Tag Archives: leica

Leica M11 Resmi Diumumkan, Kamera Rangefinder Beresolusi 60 MP Dengan Teknologi Triple Resolution

Leica M10 original pertama kali diperkenalkan pada tahun 2017, kamera rangefinder ini mengemas sensor full frame 24 MP. Sejauh ini, Leica telah merilis empat varian lain dari Leica M10 yakni M10-P dan M10-D (24 MP) pada 2018, serta M10 Monochrom dan M10-R (41 MP) di 2020.

Kini Leica telah resmi mengumumkan Leica M11 dengan harga US$8.995 atau sekitar Rp128 jutaan. Penerus M10 ini masih mempertahankan form factor seperti para pendahulunya, namun membawa peningkatan yang cukup signifikan dibanding M10.

Sajian utama Leica M11 adalah sensor CMOS BSI 60 MP. Tak butuh resolusi setinggi itu? Tenang, Leica menghadirkan teknologi triple resolution. Kamera dapat menangkap foto dalam format Raw atau JPG pada resolusi penuh 60 MP, 36 MP saja, atau 18 MP dengan sensivitas tinggi menggunakan area sensor penuh.

Sensor tersebut dilapisi filter IR + UV baru yang sangat tipis untuk memberikan koreksi yang lebih efektif terhadap sinar cahaya yang paling miring sekalipun. Susunan filter tersebut juga menawarkan reproduksi warna yang lebih natural. Leica M11 memiliki rentang ISO dari 64 hingga 50.000, merekam pada kedalaman warna 14-bit dan diklaim punya dynamic range hingga 15 stop.

Dari segi desain, Leica M11 terlihat mirip dengan model M sebelumnya, tetapi memiliki beberapa perubahan hardware. Termasuk layar sentuh 3 inci dengan resolusi lebih tinggi yakni 2,3 juta titik dan beberapa kontrol telah diatur ulang untuk pengoperasian yang lebih mudah.

Perubahan yang paling mencolok adalah pelat dasar one-piece tradisional telah diganti dengan kompartemen baterai yang lebih konvensional sehingga fotografer dapat mengakses langsung ke baterai dan slot kartu SD. Yang unik, Leica M11 memiliki penyimpanan internal 64GB, jadi meski lupa bawa kartu SD tetap dapat memotret.

Di sisi daya, baterai 1.800 mAh baru menjanjikan daya baterai 64% lebih banyak daripada model sebelumnya. Menariknya lagi, baterai Leica M11 dapat diisi lewat port USB-C.

Leica M11 varian black-finish memiliki pelat atas yang terbuat dari aluminium berkualitas tinggi dengan scratch-resistant coating dan bobotnya 530 gram. Sementara, varian warna silver-chrome memiliki pelat atas dari kuningan klasik dan beratnya 640 gram.

Bersama Leica M11, Leica mengumumkan dua aksesori yakni electronic viewfinder Visoflex 2 dengan resolusi 3,7 juta titik yang dapat dimiringkan 90 derajat. Serta, handgrip baru yang dapat berfungsi ganda sebagai mount tripod.

Terakhir, Leica telah mengumumkan pembaruan firmware baru akan tiba pada paruh kedua tahun 2022. Firmware ini akan memberikan konektivitas yang ditingkatkan, memungkinkan kamera untuk dipasangkan dengan aplikasi Leica FOTOS untuk menyematkan data lokasi dalam foto dan mengakses gambar melalui Bluetooth.

Sumber: DPreview

Huawei P50 Pro Menempati Peringkat Pertama di DxOMark, Kamera Tele Memperoleh Nilai Tinggi

Smartphone flagship Huawei P50 dan P50 Pro secara resmi diperkenalkan pada tanggal 29 Juli lalu. Seperti pendahulunya, Huawei P50 Pro pun langsung bertengger di posisi teratas pada peringkat DxOMark dengan skor 144 poin dan menyalip Xiaomi Mi 11 Ultra dengan 143 poin.

Kamera Huawei P50 Pro ini masih mengusung label Leica dan menggunakan multispectral color temperature sensor untuk mengoptimalkan white balance dan color rendering. Skor 144 poin tersebut didapat setelah menguji empat unit kamera belakang Huawei P50 Pro, dengan kamera utama 50MP (output 12,5MP) menggunakan lensa 23mm f/1.8 dilengkapi OIS.

Tentu saja, tiga kamera sekunder yang menyertainya pun tak abal-abal. Ada 13MP dengan lensa ultrawide 13mm f/2.2, 64MP (output 16MP) dengan lensa telephoto 90mm f/3.5 dilengkapi OIS, dan sensor monochrome 40MP dengan lensa 26mm f/1.6.

Menurut DxOMark, kamera Huawei P50 Pro memiliki kualitas foto yang luar biasa di semua kondisi dengan nilai 149 poin. Untuk pengujian zoom, capaian 107 poin juga membuatnya menjadi tolak ukur dan menjadi smartphone dengan kemampuan zoom terbaik terutama tele yang meraih nilai 140 poin dengan kemampuan 4x optical zoom dan 200x digital zoom, sedangkan wide-nya hanya 57 poin.

Dalam hal perekaman video, sayangnya dengan nilai 116 poin Huawei P50 Pro tidak berhasil melampaui Xiaomi Mi 11 Ultra tetapi hanya selisih satu poin saja. Menurut DxOMark, sistem autofocus Huawei P50 Pro saat merekam video bekerja dengan sangat baik. Lebih detail mengenai kemampuan kamera Huawei P50 Pro dapat mengunjungi situs DxOMark.

Sumber: GSMArena

 

Leitz Phone 1 Adalah Smartphone Leica Pertama dengan Kamera Bersensor 1 Inci

Mendengar kata Leica, maka yang terpikir adalah kamera rangefinder yang unik dan super premium. Meskipun saat ini Leica juga memiliki sistem kamera full frame modern yang disebut L-mount.

Selain bisa ditemukan di kamera digital, label Leica sendiri melekat pada kamera belakang smartphone flagship seri P dan Mate dari Huawei. Kali ini berbeda, SoftBank telah mengumumkan smartphone bermerek Leica yang mana untuk pertama kalinya dan dilengkapi logo Leica merah ikonik di bagian belakang bertajuk Leitz Phone 1 khusus untuk pasar Jepang.

Tentu saja, sistem kamera menjadi fitur yang paling ditonjolkan. Untuk kamera utamanya, Leitz Phone 1 mengandalkan sensor gambar berukuran 1 inci beresolusi 20MP yang merupakan terbesar di kelas smartphone, berpadu dengan lensa ultrawide 19mm f/1.9.

Sensor 1 inci ini biasanya ditemukan pada kamera compact premium seperti Leica C-Lux, Sony ZV-1, dan Sony RX100 series. Hal yang juga menarik adalah dalam paket penjualannya dilengkapi dengan case berlogo Leica dan penutup kamera seperti yang ditemukan pada kamera mirrorless dan DSLR.

Adapun dari segi spesifikasi, Leitz Phone 1 terbilang ‘true flagship‘ dan sudah ditenagai oleh chipset Qualcomm Snapdragon 888 dengan dukungan RAM 12GB, serta penyimpanan internal 256GB yang dapat diperluas melalui kartu memori microSD. Spesifikasi Leitz Phone 1 sangat identik dengan Aquos R6 yang belum lama ini dirilis oleh Sharp.

Fitur istimewa lain di bagian muka terpampang panel IGZO OLED 6,6 inci beresolusi 2730×1260 piksel dengan refresh rate adaptive 240Hz. Selain itu, perangkat ini menjalankan Android 11 dengan custom interface Leica, bodinya bersertifikasi IP68 dan baterai berkapasitas 5.000 mAh. Adapun untuk harga, sesuai dengan fitur dan spesifikasi yang ditawarkan, Leitz Phone 1 dijual dengan harga premium yakni JPY 187.920 atau sekitar Rp24,7 jutaan.

Sumber: GSMArena

Sharp Aquos R6 Adalah Ponsel Flagship dengan Sensor Kamera 1 Inci dan Layar 240 Hz

Tidak setiap hari Anda mendengar tentang smartphone bikinan Sharp, sebab sebagian besar memang cuma tersedia di Jepang saja. Meski begitu, ponsel bernama Sharp Aquos R6 berikut ini layak mendapat sorotan ekstra. Pasalnya, ia mengemas teknologi kamera beserta display yang selangkah lebih maju daripada yang ditawarkan oleh ponsel-ponsel flagship lainnya.

Kita mulai dari kameranya dulu. Di saat smartphone lain mengusung setidaknya dua kamera belakang, Aquos R6 justru hanya punya satu. Namun satu kamera tersebut benar-benar istimewa; sensor yang digunakan adalah yang berukuran 1 inci, alias sekitar lima kali lebih besar daripada sensor kamera utama kebanyakan smartphone flagship.

Sebagai perbandingan, Xiaomi Mi 11 Ultra — yang diklaim sebagai ponsel dengan sensor kamera berukuran terbesar ketika dirilis pada akhir bulan Maret kemarin — ‘hanya’ mengemas sensor berukuran 1/1,12 inci. 1 inci adalah ukuran yang sama persis seperti sensor yang tertanam di kamera-kamera compact premium macam seri Sony RX100 maupun Canon G7 X. Resolusi foto yang dapat dihasilkan sendiri adalah 20 megapixel.

Sharp tidak merincikan sensornya berasal dari mana, tapi dugaan kuat mengarah ke Sony mengingat mereka memang memproduksi sejumlah sensor 1 inci beresolusi 20 megapixel. Namun yang lebih istimewa lagi, sensor tersebut ditandemkan dengan lensa f/1.9 hasil rancangan Sharp bersama Leica. Ya, hak berkolaborasi dengan Leica sepertinya sudah tidak lagi eksklusif dipegang oleh Huawei.

Di sebelah kamera berukuran masif tersebut, cuma ada satu sensor ToF (Time-of-Flight) untuk membantu menghasilkan efek blur pada foto portrait yang lebih baik, serta sebuah LED flash — tidak ada kamera ultra-wide maupun telephoto. Juga absen di sini adalah OIS, yang artinya kamera Aquos R6 hanya mengandalkan sistem penstabil gambar elektronik. Buat yang penasaran dengan hasil jepretannya, Anda bisa mengikuti tur virtual yang telah disiapkan oleh Sharp sendiri.

Lanjut ke layarnya, di sini Sharp mengawinkan panel OLED dengan teknologi IGZO rancangannya. Hasilnya adalah panel 6,67 inci beresolusi 2730 x 1260 pixel yang dapat mengatur refresh rate secara dinamis dari 1 Hz sampai 240 Hz, serta yang menawarkan tingkat kecerahan maksimum setinggi 2.000 nit. Lubang kecil pada layarnya itu dihuni oleh kamera selfie 12 megapixel.

Di balik layarnya, Sharp tak lupa menjejalkan sensor sidik jari, spesifiknya sensor 3D Sonic Max besutan Qualcomm yang luas penampangnya lebih besar dari biasanya. Saking besarnya, sensor ini bisa membaca dua sidik jari secara bersamaan, memberikan opsi keamanan ekstra bagi pengguna yang membutuhkan.

Selebihnya, Aquos R6 merupakan perangkat flagship dari ujung ke ujung. Spesifikasinya mencakup chipset Qualcomm Snapdragon 888, RAM 8 GB, storage internal 128 GB, dan baterai berkapasitas 5.000 mAh. Harganya belum dirincikan sama sekali, akan tetapi kemungkinan besar smartphone ini memang hanya akan dijual di Jepang saja.

Sharp Aquos R6 bukanlah smartphone pertama yang hadir membawa sensor berukuran 1 inci. Tahun 2014 lalu, sempat ada perangkat bernama Panasonic Lumix CM1 yang mengawinkan sensor kamera 1 inci dengan spesifikasi ala ponsel flagship kala itu — masih zaman Snapdragon 801 dan Android 4.4 KitKat. Teknologi memang sudah berkembang begitu pesat, tapi rupanya kita kembali ke konsep hybrid antara smartphone dan kamera pocket ini lagi.

Sumber: GSM Arena dan Engadget.

Panasonic dan Leica Umumkan Sepasang Lensa L-mount

Dalam waktu yang berdekatan, Panasonic dan Leica telah mengumumkan masing-masing satu lensa L-mount terbarunya. Adalah lensa zoom telephoto Lumix S 70-300mm F4.5-5.6 Macro OIS dan lensa fix wide angle APO-Summicron-SL 28mm F2 ASPH.

Mari bahas mulai dari Lumix S 70-300mm F4.5-5.6 Macro OIS, lensa ini memiliki 17 elemen dalam 11 grup termasuk elemen ultra extra low-dispersion, extra low-dispersion, dan ultra high-refractive index glass. Grup fokusnya digerakkan oleh motor linier dan diklaim punya focus breathing yang minim untuk menangani kebutuhan video.

Lensa Panasonic tersebut dilengkapi image stabilizer dan mendukung Dual Image Stabilizer (IS) yang dapat mengurangi guncangan hingga 5,5 stop. Jarak fokus minimumnya 54cm pada sudut lebar dan dapat menangkap gambar makro setengah ukuran aslinya pada focal length 300mm (pembesaran maksimum 0,5x).

Bodi lensanya tahan terhadap debu dan kelembaban, serta dapat berfungsi pada kondisi ekstrem 10°C atau +14°F. Beratnya mencapai 790g dengan ukuran filter ulir 77mm. Rencananya lensa Panasonic Lumix S 70-300mm F4.5-5.6 Macro OIS akan dikirimkan pada bulan April dengan harga promo $999 (Rp14 jutaan) dari harga normal US$1249 (Rp17,5 juta).

Beralih ke Leica APO-Summicron-SL 28mm F2 ASPH yang sangat cocok untuk fotografi reportase, interior, dan arsitektur. Lensa ini memiliki 13 elemen, 6 diantaranya elemen aspherical, dengan beberapa elemen berjenis anomalous partial dispersion untuk mengurangi chromatic aberration. Jarak fokus minimumnya 24cm dengan pembesaran maksimum 0,2x.

Grup fokus digerakkan oleh motor penggerak yang disebut Leica ‘Dual Syncro Drive‘. Memiliki desain cincin fokus manual baru yang menggunakan medan magnet untuk meningkatkan daya tanggap dan presisi. Lensa ini juga sudah weather-sealed, beratnya 700 gram tanpa hood, dan ukuran filternya 67mm. Harga Leica APO-Summicron-SL 28mm F2 ASPH dibanderol US$5.195 atau sekitar Rp73 jutaan.

Sumber: Dpreview 1 dan 2

Leica SL2-S 1

Kelebihan Leica SL2-S, Mirrorless Full Frame Hybrid Seharga Rp69 Juta

Leica telah mengumumkan kamera mirrorless full frame ketiga mereka yang menggunakan L-mount, sistem kamera L-Alliance yang terdiri dari Leica, Panasonic, dan Sigma. Adalah Leica SL2-S dengan sensor CMOS-BSI 24MP yang bisa dibilang mirrorless hybrid karena berfokus pada foto dan juga video. Seperti apa kelebihan Leica SL2-S?

Mengandalkan prosesor gambar Maestro III, Leica SL2-S dapat memotret beruntun tanpa batas waktu 5fps menggunakan continuous autofocus dan 9fps tanpa autofocus. Dilengkapi dengan sensor-shift image stabilization yang memungkinkan pengambilan multi-shot delapan bidikan menjadi satu foto dengan resolusi empat kali lipat 96MP.

Kemampuan perekam videonya mencapai resolusi 4K di 30fps yang oversampled tanpa batas waktu alias sampai baterai atau kartu memori habis, ada dua slot kartu SD UHS-II di kamera ini. Leica SL2-S juga mendukung video 4K di 60fps tetapi menggunakan mode crop APS-C.

Sebagai kamera hybrid, Leica SL2-S tidak hanya dirancang untuk fotografer tetapi juga videografer dan sinematografer. Ia dapat menangkap footage 10-bit 4:2:2 hingga frame rate 60fps dengan Leica LOG gamma profile langsung ke kartu SD atau pakai eksternal recorder yang menyuguhkan fleksibilitas color grading saat post-production.

Untuk desain, ukuran grip, dan tata letak tombol-tombolnya terlihat identik dengan Leica SL2. Bergaya SLR dengan grip yang terbilang besar dan memiliki punuk sebagai tempat tinggal EVF beresolusi 5,76 juta dot. Bodinya terbuat dari magnesium alloy dan diklaim sudah weather-sealing dengan sertifikasi IP54, serta memiliki layar tetap 3,2 inci beresolusi 2,1 juta dot.

Menimbang semua kelebihan Leica SL2-S, berapa harga? Leica SL2-S dibanderol dengan harga US$4.895 atau sekitar Rp69 jutaan, jauh lebih mahal dari kamera mirrorless full frame flagship dari kompetitor. Karena fokus Leica bukan menjual kamera sebanyak-banyaknya, melainkan membuat kamera dengan daya tahan jangka panjang.

Tentu saja, salah satu kelebihan lain menggunakan dudukan L-mount ialah kekayaan ekosistem lensanya. Itu karena lensa L-mount besutan Leica, Panasonic, dan Sigma juga merupakan lensa native.

Sumber: DPreview

Leica Q2 Monochrom Adalah Kamera Seharga $6.000 yang Hanya Bisa Memotret dan Merekam Video Hitam-Putih

Di industri fotografi, mungkin cuma Leica yang bisa menciptakan kamera hitam-putih seharga puluhan juta rupiah. Pada kenyataannya, Leica belum menunjukkan tanda-tanda akan berhenti meski sudah menjalani tren absurd tersebut sejak 2012.

Pabrikan asal Jerman itu baru saja memperkenalkan Leica Q2 Monochrom, sebuah kamera mirrorless dengan sensor full-frame yang hanya mampu menjepret gambar hitam-putih. Kalau namanya terdengar familier, itu karena Anda pernah mendengar soal Leica Q2, saudara kandungnya yang mengemas sensor ‘normal’, yang sudah hadir lebih dulu sejak Maret 2019.

Yang mungkin jadi pertanyaan, kenapa harus ada kamera dengan sensor monokromatik? Kenapa tidak memotret menggunakan Leica Q2 standar, lalu menambatkan filter hitam-putih saja pada hasil fotonya? Well, hasil akhirnya bakal berbeda, sebab sensor hitam-putih milik Leica Q2 Monochrom mampu menyerap lebih banyak cahaya meski resolusinya sama persis di angka 47,3 megapixel.

Menurut Leica, sensor milik Q2 Monochrom punya dynamic range 2 stop lebih tinggi daripada milik Q2 standar (13 EV dibanding 11 EV). Tingkat ISO maksimumnya pun telah ditingkatkan menjadi 100.000, dan secara keseluruhan Q2 Monochrom sanggup menangkap gambar dengan tingkat ketajaman yang lebih baik berkat absennya filter warna pada sensornya.

Pertanyaan selanjutnya, apa perbedaan antara Leica Q2 Monochrom dan Leica M10 Monochrom? Keduanya memang sama-sama hanya bisa menjepret gambar hitam-putih, akan tetapi Q2 Monochrom tidak masuk kategori rangefinder, yang berarti pengguna bisa sepenuhnya mengandalkan sistem autofocus, yang kebetulan juga punya kinerja yang sangat gegas. M10 Monochrom juga tidak bisa dipakai untuk merekam video, sedangkan Q2 Monochrom mendukung perekaman dalam resolusi maksimum 4K 30 fps, tentu saja dalam tampilan hitam-putih.

Selebihnya, Leica Q2 Monochrom cukup identik dengan versi standarnya. Ia turut dibekali lensa fixed 28mm f/1.7 ASPH seperti saudaranya, dan pengguna juga masih bisa memanfaatkan crop mode dengan tiga pilihan focal length: 35mm, 50mm, dan 75mm. Layar sentuh 3 inci yang mendominasi panel belakangnya pun sama persis, demikian pula viewfinder elektronik dengan panel OLED beresolusi 3,68 juta dot di atasnya.

Satu-satunya perbedaan fisik yang paling mencolok adalah hilangnya logo merah Leica pada bodi Q2 Monochrom. Penampilannya pun semakin stealthy dengan tidak adanya aksen warna kuning maupun merah sama sekali. Di luar itu, rangka yang digunakan tetap terbuat dari bahan magnesium, serta tahan cipratan air dan debu dengan sertifikasi IP52.

Untuk harganya, Leica melepas Q2 Monochrom ke pasaran dengan banderol resmi $5.995, atau $1.000 lebih mahal daripada harga Q2 standar. Di Indonesia, Q2 standar dihargai Rp81,9 juta, yang berarti harga Q2 Monochrom mungkin bisa mendekati Rp100 juta.

Sumber: DPReview.

elnomaxim-55mm-f1-2-adalah-lensa-besutan-ms-optics-untuk-leica-m-mount

Elnomaxim 55mm F1.2 Adalah Lensa Besutan MS Optics Untuk Leica M-mount

Buat kamu yang memiliki hobi fotografi dan menyukai kamera klasik seperti kamera jenis rangefinder besutan Leica. MS Optics baru-baru ini telah meluncurkan lensa baru untuk kamera Leica dengan dudukan M-mount.

Lensa tersebut adalah Elnomaxim 55mm F1.2, lensa ini menggunakan desain optik tipe gauss dengan formula yang sederhana. Sistem fokusnya sepenuhnya manual dengan focal length 55mm dan rentang aperture dari F1.2 hingga F16.

Selain itu, Elnomaxim 55mm F1.2 memiliki jarak fokus minimum satu meter dan punya filter berdiameter 49mm. Panjang dari lensa ini 43mm dan punya bobot 180 gram.

MS Optics yang didirikan oleh Sadayasu Miyazaki asal Jepang ini memang kerap membuat lensa-lensa Leica yang unik. Seperti lensa MS Optics lainnya, Elnomaxim 55mm F1.2 bukan lensa yang super tajam tetapi memiliki karakter yang khas. Berikut beberapa hasil fotonya.

Lensa Elnomaxim 55mm F1.2 untuk Leica M-mount tersedia dalam pilihan warna black chrome dan silver chrome. Bisa dipesan lewat Japan Camera Hunter dengan harga US$1.200 atau sekitar Rp17,6 jutaan dan diproduksi dalam jumlah kecil sehingga stoknya bisa cepat habis tapi kemungkinan akan restock kembali.

Sumber: DPreview

Laowa-2

Laowa Bawa Lensa Macro dan Ultra-Wide ke Sistem L-Mount

Venus Optics telah mengumumkan akan membawa enam lensa Laowa untuk sistem L-Mount. Selain Leica, saat ini L-Mount juga digunakan oleh Panasonic dan Sigma, mereka tergabung dalam L-Mount Alliance yang dibentuk pada tahun 2018.

Dari Leica, ada Leica SL, Leica TL2 dan Leica CL. Panasonic dengan Lumix S series yaitu Lumix S1, S1R, dan S1H. Serta, Sigma adalah Sigma FP. Lensa besutan ketiganya, tidak hanya 100 persen compatible tapi juga menjadi lensa native.

Laowa-1

Kehadiran Laowa pun menambah variasi dan terutama soal harga yang relatif lebih terjangkau. Enam lensa Laowa tersebut terdiri dari tiga lensa ultra wide seperti Laowa 10-18mm f/4.5-5.6, Laowa 12mm f/2.8 Zero-D, dan Laowa 15mm f/2 Zero-D yang ideal untuk foto landscape maupun travel karena dimensinya ringkas.

Serta, tiga lensa yang akan memanjakan para fotografer macro yaitu Laowa 15mm f/4 Wide Angle Macro, Laowa 65mm f/2.8 2X Ultra-Macro, dan Laowa 100mm f/2.8 2X Ultra Macro APO. Keenam lensa full frame ini juga beberapa tersedia untuk sistem Sony FE, Canon RF, dan juga Nikon Z.

Dimensi dan bobotnya lensa Laowa ini tidak akan jauh berbeda dengan sistem lain. Pun demikian dengan spesifikasinya dan harganya, informasi lengkapnya bisa kunjungi situs web Venus Opctics.

Sumber: DPreview

Leica M10-R Unggulkan Sensor Full-Frame 40 Megapixel dan Kapabilitas Low-Light yang Superior

Entah kebetulan atau tidak, huruf “R” nampaknya punya kesan superior tersendiri di industri kamera. Lihat saja seri Sony a7R, yang selama empat generasi selalu menjadi varian yang lebih unggul ketimbang a7 biasa. Di kubu lain, Canon bahkan menamai kamera mirrorless full-frame pertamanya EOS R – yang baru-baru ini sudah diteruskan jejaknya oleh EOS R5 dan R6.

Kalau perlu bukti lebih terkait teori kebetulan saya ini, coba kita lihat penawaran terbaru Leica. Melalui sebuah livestream, dedengkot kamera asal Jerman itu memperkenalkan anggota terbaru dari salah satu seri kamera mirrorless terpopulernya, Leica M10. Nama anggota terbaru tersebut? Leica M10-R, dan kebetulan ia merupakan yang paling superior di antara Leica M10 lainnya.

Leica M10-R

Keunggulan utamanya terletak pada sensor yang digunakan: full-frame 40,89 megapixel, naik sekitar 16 megapixel dibanding sensor milik M10 orisinal. Secara teknis, sensor ini sebenarnya sama seperti yang tertanam pada M10 Monochrom, hanya saja di sini Leica sudah menambahkan filter Bayer sehingga hasil tangkapan M10-R bisa berwarna.

Leica percaya bahwa peningkatan resolusi yang signifikan ini tak hanya ideal disandingkan dengan lensa-lensa M yang baru saja, melainkan juga mampu menonjolkan karakteristik unik dari koleksi lensa M lawas. Bagi peminat fotografi long exposure, mereka bakal tersenyum mengetahui M10-R punya durasi exposure maksimum 16 menit.

Namun peningkatan resolusi belum menceritakan kelebihannya secara utuh, sebab sensor baru ini turut menjanjikan dynamic range yang lebih luas sekaligus noise yang lebih minimal meski rentang ISO-nya tidak berubah (100 – 50000). Jadi untuk pemotretan di kondisi low-light, Leica yakin hasil tangkapan M10-R bakal sangat mendekati kualitas yang dihasilkan M10 Monochrom.

Leica M10-R

Dari perspektif sederhana, kita boleh saja menganggap M10-R ini sebagai M10 Monochrom versi berwarna. Namun pada kenyataannya ia juga mewarisi banyak keunggulan Leica M10-P, spesifiknya bunyi shutter mekanis yang sangat halus dan nyaris tidak terdengar di tempat umum, serta LCD yang sudah dibekali panel sentuh. Desain maupun jeroannya (prosesor, baterai) pun sama persis, dan yang berbeda cuma sensornya itu tadi.

Rencananya, Leica M10-R akan dipasarkan secara global mulai 20 Juli seharga $8.295 (body only), banderol yang sama persis seperti ketika M10 Monochrom pertama diluncurkan Januari lalu. Konsumen bisa memilih antara warna hitam atau silver.

Sumber: PetaPixel dan Leica.