Tag Archives: Lifepal

Startup insurtech asal Thailand Roojai Group mengumumkan telah mengakuisisi Lifepal, portal pembanding asuransi online asal Indonesi

Startup Insurtech Lifepal Diakuisisi Roojai Group

Startup insurtech asal Thailand Roojai Group mengumumkan telah mengakuisisi Lifepal, portal pembanding asuransi online asal Indonesia. Kekuatan masing-masing perusahaan akan disinergikan demi menawarkan produk asuransi yang lebih beragam untuk masyarakat Indonesia.

Pengumuman ini disampaikan pada pekan lalu (12/1) melalui keterangan resmi yang disampaikan Roojai. Perwakilan Roojai menuturkan akuisisi ini menandai sinergi kekuatan, Lifepal akan menyediakan akses ke saluran distribusi online di Indonesia, sementara Roojai akan meningkatkan kinerjanya dengan harga premi, underwriting, dan pengalaman pelanggan yang lebih baik secara keseluruhan.

“Akan berupaya memperluas penawaran produk dan distribusi online dan offline, memastikan pendekatan layanan asuransi yang komprehensif dan berpusat pada pelanggan,” tulisnya seperti dikutip dari Technode Global.

Desas-desus akuisisi Lifepal sebenarnya sudah berlangsung sejak satu tahun terakhir. Startup yang didirikan salah satunya oleh Benny Fajarai ini mencari investor baru dengan pengetahuan asuransi yang mendalam.

Kedua perusahaan akan terus berinovasi dalam menawarkan layanan asuransi terbaik yang berpusat pada pelanggan di Indonesia dan negara lainnya di kawasan ini.

Disampaikan lebih lanjut, pasca-akuisisi operasional Lifepal akan tetap independen dari Roojai Indonesia. Lifepal tetap melanjutkan bisnisnya sebagai platform pembanding produk asuransi mobil dan kesehatan, dengan dukungan teknologi Roojai.

Para pelanggan Lifepal akan mendapatkan keuntungan yang signifikan dari kemampuan Roojai, seperti akses terhadap harga premi yang kompetitif dan pengalaman pelanggan yang unggul, demi mereplikasi kesuksesan Roojai yang telah dicapai di Thailand.

Sementara itu, mitra asuransi Lifepal akan mendapatkan manfaat dari keahlian Roojai dalam transformasi digital proses asuransi, seperti inspeksi mobil, dukungan klaim, dan strategi keberlanjutan portofolio.

Roojai Group beroperasi di Thailand sejak 2016, cakupan bisnisnya meliputi: Roojai Thailand (asuransi digital); MrKumka (portal pembanding asuransi online di Thailand); dan Roojai Indonesia yang diluncurkan pada 2022 untuk memberikan produk kompetitif dan pengalaman pelanggan yang sama kepada konsumen Indonesia.

Di Indonesia, Roojai (PT Roojai Insurance Agent) masuk di bawah bendera insurtech dan bermitra dengan PT Sompo Insurance Indonesia sebagai agen resminya. Perusahaan ini menyediakan beragam asuransi, seperti: asuransi mobil all risk, penyakit kritis, kanker, penyakit jantung, penyakit akibat gigitan nyamuk, kecelakaan diri, hospital cash plan.

Sementara itu, Lifepal (PT Lifepal Technologies Indonesia) beroperasi di Indonesia dengan lisensi sebagai penyelenggara inovasi keuangan digital (IKD) di bawah OJK. Lifepal merupakan bagian dari PT Anugrah Atma Adiguna, perusahaan broker asuransi. Diklaim ada lebih dari 2 juta pengunjung unik per bulan mengunjungi situs Lifepal.

Startup ini terakhir kali mengumumkan pendanaan putaran Seri A sebesar $9 juta pada Agustus 2021. Putaran tersebut dipimpin oleh ProBatus Capital dengan keterlibatan Cathay Innovation, Insignia Ventures Partners, ATM Capital, dan Hustle Fund.

Application Information Will Show Up Here
Lifepal Founder

Strategi Lifepal Difokuskan pada Pemenuhan Kebutuhan Konsumen

Pandemi Covid-19 banyak mengubah pola kehidupan masyarakat yang mulai beralih ke digital. Peluang ini dimanfaatkan beberapa perusahaan asuransi untuk semakin gencar memasuki ekosistem digital.

Meski ekonomi digital Indonesia masih didominasi industri transportasi, travel, e-commerce, dan teknologi finansial (tekfin), insurance technology (insurtech) alias bisnis industri asuransi secara radikal dan positif melalui inovasi teknologi digital sudah mulai banyak penggunanya.

Berdasarkan hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 2019 terhadap 1.418 responden yang telah menggunakan jasa tekfin, pengguna insurtech sebanyak 9,9% atau berada di urutan ketiga setelah tekfin pembayaran (66,6%) dan P2P lending (27,4%).

Marketplace asuransi Lifepal.co.id hadir sebagai insurtech yang memberikan layanan untuk membantu membandingkan, membeli, dan menggunakan produk asuransi sesuai dengan kebutuhan dan anggaran setiap calon nasabahnya. Adapun produk yang ditawarkan mulai dari asuransi kesehatan, asuransi jiwa, asuransi kendaraan, asuransi perjalanan, dan sebagainya.

“Kita adalah marketplace asuransi yang mendistribusikan produk asuransi untuk menghubungkan kembali antara asuransi ke konsumen. Kami bermitra dengan 40 brand asuransi. Kami menawarkan banyak produk asuransi secara transparan agar nasabah bisa membandingkan membeli asuransi kesehatan, asuransi jiwa, asuransi mobil dan lain sebagainya. Semuanya disuguhkan secara transparan, masyarakat tinggal membandingkan sendiri. Mirip ketika orang mencari tiket atau hotel dari traveloka, serupa,” kata Co-founder dan CMO Lifepal Benny Fajarai dalam wawancara bersama DailySocial.id.

Sebagai bagian dari insurtech, Lifepal mendigitalkan manajemen produk asuransi dalam kanal informasi dan perbandingan produk, pemesanan layanan, hingga klaim asuransi.

“Kita seperti marketplace lain yang memanfaatkan teknologi. Dengan teknologi ini, dapat melakukan perbandingan produk, harga, orientasi, dan semua pengalaman untuk membantu konsumen,” ungkap Benny.

Fokus untuk konsumen

Sebagai marketplace asuransi, Lifepal memberikan transparansi pilihan kepada nasabah atau masyarakat yang ingin membeli asuransi. Hal itu dilakukan agar nasabah bisa memberikan persektif yang objektif.

“Posisi marketplace itu kan distributor partner, jadi kita challenge-nya selalu bagaimana berhubungan dengan pelanggan, dan meningkatkan antara pelanggan dan asuransi. Jadi kita perlu memainkan peran dengan objektif serta transparan dan efektif,” jelas Benny.

Dengan tagline ‘Teman Andalanmu’, Lifepal memiliki cara kerja secara objektif agar konsumen bisa memberikan personal perspective yang terbaik.

“Dari perspektif asuransi untuk mengalihkan produk ke orang yang tepat, membimbing audiens untuk mendapatkannya. Dari perspektif pelanggan kita mau bantu mereka dan kasih the best product, very personalize. Personal perspective dari konsumen itu yang penting,” sambungnya.

Dampak Covid-19

Menurut Benny, industri asuransi di Indonesia justru diuntungkan oleh situasi pandemi Covid-19 berkat meningkatnya kesadaran konsumen mengenai risiko hidup dan kesehatan.

“Industri asuransi merupakan salah satu industri yang saat ini sedang berkembang sebagai dampak dari pandemi. Di Q2, Q3, penjualan asuransi jelas lebih kuat. Dampak dari pandemi, produk asuransi benar-benar cepat dijual. Dalam poin ini, masih 3% populasi di Indonesia yang punya asuransi, so worthed buat semakin menaikkan penjualan asuransi di Indonesia,” ungkapnya.

Dengan bantuan perkembangan teknologi di era digital seperti saat ini, masyarakat juga jadi lebih mendapat kemudahan untuk memiliki produk asuransi.

“Sama seperti awalnya ketika kita ingin membeli tiket di agen perjalanan online, banyak dari kita yang bingung dengan transparansi, perilaku pelanggan berubah dari situ. Semakin banyak masyarakat bertransaksi secara online di masa pandemi seperti sekarang.

Lebih lanjut, Benny juga memaparkan, pendistribusian transaksi produk asuransi offline ke online saat ini sangat diharapkan berhubungan dengan 3 bagian. Yaitu:

  1. Pelaku asuransi harus mengubah model produknya. Didistribusikan secara offline ke online.
  2. Transparansi.
  3. Regulator, dari pemerintah harus mengesahkan produk keuangan.

Asuransi Mikro

Saat ini, penjualan produk asuransi sudah mulai menyasar masyarakat ekonomi menengah ke bawah lewat asuransi mikro di luar perlindungan BPJS Kesehatan.

Yaitu, produk asuransi yang diperuntukkan bagi masyarakat yang memiliki penghasilan rendah alias masyarakat yang penghasilannya tidak lebih dari Rp2,5 juta setiap bulannya.

Asuransi mikro ini dikemas secara sederhana fitur dan proses administrasinya, mudah didapat, dengan harga yang ekonomis serta mampu memberikan penyelesaian pemberian santunan secepat mungkin.

Lantas, apakah Lifepal juga membidik konsumen ekonomi menengah ke bawah lewat asuransi mikro?

“Penetrasi asuransi mikro saat ini populer, mereka memasarkan produk asuransi. Jika melihat total volume industri asuransi, asuransi mikro sangat kecil. Lifepal sendiri kami tidak menargetkan pada asuransi mikro, kami menargetkan audiens menengah untuk produk lengkap,” imbuh alumni Universitas Bina Nusantara.

Artikel ini ditulis oleh Co-Founder dan CMO Lifepal Benny Fajarai, sebagai bagian dari kolaborasi antara DailySocial.id dan Lifepal

Lifepal Announces 130 Billion Rupiah Series A Funding

Lifepal announced a series A funding worth of $9 million or equivalent to 130 billion Rupiah. The round was led by ProBatus Capital with the participation of Cathay Innovation, Insignia Ventures Partners, ATM Capital and Hustle Fund.

Combined with the previous round, the company has raised a total investment of $12 million. This follow on funding will be channeled to its product improvement and user experience.

Was founded in 2019 by Giacomo Ficari, Nicolo Robba, Benny Fajarai, and Reza Muhammad; Lifepal has transformed into an insurance marketplace platform. The direct-to-consumer (D2C) approach allows them to distribute hundreds of insurance products to the public.

“During the pandemic, we experienced a strong increase in demand along with increasing awareness of health risks combined with the availability of online platforms [..] Lifepal addresses the evolving needs of consumers by reducing the problems associated with traditional agents through full digitization of the value chain for a superior user experience,” Giacomo said.

Meanwhile, ProBatus Capital’s Founder & Managing Partner, Ramneek Gupta said, “We invested in Lifepal because of its potential to change the way Indonesian consumers buy insurance. They built a platform that uniquely serves consumers by including educational content that helps customers understand their needs.”

Market size

Based on data compiled by DSInnovate in a report entitled “Insurtech Ecosystem in Indonesia Report 2021“, the gross written premiums (GWP) in the Indonesian insurance industry has reached $20.8 billion in 2020 with a CAGR of 3.9% from the 2016 period. The main problems that many complain about are related to the claim process and accessibility to insurance products. From this thesis, insurtech startups have emerged with various unique business models.

“The insurance market in Indonesia is yet to be optimized and well-served, it is proven that less than 2% of Indonesians have insurance, thus making it ready for digital disruption,” Cathay Innovation’s Director, Rajive Keshup said.

The digital approach has turned out to be fruitful. Lifepal’s internal data reveals that it has experienced 12x yoy growth with a monthly growth of 20%. The strategy is to combine the strengths of content, community, and product distribution channels to produce more efficient business processes on the user side.

Lifepal currently accommodates more than 300 insurance policies in the fields of health, automotive, property, and travel, partnering with 50 provider companies.

Insurtech platform

Also stated in the report, there are currently around 11 startups that focus on presenting the insurtech platform. Beyond that, there are also market products and enablers to support the digital insurance business system.

Each platform also has a unique approach. Take, for example, Fuse, which digitized the agency concept that has been a long time practice by traditional insurance. This is considered relevant to the Indonesian market, as 97% of the population is still underinsured due to lack of confidence in the current insurance system.

Insurtech startup funding per Q1 2021

This year alone, three other insurtech startups have announced new funding. First, PasarPolis with more than 70 billion Rupiah funding from IFC. Then, Prixa.ai received 40 billion Rupiah funding led by MDI Ventures and TPTF. Also, Fuse has recently announced its series B funding.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Pendanaan Seri A Lifepal

Lifepal Umumkan Pendanaan Seri A 130 Miliar Rupiah

Lifepal mengumumkan telah mendapatkan pendanaan seri A senilai $9 juta atau setara 130 miliar Rupiah. Putaran ini dipimpin oleh ProBatus Capital dengan keterlibatan Cathay Innovation, Insignia Ventures Partners, ATM Capital, dan Hustle Fund.

Digabungkan dengan perolehan sebelumnya, total dana investasi yang telah dikumpulkan perusahaan mencapai $12 juta. Modal tambahan ini akan difokuskan untuk meningkatkan produk dan pengalaman pengguna mereka.

Sejak dirilis tahun 2019 oleh Giacomo Ficari, Nicolo Robba, Benny Fajarai, dan Reza Muhammad; Lifepal telah menjelma menjadi platform marketplace asuransi. Pendekatan direct-to-consumer (D2C) memungkinkan mereka mendistribusikan ratusan produk asuransi kepada masyarakat.

“Selama pandemi kami mengalami peningkatan permintaan yang kuat berbarengan dengan meningkatnya kesadaran akan risiko kesehatan yang dikombinasikan dengan ketersediaan platform online [..] Lifepal menjawab kebutuhan konsumen yang terus berkembang dengan mengurangi masalah terkait dengan agen tradisional melalui digitalisasi penuh value chain untuk pengalaman pengguna yang unggul,” ujar Giacomo.

Sementara itu Founder & Managing Partner ProBatus Capital Ramneek Gupta menyampaikan, “Kami berinvestasi di Lifepal karena potensinya untuk mengubah cara konsumen Indonesia membeli asuransi. Mereka membangun platform yang secara unik melayani konsumen dengan memasukkan konten pendidikan yang membantu pelanggan memahami kebutuhan.”

Ukuran pasar

Berdasarkan data yang dihimpun DSInnovate dalam laporan bertajuk “Insurtech Ecosystem in Indonesia Report 2021” disampaikan, nilai gross written premiums (GWP) di industri asuransi Indonesia telah mencapai $20,8 miliar pada tahun 2020 dengan CAGR 3,9% dari periode 2016. Diungkapkan juga permasalahan utama yang banyak dikeluhkan terkait dengan proses klaim dan aksesibilitas ke produk asuransi. Dari tesis tersebut, startup insurtech bermunculan dengan berbagai model bisnis yang unik.

“Pasar asuransi di Indonesia masih belum dimaksimalkan dan terlayani dengan baik, terbukti kurang dari 2% orang Indonesia memiliki asuransi, sehingga membuatnya siap untuk disrupsi digital,” kata Direktur Cathay Innovation Rajive Keshup.

Pendekatan digital mulai terbukti membuahkan hasil. Data internal Lifepal mengungkapkan telah mengalami pertumbuhan 12x lipat yoy dengan pertumbuhan bulanan mencapai 20%. Strateginya dengan menggabungkan kekuatan konten, komunitas, dan kanal distribusi produk untuk menghasilkan proses bisnis yang lebih efisien di sisi pengguna.

Lifepal saat ini sudah mengakomodasi lebih dari 300 polis asuransi di bidang kesehatan, otomotif, properti, hingga perjalanan, bermitra dengan 50 perusahaan penyedia.

Platform insurtech

Masih dari laporan DSInnovate, saat ini ada sekitar 11 startup yang fokus menyajikan platform insurtech. Di luar itu, ada juga produk pendukung pasar dan enabler untuk menunjang sistem bisnis asuransi digital.

Masing-masing platform juga memiliki pendekatan yang unik. Ambil contoh Fuse yang mendigitalkan konsep keagenan yang sudah dijalankan perasuransian tradisional sejak lama. Hal ini dinilai relevan dengan kondisi di Indonesia, sebanyak 97% dari populasi masih berstatus underinsured dikarenakan kurang percaya dengan sistem perasuransian yang ada saat ini.

Pendanaan startup insurtech hingga Q1 2021

Tahun ini tiga startup insurtech lainnya juga mengumumkan perolehan pendanaan baru. Pertama ada PasarPolis yang menerima dana tambahan lebih dari 70 miliar Rupiah dari IFC. Kemudian Prixa.ai juga mendapatkan pendanaan 40 miliar Rupiah yang dipimpin MDI Ventures dan TPTF. Terakhir ada Fuse yang mengumumkan perolehan pendanaan seri B.

Insurance Business Tends to Recover Soon, Momentum for Insurtech

Despite many business models in the development of the Indonesian startup ecosystem, technology insurance (insurance technology – insurtech) is one that is currently captured by many local and foreign investors. The main principle, insurtech tries to revolutionize consumer behavior, by presenting a simpler, more transparent, and economical insurance process.

There are several basic reasons why insurtech is projected to rise. As Lifepal stated, citing the results of the Munich Re Economic Research study, Indonesia will support the growth of health and life insurance premiums from 2019-2030, with a CAGR of 9.1%.

Throughout 2019, the premiums that have been successfully booked have reached 185.3 trillion Rupiah for life insurance and 80.1 trillion Rupiah for health insurance.

Insurance growth

The Covid-19 pandemic has not declined the growth of the insurance business in Indonesia. From the data summarized by Lifepal, it is shown that there is a relatively fast recovery in relation to gross premium income for life insurance throughout 2020. Especially in June 2020, the value increased compared to the same period last year.

Insurance Indonesia

Momentum for Insurtech

Amid the growth of the insurance business, it turns out that if you look deeper, there are many pain points for prospective customers. The process of seeking information, buying, and claiming insurance products is sometimes not easy, and it is also considered less transparent. The conventional business model uses an agency system, an agent will “fully encourage” prospective customers to subscribe to the insurance product, without providing holistic and comprehensive education.

In some cases, these agents created distrust among consumers. Especially in the digital era like today, consumers can easily validate the information submitted. However, even when searching for it on your own, for example through Google, many complex terminology and biased recommendations are encountered, in the end, it does not lead consumers to products that provide optimal benefits.

Based on this fact, several startups appeared to offer easier insurance processing, through the help of technology. The DSResearch report entitled “Insurtech Strategic Innovation” has mapped several local startups operating in this industry.

Insurtech in Indonesia

Lifepal itself is one of the insurtech players that offers customers the convenience of finding and buying the right insurance for their specific needs. It provides content and reviews designed to make it easier for consumers to plan, by presenting lists and comparing insurance products. Currently there are around 50 insurance brands that have been embraced, with 200 product choices; manages to generate approximately 4 million site visits every month.

Insurtech development

In 2020, several insurtech startups have strengthened business penetration, including raising new funding. Most recently, PasarPolis announced that it has secured funds of up to 796 billion Rupiah. This value is also supported by the latest round of series B from LeapFrog Investments, SBI Investment, Alpha JWC Ventures, Intudo Ventures, and Xiaomi. This acquisition is claimed to be the largest for insurtech startups in the region.

Last May, Igloo, previously known as Axinan, also announced series A + funding worth 238.4 billion Rupiah. They are a startup from Singapore that already has an operational base in Indonesia through its collaboration with Sompo Indonesia. There is also Qoala, who booked series A funding of 209 billion Rupiah in April 2020.

Innovations continue to roll, several players have also launched insurtech-based products this year. As is done by People’s Capital, in collaboration with Adira they present vehicle insurance. This initiative was launched simultaneously with the company’s entry into the e-procurement business of purchasing logistics trucks.

There are also artificial intelligence-based innovations launched by Prixa. They integrated the healthtech system with insurtech, engaging several players in related landscapes. The service is presented in the form of a chatbot, with the hope of making it easier for potential customers to gain understanding while chatting with an expert.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian
Header: Depositphotos.com

Bisnis Asuransi Relatif Cepat Pulih dari Pandemi, Momentum Pertumbuhan Insurtech

Di antara banyaknya model bisnis yang berkembang di ekosistem startup Indonesia, teknologi asuransi (insurance technology – insurtech) menjadi salah satu yang kini banyak dilirik kalangan investor lokal maupun asing. Prinsip utamanya, insurtech mencoba merevolusi perilaku konsumen, dengan menghadirkan proses asuransi yang lebih sederhana, transparan, dan hemat.

Ada beberapa alasan mendasar mengapa insurtech diproyeksikan berkembang baik di sini. Seperti yang disampaikan Lifepal dalam sebuah kesempatan, mengutip hasil studi Munich Re Economic Research, Indonesia akan memimpin pertumbuhan premi asuransi kesehatan dan jiwa dari tahun 2019-2030, dengan CAGR sebesar 9,1%.

Sepanjang taun 2019, premi yang berhasil dibukukan sudah mencapai 185,3 triliun Rupiah untuk asuransi jiwa dan 80,1 triliun Rupiah untuk asuransi kesehatan.

Insurance growth

Pandemi Covid-19 turut tidak menyurutkan pertumbuhan bisnis asuransi di Indonesia. Dari data yang dirangkum Lifepal, ditunjukkan adanya pemulihan yang relatif cepat terkait pendapatan bruto premi untuk asuransi jiwa sepanjang tahun 2020. Apalagi di bulan Juni 2020, dibandingkan periode yang sama tahun lalu nilainya meningkat.

Insurance Indonesia

Momentum untuk insurtech

Di tengah pertumbuhan bisnis asuransi, ternyata jika menelisik lebih dalam masih banyak pain-points yang dihadapi calon nasabah. Proses mencari informasi, membeli, hingga mengklaim produk asuransi kadang tidak mudah, juga dirasa kurang transparan. Model bisnis konvensional menggunakan sistem keagenan, seorang agen akan “mendorong penuh” calon nasabah untuk berlangganan produk asuransinya, tanpa memberikan edukasi yang holistis dan komprehensif.

Pada akhirnya, di beberapa kasus, para agen tersebut justru menciptakan ketidakpercayaan di kalangan konsumen. Apalagi di era digital seperti saat ini konsumen juga dapat dengan mudah memvalidasi informasi yang disampaikan. Namun, ketika mencari tahu sendiri pun, misalnya lewat Google, banyak terminologi rumit dan rekomendasi bias yang ditemui, pada akhirnya tidak mengantarkan konsumen pada produk yang memberikan manfaat secara optimal.

Berbekal fakta tersebut, kemudian beberapa startup muncul menawarkan pemrosesan asuransi yang lebih memudahkan, melalui bantuan teknologi. Laporan DSResearch bertajuk “Insurtech Strategic Innovation” telah memetakan beberapa startup lokal yang sudah beroperasi di lanskap tersebut.

Insurtech in Indonesia

Lifepal sendiri menjadi salah satu pemain insurtech yang menawarkan kemudahan kepada pelanggan untuk menemukan dan membeli asuransi yang tepat untuk kebutuhannya yang spesifik. Di dalamnya menyajikan konten dan ulasan yang didesain untuk memudahkan konsumen melakukan perencanaan, dengan menyajikan daftar dan membandingkan produk asuransi. Saat ini ada sekitar 50 merek asuransi yang telah dirangkul, dengan 200 pilihan produk; berhasil menghadirkan sekitar 4 juta kunjungan situs setiap bulannya.

Perkembangan insurtech

Tahun 2020, beberapa startup insurtech makin kuatkan penetrasi bisnis, termasuk didukung melalui pendanaan baru. Teranyar, PasarPolis umumkan telah membukukan dana hingga 796 miliar Rupiah. Nilai tersebut turut didukung putaran terbaru seri B dari LeapFrog Investments, SBI Investment, Alpha JWC Ventures, Intudo Ventures, dan Xiaomi. Perolehan ini diklaim jadi yang terbesar untuk startup insurtech di regional.

Mei 2020 lalu, Igloo yang sebelumnya dikenal sebagai Axinan, juga umumkan pendanaan seri A+ senilai 238,4 miliar Rupiah. Mereka adalah startup asal Singapura yang telah memiliki basis operasional di Indonesia melalui kerja samanya dengan Sompo Indonesia. Ada juga Qoala yang bukukan pendanaan seri A senilai 209 miliar Rupiah pada April 2020 lalu.

Inovasi pun terus bergulir, beberapa pemain turut lahirkan produk berbasis insurtech tahun ini. Seperti yang dilakukan oleh Modal Rakyat, bekerja sama dengan Adira mereka hadirkan asuransi kendaraan. Inisiatif ini diluncurkan bebarengan dengan masuknya perusahaan ke bisnis e-procurement pembelian truk logistik.

Ada juga inovasi berbasis kecerdasan buatan yang diluncurkan Prixa. Mereka mengintegrasikan sistem healthtech dengan insurtech, menggandeng beberapa pemain di lanskap terkait. Layanannya disajikan dalam bentuk chatbot, dengan harapan memudahkan calon konsumen mendapatkan pemahaman seraya sedang chatting dengan seorang pakar.

Gambar Header: Depositphotos.com

Startup yang bergerak di bidang Insurtech (Insurance Technology)

Daftar Startup Insurtech di Indonesia

Startup yang bergerak di bidang Insurtech (Insurance Technology) di Indonesia tidak sedikit pemainnya. Insurtech merupakan bisnis yang coba mendigitalkan manajemen produk asuransi, bentuknya berupa kanal informasi dan perbandingan produk, pemesanan layanan, hingga klaim asuransi. Berikut ini daftar startup Insurtech di Indonesia:

PasarPolis

PasarPolis salah satu startup insurtech indonesia yang resmi diperkenalkan pada tahun 2015

PasarPolis salah satu startup bidang insurtech yang resmi diperkenalkan pada masyarakat pada 3 Maret 2015. Disebutkan PasarPolis telah bermitra dengan lebih dari 100 produk asuransi dari sekitar 30 mitra asuransi yang memasarkan produknya di situs PasarPolis. PasarPolis menyediakan enam jenis produk asuransi, seperti asuransi perjalanan, kecelakaan diri, properti, kesehatan, jiwa, dan kendaraan motor.

Tahun lalu, setelah mengumumkan ambisi ekspansinya ke pasar regional dimulai dari Thailand dan Vietnam, PasarPolis mulai mengembangkan di sektor pariwisata, yaitu produk asuransi yang ditawarkan PasarPolis seperti asuransi perjalanan dan penundaan penerbangan. Sementara untuk e-commerce produk yang ditawarkan mencakup penanggungan kerusakan produk saat proses pengiriman.

RajaPremi

RajaPremi adalah startup insurtech dengan portal asuransi pertama di Indonesia. Startup yang sebenarnya sudah digarap sejak 2012 ini, dan dirintis oleh tiga orang founder, Chang Jeh sebagai CEO, Keith Chee sebagai CTO, dan Margaretha Venny sebagai General Manager.

Layanan yang mengklaim dirinya sebagai pelopor pasar asuransi online di Indonesia ini menawarkan banyak produk yang salah satunya adalah asuransi jiwa dan kesehatan. Melalui situs ini, masyarakat diajak untuk membandingkan harga dan memilih produk yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Bahkan, rajapremi.com juga menyediakan konsultasi gratis dengan konsultan asuransi independen untuk memudahkan calon pengguna layanannya memilih asuransi yang tepat.

Qoala 

Startup insurtech indonesia qoala merupakan salah satu peserta dari Grab Ventures Velocity (GVV)

Qoala juga merupakan startup insurtech yang menjembatani proses klaim asuransi melalui sistem teknologi. Qoala sendiri berada di bawah PT Archor Teknologi Digital dan merupakan salah satu peserta dari Grab Ventures Velocity (GVV) batch kedua.

Semua proses klaim Qoala menggunakan teknologi digital berbasis artificial intelegence (AI). Gunanya untuk mempercepat proses identifikasi terhadap seseorang. Sehingga proses klaim jadi lebih efektif dan tentu saja cepat. Waktu klaim yang dijanjikan Qoala hanya butuh beberapa menit saja. Bahkan klaim bisa dikirimkan melalui pembayaran digital OVO dan Gopay.

Wowpremi

WowPremi masuk dalam daftar startup insurtech indonesia

WowPremi masuk dalam daftar startup insurtech yang tidak hanya melayani pengajuan polis asuransi jiwa secara online, melainkan juga membantu calon nasabah mencocokan kebutuhan asuransi karena WowPremi menyediakan banyak kategori asuransi dari perusahaan asuransi terkemuka. Selain didukung oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), WowPremi menggandeng payment gateway yang didukung oleh 21 bank dan kartu kredit sehingga proses pembayaran asuransi dijamin aman dan instan.

Futuready

Futuready adalah salah satu startup insurtech Indonesia yang bisnis perusahaannya pialang (lebih dikenal broker) asuransi, dengan jalur penjualan khusus online. Perusahaan ini diklaim memiliki lisensi resmi dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dengan nama usaha PT Futuready Insurance Broker dan nomor izin no. KEP-518/NB.1/2015.

Futuready adalah startup insurtech indonesia yang bisnisnya pialang (lebih dikenal broker) asuransi

Setelah sebelumnya fokus kepada onboarding customer, saat ini Futuready fokus kepada layanan pelanggan secara menyeluruh, terutama dalam hal proses klaim asuransi. Didukung dengan teknologi dan pilihan pembayaran pelanggan, mereka menyebutkan proses klaim bisa dilakukan hanya dalam waktu 48 jam saja.

Igloo

Igloo merupakan asuransi digital on-demand untuk perlindungan layar. Aplikasi yang dilengkapi dengan teknologi machine learning tersebut menyediakan layanan asuransi khusus untuk perlindungan layar (screen protector) untuk semua tipe dan merek ponsel yang tersedia di Indonesia.

Saat ini Igloo hanya menyediakan asuransi untuk layar ponsel saja, namun ke depannya Igloo juga akan menghadirkan asuransi untuk perjalanan wisata, perlindungan furnitur dan barang berharga di apartemen.

Lifepal

Lifepal, startup insurtech yang hadir dalam bentuk platform marketplace , layanannya membantu membandingkan, membeli, dan menggunakan produk asuransi sesuai dengan kebutuhan dan anggaran. Adapun produk yang ditawarkan mulai dari asuransi kesehatan, asuransi jiwa, asuransi kendaraan, asuransi perjalanan, dan lain sebagainya.

Lifepal, startup insurtech indonesia yang hadir dalam bentuk platform marketplace

Lifepal menyediakan pilihan paket asuransi kesehatan dan jiwa yang lengkap, mulai dari Paket Keluarga, Paket Penyakit Kritis, Paket Kehamilan, hingga Paket Lanjut Usia. Juga menawarkan perbandingan perlindungan dengan manfaat terbaik dan harga premi termurah dari berbagai brand asuransi ternama untuk melindungi karyawan perusahaan.

9lives

9Lives (PT. Nine Lives Indonesia) merupakan sebuah perusahaan startup insurtech Indonesia yang bergerak dibidang usaha aktivitas konsultasi digital dan managemen fasilitas informasi teknologi lainnya, yang menyediakan pelayanan dalam pencarian dan pembelian polis asuransi. Serta klaim asuransi melalui sebuah mobile aplikasi.

Hadir di Indonesia sejak tahun 2018, 9Lives mencoba relevan dengan inovasi microinsurance. Yang terbaru mereka meluncurkan Asuransi Selfie yang secara khusus melindungi wajah saat terjadi kecelakaan. Produk ini diharapkan cocok dengan target pasarnya, yaitu kalangan milenial khususnya kaum perempuan.

Cekpremi

Satu lagi layanan perbandingan produk finansial hadir di Indonesia. Meski bukan yang pertama, CekPremi besutan PT Reventon Mitra Utama ini mencoba hadir sebagai portal informasi dalam perbandingan produk asuransi online.

Sebagai penyedia layanan perbandingan asuransi, Cekpremi memiliki peran ganda yang untuk dapat menguntungkan konsumen maupun mitra asuransi yang berpartisipasi. Melalui situs resminya, saat ini CekPremi baru menyediakan jasa perbandingan produk asuransi untuk mobil, motor dan juga asuransi perjalanan. Keunggulan lain yang ditawarkan oleh CekPremi yaitu mereka berani memberikan garansi 200% dari perbedaan harga jika konsumen menemukan premi yang lebih murah daripada yang dijual di Cekpremi.

Premiro

Premiro, portal pembanding asuransi yang menginginkan pelanggan memegang kendali. Startup insurtech ini menghubungkan pengguna dengan produk-produk asuransi pilihan secara instan tanpa harus meninggalkan rumah atau pekerjaan. Hemat waktu dan tenaga. Dengan memberikan kebebasan memilih asuransi yang paling sesuai dengan kebutuhan pelanggan.

Premiro menghadirkan empat produk. Untuk asuransi perjalanan, bagi yang ingin ke luar negeri hanya melayani perjalanan tunggal. Pada produk asuransi kendaraan, terdapat beragam pilihan perlindungan serta disediakan bengkel rekanan terpilih. Perlindungan untuk properti dan harta benda, tersedia untuk memproteksi risiko terhadap kebakaran, banjir, pencurian, perampokan dan berbagai risiko lain. Selanjutnya adalah produk kesehatan, pribadi dan jiwa.

Asuransi88

Bekerja sama dengan lebih dari 10 perusahaan penyedia asuransi, Startup insurtech Asuransi88 mengklaim menawarkan layanannya secara gratis, mudah, tidak bias, dan independen. Monetisasi melalui iklan dan lead pembelian produk melalui situsnya merupakan model bisnis yang coba dibangun oleh Asuransi88.

Startup insurtech indonesia Asuransi88 bekerja sama dengan lebih dari 10 perusahaan penyedia asuransi

Melalui Internet, Asuransi88 menawarkan kemudahan bagi para penggunanya untuk dapat memiliki layanan asuransi idaman dari yang dulunya harus melalui proses yang cukup lama dan membuang waktu. Hanya dengan tiga langkah, seperti yang dikutip dari rilis persnya, pengguna sudah bisa mendapatkan asuransi terbaik sesuai dengan kebutuhannya.

Lifepal Mudahkan Pengguna Membandingkan dan Membeli Produk Asuransi

Mengutip dari berbagai sumber, termasuk data OJK, penetrasi produk asuransi di Indonesia masih sangat rendah. Baru sekitar 2-3% dari total populasi yang menggunakan (di luar produk pemerintah seperti BPJS yang makin diwajibkan). Banyak hal-hal fundamental yang menghambat pertumbuhan asuransi di Indonesia, misalnya terkait informasi dan akses. Dari permasalahan tersebut, inovasi berbasis teknologi asuransi (insurtech) dimunculkan dengan berbagai bentuk.

Salah satunya Lifepal, startup insurtech yang hadir dalam bentuk platform marketplace , layanannya membantu membandingkan, membeli, dan menggunakan produk asuransi sesuai dengan kebutuhan dan anggaran. Adapun produk yang ditawarkan mulai dari asuransi kesehatan, asuransi jiwa, asuransi mobil, asuransi perjalanan, dan lain sebagainya.

“Lifepal bekerja sama dengan puluhan asuransi dan membantu pengguna membandingkan ratusan pilihan polis terbaik yang mereka butuhkan. Konsultan kami juga siap membantu jika membutuhkan informasi lebih lanjut terkait produk asuransi yang mereka cari. Pengguna bisa mengelola polis dan mendapatkan bantuan jika dibutuhkan,” ujar Co-Founder & CMO Lifepal Benny Fajarai kepada DailySocial.

Menunjukkan statistik penggunanya, Benny menyampaikan saat ini Lifepal rutin mendapatkan 3-4 juta pengunjung aktif per bulannya. Sebagian besar pengguna hadir dari kalangan menengah ke atas, berusia dewasa (25+ tahun).

Selain Benny, Lifepal turut didirikan oleh Reza Muhammad, Nicolo Robba, dan Giacomo Ficari. Perusahaan sendiri sudah didirikan sejak November 2018 dengan misi memberikan akses informasi dan perlindungan finansial untuk semua orang. Turut disampaikan, saat ini Lifepal sudah mendapatkan pendanaan eksternal, hanya saja untuk detail investor dan tahapannya belum bisa diungkapkan detail.

Mendobrak pendekatan lama

Insurtech hadir untuk memberikan kemudahan, memungkinkan pengguna untuk mengakses produk-produk asuransi secara langsung, serta mendapatkan informasi yang transparan. Platform marketplace memang menjadi salah satu model bisnis favorit di vertikal ini. Terbukti, di Indonesia sudah ada beberapa platform terkait. Selain Lifepal, platform seperti Cermati, CekAja, Qoala, Premiro dll sajikan layanan serupa dengan spesialisasi masing-masing.

Model ini menurut para pemain memang relevan, untuk mendobrak pendekatan lama yang dirasa kurang efektif. Benny pun berpendapat, “Selama ini distribusi produk asuransi sebagian besar menggunakan agen, yang bekerja pada satu perusahaan asuransi saja. Tentunya hal ini membuat rekomendasi menjadi sangat subjektif, dan belum tentu yang terbaik untuk nasabah. Selain itu, mengandalkan agen asuransi dengan penjelasan yang tidak dapat ter-monitor menciptakan pemahaman dan ekspektasi yang berbeda di mata konsumen.”

Dalam sebuah studi bertajuk “Insurance Technology Survey 2019” yang dilakukan DSResearch, mengemukakan fakta bahwa sebenarnya pendekatan teknologi untuk distribusi produk asuransi dipahami cukup baik. Dari 1296 responden pengguna produk asuransi, 70% di antaranya familiar dengan “insurtech”. Sebagian besar mendefinisikan sebagai layanan digital yang memudahkan proses pencarian informasi, pendaftaran layanan, dan klaim.

Sebagian besar responden juga setuju, bahwa hadirnya insurtech memberikan kemudahan berarti untuk kebutuhan mereka terkait produk asuransi.

Temuan DSResearch tentang testimoni pengguna terhadap insurtech di Indonesia
Temuan DSResearch tentang testimoni pengguna terhadap insurtech di Indonesia

Potensi pertumbuhan bisnis

Dari catatan Lifepal, pasar asuransi di Indonesia tumbuh 2 digit setiap tahunnya. Salah satunya dipengaruhi bertambahnya golongan masyarakat kelas menengah di Indonesia, mereka semakin sadar dan memiliki pemahaman finansial yang baik. Kondisi ini dilihat sebagai potensi besar bagi para pemain insurtech untuk bermanuver.

“Produk keuangan dan asuransi secara khusus akan terus berkembang seiring bertumbuhnya literasi finansial masyarakat. Kami percaya, fintech akan menjadi the next big thing,” imbuh Benny.

Kondisi tersebut membuat persaingan pun semakin menguat, sehingga setiap pemain perlu membentuk value proposition-nya agar tetap diminati pasar. Untuk Lifepal sendiri, Benny mengungkapkan ada tiga hal yang terus dioptimalkan. Pertama terkait inventory, ia mengklaim saat ini termasuk yang terlengkap di Indonesia, mengakomodasi ratusan hingga ribuan pilihan produk asuransi. Kedua, Lifepal mencoba menawarkan layanan secara menyeluruh, dari proses mencari informasi, pembelian, hingga bantuan setelah pembelian dan jika ada kesulitan klaim dan kendala dengan pihak perusahaan asuransi.

Dan poin ketiga, Lifepal berusaha secara objektif memberikan perbandingan dan ulasan produk dari sudut pandang perencana keuangan tersertifikasi. Untuk itu, mereka saat ini masih ingin fokus pada produk asuransi saja, belum berminat memperluas cakupan ke produk finansial lainnya. “Saat ini kami fokus memberikan pelayanan terbaik untuk customer yang mencari produk asuransi,” terang Benny.