Tag Archives: liga franchise

LPL Tiongkok Akan Ubah Gaji Pemain Sesuai Dengan Performa di Pertandingan

Liga LoL Tiongkok, LPL, dikabarkan akan menerapkan sistem batas atas gaji, menyesuaikan performa dari sang pemain. Mengutip dari postingan berbahasa Tiongkok di forum online Hupu, sistem ini diumumkan dalam acara Tencent Global Esports yang terselenggara 24 Agustus 2020 lalu, dan disebut sebagai “financial fairness rule”. Lebih lanjut, InvenGlobal mengatakan bahwa sistem ini kemungkinan akan diterapkan pada LPL Tiongkok musim depan.

Masih dari InvenGlobal, dijelaskan bahwa akan ada penetapan tier atau peringkat berdasarkan kemampuan sang pemain. Nantinya, gaji maksimal sang pemain bisa naik atau turun, tergantung performa, dan posisi mereka di dalam peringkat. Jika sistem tersebut diterapkan, maka pemain yang bermain bagus punya kesempatan dapat gaji lebih besar, dan kemungkinan turun gaji jika performa sang pemain memburuk. Secara konsep, sistem tersebut mungkin bagus, namun demikian ada banyak pertanyaan yang harus dijawab terlebih dahulu jika ingin menerapkan sistem ini secara adil.

JD Gaming menang LPL
JD Gaming memenangkan LPL untuk pertama kalinya.

Beberapa pertanyaan yang muncul seperti, apa yang akan menjadi indikator performa “bagus” pemain di LPL menurut sistem ini? Apakah KDA? Apakah penilaian dari pelatih? Atau akan ada semacam komite bersama untuk menentukan tingkat performa ini? Tencent sendiri belum menjelaskan lebih detil soal bagaimana sistem tersebut bekerja. Tapi, kalau memang indikatornya adalah KDA atau statistik permainan, ada kekhawatiran level kompetisi liga LPL jadi menurun.

Ada beberapa kemungkinan bisa terjadi jika sistem tersebut benar diterapkan seperti itu. Pemain di dalam satu tim bisa jadi saling bersaing demi mendapat statistik bagus. Pemain dari tim yang kalah, mungkin akan sengaja menyerah agar statistik mereka tidak tercoreng. Pemain yang sebenarnya bermain bagus, namun tidak punya statistik, bisa jadi tidak mendapatkan gaji yang sesuai.

InvenGlobal mengatakan banyak penentangan terhadap sistem gaji seperti demikian, baik dari para profesional yang terlibat di dalam industri, ataupun komunitas. Terlepas dari itu, insiatif Tencent untuk dapat menjaga level kompetisi suatu liga, tetap merupakan usaha yang baik; walau tentunya dengan segudang pekerjaan rumah yang harus diselesaikan.

Liga Franchise dan Level Kompetisi suatu Liga

Sumber: Instagram MPL ID
Sumber: Instagram MPL ID

Bicara soal level kompetisi suatu liga, dalam konteks lokal hal tersebut muncul menjadi topik perbincangan ketika RRQ keluar sebagai juara liga MLBB Indonesia (MPL ID) untuk kedua kalinya. Kemenangan RRQ berhasil memupuskan “mitos”, bahwa tidak ada satu tim pun yang bisa memenangkan MPL ID lebih dari satu kali.

Walau demikian, kemenangan tersebut jadi memunculkan tanda tanya tersendiri. Apakah kemenangan RRQ untuk kedua kalinya jadi berdampak pada ekosistem atau level kompetisi MLBB di Indonesia? Sejauh ini sampai pekan ke-5 di MPL ID Season 6, level kompetisi MPL ID terbilang masih terlalu berpusat pada EVOS, RRQ, Alter Ego, ONIC dan Bigetron. Sementara tiga tim sisanya yaitu Genflix Aerowolf, AURA Esports, dan Geek Fam ID, kerap kali tertatih di kompetisi MPL ID, sejak sistem franchise diterapkan pada MPL ID season 4.

Melihat ini, apakah artinya memang perlu sebuah sistem tertentu untuk menjaga level kompetisi dari sebuah liga esports? Mengingat model franchise seperti pada LPL ataupun MPL mengharuskan peserta liga membayar untuk turut serta, mungkin adil-adil saja jika tim peserta liga menuntut “keseimbangan” dalam level kompetisi.

Biaya Liga Franchise LCK Dikabarkan Mencapai 175 Miliar Rupiah

Tanggal 6 April 2020 kemarin, diumumkan bahwa liga LoL Korea Selatan (LCK) berubah model dari promosi-relegasi menjadi sistem liga tertutup atau franchise model di tahun 2021. Perubahan ini menjadi berita yang cukup besar, karena LCK terbilang sebagai salah satu kiblat skena kompetitif League of Legends internasional.

Ketika diumumkan, besaran harga untuk memasuki liga ini masih belum diinformasikan, tetapi Gen.G sudah memiliki indikasi keingingan untuk masuk ke dalamnya. 17 Juni 2020 kemarin, Esports Observer akhirnya mendapatkan informasi bahwa biaya liga franchise LCK adalah sebesar 10 miliar Won Korea (sekitar 116 miliar Rupiah) untuk tim yang bertanding di LCK sebelumnya.

Untuk tim yang ingin memasuki LCK, biaya investasi yang harus dibayarkan akan lebih besar, yaitu sekitar 12 hingga 15 miliar won Korea (sekitar 140 hingga 175 miliar Rupiah). Namun, Esports Observer mengatakan bahwa besaran biaya tersebut masih dalam diskusi bersama dengan para pemangku kepentingan, yang berpendapat biaya investasi untuk pendatang baru seharusnya lebih tinggi lagi. Secara kasar, biaya ini terbilang lebih murah. Ini mengingat LCS (liga LoL AS) bahkan mematok biaya yang lebih besar, yaitu US$25 juta (sekitar 354 miliar Rupiah) pada tahun 2017.

Dengan perubahan sistem ini, maka LCK akan menghilangkan sistem promosi-relegasi. Sebagai gantinya, LCK akan menghadirkan liga akademi, sistem bagi hasil keuntungan liga kepada tim peserta, dan ketentuan minimal gaji tahunan bagi pemain tim peserta LCK sebesar 60 juta won Korea (sekitar 698 juta Rupiah).

Melihat perubahan sistem dan rekam jejak 10 tim peserta LCK sebelumnya, mungkin setidaknya sudah ada 2 tim yang kemungkinan besar masuk ke dalam liga. Dua tim tersebut adalah T1 yang juga dimiliki oleh Comcast Spectator, dan tentunya Gen.G Esports yang memiliki Dennis Wong dan Silicon Valley Bank sebagai investor.

Sumber: LCK Official
Tim peserta LCK Spring 2020. Sumber: LCK Official

Selain tim dari Korea Selatan sendiri, dikabarkan bahwa tim luar Amerika Serikat juga memiliki ketertarikan untuk masuk ke dalam liga LCK. Masih dari Esports Observer yang mengutip dari media lokal Korea, Fomos, ada dua organisasi esports asal Amerika Utara yang mengirimkan surat tanda ketertarikan. Dua organisasi tersebut adalah NRG Esports dan FaZe Clan.

Kira-kira bagaimana dampak perubahan sistem ini terhadap skena kompetitif League of Legends di Korea Selatan? Satu kemungkinan yang bisa terjadi adalah, kita juga akan melihat organisasi esports asal barat, turut mengikuti liga LoL asal Korea Selatan tersebut.