netflix dalam beberapa tahun terakhir. Mereka bahkan tidak segan berhutang sampai miliaran dolar demi memproduksi film dan serial yang hanya akan tayang secara eksklusif di platform-nya.

Dana pinjaman yang luar biasa besar ini rupanya tidak disia-siakan begitu saja. Berdasarkan laporan Variety, tahun 2019 ini saja Netflix merilis 371 konten orisinal yang mencakup film dan serial. Ini berarti setiap harinya ada lebih dari satu konten orisinal baru yang Netflix luncurkan. Seandainya setiap hari kita menonton satu film di Netflix, berarti sampai satu tahun pun belum semua konten orisinalnya selesai kita nikmati.

Jumlahnya pun naik lebih dari separuh jika dibandingkan dengan total 240 konten orisinal yang mereka rilis tahun lalu. Tahun depan, sudah semestinya jumlahnya akan bertambah lagi. Pasalnya, seperti yang saya bilang tadi, persaingan di industri streaming bakal semakin ketat, dan konten orisinal merupakan salah satu trik paling jitu untuk mencegah konsumen membatalkan langganan dan berpindah ke platform pesaing.

Sumber: Variety. Gambar header: Freestocks.org via Unsplash.

 

Plex Luncurkan Layanan Streaming Film Gratis untuk Semua Pengguna

Aplikasi media streamer populer Plex punya persembahan spesial bagi para konsumennya. Mereka baru saja meluncurkan layanan streaming film ala Netflix, dan yang istimewa, layanan ini dapat diakses secara cuma-cuma oleh seluruh pengguna tanpa terkecuali, bukan cuma mereka yang berlangganan paket premiumnya saja.

Layanan streaming-nya ini dapat diakses langsung dari aplikasi Plex yang tersedia di beragam perangkat dan platform, termasuk dari browser di komputer atau laptop. Selama Anda sudah mempunyai akun Plex, Anda dapat langsung menikmati suguhan film-filmnya secara gratis.

Plex free streaming service

Sesuai dugaan, layanan ini sifatnya ad-supported, yang berarti sesi menonton akan sesekali diinterupsi oleh iklan. Kabar baiknya, jumlah iklannya diperkirakan hanya sekitar sepertiga dari iklan yang umumnya membanjiri layanan TV kabel tradisional.

Keistimewaan layanan streaming Plex ini adalah terkait ketersediaannya. Kepada TechCrunch, Plex bilang bahwa layanan streaming-nya sudah bisa diakses oleh konsumen dari 220 negara. Selama ini, ekspansi internasional memang selalu menjadi kekurangan utama layanan streaming karena harus mempertimbangkan faktor-faktor seperti hak distribusi film dan lain sebagainya.

Plex free streaming service

Meski demikian, layanan dari Plex ini bukanlah tanpa kekurangan. Meski mereka menjanjikan katalog yang amat beragam, mulai dari dokumenter sampai film musikal India, nyatanya belum semua dapat saya jumpai. Untuk konsumen Indonesia, mayoritas konten yang tersedia saat ini adalah film-film lawas, dan sebagian besar judulnya tidak saya kenal karena memang bukanlah film-film yang populer.

Problem ini tentunya akan dibenahi seiring berjalannya waktu, dan Plex sendiri juga berkomitmen untuk menambahkan lebih banyak konten lokal. Untuk sekarang, nampaknya saya masih akan lebih sering membuka Plex untuk mengakses koleksi film yang tersimpan di hard disk ketimbang yang dapat di-stream secara online.

Sumber: Plex.

Layanan Streaming Film Disney+ Resmi Diperkenalkan

Setelah dinantikan sejak cukup lama, Disney akhirnya resmi memperkenalkan layanan streaming filmnya, Disney+. Layanan ini nantinya bakal bersaing langsung dengan Netflix, dan rencananya bakal tersedia di Amerika Serikat mulai 12 November 2019, kemudian menyusul ke negara-negara lainnya secara berkala.

Bersaing dengan pihak dominan (Netflix) tentu saja bukan tugas yang mudah, namun Disney sudah menyiapkan sejumlah strategi. Yang pertama, mereka mematok tarif berlangganan yang sangat terjangkau: cuma $7 per bulan, hampir separuh tarif standar Netflix di angka $13 dan se. Di samping tarif bulanan, Disney turut menyediakan tarif tahunan seharga $70.

Strategi yang kedua adalah masalah konten, utamanya konten orisinal, yang juga menjadi amunisi utama Netflix selama ini. Di sini tampak bagaimana Disney betul-betul memaksimalkan koleksi IP (intellectual property) mereka, menyulap franchise yang sukses di layar lebar menjadi serial eksklusif untuk pelanggan Disney+.

Disney+

Sejumlah judul yang sudah direncanakan mencakup “WandaVision” yang mengisahkan duo superhero dari franchise Avengers, disusul oleh “Falcon and Winter Soldier”, serta satu serial lain yang bakal berfokus pada sang tokoh antagonis, Loki.

Anda lebih suka Star Wars daripada MCU (Marvel Cinematic Universe)? Bersiaplah menanti kehadiran serial berjudul “The Mandalorian”. Di luar dua franchise itu, Disney+ juga bakal menjadi rumah atas serial berbasiskan film animasi Monsters Inc., serta High School Musical.

Disney juga tak lupa memanfaatkan aset yang baru dibelinya dari Fox; sebanyak 30 season The Simpsons nantinya akan tayang secara eksklusif melalui Disney+. Semua ini belum membahas mengenai film-film box office yang sudah dan akan tayang di bioskop di tahun 2019 ini (Captain Marvel, Avengers: Endgame, Toy Story 4, Frozen II, Aladdin, The Lion King), yang semuanya dipastikan bakal tergabung dalam suguhan lengkap Disney+.

Sebagai raksasa di dunia hiburan, Disney memang punya bekal yang sangat mencukupi untuk melancarkan bisnis streaming filmnya sendiri. Kendati demikian, mereka rupanya juga tidak segan ‘membakar uang’ demi menghasilkan segudang konten orisinal. Perkiraan Disney, mereka baru akan meraup laba dari Disney+ mulai tahun 2024.

Sumber: Variety.

Netflix Rela Berutang Miliaran Dolar Demi Terus Menambah Katalog Konten Orisinalnya

Beberapa hari terakhir ini media sosial saya dibanjiri post seputar “The Night Comes for Us”. Bagi yang tidak tahu, film yang penuh adegan berdarah-darah ini populer karena sederet nama besar yang membintanginya; mulai dari Joe Taslim sebagai pemeran utamanya, Iko Uwais, Julie Estelle sampai Dian Sastrowardoyo.

Namun daya tarik lain yang lebih penting menurut saya adalah fakta bahwa ini merupakan film Indonesia pertama yang masuk jajaran “Netflix Original”. Netflix Original pada dasarnya merupakan kumpulan film dan serial yang diproduksi oleh Netflix dan ditayangkan secara eksklusif melalui layanan streaming tersebut.

Katalog konten orisinal Netflix saat ini sudah sangat besar. Ini dikarenakan Netflix tidak segan untuk ‘bakar duit’ demi menawarkan sesuatu yang berbeda dari kompetitor, yang pada akhirnya diharapkan bisa mendatangkan lebih banyak pelanggan – di kuartal ketiga tahun ini, Netflix berhasil menggaet 7 juta pelanggan baru.

The Night Comes for Us

Pertanyaannya, dari mana Netflix mendapatkan uang sebanyak itu? Tidak mungkin hanya dari pendapatannya, bukan? Benar sekali. Netflix rupanya rela berutang demi merealisasikan lebih banyak konten orisinal. Besaran utangnya tidak main-main; baru-baru ini, Netflix berencana untuk menggalang dana (baca: berutang) senilai $2 miliar guna menambah amunisi kontennya.

Menurut Variety, ini adalah keenam kalinya dalam empat tahun Netflix menggalang pendanaan di atas $1 miliar. Per 30 September kemarin, total utang jangka panjang Netflix mencapai angka $8,34 miliar. Netflix sungguh tidak main-main soal investasi konten orisinal mengingat jumlah layanan pesaing yang berpotensi mengusik dominasinya bakal bertambah banyak, salah satunya dari Disney.

Kepada para investornya, Netflix bilang bahwa teknik ‘bakar duit’ ini masih akan terus mereka lancarkan paling tidak sampai setahun lagi. Bagi kita sebagai konsumen, ini berarti tontonan eksklusif yang menanti kita di Netflix masih banyak, termasuk karya-karya sineas lokal seperti The Night Comes for Us itu tadi.

Sumber: Variety via TechCrunch.

Netflix Hadirkan Fitur Smart Download untuk Aplikasi Android-nya

Sejak akhir 2016, Netflix telah mempersilakan para pelanggannya untuk mengunduh konten dan menikmatinya secara offline menggunakan perangkat mobile. Langkah berikutnya bagi Netflix adalah menyempurnakan fitur download tersebut, terutama untuk menyesuaikannya dengan kebiasaan binge watching banyak pelanggan.

Kira-kira begitu premis di balik fitur Smart Download yang baru saja dirilis oleh Netflix. Berkat fitur ini, setiap kali pelanggan selesai menonton suatu episode, aplikasi Netflix secara otomatis bakal menghapusnya dan langsung mengunduh episode berikutnya. Sangat berguna bagi mereka yang kapasitas penyimpanan di ponselnya terbatas.

Jadi semisal Anda mengunduh episode 1 – 3 dari suatu serial TV dan Anda baru saja selesai menonton episode yang pertama, Netflix bakal menghapusnya dan langsung mengunduh episode yang ke-4. Fitur ini sifatnya opsional, dan Anda masih tetap bisa menyimpan episode-episode yang telah ditonton dengan menonaktifkan fitur ini jika mau.

Hal lain yang perlu dicatat, Smart Download hanya akan aktif ketika perangkat pengguna tersambung ke jaringan Wi-Fi, meski ada pula opsi untuk mengaktifkannya via jaringan selular. Pengguna juga akan diberi notifikasi setiap kali fiturnya aktif, dan setiap suatu episode selesai diunduh.

Smart Download sudah tersedia bagi para pelanggan Netflix yang menggunakan ponsel maupun tablet Android. Pengguna perangkat iOS di sisi lain masih harus bersabar menunggu kehadiran fitur ini beberapa bulan lagi.

Sumber: Variety.