Pasti kita tidak asing dengan media sosial LinkedIn. Banyak orang yang menggunakannya sekarang sebagai tempat untuk mencari kerja ataupun memposting suatu ilmu berdasarkan kemampuan dan kariernya.
Linkedin berhasil menjadi job portal dan media sosial dalam satu tempat. Namun, sekarang Linkedin bisa digunakan untuk bisnis juga. LinkedIn menyediakan fitur premium bernama LinkedIn Sales Navigator.
Apa itu LinkedIn Sales Navigator?
LinkedIn Sales Navigator adalah sebuah fitur premium yang ditawarkan LinkedIn bagi para salesperson. Fitur ini memang khusus untuk Anda yang bekerja sebagai sales yang akan memungkinkan Anda untuk terhubung dengan calon client di Linkedin walaupun belum terkoneksi.
Penawaran yang Anda ajukan bisa lebih tepat sasaran karena Anda akan mendapatkan informasi rinci dari calon klien.
Fitur LinkedIn Sales Navigator
LinkedIn Sales Navigator tujuannya adalah memudahkan para salesperson sehingga terdapat fitur-fitur tersendiri yang tidak bisa ditemukan pada layanan premium yang lain.
Advance Search
LinkedIn sales navigator memiliki pencarian yang berbeda dengan akun LinkedIn biasa karena pencariannya bisa berdasarkan query spesifik sesuai dengan client yang Anda inginkan.
Selain itu, hasil pencarian tersebut dapat Anda simpan dan akan mendapatkan notifikasi jika mendapatkan hasil terbaru. Terdapat puluhan filter yang dapat digunakan untuk membuat hasul pencarian lebih spesifik. Tentunya hal tersebut dapat membantu Anda dalam menemukan client yang paling potensial.
Account Recommendation
Melalui fitur ini Anda akan mendapatkan rekomendasi akun yang dianggap LinkedIn cocok dengan kebutuhan Anda. Rekomendasi ini berasal dari riwayat pencarian akun yang Anda lakukan, serta sales preference yang Anda lakukan pada Sales Navigator Setting.
Sehingga memnunculkan berbagi rekomendasi yang bisa Anda filtering kembali, sehingga Anda menemukan profil yang bisa benar-benar cocok dengan target Anda.
Notifikasi pada Perubahan Pekerjaan
Ketika menjadi seorang sales, sering terjadi kesalahan dalam menghubungi orang yang bertanggungjawab. Karena sebagai sales terkadang tidak mengetahui orang yang dituju sudah tidak bekerja di perusahaan tersebut, atau sudah berpindah posisi. Sehingga kemungkinan untuk berkolaborasi sudah tidak, atau bisa disebut juga tidak memiliki ‘suara’ untuk dealing.
Hal ini dapat dihindari dengan menggunakan fitur LinkedIn Sales yaitu job change notification, sehingga Anda terhindar dari menghubungi orang yang salah saat melakukan penjualan.
Perkembangan teknologi yang semakin pesat membuat kehidupan menjadi lebih mudah. Salah satunya dalam mencari pekerjaan. Kamu sudah tidak perlu repot-repot melamar ke banyak perusahaan menggunakan surat lamaran kerja. Saat ini, kamu bisa dengan mudahnya mengirim lamaran pekerjaan hanya dalam genggaman ponsel sekali klik saja.
Aplikasi pencari kerja ini bisa menghubungkan kamu sebagai pelamar pekerjaan dengan personalia atau perekrut dari perusahaan yang sedang membutuhkan pekerja. Melalui aplikasi ini, kamu bisa melakukan branding pada akunmu agar lebih cepat dilirik oleh para perekrut. Berikut aplikasi pencari kerja android terbaik.
Aplikasi Pencari Kerja di Android Terbaik
Kamu bisa memanfaatkan aplikasi ini untuk mencari pekerjaan dari rumah dengan mudah, lho. Berikut aplikasi pencari kerja android terbaik.
LinkedIn
LinkedIn merupakan salah satu aplikasi pencari kerja dengan fitur seperti media sosial. Kamu bisa mengembangkan koneksimu dengan sesama pencari kerja dan juga rekruter atau personalia perusahaan. Kamu bisa mempelajari banyak hal melalui aplikasi ini dengan membaca postingan bermanfaat, seperti materi seputar SEO, tips dan trik, dan sebagainya.
Nah, kamu bisa mem-branding akun LinkedInmu dengan mengisi seluruh data diri, seperti latarbelakang pendidikan, latar belakang pekerjaan, sertifikat, dan lain lain. Aplikasi ini wajib kamu miliki, karena kemudahan dan kecepatannya menghubungkan perekrut dan pelamar kerja.
JobStreet
JobStreet merupakan salah satu aplikasi pencari kerja penyedia informasi lowongan terlengkap di Indonesia. Melalui JobStreet, kamu bisa mencari informasi pekerjaan lengkap dengan deskripsi pekerjaan, persyaratan pelamar kerja, hingga kemampuan yang harus dikuasai.
Bahkan, JobStreet menyediakan informasi pekerjaan dari luar negeri, misalnya Singapura, Malaysia, Vietnam, dan Filipina. Setiap hari, JobStreet akan mengirimkanmu pemberitahuan melalui email apabila terdapat pekerjaan terbaru. Jadi, kamu bisa dengan cepat dan mudah untuk melamar pekerjaan.
Kalibrr
Kalibrr merupakan salah satu aplikasi pencari kerja yang memiliki fitur untuk membuat resume. Kamu bisa membuat akun Kalibrr terlebih dahulu dengan mendaftar dan mengisi data diri. Setelah itu, kamu log in menggunakan akun yang sudah kamu buat. Kamu bisa mencari pekerjaan yang kamu inginkan dengan memanfaatkan fitur filter pada kolom pencarian.
Setiap lowongan pekerjaan yang tersedia akan menampilkan informasi mengenai deskripsi pekerjaan, persyaratan pelamar, hingga informasi lainnya. Pastikan kamu membaca dengan teliti dan detail sebelum mengajukan lamaran pekerjaan.
KitaLulus
KitaLulus merupakan salah satu aplikasi pencari kerja paling aman, karena informasi lowongan pekerjaan yang tersedia sudah melewati tahap verifikasi untuk meminimalisir terjadinya penipuan. Kamu bisa memanfaatkan filter pada laman pencarian yang bisa digunakan menyortir lokasi pekerjaan, latar belakang pendidikan, dan kategori pekerjaan untuk mencari informasi lowongan pekerjaan.
Nah, keunggulan dari aplikasi KitaLulus adalah, kamu bisa mengirim lamaran pekerjaan dengan menghubungi WhatsApp personalianya secara langsung. Jadi, kamu mengajukan lamaran langsung tanpa melalui perantara. KitaLulus juga memberikan fasilitas bagi perusahaan untuk memasang iklan lowongan pekerjaan, caranya dengan mengisi formulir pada tautan yang tersedia. Setelah dilakukan verifikasi, iklan akan tampil pada aplikasi.
Karir
Karir merupakan salah satu aplikasi pencari kerja yang menyediakan fitur tes dan pengembangan diri. Karir menyediakan fitur sortir pada laman pencariannya untuk mempermudah pencari kerja, seperti nama perusahaan, lokasi perusahaan, dan bidang pekerjaan. Karir akan memberikan rekomendasi pekerjaan sesuai dengan latar belakang pencari kerja melalui email.
Indeed
Indeed merupakan salah satu aplikasi pencari kerja terbesar di seluruh dunia. Pasalnya, Indeed tersedia di lebih dari 60 negara serta 28 bahasa. Indeed menyediakan lowongan pekerjaan berdasarkan levelnya, yaitu full time, part time, freelance, dan internship.
Indeed memiliki fitur GPS untuk melakukan pencarian lowongan pekerjaan terdekat. Namun, Indeed tidak melakukan verifikasi pada informasi lowongan yang tersedia, sehingga tidak jarang ada oknum penipu berkedok lowongan pekerjaan yang memanfaatkan aplikasi ini.
Twitter
Twitter merupakan salah satu media sosial, namun tidak sedikit terdapat informasi mengenai lowongan pekerjaan. Kamu bisa menggunakan kata kunci #LokerCot pada laman pencarian untuk mencari pekerjaan dengan cepat dan mudah. Nantinya, kamu bisa melihat informasi lowongan pekerjaan yang tersedia. Jika kamu merasa cocok dengan posisi tersebut, kamu tinggal mengirimkan lamaran pekerjaan pada email yang tercantum.
Melalui aplikasi pencari kerja ini, kamu bisa dengan mudah dan cepat mencari pekerjaan. Namun, kamu harus pintar-pintar memilih lowongan pekerjaan yang tepat, karena tidak jarang terdapat temuan penipuan oleh oknum yang memanfaatkan aplikasi ini.
Daftar kompetitor Clubhouse terus bertambah. Bulan lalu, kita sudah melihat versi beta Twitter Spaces yang diluncurkan untuk platform Android. Kalau melihat status Clubhouse yang sampai sejauh ini masih bisa dibilang eksklusif (hanya tersedia di iOS, dan masih invite-only), sepertinya tren ini masih akan terus berlanjut.
Bahkan Discord pun sekarang juga punya fitur ala Clubhouse. Mereka menamaninya Stage Channel, dan ini berbeda dari fitur Voice Channel yang sudah menjadi ciri khas Discord selama ini. Kalau di Voice Channel semua orang bisa ikut berbicara, Stage Channel dirancang sebagai wadah agar beberapa orang tertentu bisa berbicara di hadapan sejumlah audiens.
Melihat premisnya, Stage Channel tentu sangat cocok untuk kegiatan-kegiatan spesifik seperti talk show atau AMA (Ask Me Anything). Itulah mengapa Stage Channel hanya tersedia pada Community Server saja, bukan pada server biasa yang dapat dibuat oleh siapapun bersama sejumlah temannya.
Saat bergabung pada suatu Stage Channel, kita sebagai pendengar akan otomatis di-mute mikrofonnya. Kalau kita ingin bertanya, kita bisa mengklik ‘mengangkat tangan’ dengan mengklik tombol bergambar tangan, dan dari situ moderator bisa meng-unmute mikrofon kita. Moderator juga berhak mendepak audiens dari Stage Channel seandainya mereka mengganggu jalannya kegiatan.
Fitur ini sekarang sudah tersedia di semua platform di mana Discord eksis, termasuk halnya via web app di browser. Namun ternyata bukan cuma Twitter dan Discord saja yang menyiapkan fitur khusus sebagai alternatif terhadap Clubhouse.
LinkedIn sedang garap fitur ala Clubhouse
Pada bulan Februari lalu, New York Times melaporkan bahwa Facebook sedang mengerjakan suatu produk audio chat untuk menyaingi Clubhouse. Sekarang, LinkedIn juga dikabarkan tengah menyiapkan hal serupa, dan mereka juga telah mengonfirmasinya sendiri kepada TechCrunch.
Gambar di atas adalah mockup dari tampilan antarmuka fitur ala Clubhouse yang sedang LinkedIn buat. Layout-nya tentu terasa familier untuk sebuah social audio experience, dengan daftar pembicara di atas, diikuti oleh daftar pendengar di bawah dan tombol-tombol pendukung, termasuk halnya tombol raise hand seperti yang Discord tawarkan tadi.
Yang bakal memberikan kesan berbeda adalah bagaimana semua ini akan terhubung dengan identitas profesional masing-masing pengguna. LinkedIn percaya bahwa ini bisa membantu memberikan rasa nyaman kepada pengguna, sehingga pada akhirnya sesi pun bisa terasa lebih engaging.
Di samping popularitas Clubhouse, alasan LinkedIn menggarap fitur ini juga berdasar pada permintaan komunitas penggunanya, yang selama ini mendambakan lebih banyak cara untuk berkomunikasi di LinkedIn. LinkedIn belum berani memastikan kapan fitur ini bakal tersedia untuk publik, akan tetapi fase pengujian beta-nya disebut akan segera dimulai.
Setelah menginisiasi fitur baru yang serupa dengan Snapchat Stories ke pelajar di Amerika Serikat November silam, LinkedIn mencoba lebih kreatif untuk membuat dirinya terlihat lebih menarik. Dilaporkan oleh Techcrunch dan sudah dikonfirmasi bahwa layanan jejaring sosial profesional tersebut telah meluncurkan fitur baru bernama LinkedIn Live ke beberapa pengguna terpilih di Amerika Serikat.
Masih dilabeli beta, sesuai namanya LinkedIn Live merupakan fitur yang memungkinkan para profesinal yang tergabung di dalam jejaringnya untuk berkomunikasi secara real-time dalam bentuk video siaran langsung atau live. Saat ini fitur LinkedIn Live hanya bisa dipakai oleh pengguna yang memperoleh undangan. Tetapi, dalam beberapa pekan ke depan, tim LinkedIn akan mulai mempersiapkan formulir khusus yang bisa digunakan oleh pengguna setianya untuk mengajukan diri mencicipi fitur tersebut.
Fitur siaran video langsung semacam ini bukanlah hal baru bagi publik tak terkecuali bagi 600 juta pengguna LinkedIn yang sebagian besar datang dari kalangan profesional. Meski terkesan telat, namun kehadiran LinkedIn Live dipercaya akan memberikan alternatif baru yang menyenangkan.
LinkedIn tak menampik bahwa fitur siaran langsung ini menjadi salah satu permintaan di urutan teratas sejak fitur video didiperkenalkan 18 bulan yang lalu. LinkedIn mengamini bahwa konten video mendapatkan respon 30% lebih banyak ketimbang konten jenis lain. Video juga mendorong pengguna untuk tinggal lebih lama di dalam situs dan jenis iklan video juga tiga kali lipat lebih banyak dilihat ketimbang jenis iklan konvensional.
Adalah Microsof Azure Media Services yang menjadi tulang punggung LinkedIn dalam menghadirkan layanan barunya ini. Dukungan ekosistem yang solid dari Microsoft membantu mereka untuk bekerja lebih baik pada layanan baru yang memang membutuhkan dukungan komputasi yang handal.
LinkedIn merupakan jejaring sosial spesifik di mana para profesional muda dan pebisnis berkumpul. Jadi, kesan serius sangat terasa ketika mengunjungi situs dan juga aplikasinya. Bisa dibilang, LinkedIn bukanlah pilihan bagi remaja kekinian karena tak banyak fitur “menyenangkan” yang bisa dijumpai di sana.
Tetapi LinkedIn sepertinya punya arah baru atau sekadar latah karena hampir sebagian besar tren direbut oleh Facebook Stories, Instagram Stories, WhatsApp Status dan tentu saja Snapchat Stories sebagai pencetus ide awal. Setelah dikonfirmasi beberapa waktu yang lalu, pekan lalu LinkedIn resmi meluncurkan fitur Student Voice, versi rombakan dari Snapchat Stories.
Dari namanya, fitur ini kemungkinan besar merupakan bagian dari program education tool yang menjadi wadah bagi alumni, pencari kerja dan juga siswa untuk saling berbagi pengalaman kerja, magang dan beberapa tool pengembangan komunitas baik lingkup sekolah ataupun kampus.
Kepada Techcrunch LinkedIn mengonfirmasi bahwa fitur ini masih dalam tahap percobaan di kalangan mahasiswa di seluruh AS yang telah memasang aplikasi LinkedIn. Menu Student Voice akan muncul di bagian atas umpan beranda dan menampilkan “daftar putar” untuk video yang diterbitkan oleh siswa di sekolah dan kampus-kampus terdekat lainnya. Harapannya, fitur ini akan mendorong mahasiswa untuk berbagi pengalaman akademis mereka kepada pengguna lain.
Selain hanya bisa menayangkan rekaman video, fitur Student Voice juga mencoba membedakan diri dengan tidak menerapkan konsep baru di mana kiriman baru akan terhapus setelah tayang selama satu minggu, bukan 24 jam seperti di Snapchat, Facebook dan Instagram.
Platform jaringan profesional LinkedIn menginisiasi program LinkedIn Dream Jobs di Indonesia guna mewadahi lulusan baru (fresh graduate) dan profesional muda dengan pengalaman kerja di bawah dua tahun untuk memperoleh karier impian di perusahaan yang telah bermitra secara eksklusif di LinkedIn.
Upaya ini sekaligus menjawab pesatnya pengguna LinkedIn yang berasal dari kalangan millenial. Jumlahnya kini mencapai 650 ribu orang dari total 9 juta pengguna LinkedIn di Indonesia. LinkedIn selama ini dikenal sebagai platform yang lebih banyak menyasar pengguna kalangan profesional untuk berinteraksi satu sama lain.
Managing Director APAC Olivier Legrand menuturkan pihaknya optimis bahwa LinkedIn Dream Jobs dapat membantu pengguna milennial dapat terhubung ke peluang karier yang tepat di beberapa perusahaan internasional dan nasional terbaik.
“Kami mengadakan program ini untuk jangka panjang dan berharap ini dapat dijadikan sebagai langkah awal karier bagi banyak anak muda Indonesia, mendukung perjalanan mereka dalam usaha mengembangkan karier di masa depan, seraya memperbaiki kehidupan mereka,” terang Legrand, Selasa (20/3).
Managing Director GrabPay Indonesia Ongki Kurniawan, di kesempatan yang sama menuturkan, Asia Tenggara, khususnya Indonesia merupakan wilayah yang masih relatif baru dalam ekosistem teknologi. Di samping memberikan kesempatan untuk memperluas koneksi dan mempelajari best practice, platform Dream Jobs dapat membantu bakat muda untuk memahami lingkungan dan budaya kerja, peran mereka pada masa mendatang.
“Grab berinvestasi dalam pengembangan talenta lokal dan memberikan mereka kesempatan untuk tumbuh bersama kami, bekerja dengan bakat-bakat terbaik dari seluruh dunia. Bahkan memberikan kesempatan mentoring dengan rekan kerja mereka di luar negeri untuk menjawab tantangan-tantangan di Asia Tenggara,” kata Ongki.
Survei LinkedIn
Menurut survei LinkedIn, sambung Legrand, diungkapkan bahwa lebih dari 65% orang Indonesia (usia di atas 18 tahun) merasa bahwa kesuksesan membutuhkan kolaborasi dengan komunitas untuk saling membantu.
Sekitar 80% responden mengaitkan kesuksesan dengan pilihan karier yang mereka buat, sementara 68% responden menyatakan bahwa orang-orang di sekitar mereka menjadi pendukung utama dalam perjalanan menemukan makna sukses dan mencapainya.
Data juga menunjukkan bahwa profesional yang lebih berpengalaman mengingat pekerjaan pertama mereka dan bahwa fase awal dalam kehidupan tersebut membentuk sukap dan pola pikir mereka dalam perjalanan menemukan dan mencapai sukses.
“Pekerjaan pertama menjadi kesempatan mendapatkan pengalaman kerja, mentor pertama, sehingga menjadikannya cukup berkesan dan penentu karier kerja di masa depan.”
Di program perdana dengan periode 20 Maret – 31 Mei 2018 ini, Dream Jobs menghadirkan 9 perusahaan yang menawarkan pekerjaan di berbagai posisi, yaitu Grab, Bank Danamon, Habitat for Humanity, Home Credit, Kalbe Pharmaceuticals, Ogilvy & Mather, Procter & Gamble, Reckitt Benckiser, dan Accenture.
Posisi yang ditawarkan mulai dari management trainee, partner aquisition, account management, hingga branding. Lengard menjelaskan pemilihan perusahaan yang masuk ke Dream Jobs berdasarkan perpaduan antara perusahaan internasional, lokal, startup, dan lainnya.
Dalam dunia kerja, resume adalah satu komponen esensial yang menggambarkan siapa kita, sekaligus apa talenta dan pengalaman yang kita punyai. Membuat resume yang menarik bukanlah pekerjaan mudah, dan menjejalkan sebanyak mungkin informasi ke dalam resume juga bukan cara yang efektif untuk memikat daya tarik pemberi kerja.
Beruntung kita hidup di era internet, di mana kita bisa mencari sumber inspirasi dengan mudah. Salah satunya dari LinkedIn, dan sebagai sang empunya, Microsoft mencoba menyajikan cara yang lebih mudah untuk mengumpulkan inspirasi dari LinkedIn selagi kita membuat atau mengedit resume masing-masing.
Cara yang dimaksud adalah Resume Assistant, sebuah fitur yang terdapat pada Microsoft Word, dan yang baru-baru ini mulai tersedia buat para pelanggan Office 365. Dengan Resume Assistant, kita pada dasarnya bisa berkonsultasi ke LinkedIn mengenai teknik pembuatan resume tanpa harus meninggalkan Word sama sekali.
Pertanyaan yang paling umum yang dilontarkan pembuat resume adalah, informasi apa saja yang harus saya cantumkan di dalam resume? Bakat dan pengalaman kerja, jawabannya. Namun terkadang menumpahkannya ke dalam tulisan tidak semudah yang kita bayangkan, dan semuanya bakal lebih mudah apabila ada contoh dari orang lain.
Di sinilah Resume Assistant mencoba membantu, dengan mengumpulkan dan menyortir informasi pada jutaan profil pengguna LinkedIn. Anda bisa mencantumkan posisi dan industri yang Anda incar pada sidebar yang muncul di sebelah kanan, lalu amati contoh-contoh deskripsi keahlian dan pengalaman kerja milik orang-orang yang berprofesi serupa.
Yang menarik, peran Resume Assistant tidak langsung berhenti ketika Anda sudah selesai membuat resume. Fitur ini juga dapat menampilkan lowongan-lowongan kerja yang terdapat di LinkedIn, sesuai dengan posisi dan industri yang Anda cantumkan tadi, dan lagi-lagi tanpa harus meninggalkan Microsoft Word.
Barulah ketika Anda menemukan lowongan yang menarik, Anda bisa membuka informasi selengkapnya di LinkedIn dan mencoba melamar. Anda lebih suka menunggu tawaran yang menarik? Aktifkan saja fitur Open Candidates langsung dari Resume Assistant, dan profil LinkedIn Anda pun akan menampilkan status sedang lowong.
Fitur ini pada dasarnya merupakan upaya Microsoft untuk memaksimalkan aset yang mereka beli (LinkedIn), dengan mengintegrasikannya ke dalam produk-produk mereka. Kondisinya pun juga sangat mendukung, sebab menurut Microsoft, 80 persen dari semua resume di Amerika Serikat dibuat menggunakan Microsoft Word, dan saya kira persentasenya kurang lebih sama untuk Indonesia.
Belum lama ini, LinkedIn merilis sebuah laporan berjudul “Inside the Mind of Today’s Candidate”. Dalam laporan itu tercatat sebuah hasil survei tentang tuntutan seorang pekerja di tempat kerja beserta alasan yang sering menjadikannya tidak betah berada di tempat tersebut. Studi ini melibatkan sekitar 14 ribu profesional di seluruh dunia, dan lebih dari 300 profesional di Indonesia.
Salah satu temuan dari studi tersebut adalah bahwa lebih dari 90 persen profesional di Indonesia tertarik untuk mendengar tentang peluang karier baru dan faktor pendorong utamanya tidak lagi semata-mata karena pendapatan yang lebih besar. Motivasi terbesar lainnya bagi para profesional di Indonesia untuk mencari kerja adalah kesempatan untuk aktualisasi diri.
Studi juga mengungkap bahwa kesempatan untuk menantang diri mereka untuk meningkatkan keterampilan dan pengalaman menjadi motivasi terbesar kedua. Menariknya survei mengungkap bahwa kompensasi dan tunjangan tidak lagi menjadi faktor pendorong bagi para profesional di Indonesia untuk bertahan di perusahaan, melainkan harapan untuk dapat mengembangkan karier serta posisi di perusahaan, dan diikuti oleh keseimbangan antara kehidupan dan pekerjaan.
“Profesional muda di Indonesia sangat aktif dan sangat memegang kendali atas perjalanan karier mereka. Bahkan, Indonesia memiliki banyak kandidat pasif yang terbuka untuk berbagai kesempatan karier baru. Profesional sering kali pindah kerja dengan alasan pendapatan yang lebih besar, jika mereka merasa kurang mendapatkan kesempatan untuk berkembang,” jelas Vice President of Talent and Learning Solutions LinkedIn Asia Pacific Feon Ang.
Pola pikir seperti ini ternyata berpengaruh terhadap harapan para profesional ke perusahaan tempat mereka bekerja. Studi menemukan bahwa pengakuan atas prestasi sangat berperan penting terhadap perjalanan karier profesional di Indonesia.
Karena profesional di Indonesia masih mengedepankan faktor emosional di tempat kerja. Profesional di Indonesia ternyata ingin merasa dianggap penting bagi perusahaan dengan mendapatkan berbagai informasi berkelanjutan tentang perkembangan perusahaan, dan mereka juga mengharapkan kenyamanan dengan mendapatkan kesempatan untuk menjadi diri mereka sendiri di tempat kerja.
Hal ini unik dan hanya berlaku bagi profesional di Indonesia, karena profesional di Singapura dan Malaysia justru mengungkap bahwa kesempatan untuk dapat menyampaikan pendapat menjadi faktor paling penting di tempat kerja.
Jejaring profesional LinkedIn merilis versi teranyar dari layanannya berjuluk LinkedIn Lite. Saat ini layanan tersebut sudah diluncurkan di lebih dari 60 negara dan kini Indonesia dijadikan salah satu tempat singgahnya. Versi Lite dari LinkedIn memungkinkan pengguna mendapatkan akses yang lebih ringan, untuk menyediakan pengalaman pengguna termasuk dengan konektivitas yang kurang baik (misalnya 2G).
LinkedIn Lite saat ini mendukung untuk akses di versi web dan Android. Meskipun ini merupakan versi ringan, namun tetap menawarkan fitur-fitur utama seperti news feed, profil, jaringan, pesan, dan notifikasi.
“Kami juga menyadari bahwa sebesar apa pun manfaat yang ditawarkan oleh suatu produk, akan percuma jika tidak dapat diakses dan digunakan. Atas dasar inilah kami mengembangkan LinkedIn Lite. Kami berusaha menyediakan akses ke berbagai peluang ekonomi dan karier yang lebih luas bagi para anggota kami, mulai dari mendapatkan informasi terbaru seputar industri hingga pekerjaan baru,” sambut Country Manager and Head of Product LinkedIn India Akshay Kothari dalam peluncuran di Indonesia.
Di Indonesia sendiri, populasi pengguna LinkedIn sudah mencapai angka 8 juta, dari total 22 juta pengguna di Asia Tenggara. Angka ini jauh lebih besar dari negara lainnya, misalnya Filipina 4 juta dan Malaysia 3 juta. Peluncuran di Indonesia menjadi debut lanjutan di wilayah Asia Pasifik pasca peluncurannya di India.
Menghadirkan versi ringan dari layanan utamanya, menjadi solusi untuk menjangkau lebih banyak pengguna terutama di wilayah yang terbentur dengan koneksi internet. Facebook lebih dulu dengan Facebook Lite, kemudian disusul dengan Messenger Lite tak lama kemudian. Langkah Facebook juga diikuti oleh Twitter belum lama ini, juga dengan imbuhan yang sama menjadi Twitter Lite.
Seolah tak mau kehabisan pasar, jejaring sosial profesional LinkedIn mengikuti jejak kedua layanan di atas dengan meluncurkan LinkedIn Lite. India menjadi negara pendaratan pertama sebelum menyambangi negara-negara berkembang lainnya.
Tersedia hanya untuk Android, LinkedIn Lite dijadwalkan untuk menjumpai lebih dari 60 negara berkembang di seluruh dunia. Microsoft sendiri selaku pemilik situs belum membeberkan secara gamblang urutan negara-negara yang akan disambangi. Tetapi mereka memastikan India bukan satu-satunya negara tujuan LinkedIn Lite.
Aplikasinya sendiri berukuran kurang dari 1MB, super ringan dan ideal untuk perangkat entry level selama berbasis Android yang memang lebih banyak dijumpai di India. Mayoritas fitur versi web bisa dijumpai di aplikasi ini, namun interface-nya dibuat lebih minimalis. Dalam penggunaanya, LinkedIn Lite bahkan dapat diakses dari jaringan 2G, berkat penerapan algoritma pintar yang memangkas konsumsi data hingga 80% banyaknya ketimbang aplikasi standar.
Peluncuran aplikasi berbasis Android ini menjadi pelengkap atas apa yang sudah dimulai oleh LinkedIn pada bulan September lalu. Sebelum ini, mereka sudah menghadirkan versi lite dari situs utamanya, memberikan alternatif akses yang jauh lebih cepat terutama dari browser perangkat berkemampuan terbatas.
Penunjukan India sebagai tempat peluncuran perdana aplikasi LinkedIn Lite bukanlah tanpa alasan. Dari total negara yang terdaftar di sana, India duduk di peringkat kedua dengan jumlah anggota sebanyak 42 juta dan terus bertambah.