Menjelang penutupan tahun, Apple kembali mengumumkan para pemenang ajang App Store Award. Berbeda dari yang dilakukan Google pada Google Play’s Best of 2021, Apple tidak memisahkan daftar aplikasi dan game terbaik berdasarkan tiap-tiap negara, melainkan hanya satu daftar saja berdasarkan hasil penilaian tim editorial globalnya.
Untuk kategori game iPhone terbaik 2021, titel juaranya dipegang oleh League of Legends: Wild Rift. Ya, tahun ini rupanya adalah tahunnya MOBA, sebab seperti yang sudah diberitakan sebelumnya, gelar game Android terbaik untuk tahun ini jatuh pada Pokémon Unite (versi Amerika Serikat). Meski sudah tidak bisa dibilang baru lagi, nyatanya LoL Wild Rift memang baru meluncur di kawasan Amerika pada tahun 2021 ini.
Sementara untuk gelar game iPad terbaik 2021, pemenangnya adalah Marvel Future Revolution. MMORPG keluaran Netmarble ini memiliki kualitas grafik yang cukup menakjubkan untuk ukuran game mobile, dan itu sangat ideal untuk mendemonstrasikan performa hardware iPad Pro yang fenomenal. Di tablet termahal Apple tersebut, Marvel Future Revolution bahkan bisa berjalan di 120 fps.
Beralih ke game Apple Arcade terbaik 2021, jawaranya adalah Fantasian. Buat yang tidak tahu, Fantasian merupakan RPG baru karya Hironobu Sakaguchi, yang tidak lain merupakan pencipta franchise Final Fantasy. Selain mengandalkan iringan musik gubahan Nobuo Uematsu (komposer yang juga langganan mengisi musik di seri Final Fantasy), Fantasian juga banyak dipuji karena grafiknya yang unik, dengan setting dunia yang semuanya merupakan diorama buatan tangan.
Selain game iPhone dan iPad, Apple tidak lupa memberi penghargaan buat game Apple TV terbaik dan game Mac terbaik, yang masing-masing dimenangkan oleh Space Marshals 3 dan Myst. Space Marshals 3 dengan sistem tactical combat-nya sangat cocok dimainkan di layar besar, sementara Myst merupakan game petualangan keluaran tahun 1993 yang kini telah di-remake untuk platform virtual reality sekaligus diadaptasikan ke platform gaming modern.
Daftar lengkap pemenang App Store Awards 2021, termasuk untuk aplikasi-aplikasi non-gaming, dapat Anda lihat langsung di tautan ini.
Zynga meluncurkan FarmVille 3 untuk iOS dan Android pada minggu lalu. Sementara itu, Sensor Tower mengungkap, Harry Potter: Magic Awakened berhasil mendapatkan US$228 juta hanya dalam waktu 2 bulan sejak dirilis. Dalam laporan keuangan terbarunya, Nintendo menyebutkan bahwa mereka berhasil menjual 8,3 juta Switch dalam 6 bulan. Namun, mereka menurunkan perkiraan penjualan Switch di masa depan.
Zynga Rilis FarmVille 3 untuk iOS dan Android
Zynga baru saja meluncurkan FarmVille 3 untuk iOS dan Android. Salah satu fitur dalam game tersebut adalah animal husbandry. Melalui fitur itu, para pemain akan bisa mengawinkan binatang ternak. Selain itu, Marie — yang menjadi pekerja ladang di FarmVille 2 — juga akan hadir kembali di FarmVille 3. Zynga mengatakan, selain Marie, pemain akan menemukan beberapa pekerja ladang lain. Masing-masing pekerja ladang akan memiliki skills dan cerita yang berbeda-beda. Beberapa fitur lain yang ada di FarmVille 3 antara lain kendali cuaca, ladang yang bisa dikustomisasi, serta fitur co-op untuk bertukar hasil bercocok tanam, lapor VentureBeat.
2 Bulan Setelah Rilis, Harry Potter: Magic Awakened Dapatkan $228 Juta
Total pemasukan Harry Potter: Magic Awakened dari App Store dan Play Store telah menembus US$228 juta, menurut data dari Sensor Tower. Padahal, game itu baru diluncurkan dua bulan lalu. Mobile game tersebut diluncurkan oleh NetEase pada 9 September 2021 di beberapa negara Asia, termasuk Tiongkok, Hong Kong, Taiwan, dan Macau. Sekarang, game itu telah menjadi mobile game dari franchise Harry Potter dengan pemasukan terbesar kedua, menurut laporan GamesIndustry.
Sebagai perbandingan, mobile game Harry Potter dengan pemasukan tertinggi adalah Hogwarts Mystery dari Jam City. Sejak diluncurkan pada April 2018, game tersebut telah mendapatkan US$342 juta. Sementara itu, mobile game Harry Potter yang punya pemasukan terbesar ketiga adalah Harry Potter: Puzzle & Spells dari Zynga. Diluncurkan pada September 2020, pemasukan game itu kini mencapai US$135 juta.
Dalam 6 Bulan, Nintendo Jual 8,3 Juta Switch
Nintendo berhasil menjual 8,3 juta Switch dalam kurun waktu 6 bulan, yaitu sejak Maret hingga September 2021. Dalam laporan keuangan terbarunya, perusahaan Jepang itu mengungkap, total pemasukan mereka mencapai US$6,73 miliar, naik dari US$5,46 miliar pada periode yang sama tahun lalu. Sementara keuntungan perusahaan naik dari US$1,5 miliar menjadi US$1,86 miliar.
Walau pemasukan mereka naik, Nintendo memutuskan untuk menurunkan estimasi penjualan Switch untuk tahun fiskal ini, yang berakhir pada 31 Maret 2022. Sebelum ini, mereka memperkirakan bahwa angka penjualan Switch akan mencapai 25,5 juta unit. Sekarang, angka itu turun menjadi 24 juta unit, lapor VentureBeat.
Niantic Bakal Tutup Harry Potter: Wizards Unite di 2022
Developer Niantic mengumumkan bahwa mereka akan menutup Harry Potter: Wizards Unite pada Januari 2022. Dalam sebuah blog post, mereka menyebutkan, game AR tersebut akan dihapus dari App Store, Play Store, dan Galaxy Store per 6 Desember 2021. Namun, game itu masih akan bisa dimainkan hingga 31 Januari 2022, lapor GamesIndustry. Selain itu, Niantic juga berencana untuk menutup game lain, yaitu Catan: World Explorers.
“Tidak semua game harus beroperasi selamanya,” tulis Niantic. “Tujuan kami membuat Harry Potter: Wizards Unite adalah untuk menampilkan sihir dari dunia Harry Potter pada jutaan orang ketika mereka keluar dari rumah dan menjelajah lingkungan mereka. Kami berhasil merealisasikan hal tersebut: kami menampilkan cerita yang telah berlangsung selama dua tahun. Dan sebentar lagi, cerita itu akan berakhir.”
Pemasukan League of Legends: Wild Rift Tembus US$150 Juta
Sejak diluncurkan pada Oktober 2020, League of Legends: Wild Rift dari Riot Games telah mendapatkan pemasukan sebesar lebih dari US$150 juta, berdasarkan data dari App Annie. Dua negara yang memberikan kontribusi terbesar pada pemasukan Wild Rift adalah Amerika Serikat dan Brasil.
Wild Rift berhasil mendapatkan US$150 juta dalam waktu 370 hari. Sebagai perbandingan, Honor of Kings dari Tencent mencapai pencapaian tersebut dalam waktu 249 hari, sementara Arena of Valor 543 hari. Mobile MOBA lain, Mobile Legends: Bang Bang membutuhkan 670 hari untuk mendapatkan pencapaian itu, menurut laporan GamesIndustry.
Keputusan Riot Games untuk merilis game MOBA andalan mereka League of Legends di platform mobile pada 2020 memang mengejutkan banyak fans. Namun kelihatannya visi masa depan tersebut berbuah manis karena Riot Games sendiri kelihatannya melihat potensi besar pada League of Legends: Wild Rift.
Dilansir dari The Esports Observer, dikabarkan bahwa Riot Games akan memberikan komitmen besar pada perkembangan LoL: Wild Rift termasuk mengadakan turnamen esportglobal pertamanya pada akhir tahun ini.
“Kami sangat percaya bahwa game mobile akan membantu mengubah masa depan esport,” ungkap John Needham, Global Head of Esport dari Riot Games.
Lebih lanjut Needham menjelaskan bahwa mereka memang belum memastikan secara pasti, namun mereka berkomitmen akan mengadakan event esport global Wild Rift pada kuartal keempat tahun 2021 ini.
“Bagi kami, (komitmen) ini adalah tentang belajar dari 10 tahun pengalaman kami di esport LoL sekaligus juga memelajari apa yang membuat komunitas mobile spesial, menciptakan olahraga yang unik dan menarik untuk ditonton oleh para pemain Wild Rift.” Lanjut Needham.
Komitmen Riot Games terhadap LoL: Wild Rift memang patut diapresiasi, mengingat game mobile ini terhitung masih muda dan bahkan baru dirilis untuk region Amerika Utara pada Maret 2021 lalu. Namun Riot Games sendiri ingin segera membuat gebrakan untuk pasar esport mobile.
LoL: Wild Rift sendiri sebenarnya telah melakukan penjajakan jauh sebelum inisiasi turnamen global-nya ini diadakan. Salah satunya adalah penetrasi terhadap Asia Tenggara yang merupakan pasar utama esport mobile. Termasuk salah satunya adalah menjadikan Wild Rift sebagai salah satu cabang olahraga esport pada SEA Games mendatang.
Fakta mengejutkan lain adalah LoL: Wild Rift dan judul-judul game mobile lainnya memiliki tingkat pemain wantia paling tinggi ketimbang game-game serupa di PC. Hal ini sendiri dibuktikan dengan lebih banyaknya organisasi esport di Asia Tenggara yang mendaftarkan squad wanitanya ke dalam Wild Rift meskipun umurnya masih muda.
Meskipun pasar Asia Tenggara merupakan region dengan perkembangan Wild Rift paling cepat sekarang, Riot Games sendiri tetap berkomitmen untuk mengembangkan ekosistem esport LoL:Wild Rift ini merata di seluruh dunia.
Pertandingan Wild Rift Icon Series – Preseason untuk kawasan Indonesia selesai tanggal 19-21 Maret 2021. Tim Bigetron Infinity yang berisikan punggawa-punggawa senior di kancah League of Legends berhasil menjuarai kompetisi tersebut dengan sempurna.
Mereka berhasil menyapu bersih semua tim yang dihadapi, mulai dari Alter Ego dengan skor 2-0 di quarterfinal, Victim Esports dengan skor 3-0 di babak semi-final, sampai menyapu MORPH Team dengan skor 4-0 dalam seri best-of-7 di babak final. Hasil sempurna yang didapat Bigetron Infinity jadi menarik karena mereka sempat mengalami hasil yang kurang baik di turnamen sebelumnya. Untuk itu, tim redaksi Hybrid.co.id pun berbincang dengan Bigetron Infinity, membicarakan perjalanan mereka di Wild Rift SEA Icon Series – Preseason kemarin dan persiapannya menghadapi Summer Season nanti.
Kebetulan hampir semua punggawa Bigetron Infinity (Dewa, Henry, Harry, Falp1, dan Nuts menjawab semua pertanyaan-pertanyaan saya terkait Icon Series kemarin. Berikut tanggapan-tanggapan dari mereka.
—
Bagaimana pendapat kalian terhadap Wild Rift SEA Icon Series – Preseason Kemarin?
BTR.Dewa: Seru banget! BTR.Henry: Gue merasa turnamen tersebut sudah cukup baik, walau memang masih bisa jadi lebih baik lagi. Dari sisi kekurangannya, saya merasa Icon Series kemarin kurang dibuat hype dan diinformasikan. Semoga saja nanti Summer Season bisa lebih baik. BTR.Harry: It was fun and good experience for a pre-season. BTR.Falp1: Dari gue sebagai pemain asyik banget. Tetapi gue melihat dari sisi viewers, turnamen sepertinya masih bisa dibuat lebih menarik atau entertaining lagi.
Bigetron Infinity sempat terseok di turnamen sebelumnya, namun memuncak saat Wild Rift SEA Icon Series – Preseason. Apa yang terjadi di belakang layar? Apa persiapan yang dilakukan?
BTR.Henry: Aku merasa tidak ada persiapan ataupun perubahan yang terlalu drastis/signifikan. Pada intinya kami hanya berlatih untuk bermain dengan lebih konsisten. BTR.Falp1:. Aku sendiri merasa kami berhasil belajar dan bounce back dari kekalahan tersebut, tapi mungkin bounce back-nya ketinggian kali ya…Hahaha. Kalau terkait persiapan, saya merasa kurang lebihnya sama seperti tim lain, yaitu dengan scrim, latihan, dan lain sebagainya.
Siapa lawan terberat di Wild Rift SEA Icon Series – Preseason dan kenapa?
BTR.Dewa: Sepertinya MORPH Team, karena mereka bisa tembus final. BTR.Henry: Sepertinya Alter Ego. Salah satu alasanya karena komposisi Champ mereka selalu berhasil culik 1 orang. Karenanya kami kesulitan untuk bermain biasa-biasa saja. BTR.Harry: Enggak ada sih. Tapi kalau harus memilh, mungkin Victim. BTR.Falp1: MORPH Team kalau menurut gue. Karena kemarin mereka sempat berhasil mengalahkan kami di dalam momen teamfight 5v5. BTR.Nuts: MORPH Team sih, alasannya karena mereka tembus final.
Setelah Wild Rift SEA Icon Series – Preseason kemarin, tier-list tim Wild Rift Indonesia menurut Bigetron Infinity?
BTR.Dewa: Sebetulnya agak unexpected, karena awalnya aku kira Victim atau Aerowolf yang bakal sampai final. Ternyata banyak tim lain yang taringnya lebih tajam. BTR.Henry: Tier S tentu saja Bigetron. Tier A itu Victim, ONIC, Alter Ego, dan lainnya. BTR.Harry: Ikutan yang lain aja deh. BTR.Falp1: Kalau menurut gue sih Aerowolf, MORPH Team, Victim, ONIC, Alter Ego. BTR.Nuts: Kalau menurut gue MORPH, Alter Ego, Victim, ONIC, Aerowolf, BOOM Esports, dan lain-lain.
Nantinya Wild Rift SEA Icon Series – Summer Season dilakukan secara Open Qualifier. Di luar dari tim invitation, apakah masih ada tim berbakat lain yang tersembunyi di luar sana?
BTR.Dewa: Ada, contohnya seperti e365, MBR, dan SES (Saudara E-Sports). BTR.Henry: Pastinya ada. Kalau harus menyebut, aku rasa sih SES dan MBR adalah tim-tim yang seharusnya bisa menempati juara 2 atau 3 kalau ikut pre-season kemarin. BTR.Harry: MBR sih gue rasa. BTR.Nuts: Menurut gue sih MBR, e365, SES, dan Echo.
Menghadapi Wild Rift SEA Icon Series – Summer Season, apa saja persiapan yang akan dilakukan Bigetron Infinity. Dari angka 1-10, seberapa optimis kalian untuk bisa menyabet gelar perdana?
BTR.Falp1: Kalau persiapannya tentunya latihan, dilengkapi dengan diet yang sehat, olahraga, serta istirahat yang teratur. Terkait pertanyaan seberapa optimis, aku sih optimis di angka 10. BTR.Henry: Seberapa optimis? Kalau saya berpikir nilainya 9 atau 10. Aku merasa semua anggota tim pun merasa demikian. Ditambah, walaupun kami berhasil menang kemarin, keseluruhan kami memang masih punya dorongan kuat untuk terus menjuarai turnamen-turnamen berikutnya. Salah satu alasannya juga karena memang tujuan kami bukan hanya jadi juara di sini (lokal) saja.
Kira-kira siapakah tim yang berhasil menyabet gelar juara nasional perdana di skena Wild Rift? Akankah Bigetron infinty mampu mempertahankan performanya? Atau mungkin akan ada tim lain yang mampu menyelak mereka?
Skena esports game League of Legends: Wild Rift mungkin menjadi salah satu hal yang ditunggu-tunggu kehadirannya. Pasalnya, kesuksesan Riot Games membina League of Legends di PC menjadi esports dunia jadi salah satu alasannya. Di luar dari soal cara penyajian kompetisi dan strategi bisnis yang dilakukan, hal lain yang juga mendongkrak kesuksesan tersebut adalah bagaimana Riot Games menjaga kualitas game-nya itu sendiri.
Beberapa bulan ke belakang, Wild Rift sempat mengalami momen stagnasi, terutama ketika fitur Spectator yang dinanti tak kunjung hadir. Komunitas pun sempat bertanya-tanya kapan hadirnya fitur tersebut? Atau mungkin Riot Games tidak berencana membuat Wild Rift jadi esports? Untungnya fitur yang lama didamba tersebut akhirnya hadir di awal Februari 2021 kemarin. Redaksi Hybrid.co.id kebetulan berkesempatan menanyakan alasan kenapa Riot Games butuh waktu cenderung lama untuk menghadirkan fitur tersebut.
Maddy Wojdak selaku Growth Strategies dari Riot Games menjadi perwakilan untuk menjawab pertanyaan tersebut. Maddy mengatakan bahwa salah satu alasan terbesar kenapa fitur tersebut lama hadir ke dalam Wild Rift adalah karena banyaknya informasi yang harus dihadirkan ke dalam layar smartphone yang kecil.
Maddy mengatakan. “Layaknya League of Legends, Wild Rift memiliki banyak informasi yang perlu ditampilkan di layar saat ditonton (Seperti build item, jumlah Gold, dan lain sebagainya). Namun device smartphone tidak seperti PC. Karenanya kami berusaha mencari cara agar pengguna tidak kesulitan untuk menyaksikan permainan saat menggunakan Spectator Mode di Wild Rift yang ada di layar kecil ponsel.”
Setelah update hadir ke dalam game, momen perdana saya melihat bentuk Spectator Mode di dalam game Wild Rift adalah pada pertandingan Wild Rift Asia Brawls yang diadakan oleh YouTuber bernama Assassin Dave. Saya cukup takjub saat melihatnya karena merasa Spectator Mode Wild Rift mirip sekali dengan League of Legends; dan kemiripan tersebut positif.
Proporsi antar elemen interface terasa pas dengan informasi-informasi penting terpampang cukup jelas, mulai dari Champion apa membawa Spell apa, berapa total Gold yang didapatkan, tim apa mendapat Dragon jenis apa, sampai apa saja daftar item yang sudah dibuat oleh masing-masing pemain. Ditambah, pergerakan dan transisi Zoom In-Zoom Out kamera in-game yang halus juga patut diapresiasi kehadirannya.
Dari semua hal tersebut, proporsi ukuran yang pas antara karakter dengan Health Bar di Wild Rift membuat pengalaman menonton jadi semakin nikmat. Sudah ada beberapa MOBA di mobile yang sukses di pasaran dan tampil sebagai esports. Namun demikian saya merasa belum ada satupun di antara para developer tersebut sadar, bahwa proporsi karakter dengan health bar di beberapa game tersebut tidak pas dan cukup mengganggu pengalaman menonton.
Salah satu yang jadi contoh kasus adalah Spectator Mode di game AOV. Dalam pertarungan besar penuh kemelut, saya seringkali tidak tahu karakter apa sedang melakukan apa (bahkan kadang tidak tahu karakter apa yang sedang bertarung). Saya hanya bisa lihat Health Bar melayang dengan nickname pemain tertulis, saling tumpuk, sampai tiba-tiba salah satu Health Bar terus berkurang lalu hilang karena karakternya mati.
Wild Rift menghadirkan Health Bar yang lebih kecil, namun tetap memberi dengan informasi jelas soal siapa yang masih segar bugar, siapa yang sekarat, atau siapa yang tiba-tiba meninggal. Lebih baiknya lagi, Wild Rift bahkan juga memberi informasi di atas Health Bar apabila karakter terkena disable yang penting di dalam pertarungan (terkena Airborne misalnya). Karenanya proporsi Health Bar dengan karakter game di Wild Rift bisa dibilang sebagai perubahan kecil yang punya dampak besar kepada pengalaman menonton.
Pembahasan barusan adalah pembahasan Spectator Mode dari sisi kebutuhan untuk penayangan pertandingan. Namun, fitur itu sendiri sebenarnya tersedia dan dapat digunakan oleh semua pemain. Sebagai pemain, kita bisa menyasikan pertandingan dari kawan yang sedang bermain di dalam Friend List. Secara keseluruhan, fiturnya sama persis. Namun pengalaman penggunaannya tergolong cukup sulit karena tombol-tombol sentuh di dalam game terlalu kecil untuk layar ponsel yang juga kecil. Selain itu, ketidakhadiran fitur rewind juga jadi bentuk kekurangan lain.
“Sebenarnya fungsi rewind adalah fungsi lain yang sangat ingin kami kembangkan lebih jauh. Kami sadar bahwa saat pemain menyaksikan replay, pemain tidak hanya ingin melihat rekamannya tetapi juga ingin mundur ke momen tertentu. Sayangnya untuk saat ini Wild Rift tidak dapat memutar balik rekaman pertandingan, karenanya fitur itu tidak ada di dalam game saat ini. Kami akan menelisik dan mencari tahu lebih jauh apakah kami dapat mewujudkan fitur tersebut ke dalam game di masa depan, demi para pemain.” Tulis Maddy Wojdak merespon pertanyaan saya terkait Spectator Mode di dalam Wild Rift.
Walau terasa mudah, tapi sepertinya ada tingkat kesulitan tertentu saat developer ingin dapat menyajikan suatu fitur yang biasa kita lihat di game PC ke dalam game mobile. Keterbatasan teknis mungkin jadi salah satu alasannya. Bagaimanapun, teknologi pengembangan game (bahasa pemograman dsb.) di mobile muncul lebih belakangan ketimbang teknologi pengembangan game di PC/Konsol adalah fakta yang tak bisa tertampik. Karenanya, bisa jadi teknologi pengembangan game di mobile ketinggalan hal yang sebenarnya bisa mudah dilakukan di PC.
Merujuk kepada wawancara saya tanggal 28 Oktober 2020 lalu, Brian Feeney selaku Design Director Wild Rift juga mengakui bahwa mengembangkan game mobile adalah satu tantangan tersendiri. Hal tersebut mengingat tim pengembang di Riot Games punya kemampuan yang lebih kuat di bidang pengembangan game PC ketimbang game mobile.
Pada akhirnya Spectator Mode di Wild Rift sebenarnya tergolong sudah cukup lengkap dan hanya butuh sedikit polesan saja. Selain fitur rewind, tambahan lain seperti susunan pemain berdasarkan role in-game (seperti yang disebut Hasagi.gg) sebenarnya jadi polesan lain yang bisa membuat Spectator Mode semakin meanrik. Bagaimana dengan pendapat Anda sendiri? Apakah sudah cukup puas dengan Spectator Mode di Wild Rift dan jadi tidak sabar menyaksikan keseruan esports Wild Rift nantinya?
Mengusung kepopuleran League of Legends, Wild Rift resmi hadir di perangkat mobile dan Indonesia menjadi salah satu negara yang beruntung bisa mencoba game besutan Riot Games ini pada bulan September 2020. Antusiasme dari para pemain tanah air membuat berbagai tim esports Indonesia mulai mengumumkan roster mereka untuk bertarung di turnamen Wild Rift.
Setelah sukses mengadakan Wild Rift SEA Pentaboom 2020, Riot Games resmi mengadakan pertandingan pra-musim Wild Rift Icon Series. 8 tim esports Indonesia akan saling bertarung satu sama lain pada tanggal 19-21 Maret 2021. Berbagai event organizer mulai mengadakan turnamen untuk Wild Rift di Indonesia. Salah satunya adalah JD.ID Battlefield League of Legends Wild Rift 2021 yang diselenggarakan oleh ESID.
Bertarung sejak 16 hingga 19 Februari 2021, JD.ID Battlefield League of Legends Wild Rift 2021 mempertemukan lebih dari 250 tim Wild Rift dengan menobatkan Victim Esports sebagai juaranya. Selama babak kualifikasi hingga semifinal, Victim sukses menumbangkan 2 tim yang akan menjadi lawan mereka di Wild Rift Icon Series yakni ONIC Esports dan Bigetron Infinity. Sedangkan untuk semifinal, mereka sukses mengalahkan Celestial Dragons, 2-0 dan Aerowolf di grand final dengan skor 3-1.
Berikut roster dari Victim Esports:
Handaru Hardiyanto – Han (Support / Captain)
Arie Al Shidiq – Ares (Mid)
Muhammad Hamzah – Saanji (ADC)
Adrian Gunawan – Kyu (Top)
Fernanda Subekti – Ily (Jungle)
Muhammad Rifqi – Exacto (ADC)
Sore teman-teman semua 😃sebelumnya mimin minta maaf nih untuk yang kemaren udah isi form trial LOL : Wild Rift. Karena…
Victim Esports sendiri membentuk rosternya melalui proses seleksi. Menariknya, beberapa pemain yang hadir sebelumnya berpengalaman di game MOBA mobile yakni Saanji yang dikenal sebagai pemain Mobile Legends di Victim Esports dan Ily yang menjadi pemain Vainglory di Elite8 Esports. Kami melakukan wawancara bersama Saanji dan Ily untuk menanyakan alasan mereka pindah ke ranah Wild Rift dan prediksi mereka untuk Wild Rift di Indonesia.
Sebelumnya kalian pernah menjadi pemain pro di game MOBA mobile, Apa yang membuat kalian memutuskan pindah ke Wild Rift?
Saanji : Alasan saya memutuskan pindah ke Wild Rift adalah mekaniknya yang lebih kompleks dan seru untuk dimainkan. Selain itu game-nya yang lebih tidak membosankan karena lebih susah, dan sebelumnya saya belum pernah menyentuh LoL di PC.
Ily: Saya melihat scene kompetitif Wild Rift yang cukup jelas ke depannya dan juga gameplay yang tidak jauh beda dengan Vainglory dari segi Ward dan pembelian item. Hal ini yang membuat saya memutuskan untuk pindah ke Wild Rift dibanding game sejenisnya.
Bagaimana pendapatnya akan scene esports Wild Rift saat ini dari Riot Games?
Saanji : Kalau soal pendapat scene esports Wild Rift, menurut saya, sudah mulai terlihat karena sebentar lagi SEA Icon Series akan diadakan. Hal ini menjadi kesempatan besar bagi tim esports untuk unjuk kebolehan masing-masing tim dan menjadi pembukaan yang sangat tepat untuk Wild Rift khususnya di Indonesia karena menurut gua lagi panas-panasnya.
Ily: Untuk saat ini belum terlalu terlihat scene esports namun Riot Games saat ini sedang mempersiapkan scene kompetitif yang jelas buat Wild Rift seperti di LOL PC dan itu bakal buat penonton dan pemain Wild Rift bertambah
Apakah menurut kalian Wild Rift bisa bersaing dengan game mobile esports MOBA lain yang sudah eksis di Indonesia?
Saanji : “Untuk sisi esports di Indonesia saya yakin masih bisa bersaing dengan game MOBA lain namun semua bergantung dari tim esports Indonesia sendiri apakah bisa bersaing di kancah luar seperti tim di MOBA sebelah atau tidak.”
Ily: Menurut saya, bisa bersaing dengan game mobile MOBA lain, namun sepertinya tidak sebesar Mobile Legend yang sangat besar di Indonesia. Karena scene kompetitif MLBB di indonesia sudah terlalu kuat dan besar jadi sudah punya penggemarnya sendiri. Untuk Wild Rift bisa bersaing jika ada tim esport Indonesia yang bisa bersaing dengan tim luar negeri.
Sejauh ini bagaimana dengan Wild Rift Victim Esports menurut kalian?
Saanji : “Untuk tim Victim Esports sendiri saat ini sudah siap sejak jauh-jauh hari seperti menjalani latihan dan mengikuti berbagai turnamen. Saat ini kami masih ada yang harus diperbaiki meski baru saja menjuarai turnamen JD.ID dan karena itu bukan hal yang layak bagi kami untuk berpuas diri. Masih banyak turnamen-turnamen lainnya dan pastinya banyak tim lain yang mulai mengejar untuk menjadi tim Wild Rift terbaik.
Ily : Menurut saya Victim bakal jadi salah satu tim yang sangat kuat dan bakal menjuarai turnamen-turnamen lainnya selain JD.ID namun di ranah SEA kami masih harus tryhard untuk setara dengan tim-tim lain karena makro dan mikro tim luar sudah high level banget. Tapi kalau terus berproses Victim bisa setara dengan tim-tim tersebut.
Apa harapannya untuk scene esports Wild Rift di Indonesia dan dunia?
Saanji: Harapan untuk Wild Rift di Indonesia bisa mendominasi sebagai MOBA besutan dari LoL PC dan secara pribadi gua berharap agar kita sebagai player dan tim Indonesia bisa bersaing dengan tim luar negeri.
Ily: Untuk harapannya semoga Riot peduli terhadap game Wild Rift ini dengan cara mengadakan turnamen resmi seperti di LOL PC supaya game ini dapat bertahan lama di industri esports.
League of Legends: Wild Rift yang hadir dalam fase beta pada September 2020 lalu tidak hanya dinanti oleh para pemain saja. Reputasi Riot Games sebagai “perusahaan esports” segera menciptakan gejolak bagi ekosistem esports lokal. Pemain yang belum dapat kesempatan di MOBA lain jadi segera push rank demi mendapat perhatian tim-tim besar. Para penggemar pun tak sabar, mulai bertanya-tanya soal rencana esports Wild Rift. Organisasi esports pun tak mau kalah, beberapa sudah memulai perekrutan; bahkan ada juga yang sudah memiliki roster.
Setelah rilis versi beta dan menjalankan gelaran Wild Rift SEA Pentaboom, lalu apa langkah Riot Games selanjutnya untuk Wild Rift? Pertanyaan tersebut mungkin bukan cuma saya saja yang menanyakan. Pemain, fans, dan organisasi esports bisa jadi punya pertanyaan serupa, tak sabar menunggu langkah selanjutnya dari Riot Games.
Untuk itu mari coba kita lihat dulu sudah sampai mana perkembangan esports Wild Rift di kancah lokal sejauh ini. Apa yang sedang dilakukan dan diharapkan oleh organisasi esports lokal terhadap Wild Rift? Apa yang seharusnya Riot Games lakukan terhadap esports Wild Rift nantinya? Mari coba kita bedah satu per satu.
Regional Beta, dan Wild Rift Pentaboom (Perkembangan dari sisi game)
Perkembangan game Wild Rift sudah cukup pesat selama kurang lebih 3 bulan perjalanannya. Jumlah Champion terus bertambah secara konsisten. Patch terus menerus digelontorkan guna memperbaiki dan melakukan balancing permainan.
Riot Games juga perlahan merilis Wild Rift di berbagai negara lain pasca regional beta pertama di 7 negara Asia Tenggara (termasuk Indonesia) Oktober 2020 lalu. Namun selama 3 bulan perkembangannya, sempat ada satu fitur kunci yang diidam-idamkan namun tak kunjung hadir di dalam game. Fitur tersebut adalah Spectator Mode.
Tanpa fitur tersebut, geliat esports Wild Rift di beberapa bulan awal perilisannya jadi sedikit tersendat. Walau sudah bisa membuat custom room, namun komunitas jadi tidak bisa menayangkan pertandingan Wild Rift ke muka publik karena tidak ada Spectator Mode.
Beberapa penyelenggara tetap nekat menyelenggarakan dan menayangkan turnamen Wild Rift. Salah satunya adalah sosok kreator konten bernama Assassin Dave contohnya. Ia tetap menyelenggarakan Wild Rift Asia Brawl walau harus menerima kenyataan bahwa Wild Rift masih belum memiliki Spectator Mode beberapa pekan lalu. Hal tersebut tentu menjadi tantangan teknis tersendiri.
Selain turnamen yang digagas komunitas, turnamen yang digagas oleh Riot Games juga mengalami kesulitan serupa. Wild Rift Pentaboom adalah turnamen tersebut. Wild Rift Pentaboom juga menggunakan metode penayangan serupa, dengan cara cara mewajibkan peserta untuk melakukan stream dari layar smartphone ke internet agar dapat dilihat oleh khalayak ramai. Walaupun tetap bisa menayangkan pertandingan dan menghadirkan sosok-sosok streamer ternama di kancah MOBA, namun turnamen tersebut rasanya tetap kurang lengkap karena jadi kurang sedap ditonton.
Untungnya Riot Games cukup tanggap dengan situasi walaupun prosesnya terbilang cukup lama. Riot Games mengumumkan patch 2.1 pada tanggal 1 Februari 2021 kemarin. Patch tersebut akhirnya menyertakan fitur yang sudah didamba-damba, terutama ekosistem esports lokal secara keseluruhan. Fitur tersebut adalah Spectator Mode. Selain itu, patch tentu juga menyertakan konten-konten yang rutin hadir seperti Champion baru, balancing, juga skin baru.
Kondisi Ekosistem Esports Wild Rift di Indonesia Sejauh Ini
Setelah membahas perkembangan game Wild Rift, perkembangan minat tim esports lokal jadi pembahasan berikutnya. Pembahasan tersebut penting karena kehadiran tim ternama juga meningkatkan minat fans untuk menyaksikan pertandingan esports.
Dalam membahas Wild Rift pada konteks lokal, saya merasa ada empat tim yang perlu ditanyakan pendapatnya. Empat tim tersebut adalah EVOS Esports, Bigetron Esports, BOOM Esports, dan Alter Ego. Kenapa tim tersebut saya pilih? Akan saya jelaskan sembari membeberkan jawaban mereka seputar Wild Rift. Sebagai tambahan, saya juga mewawancara perwakilan dari Yamisok sebagai salah satu penyelenggara turnamen pihak ketiga yang sudah mengadakan turnamen Wild Rift pada 2 bulan ke belakang.
Pertama EVOS Esports. Sang macan biru sebenarnya belum terlihat melakukan pergerakan apapun terhadap esports Wild Rift. Belum ada open recruitment apalagi pengumuman roster. Namun para penggemar terlihat sangat mengharapkan EVOS Esports turut terjun ke Wild Rift nantinya. Apalagi setelah roster AOV (Wirraw, Pokka, Carraway, dan kawan-kawan) beberapa kali terlihat main bareng Wild Rift.
AldeanTegarGemilang selaku Headof EsportsEVOS menjadi narasumber saya untuk menjawab pertanyaan terkait minat tim terhadap Wild Rift. Secara umum, Aldean mengatakan bahwa EVOS Esports masih dalam posisi “wait and see”. Posisi tersebut cukup wajar mengingat ekosistem Wild Rift yang belum terbentuk sempurna. Bahkan game-nya saja masih dalam tahap beta.
“Jujur kami belum punya rencana untuk masuk skena Wild Rift. Kami cenderung memilih untuk mengamati lebih dulu bagaimana Wild Rift berdampak terhadap perkembangan scene esports di Indonesia. Kalau memang dampaknya besar dan punya ekosistem yang menjanjikan, maka kami akan terjun ke dalamnya.” Aldean mengatakan.
Berhubung penasaran, saya juga bertanya soal kemungkinan roster AOV menjadi ujung tombak Wild Rift EVOS Esports. Apabila spekulasi tersebut benar, maka esports Wild Rift tentu akan jadi lebih seru. Jadi lebih seru karena mengingat prestasi roster AOV milik EVOS yang luar biasa. Aldean pun mengatakan, “kami masih no comment terkait hal tersebut. Jawabannya bisa jadi iya, bisa juga tidak.”
Selanjutnya ada Bigetron Esports. Sang robot merah putih adalah organisasi esports terdepan di skena Wild Rift sejauh ini. Mereka adalah tim pertama yang punya divisi Wild Rift di Indonesia. Roster mereka juga cukup menjanjikan karena menghadirkan sosok mantan pemain profesional League of Legends PC seperti Rully “Nuts” Sutanto sebagai salah satu contohnya.
ThomasVetra selaku Headof EsportsBigetron adalah narasumber saya untuk menjawab bagaimana perjalanan tim tersebut di skena Wild Rift sejauh ini. “Kami sempat mengikuti turnamen level Asia yang bernama Wild Rift Asia Brawl. Kami mengakui hasilnya memang tergolong kurang maksimal sejauh ini.” Sejauh ini Bigetron Infinity (nama divisi Wild Rift Bigetron Esports) sudah berhasil lolos dari fase grup Wild Rift Asia Brawl dan sedang bertanding di babak Playoff.
Karena Bigetron Esports cepat sekali mengumumkan divisi Wild Rift, saya jadi bertanya-tanya soal apa yang menjadi kegiatan tim dan juga bagaimana pandangan manajemen terkait keputusan yang dilakukan.
“Kalau soal kegiatan, saat ini para pemain kami wajibkan untuk berlatih di gaming house karena kebanyakan pemain memang merupakan pensiunan generasi terakhir dari esports League of Legends. Kalau soal turnamen, memang cukup sulit mencari ladang tanding tim Wild Rift dari apa yang saya perhatikan sejauh ini. Lalu kalau soal membuat tim saat ekosistemnya belum siap, saya merasa hal tersebut tidak bisa dikatakan sebagai kerugian tapi ke arah sebuah investasi. Apalagi saya pribadi juga merasa Wild Rift punya peluang menjadi besar di pasar Asia dan kawasaln lainnya.” Tutur Thomas.
Berikutnya ada BOOM Esports. Tim dengan jargon #HungryBeast ini baru mengmumkan roster Wild Rift. Tidak sekadar mengumumkan roster saja, BOOM Esports cukup niat untuk menyajikan dokumentasi proses seleksi yang dilakukan. Bermodalkan insting Leonard “OMO” yang sudah malang melintang sebagai pelatih League of Legends di Asia, BOOM Esports menyaring 3000 lebih pendaftar sampai menyisakan 5 pemain muda berbakat yang diumumkan tanggal 1 Februari 2021 kemarin.
Untuk mengetahui lebih lanjut soal alasan BOOM Esports melakukan perekrutan divisi Wild Rift secara lebih dini, saya pun bertanya kepada Gary Ongko selaku Founder dan CEO BOOM Esports.
“Alasannya karena kami merasa League of Legends adalah franchise yang punya reputasi baik di kancah esports. Ditambah lagi kami juga melihat bagaimana MOBA di mobile laku keras di Indonesia. Karena hal tersebut kami jadi merasa bahwa Wild Rift punya potensi mencapai kesuksesan serupa bahkan mungkin dengan lingkup negara yang lebih luas.” Ucap Gary Ongko kepada saya.
Gary Ongko lalu juga bercerita soal proses seleksi yang dilakukan oleh BOOM Esports yang prosesnya berlangsung selama kurang lebih sekitar dua bulan.
“Bicara soal perekrutan, untungnya kami dibantu oleh coach OMO yang punya pengetahuan mendalam terhadap League of Legends. Berkat sang pelatih, kami bisa mendapatkan talenta berbakat. Pemain-pemain kami tergolong masih hijau, tapi saya merasa mereka punya potensi. Hasil scrim mereka juga cukup memuaskan dan sang pemain terlihat punya niat belajar tinggi; yang memang penting bagi seorang pemain profesional.” Gary menceritakan soal pemain-pemain terpilih dari 3000 lebih kontestan.
“Lalu kalau bicara soal challenge, salah satu yang sulit adalah mencari orang yang berkualitas di skena LoL. Menurut saya alasannya adalah karena game tersebut tidak sempat berkembang sangat besar di Indonesia. Karenanya jadi sulit mencari orang yang benar-benar expert sampai akhirnya kami memutuskan untuk merekrut OMO (pelatih LoL asal Singapura). Tantangan lain adalah situasi pandemi saat ini. Pada awalnya kami berencana melakukan bootcamp saat seleksi. Tapi karena pandemi, formatnya pun terpaksa kami ubah menjadi online saja.” Gary melanjutkan ceritanya membahas tantangan selama seleksi.
Terakhir ada Alter Ego. Tim ini juga tak kalah penting untuk disorot dibanding dengan tim lainnya. Pasalnya, Alter Ego bersama ONIC Esports baru saja menerima undangan langsung untuk bertanding di turnamen Wild Rift resmi Riot Games yang perdana yaitu Wild Rift SEA Icon Series: Preseason. Undangan tersebut cukup mengejutkan karena Alter Ego belum terlihat memiliki divisi Wild Rift sejauh ini.
Indra Hadiyanto selaku COO dan Co-Founder Alter Ego pun angkat bicara soal roster Wild Rift dan cerita Alter Ego diundang ke dalam turnamen Wild Rift Icon Series saat saya wawancara beberapa hari lalu (04/02).
“Soal kenapa Alter Ego diundang, mungkin organisasi kami ter-notice karena punya prestasi di skena VALORANT yang juga game dari Riot Games. Kalau ditanya kenapa Alter Ego diundang, pihak developer sebenarnya sudah punya kriteria tersendiri, mulai dari segi pemain, rank, dan mereka bahkan juga memberi pertanyaan-pertanyaan kepada manajemen sebelum akhhirnya diudang. Pada saat mengundang, Riot Games juga menjelaskan kepada kami (para pemilik tim) soal roadmap dari game-game mereka.” Tutur Indra.
Terkait roster, Indra pun menjelaskan. “Alter Ego memang belum melakukan announcement, tetapi kami memiliki roster Wild Rift yang sudah dikontrak sejak Desember 2020. Alasan kenapa belum diumumkan adalah karena kombinasi situasi pandemi COVID-19, gaming house Alter Ego yang sedang direnovasi, dan kondisi pemain Wild Rift kami yang berdomisili di luar Jakarta. Soal siapa roster-nya, kelima pemain kami berasal dari Indonesia yang beberapa merupakan mantan pemain League of Legends (PC). Divisi Wild Rift kami juga bisa dibilang cukup mendominasi skena kompetitif lokal yang ada sejauh ini. Salah satunya adalah turnamen komunitas bertajuk IEC yang berhasil kami menangkan pada beberapa kesempatan.”
Terakhir untuk melengkapi pandangan terhadap kondisi ekosistem Wild Rift Indonesia sejauh ini, saya juga mewawancara perwakilan dari penyelenggara turnamen pihak ketiga. Ada Putri Fauziah selaku Project Manager dari Yamisok, sebuah platform turnamen esports berbasis teknologi. Yamisok sudah rutin mengadakan turnamen walaupun Wild Rift belum bisa ditayangkan pada dua bulan lalu karena belum ada mode spectator.
“Ketidakhadiran mode spectator memang berpengaruh banget bagi komunitas. Karena enggak bisa live, kami jadi enggak bisa ajak para pemain berinteraksi. Padahal sejauh pengalaman saya, game-game baru biasanya ramai penonton apabila di-livestream. Apalagi kalau dilengkapi dengan giveaway sambil memberi unjuk bentuk tayangan pertandingan game baru tersebut kepada komunitas.” Tutur Putri menceritakan pengalamannya.
“Lalu kalau ditanya soal antusiasme komunitas, saya melihat sejauh ini penerimaannya sangat baik. Banyak pemain tertarik untuk mengikuti turnamen. Ketika kami buka slot turnamen, pemain dan tim langsung mengerubungi dan mengisi slot tersebut. Bahkan apablia selang satu bulan saja tidak ada turnamen, maka beberapa pemain akan langsung bertanya-tanya. Soal siapa pesertanya, saya lihat ada beberapa pemain adalah eks-pemain LoL PC yang sekarang main Wild Rift. Mungkin karena turnamen LoL PC yang sudah semakin sedikit sekarang. Jadi sejauh pengamatan saya, Wild Rift memang memberi dampak yang baik kepada ekosistem karena antusiasme pemain dan juga karena menambah variasi game MOBA yang ada untuk dipertandingkan.” Putri melanjutkan ceritanya membahas antusiasme komunitas.
Segala Harapan Untuk Wild Rift di Tahun 2021.
Menutup obrolan, lima narasumber saya juga menyatakan beberapa harapan mereka terhadap scene Wild Rift ke depannya di tahun 2021.
“Kalau bicara dalam konteks lokal, saya berharap Riot Games punya strategi yang mantap agar komunitas bisa berkembang dan semoga bisa bersaing dengan MOBA Mobile yang sudah besar di Indonesia. Karena kalau dalam konteks SEA saya sebenarnya cukup yakin bahwa Wild Rift akan menjanjikan.” Aldean Tegar dari EVOS mengatakan.
“Menurut saya Riot Games mungkin bisa memanfaatkan pasar League of Legends dan memberikan turnamen berhadiah besar untuk level Asia terlebih dulu. Tapi di luar itu, saya merasa bahwa Riot Games seharusnya sudah sangat paham mengenai ekosistem esports.” Thomas dari Bigetron Esports mengatakan.
“Gue berharap Riot Games terus konsisten mempromosikan Wild Rift dalam jangka pendek. Untuk jangka panjang gue berharap Riot Games bisa memberi support dan serius menggarap ekosistem esports Wild Rift. Tetapi berdasarkan apa yang gue lihat dari LoL dan VALORANT, gue cukup yakin Wild Rift juga akan digarap serius. Terakhir harapan gue mungkin adalah semoga Wild Rift tidak dibuat jadi semakin mudah. Kenapa? Supaya bisa membedakan antara pemain profesional dengan pemain casual.” Tutur Gary Ongko.
“Harapan gue mungkin lebih ke arah ekosistem lokal Indonesia. Berharap Indonesia bisa mendominasi kancah internasional Wild Rift nantinya. Apalagi saya juga memperhatikan bahwa Riot Games memberi kesempatan yang sangat besar kepada pemain dari SEA untuk game Wild Rift.” Indra dari Alter Ego menambahkan.
“Kalau dari saya sih, cuma berharap semoga ekosistem Wild Rift bisa berkembang dengan baik, bertahan lama, dan semoga game-nya tetap enteng dimainkan agar tetap bersahabat bagi gamers Indonesia.” Putri juga menambahkan.
League of Legends: Wild Rift sendiri masih berada dalam status beta sampai pada saat artikel ini ditulis. Ketika saya berbincang dengan tim pengembang Wild Rift bulan Oktober 2020 lalu, Brian Feeney selaku DesignDirectorRiotGames juga menceritakan bagaimana membuat mobilegames adalah proses yang menantang bagi mereka dan bagaimana pola kerja Riot Games juga cenderung mengutamakan pengembangan game lebih dulu baru menuju ke esports kemudian.
Berhubung game-nya belum bisa dibilang selesai, perkembangan ekosistem Wild Rift malah mungkin tergolong cepat jika berdasarkan dari apa yang kita lihat dari cerita-cerita di atas. Walaupun memang, kebanyakan inisiatifnya justru diumulai oleh pihak-pihak ketiga. Contohnya seperti tim-tim lokal yang sudah berani membuat tim walau Riot Games belum membeberkan rencana esports Wild Rift secara gamblang ataupun para penyelenggara pihak ketiga yang nekat melaksanakan turnamen untuk komunitas walau dengan segala keterbatasan.
Ke depannya, saya selaku pengamat merangkap penggemar sebenarnya punya harapan serupa seperti Gary Ongko; yaitu berharap Wild Rift punya turnamen dunia layaknya LoL dan berharap tim dari Indonesia turut berlaga di sana. Namun dari sudut pandang ekosistem, saya berharap Riot Games bisa belajar dari Tencent dalam mengelola PUBG Mobile.
Pendekatan dengan alur dari komunitas yang bermuara ke arah profesional bisa jadi alasan kenapa PUBG Mobile berhasil mengakar di Indonesia. Sepanjang perkembangannya, kita bisa melihat sendiri bagaimana ekosistem PUBG Mobile tidak hanya memperhatikan sisi kompetisi profesional saja. PUBG Mobile juga memperhatikan ekosistem esports lain yang ada di berbagai level.
Contoh nyatanya adalah kehadiran turnamen seperti PMCO (tingkat komunitas) sampai PMCC (tingkat Universitas) yang disertai dengan aktivitas seperti Caster Hunt dan Campus Ambassador. Karena bagaimanapun, ekosistem esports bukan cuma soal para profesional saja. Komunitas dan berbagai macam elemen di dalamnya juga memiliki fungsi penting sebagai akar yang menjaga agar ekosistem esports di tingkat teratas bisa tetap kokoh dan bertahan lama.
Akhir pekan lalu kita akhirnya bisa menyaksikan keseruan Wild Rift di dalam kompetisi esports yang sengit untuk pertama kalinya. Diselenggarakan tanggal 12 sampai 13 Desember 2020 lalu, Wild Rift Pentaboom merupakan showmatch League of Legends Wild Rift perdana yang diikuti oleh sejumlahh selebritas gaming di kawasan Asia Tenggara. Ada 8 negara Asia Tenggara yang mengikuti pertandingan tersebut. Negara tersebut ialah Kamboja, Myanmar, Malaysia, Singapura, Filipina, Thailand, Vietnam, dan Indonesia.
Dalam pertandingan tersebut, Indonesia yang diwakili oleh JessNoLimit, DylandPros, Gogogoy, VY Gaming, dan Cindy Gulla berhasil menampilkan permainan yang memukau. Walau begitu, sayangnya Vietnam terbukti bermain dengan lebih baik dan solid. Alhasil tim Indonesia yang diberi nama Team Inspire pun harus puas menerima gelar runner-up setelah dilibas 0-3 oleh tim Vietnam yang diberi nama Team Volley. Ada banyak hal menarik yang bisa dipelajari, dinikmati, atau disorot dari Showmatch kemarin. Apa kata para shoutcaster bahasa Indonesia terkait pertandingan kemarin? Berikut komentar dari Pratama “Atoy” Indraputra, Adji “Sven”, Bella “Heartfire”, dan Audi “Auday” Eka Prasetyo.
Pratama “Yota” Indraputra
Kata Yota Soal Permainan Tim Indonesia: Menurut gue tim Indonesia bermain dengan hebat dan sangat di luar ekspektasi gue sendiri. Pada sisi lain, sesuai dugaan gue juga bahwa Vietnam dan Malaysia adalah 2 tim yang solid. Salah satu yang membuat gue salut sama tim Indonesia adalah pada pertandingan semi-final ketika melawan Malaysia. Ketika itu mereka berhasil melakukan comebackplay, walau keadaan sedang sangat sengit ketika itu.
Pemain Paling Bersinar Menurut Yota: MVP secara keseluruhan bagi tim Indonesia tentu saja JessNoLimit. Tetapi selain itu gue merasa DylandPros juga patut menjadi honorablemention berkat Baron steal yang ia lakukan pada pertandingan melawan Malaysia. Kalau bicara MVP keseluruhan turnamen, gue agak bingung harus pilih Dang YM atau Be Chanh dari Vietnam. Penyebabnya adalah karena kedua pemain tersebut menunjukkan mekanik yang jauh di atas rata-rata pemain lainnya.
Meta Wild Rift Dari Pertandingan Pentaboom Menurut Yota: Kita sudah melihat meta snowball di Pentaboom Showdown. Pada pertandingan Pentaboom kita bisa melihat betapa pentingnya kekuatan laning dan early game pressure. Karena hal tersebut Champion seperti Lee Sin, Zed, Akali, maupun Jhin akhirnya menjadi power pick yang kuat. Harapan gue sih Wild Rift sudah ada observer mode dan juga sistem ban di tahun 2021. Satu sampai dua champion per tim pun sebenarnya sudah cukup, supaya draft jadi lebih dinamis antara power pick maupun comfort pick.
Adji “Sven”
Kata Adji “Sven” Soal Permainan Tim Indonesia: Gue melihat tim Indonesia sudah memberikan yang terbaik selama pertandingan kemarin. Tetapi menurut gue, Indonesia memang terbilang kurang melakukan eksplorasi dari segi drafting. Terlepas dari hal tersebut, gue merasa mereka punya alasan tersendiri dan menurut gue alasan tersebut sangatlah worthit. Jujur, gue enggak menyangka tim Indonesia bisa lolos sampai final dengan draft seperti itu. Dari hal tersebut, kita bisa melihat bahwa mereka paham betul letak kekuatan dari draft yang mereka mainkan.
Kalau bicara lawan-lawannya, gue sebenarnya cukup enggak menyangka tim Thailand tidak lolos. Padahal tim mereka punya ADC dengan kemampuan main yang sangat baik. Lalu bicara soal Malaysia, menurut gue mereka sangat mengerti caranya bermain, layaknya tim Vietnam. Bedanya adalah, Vietnam lebih kuat dan bermain secara objektif ketika melawan Indonesia kemarin. Makanya permainan mereka terbilang hampir tak bercelah pada pertandingan babak final.
Pemain Paling Bersinar Menurut Adji “Sven”: Kalau ngomongin MVP tim Indonesia bingung nih gue, antara JessNoLimit atau DyalndPros. Tapi mungkin lebih ke arah JessNoLimit sih. Gue jadi bingung gara-gara ada momen steal Baron yang apik banget dari DylandPros. Kalau MVP dari sang juara, sudah pasti Lee Sin yang dimainkan oleh DangYM.
Meta Wild Rift Dari Pertandingan Pentaboom Menurut Adji “Sven”: Menurut gue meta di Wild Rift kurang lebih masih mirip dengan LoL di PC yaitu berpusat kepada early jungle pressure. Bedanya, Wild Rift punya waktu yang lebih singkat dan gold income yang lebih mudah. Jadi menurut gue mungkin bakal lebih fokus kepada matchup jungle di early game supaya bisa menciptakan momen pressure kepada Jungle musuh dengan map control yang bisa dilakukan dengan Ward ataupun mendapatkan Rift Scuttle. Dengan map control, Jungle jadi punya keleluasaan untuk melihat potensi gank pada suatu lane.
Audipras
Kata Audipras Soal Permainan Tim Indonesia: Menurut opini gue, permainan tim Indonesia sih udah kompak banget ya. Masing-masing pemain mengerti soal perannya dan terlihat sudah satu komando. Kalau dibanding dengan tim lain, Indonesia masih jauh lebih baik. Walau demikian, gue melihat Indonesia memang masih sedikit kalah dibanding Vietnam dan Malaysia. Tapi memang salah satu alasannya menurut gue adalah karena ekosistem League of Legends/Wild Rift di Indonesia tergolong masih muda. Beda jauh dibanding dengan Vietnam yang ekosistem League of Legends-nya masih aktif dan bahkan masih sangat kompetitif hingga saat ioni.
Pemain Paling Bersinar Menurut Audipras: MVP Indonsesia sih JessNoLimit. Menurut gue, dia hampir bisa memenangkan midlane ketika melawan semua negara. Bahkan dia juga bisa menahan imbang Msuong dari Vietnam. Berkat kemampuan individual tersebut, gue merasa JessNoLimit berperan besar membuat pemain lane lain jadi lebih tenang karena yakin dengan permainan Jess sendiri. MVP dari negara lain sih menurut gue Dang YM dari Vietnam. Dang YM menunjukkan pergerakan jungling yang efisien dan efektif. Setiap kali pindah/gank suatu lane, ia hampir selalu mendapatkan suatu objektif; mencuri buff, kill, ataupun harass. Karena itu Dang YM jadi MVP menurut pandangan gue.
Meta Wild Rift Dari Pertandingan Pentaboom Menurut Audipras: Gue merasa champ pool di Wild Rift, terutama untuk pemain Jungle dan Support masih kurang banyak sih. Permainan masih didominasi Lee Sin seorang diri dan meta mid-lane masih berpusat kepada Zed. Untuk masa depan, harapannya semoga lebih banyak champion rilis untuk Junggle, Support, dan Mid.
Bella “Heartfire”
Kata Bella Soal Permainan Tim Indonesia: Permainan tim Indonesia itu melebihi ekspektasi. Mereka membuktikan bahwa mereka punya niat dan latihannya membuahkan hasil. Ditambah, banyak juga kejadian-kejadian seru seperti momen Baron steal yang membuat pertandingan jadi semakin asyik dan seru. Lawan-lawannya juga membuktikan bahwa mereka betul-betul niat dan latihan. Paling utama tentunya Vietnam. Tak bisa dipungkiri mereka adalah salah satu region LoL PC yang kuat di Asia Tenggara. Pada pertandingan kemarin pun mereka menunjukkan permainan yang sangat hebat dari segi micro ataupun macro.
Pemain Paling Bersinar Menurut Bella: MVP versi aku adalah DylandPros. Menurut aku kalau Dyland tidak melakukan Baron steal saat lawan Malaysia di babak Semi Final, tim Indonesia mungkin enggak bisa masuk Grand Final. Karena pada momen itu tim Malaysia sebenarnya sudah memimpin jauh di dalam pertandingan.
Meta Wild Rift Dari Pertandingan Pentaboom Menurut Bella: Kalau dari sisi meta, menurut aku Wild Rift sudah jelas berbeda dan lebih kompleks jika dibandingkan dengan MOBA mobile lainnya. Sementara itu kalau dibandingkan dengan LoL PC, menurut aku sih beda sekali karena map yang lebih kecil dan durasi permainan yang lebih singkat. Kalau bicara meta, menurut aku early jungle, team fight, dan objective gaming adalah meta di dalam Wild Rift. Early jungle rotation jadi penting juga meta karena taktik tersebut terbukti bisa memotong rotasi musuh sehingga mereka jadi kalah gold dan exp.
Setelah cukup lama dinanti-nanti, Riot Games akhirnya buka suara soal linimasa pengembangan Wild Rift, versi mobile dari League of Legends. Lewat sebuah previewevent yang diadakan secara tertutup untuk para media, Riot Games mengumumkan bahwa fase beta tertutup atau closed beta akan dimulai pada pertengahan September.
Dalam preview event tersebut, Riot Games menjelaskan fase beta tertutup akan diselenggarakan di Filipina terlebih dahulu pada pertengahan September. Beberapa saat setelahnya baru menyusul ada Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Thailand. Setelah sekitar 2 sampai 3 pekan, closed–beta terbatas lalu dihentikan awal Oktober 2020 mendatang. Setelahnya closed-beta akan dilakukan secara lebih luas lagi untuk beberapa negara di Asia Pasifik, seperti Korea Selatan, Jepang, Taiwan, Hong Kong, dan Macau. Indonesia sendiri sudah memulai fase closedbeta terbatas mulai dari hari ini, tanggal 16 September 2020.
Dalam previewevent tersebut, Riot Games juga mengkonfirmasi beberapa hal, yang mungkin sebelumnya masih simpang siur. Salah satunya adalah soal spesifikasi minimum League of Legends: Wild Rift. Riot Games kembali menegaskan, bahwa untuk smartphone Android, spesifikasi minimum yang dibutuhkan adalah CPU 4-core 1,5 Ghz ke atas, RAM 1,5 GB, dengan resolusi layar 1280×720. Sementara untuk iOS, iPhone 7 adalah device minimal untuk bisa menjalankan Wild Rift.
Riot Games juga menegaskan bagaimana Wild Rift akan serupa, namun tidak sama dengan League of Legends di PC. Dengan bantuan dari 150 profesional, Riot Games mengembangkan Wild Rift dari nol, demi dapat memberikan pengalaman bermain yang nyaman di mobile, namun tidak melupakan aspek-aspek penting dari League of Legends.
Jadi, jika Anda adalah pemain League di PC, Anda akan tetap merasa familiar dengan Wild Rift di mobile. Namun jika Anda hanya main MOBA di mobile, Wild Rift juga akan terasa familiar walau tidak pernah main LoL di PC.
Bentuk dari pernyataan tersebut adalah durasi permainan yang dipendekkan menjadi kisaran 15-25 menit. Beberapa elemen game diubah agar lebih relevan untuk gameplay mobile yang singkat namun dengan beberapa elemen gameplay dipertahankan, seperti pembagian role, posisi Dragon/Baron, ataupun posisi lane yang tetap dibuat layaknya LoL di PC.
Tak hanya itu, daftar champion yang akan ada pada Closed Beta masih sama, serta ditambah beberapa Champion baru seperti Amumu, Dr. Mundo, Singed, Varus, Sona, dan Jarvan IV. Terkait akses closed beta, seperti namanya closed-beta terbatas ini belum bisa dinikmati oleh pengguna secara umum. Namun Hybrid.co.id kebetulan berhak atas akses eksklusif terhadap closed-beta terbatas Wild Rift, jadi Anda bisa simak terus website kami, atau melaju ke channel YouTube HybridIDN untuk pembahasan kami atas closed beta Wild Rift.
Terlepas dari semua pengumuman yang dilakukan, namun Riot Games masih belum membuka soal tanggal rilis pasti atas League of Legends: Wild Rift. Melihat fase pengembangannya kini, ada kemungkinan Wild Rift sudah bisa rilis secara publik mengikuti jadwal yang sudah dikatakan, yaitu akhir tahun 2020 sekitar bulan November atau Desember.
Dengan perkembangan teknologi yang begitu pesat, perkembangan game mobile jadi salah satu hal yang turut diantisipasi. Mungkin Anda generasi 90an masih ingat ketika game mobile hanya ada Snake atau Fruit Ninja sebagai pengisi waktu luang. Sekarang? Anda bisa bermain MOBA, FPS, bahkan Battle Royale di mobile, yang juga berkembang menjadi esports. Tahun 2020, tentunya teknologi menjadi semakin maju, dan game android yang hadir juga akan semakin menarik. Kira-kira ada game android apa saja yang akan hadir di tahun 2020?
1. Apex Legends Mobile
Game yang satu ini sebenarnya sudah beberapa saat menjadi rumor di kalangan gamers. Banyak kabar burung yang mengatakan bahwa Apex Legends akan diterbitkan untuk mobile agar bisa dimainkan oleh siapapun. Berawal dari rumor, Electronic Arts sang pengembang akhirnya mengkonfirmasi kehadiran game android Apex Legends.
Namun demikian belum ada informasi lebih lanjut terkait tanggal rilis ataupun bentuk game yang akan dirilis nanti. Ada yang bilang, ini akan menjadi versi direct port. Ini artinya bisa jadi game android Apex Legends tidak akan seperti PUBG Mobile yang menjadi seperti gamestandalone di mobile. Jika benar game android Apex Legends bersifat direct-port, maka ia kurang lebih bentuknya akan seperti Fortnite Mobile, yang mana pemain bisa cross-play dengan pemain di PC ataupun konsol.
2. Diablo Immortal
Pada pembukaan BlizzCon 2018, Activision Blizzard mengumumkan game terbarunya yang akan rilis di mobile. Game tersebut adalah Diablo Immortal. Sontak, pengumuman ini membuat para fans mengamuk. Bukan, alasannya bukan karena Diablo Immortal yang diumumkan, tapi dari Blizzard mengumumkan hal tersebut yang segera merusak ekspektasi para penggemar yang sudah datang dengan penuh passion ke BlizzCon.
Tapi, bukan berarti game android ini tidak patut untuk ditunggu di tahun 2020 ini. Salah satu alasannya, karena sesederhana game ini terlihat sangat menjanjikan dengan grafis ciamik dan gameplay penuh aksi. Mengutip dari Gamespot, alpha test Diablo Immortal direncanakan akan hadir tahun 2020 ini. Digarap bersama NetEase dari Tiongkok, Diablo Immortal sampai saat ini masih belum memiliki tanggal rilis resminya.
3. Final Fantasy Crystal Chronicles: Remastered
Sebagai salah satu franchisegame paling sukses milik Square Enix, tak heran jika seri game Final Fantasy terus hadir dengan cerita-cerita baru. Final Fantasy Crystal Chronicle sendiri sebenarnya adalah game yang rilis tahun 2003 lalu yang memiliki genre co-op RPG. Setelah 15 tahun berlalu, Square Enix akhirnya mengumumkan akan melakukan remake dari Final Fantasy Crystal Chronicle, dan akan merilisnya akhir 2019 lalu.
Namun, karena berbagai kendala teknis, perilisan Final Fantasy Crystal Chronicles terus tertunda. Sempat ditunda jadi 23 Januari 2020, kini akhirnya Final Fantasy Crystal Chronicle dikabarkan baru akan rilis pada musim panas, atau kuartal 3 tahun 2020 nanti. Final Fantasy Crystal Chronicles merupakan game yang bersifat cross-platform yang dapat dimainkan di PlayStation 4, Nintendo Switch, iOS, dan Android.
4. Path of Exile Mobile
Walau mungkin kurang terkenal di Indonesia, namun Path of Exile menjadi fenomena tersendiri di luar negeri sana. Game besutan Grinding Gear Games ini berhasil memberikan pengalaman bermain layaknya Diablo namun dengan ciri khasnya tersendiri berupa pertarungan bertempo cepat. Pertama rilis di PC pada tahun 2013, game ini sendiri sudah berkembang sampai akhirnya juga rilis di PlayStation 4 dan Xbox One.
Kini, perkembangan selanjutnya adalah versi mobile. Isu soal Path of Exile Mobile pertama kali muncul pada November 2019 lalu, dalam acara bertajuk ExileCon. Namun demikian Chris Wilson CEO Grinding Gears mengatakan bahwa titel ini merupakan titel game “eksperimental”. Ia cenderung berhati-hati dan tidak mau salah langkah seperti Blizzard. Jadi tanggal rilis game ini sepenuhnya masih menjadi tanda tanya, karena pengembangannya bisa berlanjut bisa berhenti, tergantung komentar dari para fans.
5. Tom Clancy’s Elite Squad
Pertama kali diumumkan pada E3 2019 lalu, Tom Clancy’s Elite Squad merupakan game dengan genre Real-Time Strategy. Game yang dibesut Ubisoft ini masih melanjutkan seri Tom Clancy’s yang memunculkan karakter agen kepolisian dari berbagai belahan dunia dengan kemampuan khusus dari masing-masing mereka. Jadi pada game ini, Anda dapat melihat karakter dari Rainbow Six: Siege, seperti Caveira, Montagne, atau bahkan karakter legendaris yaitu Sam Fisher dari serial Splinter Cell.
Melihat dari trailer announcement, game ini sepertinya akan melibatkan hero collection, yang mana memungkinkan Anda mengumpulkan karakter dari berbagai seri Tom Clancy dan membuat pasukan terbaik untuk mengalahkan teror di dunia. Namun demikian tanggal rilis untuk game ini masih tentatif, walau sudah dipastikan akan rilis di Android terlebih dahulu.
6. Teamfight Tactics Mobile
Sejak tahun 2009 Riot Games pada awalnya hanya fokus mengembangkan League of Legends saja. Sampai akhirnya mereka menginjak ulang tahun kesepuluh dan memutuskan untuk mengembangkan berbagai game lain selain dari League of Legends. Lewat siaran streaming spesial bernama Riot Pls: 10th Anniversary Edition – League of Legends. Mereka mengumumkan rencana mereka di masa depan, termasuk salah satunya merilis iterasi Auto Battler League of Legends yang bernama Teamfight Tactics ke platform mobile.
Mengutip dari Dexerto TFT Mobile dikabarkan akan rilis untuk kebanyakan negara di dunia pada pertengahan Maret. Nantinya game ini akan dapat dimainkan secara cross-platform antara PC dengan mobile. Untuk saat ini, Anda sudah dapat melakukan pra-registrasi pada laman Play Store TFT Mobile berikut ini.
7. League of Legends: Wild Rift
Terakhir dan yang paling ditunggu-tunggu adalah League of Legends Wild Rift. Setelah pertarungan MOBA di mobile yang tiada henti sejak dari tahun 2018 lalu, akhirnya si “boss-nya MOBA” turun tangan. Sama-sama diumumkan saat Riot Pls: 10th Anniversary Edition – League of Legends, Wild Rift segera mendapat banyak perhatian karena menunjukkan trailer yang sangat menjanjikan.
Namun demikian, kehadirannya juga memunculkan tanda tanya. Akankah game ini bisa sama suksesnya dengan League of Legends? Akankah bisa menggeser Mobile Legends dalam persaingan MOBA mobile di Indonesia. Terkait tanggal rilis, Riot Games belum bisa memastikan apapun. Mereka hanya mengatakan bahwa Wild Rift akan rilis pada akhir tahun 2020 ini. Untuk sementara waktu, Anda bisa pra-registrasi terlebih dahulu di laman resmi Wild Rift berikut.
—
Walau ada banyak game android menarik yang akan rilis di tahun 2020 ini, sayang kebanyakan tanggal rilisnya masih belum bisa dipastikan. Kita pemain mobile games sepertinya memang harus ekstra sabar menunggu game-game tersebut rilis, terutama League of Legends: Wild Rift.