Bermain game lalu dijadikan profesi bisa dibilang belum pernah terpikirkan oleh generasi orang tua kita. Namun seiring perkembangan zaman, hal ini menjadi mungkin untuk dilakukan apalagi seiring dengan fenomena esports yang sedang membahana kini.
Dulu anak generasi 90-an tentu akan dimarahi jika terlalu banyak main game. Sekarang, para siswa SMA malah didorong untuk jadi atlet esports berkat kehadiran JD.ID High School League (HSL). Kompetisi ini sudah ada sebelumnya di tahun 2018, yang dijuarai oleh tim dari SMA 7 Bandung, namun dengan format berupa turnamen.
Tahun ini JD.ID HSL 2019 kembali hadir dengan namun dengan format liga. Seperti liga sepakbola, JD.ID HSL 2019 kini menggunakan dua tingkatan. Tingkat pertama disebut sebagai liga seri A lalu di bawahnya ada divisi dua yang disebut sebagai seri B. Pembagian divisi ini sudah dimulai saat 2018 kemarin lewat season qualifier. Dari tim peserta yang ada, diambil 36 tim terbaik, yang mana 20 tim masuk ke seri A, dan 16 tim sisanya masuk ke seri B.
Pada gelaran roadshow pembukaan JD.ID HSL 2019 yang diadakan 13 Februari kemarin, Diana Chong selaku Direktur Turnamen JD.ID HSL 2019 cerita banyak soal visi jangka panjang dari kompetisi ini yang fokus dalam pembibitan atlet esports baru. Salah satunya adalah komitmen dari JD.ID untuk memaksimalkan potensi anak muda dalam persaingan di dunia yang disebut oleh Diana sebagai industri ekonomi digital 4.0.
“Niat kami menyelenggarakan JD.ID HSL adalah mengusung misi edukasi dalam rangka menguatkan karakter anak bangsa yang akan menjadi aktor utama dunia esports Indonesia masa depan. Kami berharap JD.ID HSL akan melahirkan talenta potensial yang memahami filosofi esports, berdedikasi, disiplin, dan sportivitas tinggi.” Diana menjelaskan dalam roadshow tersebut.
Namun melihat komitmen ini, pertanyaan sebenarnya adalah soal integrasi kompetisi ini dengan ekosistem esports di Indonesia. Seperti yang Anda mungkin pernah dengar, saat ini banyak bermunculan kompetisi untuk kelas pelajar di Indonesia. Selain JD.ID HSL ini, ada juga Youth National Esports Championship (YNEC) yang digagas oleh Kemenpora, lalu juga ada IEL University Series kompetisi esports kelas mahasiswa yang digagas IESPA.
Satu hal yang saya bayangkan, tentunya akan sangat menarik misal, tim juara JD.ID HSL 2019 ini berkesempatan mendapat beasiswa dalam salah satu kampus peserta IEL. Contoh lain misal menjadi juara JD.ID HSL membuka kesempatan para siswa SMA untuk karir yang sesungguhnya di dunia esports profesional.
Diana mengatakan bahwa wacana ini sebenarnya menarik, namun ia mengatakan bahwa dari sisi JD.ID dan Yamisok selaku penyelenggara, masih fokus menjalankan JD.ID HSL itu sendiri. “Kerjasama tersebut mungkin saja dilakukan dan tentunya akan berdampak sangat baik. Tetapi kami saat ini fokus kepada JD.ID HSL terlebih dahulu untuk dapat mengedukasi masyarakat terutama para orang tua murid tentang dampak positif dari esports.” Jawab Diana kepada Hybrid.
Menurut opini saya pribadi, hal ini yang dirasa masih kurang dalam ekosistem esports Indonesia. Walaupun secara ukuran industri sudah cukup besar, sayangnya kolaborasi dan integrasi antar bagian ekosistem masih kurang terjadi. Padahal integrasi dan kolaborasi antar bagian ekosistem pada saat tertentu bisa mempercepat perkembangan industri esports di Indonesia. Contohnya seperti, integrasi JD.ID HSL, IEL University Series, dengan organisasi esports lokal, diharapkan bisa mempercepat regenerasi atlet esports yang juga selama ini terbilang jadi masalah.
JD.ID High School League akan diselenggarakan mulai Februari ini dengan rangkaian roadshow edukasi soal esports, dengan kompetisi seri A dimulai pada 16 Maret 2019 mendatang. Untuk informasi lebih lanjut seputar JD.ID HSL 2019 Anda bisa langsung pergi ke laman resmi ihsl.id.