Di bulan April kemarin, Samsung kabarnya telah mengajukan paten sebuah device unik: lensa kontak pintar untuk augmented reality, terdiri atas layar kecil, kamera, antena RF serta sensor buat mendeteksi gerakan mata. Ternyata tak hanya Samsung yang tertarik menciptakan perangkat serupa. Sony juga sedang mengembangkan contact lens berkemampuan merekam video.
Ingatkah Anda pada karakter Trevor Hanaway di Mission Impossible: Ghost Protocol? Di film itu, ia menggunakan gadget berupa lensa mata untuk dokumentasi. Secara garis besar, kemampuan inilah yang disuguhkan oleh kreasi terbaru Sony, berdasarkan penjelasan di laman US Patent & Trademark Office. Sang produsen turut melengkapi perangkat dengan teknik kendali unik, membuatnya lebih mirip alat mata-mata ketimbang aksesori.
Dari deskripsi Sony, lensa kontak ciptaan mereka memanfaatkan display electroluminescence, memungkinkan pengguna menyaksikan video, gambar-gambar, serta melihat informasi lain. Ia turut dibekali sebuah modul video recorder, di mana Anda bisa merekam apapun, ditopang fitur familier misalnya autofocus dan zoom, serta setting exposure dan aperture.
Yang membuat device ini distingtif adalah cara pengoperasiannya. Ia tidak dirancang untuk streaming terus menerus dan menyalurkannya ke perangkat lain (smartphone, tablet). Lensa kontak Sony dapat dikendalikan dengan kedipan mata. Device menyimpan rangkaian sensor piezoelectric, mampu menghitung seberapa lama kelopak mata terpejam, sehingga mengetahui apakah user berkedip biasa karena refleks atau bermaksud memberi input.
Lewat teknik kedipan itu, pengguna juga dapat menghapus video. Lensa tersebut dilengkapi gyroscope untuk membaca arah kepala – apakah tegap atau miring – dan menjaga orientasi video supaya tidak miring. Buat sumber tenaganya sendiri, Anda tak perlu khawatir harus menggantungkan baterai di mata. Solusi Sony jauh lebih mutakhir: induksi elektromagnetik wireless, memastikan device mampu bekerja seharian.
Lensa kontak Sony merupakan karya dari tujuh orang inventor: Yoichiro Saku, Masanori Iwasaki, Kazunori Hayashi, Takayasu Kon, Takatoshi Nakamura, Tomoya Onuma dan Akira Tange. Menariknya, waktu pengajuan paten device ini sama seperti lensa milik Samsung, yaitu di tahun 2014. Selain kedua perusahan itu, Anda mungkin sudah tahu bahwa Google telah mengembangkan gadget sejenis, tapi untuk fungsi berbeda.
Memang ada banyak skenario pemakaian lensa kontak tersebut, dan ia juga dapat diterapkan ke bidang augmented reality. Namun tentu saja, ketersediaan device ini untuk publik bisa menimbulkan problem soal privasi…
Via Forbes.