Tag Archives: Linda Wijaya

Aplikasi Pesan Dokter SehatQ

Permudah Konsultasi dan Pesan Antrean Dokter, SehatQ Luncurkan Aplikasi

Platform healthtech SehatQ secara resmi telah merilis aplikasi. Sejak didirikan satu tahun yang lalu, mereka mengoperasikan layanan melalui website. Aplikasi tersebut hadir dengan dua fitur utama yakni Chat Dokter dan Booking Dokter, serta tersedia dalam dua versi, Android dan iOS.

Di fase awalnya, SehatQ fokus pada konten kesehatan, mulai dari artikel hingga ensiklopedia penyakit dan obat-obatan. Secara total saat ini ada 1165 direktori penyakit, 2196 konten, 6979 direktori dokter, dan 2127 daftar layanan kesehatan.

“SehatQ menawarkan konsep Sehat dalam genggaman, apapun kebutuhan kesehatan pengguna dapat diakses melalui satu aplikasi. Dimulai dari pencarian informasi kesehatan, chat dengan dokter, hingga layanan booking dokter jika akan berobat ke rumah sakit atau klinik,” kata Founder & CEO SehatQ Linda Wijaya.

Sebelumnya, Chat Dokter SehatQ tersedia di website dengan fitur yang lebih terbatas. Data sepanjang Juni-September 2019 menggambarkan bahwa mayoritas penggunanya memanfaatkan layanan untuk berkonsultasi tentang keluhan-keluhan ringan dan cara mengatasinya. Meski demikian, kelompok pengguna lain, yaitu sebanyak 36%, membutuhkan pemeriksaan fisik langsung oleh dokter.

Kini melalui fitur Chat Dokter di aplikasi, pengguna dapat berkonsultasi secara realtime dengan tim dokter SehatQ yang berpengalaman. Berbeda dengan aplikasi lainnya, SehatQ mengklaim bukan hanya untuk membantu mengatasi keluhan kesehatan, namun untuk mendampingi pengguna menerapkan gaya hidup sehat.

Sementara itu pada fitur Booking Dokter, pengguna dapat memilih dan memesan jadwal kunjungan ke lebih dari 8000 dokter masuk dalam daftar SehatQ. Dari jumlah tersebut SehatQ mencatat baru sekitar 2000 dokter yang sudah menjadi mitra di hampir 300 fasilitas. Target SehatQ ke depannya ingin menambah jumlah jaringan mitra layanan kesehatan.

“Bagi rumah sakit dan klinik, fitur Booking Dokter bisa membantu penjadwalan pasien rawat jalan sehingga layanan untuk pasien lebih baik dan efisien,” kata Linda.

Demografi pengguna

Dari beberapa pembahasan yang ditawarkan kepada pengguna, SehatQ mencatat terdapat 5 topik yang paling banyak dicari. Di antaranya kesehatan kulit, seks dan kesehatan organ reproduksi, gangguan pencernaan, gangguan pernapasan, dan kesehatan mental.

Untuk demografinya, 60% pengguna SehatQ adalah perempuan dan 40% adalah laki-laki. Dari kategori usia kebanyakan adalah kalangan milenial sekitar 77%.

“Berdasarkan temuan-temuan di atas, SehatQ berharap dapat meningkatkan pengalaman pengguna dan menawarkan layanan yang lebih baik ke depannya melalui fitur-fitur yang lebih beragam,” kata Linda.

Application Information Will Show Up Here
Startup Kesehatan SehatQ

Mengenal SehatQ, Platform Pengelola Kesehatan yang Menyasar Keluarga Muda

Indonesia merupakan salah satu pasar strategis untuk industri kesehatan. Mengutip dari data Bappenas, jumlah penduduk kelas menengah di Indonesia pada 2021 diproyeksi mencapai 45 juta penduduk. Angka ini diperkirakan naik dua kali lipat jadi 85 juta di 2022 dan meningkat jadi 145 juta pada 2030.

Artinya, sekarang adalah momentum yang tepat untuk menyeriusinya karena makin tinggi kemampuan ekonomi seseorang, semakin tinggi pula kesadaran untuk memperbaiki gaya hidupnya. Hal inilah yang dimanfaatkan oleh SehatQ. Startup ini ikut meramaikan di ranah startup kesehatan di Indonesia sejak November 2018.

Head of Communications SehatQ Aniela Maria menjelaskan, perusahaan datang dari pengalaman pribadi founder-nya itu sendiri, yakni Linda Wijaya. Ketika Linda sudah berkeluarga, dia menyadari kesehatan itu penting dalam keseharian. Selalu ada bagian dari unsur kesehatan yang bisa terus dimaksimalkan. Kesempatan tersebut direalisasikan dengan mendirikan SehatQ.

“Secara bertahap kami akan mengembangkan fitur dengan tujuan akhirnya menjadikan SehatQ sebagai asisten untuk bantu orang mengelola kesehatan pribadi dan keluarga muda. Golongan tersebut adalah target pengguna kita,” terang Aniela kepada DailySocial.

Selaras dengan misinya tersebut, menarik minat Latitude Venture Partners (LVP) untuk gaet SehatQ sebagai proyek binaan pertama. Di luar investasi eksternal yang dilakukan LVP untuk startup yang sudah beroperasi. Linda sendiri merupakan Managing Partner LVP.

Di bawah binaan LVP, SehatQ secara langsung dipantau perkembangannya dan mendapat jaringan yang bisa dimanfaatkan baik dari LVP maupun Grup Sinar Mas. LVP adalah VC yang disiapkan Sinar Mas dengan struktur pendanaan yang berbeda dengan SMDV. LVP bertindak sebagai venture builder dan venture capital.

Penambahan fitur kesehatan secara bertahap

Tim SehatQ / SehatQ
Tim SehatQ / SehatQ

Untuk tahap awal, lanjutnya, SehatQ fokus perbanyak konten kesehatan. Mulai dari artikel kesehatan berbagai topik, ensiklopedia penyakit dan obat-obatan. Secara total ada 1514 direktori artikel, 1115 ensiklopedia penyakit dan obat yang telah diterbitkan.

“Tim konten kami tergolong cukup kuat. Setiap minggunya kami produksi konten hingga 200 artikel lengkap dengan infografis dan data pendukungnya. Ada tim dokter yang bantu kami melihat akurasi konten apakah sudah sesuai atau belum sebelum dipublikasi.”

Berikutnya, perusahaan menambah fitur direktori fasilitas kesehatan berdasarkan lokasi terdekat pengguna. Serta, booking dokter demi permudah pasien membuat janji temu. Untuk masuk ke dalam direktori, perusahaan melakukan sejumlah pengecekan agar dokter yang hadir di SehatQ benar-benar sesuai dengan ketentuan.

Terhitung, SehatQ sudah menampilkan direktori lebih dari 2 ribu dokter dari berbagai spesialisasi di seluruh Indonesia. Diklaim sejak pertama kali situs SehatQ dirilis, telah dikunjungi hingga 1 juta kali per bulannya.

Untuk menuju platform kesehatan yang menyeluruh, rencananya sebelum akhir tahun ini SehatQ akan merilis aplikasi yang sudah dilengkapi dengan fitur telekonsultasi dengan live chat. Menariknya, kata Aniela, fitur ini dapat dimanfaatkan untuk membantu pengguna yang lebih tertarik mengobati diri sendiri dengan obat-obatan yang tersedia di pasaran.

Menurutnya, pangsa pasar orang-orang di kalangan tersebut cukup besar dan ini bisa dimanfaatkan dengan baik oleh SehatQ. Alhasil, dokter tidak dianjurkan untuk membuat resep setiap kali pengguna melakukan live chat. Dia memastikan pangsa pasar ini tidak akan menggantikan lahan dokter yang bertugas di rumah sakit.

“Ada orang yang cenderung berobat dengan herbal, generik, sebelum harus di bawa ke dokter. Namun mereka itu ingin dapat bimbingan dari profesional sebelum mengonsumsinya, agar lebih mendapat kepastian. Itu yang akan kami sasar lewat fitur live chat.”

Seluruh data hasil live chat akan secara otomatis terekam dalam sistem SehatQ dan menjadi catatan medis berbentuk digital. Apabila nantinya dibutuhkan oleh pengguna, mereka dapat langsung memeriksa langsung dari aplikasi.

“Kami akan latih para dokter untuk standarisasi layanannya saat fitur live chat sudah resmi hadir.”

Tak hanya itu perusahaan juga berencana untuk mengintegrasikan sistemnya dengan fasilitas kesehatan dan penyedia jasa kesehatan agar seluruh pengalamannya bisa jauh lebih seamless.

Dia mencontohkan, dari fitur booking dokter yang sudah tersedia sekarang, nantinya ketika sistem terintegrasi antara SehatQ dengan rumah sakit. Pasien bisa mendapat jadwal janji temu yang lebih pasti karena sudah terhubung langsung dengan rumah sakit tempat dokter tersebut praktek. Begitupun dengan penyedia jasa kesehatan, semisal asuransi, proses klaimnya akan lebih seamless.

“Di saat yang bersamaan kami akan mengadakan grand launching, setelah itu kami mulai agresif memasarkan SehatQ untuk menarik banyak pengguna baru,” pungkasnya.

Di Indonesia, selain SehatQ, pemain startup kesehatan lainnya yang sudah lebih dahulu hadir seperti Halodoc, Alodokter, Klikdokter, DokterSehat, Konsula, dan sebagainya.

Sinar Mas Siapkan Perusahaan Investasi Baru Latitude Venture Partners

Grup Konglomerat Sinar Mas Siapkan Perusahaan Investasi Baru Latitude Venture Partners

Salah satu group konglomerat Indonesia Sinar Mas menyiapkan kendaraan baru investasi dalam bentuk Latitude Venture Partners (LVP). Menurut informasi yang dikutip dari Deal Street Asia, dana kelolaan LVP disebut mencapai $200 juta atau mendekati 3 triliun Rupiah.

Kami berbicara dengan Partner LVP YC Ng tentang informasi tersebut. YC sejauh ini tidak mengonfirmasi besaran dana yang dikelolanya.

“Kami tidak dapat berkomentar untuk ukuran dana kami saat ini, tetapi peluang sangat melimpah di Indonesia mengingat tahap awal infrastruktur di semua sektor dan industri. Selain itu, kami berkomitmen untuk menumbuhkan dan mengembangkan sektor-sektor ini dan berkomitmen menyalurkan pemodalan secara tepat,” terang YC.

LVP adalah usaha ketiga Sinar Mas berinvestasi di industri startup, setelah sebelumnya memiliki Sinar Mas Digital Ventures (SMDV) dan terlibat dalam pendirian EV Growth (bersama East Ventures dan Yahoo Japan) untuk berinvestasi di startup tahap lanjut.

LVP mengklaim sebagai perusahaan modal ventura yang tertarik dengan perusahan di sektor industri dan sektor tradisional yang bisa menjadi game changer di industrinya masing-masing. Di dalam tim LVP terdapat Managing Partner Linda Wijaya dan Partner YC Ng.

Menurut informasi yang kami terima, LVP dan SMDV dibuat terpisah karena struktur pendanaan yang berbeda. SMDV lebih bersifat corporate venture capital (CVC) dengan pendanaan sepenuhnya dari Sinar Mas. YC mengonfirmasi bahwa LVP bertindak sebagai venture builder dan venture capital, dengan komposisi 80:20.

Sebagai venture builder, LVP akan bermitra dan berinvestasi ke startup di tahap awal. Sedangkan untuk sisi investasi/VC, LVP mengincar startup di mid-late stage dengan dana yang disediakan per putaran adalah $1-10 juta.

YC menyebutkan fokus investasi LVP adalah startup di sektor healthtech dan fintech. Meskipun mengincar pasar global, LVP memastikan akan memberikan perhatian khusus bagi startup-startup yang fokus utama operasinya di Indonesia.


Amir Karimuddin berkontribusi untuk penulisan artikel ini