Tag Archives: lisensi uang elektronik

Finarya's e-money license was issued by Bank Indonesia in March 4th, 2019

Finarya, Linkaja Management Company, Officially Obtained BI’s E-Money License

PT Fintek Karya Nusantara or Finarya, Linkaja’s organizer, is officially obtained e-money license issued by Bank Indonesia (BI). Finarya has submitted for license in February 21st, 2019 on letter no. 21/65/DKSP/Srt/B.

Finarya has been operating since February 22nd, 2019 with Tcash merger into LinkAja. The interesting thing, this is a new license and not the one owned by Telkomsel’s Tcash.

LinkAja is a QR Code-based payment system managed by four partnered state-owned banks (Mandiri, BNI, BRI, and BTN), Telkomsel, Jiwasraya Insurance, and Pertamina. Telkomsel is the biggest shareholder and Danu Wicaksana, Tcash’s CEO is appointed as Finarya’s Director.

Currently, the digital payment app conversion under the State-owned Banks Community (Himbara) into LinkAja, such as E-cash (Bank Mandiri), T-Bank (BRI), UnikQu and Yap! (BNI) is to be finalized in late March.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
Izin penyelenggaraan layanan e-money oleh Finarya dikeluarkan Bank Indonesia pada 4 Maret 2019

Finarya, Perusahaan Pengelola LinkAja, Resmi Kantongi Lisensi E-Money dari BI (UPDATED)

PT Fintek Karya Nusantara atau Finarya, penyelenggara layanan e-money LinkAja, resmi mengantongi lisensi uang elektronik yang dikeluarkan Bank Indonesia (BI). Finarya tercatat telah mengajukan izin sebagai penyelenggara emoney LinkAja pada 21 Februari 2019 dengan surat No. 21/65/DKSP/Srt/B.

Finarya sendiri telah efektif beroperasi sejak 22 Februari 2019 dengan peleburan layanan Tcash ke dalam aplikasi LinkAja. Menariknya lisensi ini adalah lisensi baru dan bukan merupakan lisensi Tcash yang dimiliki oleh Telkomsel.

LinkAja merupakan sistem pembayaran berbasis Quick Response (QR) Code yang dikelola kongsi empat bank BUMN (Mandiri, BNI, BRI, dan BTN), Telkomsel, Asuransi Jiwasraya, Pertamina, dan terakhir Danareksa. Telkomsel menjadi pemilik saham terbesar perusahaan ini dan Danu Wicaksana, CEO Tcash, menjadi Direktur Finarya.

Saat ini konversi aplikasi pembayaran digital milik Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) ke LinkAja, seperti E-cash (Bank Mandiri), T-Bank (BRI), UnikQu dan Yap! (BNI) ditargetkan rampung akhir Maret ini. LinkAja disebutkan bakal resmi beroperasi penuh di pertengahan April 2019.

Dengan masuknya Danareksa ke dalam susunan pemegang saham Finarya, Telkomsel akan mengantongi 25 persen, diikuti BNI, BRI, dan Mandiri masing-masing 20 persen. Baik BTN dan Pertamina memiliki 7 persen, sedangkan Jiwasraya dan Danareksa masing-masing 0,5 persen.

Application Information Will Show Up Here
CEO XL Axiata Dian Siswarini / XL Axiata

XL Tunai Kini Dioperasikan Induk Perusahaan XL Axiata

XL Axiata mengungkapkan tengah memproses pengalihan operasional XL Tunai ke induk usahanya, Axiata Digital Services. Pengalihan ini dilakukan agar XL Axiata itu sendiri dapat tetap fokus ke bisnis utamanya sebagai operator telekomunikasi.

CEO XL Axiata Dian Siswarini menerangkan perseroan sempat mengkaji pencarian investor untuk XL Tunai sejak tahun lalu, namun akhirnya diurungkan lantaran lisensi e-money dari BI yang tidak bisa dialihkan ke pihak lain. Pengalihan ke induk usaha menurutnya menjadi alasan yang paling rasional karena dinilai lebih mudah.

“Jadi parent company kita yang menjalankan bisnis e-money, tapi lisensi masih XL Axiata yang pegang. Jadi seperti kita ‘kontrakkan’,” ujarnya, kemarin (4/6).

VP Corporate Communication XL Axiata Tri Wahyuningsih menambahkan, mengingat saat ini proses pengalihan masih berlangsung, maka kontribusi bisnis yang diberikan XL Tunai masih masuk ke XL Axiata. Namun ketika pengalihan sudah kelar, maka nantinya kontribusi tersebut akan masuk secara penuh ke induk usaha.

Terkait regulasi di Bank Indonesia, menurut Ayu, pengalihan ini sesuai dengan aturan. Perseroan juga berkaca pada apa yang dilakukan Indosat Ooredoo terhadap lisensi e-money Dompetku untuk dioperasikan pihak lain sebagai PayPro.

“Setahu saya ini sama seperti apa yang dilakukan Indosat, semestinya enggak ada masalah,” kata Ayu.

Hingga kuartal I/2018, XL Tunai telah memiliki sekitar dua juta pengguna. XL Tunai telah menganut sistem interoperabilitas sejak 2015, yang artinya pengguna TCASH dan Dompetku (sekarang PayPro) bisa saling transfer dana satu sama lain.

XL Tunai diluncurkan XL sejak 2012. Saat ini layanan e-money tersebut dapat dimanfaatkan untuk membayar tagihan, membeli tiket, berbelanja di offline dan layanan online, pencairan, dan mengirim/menerima dana.

Sebelumnya, XL Axiata menjual bisnis e-commerce Elevenia kepada Salim Group, efektif sejak tahun lalu. Perseroan kini hanya bermain di bisnis data, SMS, dan voice saja. Bisnis baru perseroan yang sudah diluncurkan adalah home broadband XL Home Pow, layanan internet rumahan berbasis kabel serat optik dengan kecepatan hingga 300 Mbps.

Lampu merah bisnis digital

“Menyerahnya” diversifikasi bisnis ke arah digital, yang sebelumnya gencar ditekuni XL Axiata dan Indosat Ooredoo, memperlihatkan bahwa bisnis digital perlu dilakukan secara kontinu dan perlu komitmen jangka panjang untuk terus suntik modal. Pasalnya, bisnis digital bukan sesuatu yang bisa memberikan kontribusi bisnis (terutama soal laba) dalam kurun waktu yang cepat.

Baik XL Axiata dan Indosat Ooredoo sendiri adalah perusahaan terbuka yang memiliki tanggung jawab kepada pemegang sahamnya masing-masing.

Kini tersisa Telkomsel dengan TCASH-nya yang masih terus melaju untuk bersaing dengan pemain e-money lainnya demi mendominasi pasar. Tak ketinggalan juga ada Tri yang diungkapkan tengah memproses izin e-money untuk dukung ekosistem dari e-commerce &Co (And Co).

GrabPay Kembali Diaktifkan / Grab

GrabPay Kembali Aktif, Sempat “Mati Suri” dari Awal Tahun

Grab mulai mengaktifkan kembali layanan pembayaran cashless GrabPay hasil co-branding dengan OVO (dengan branding ‘GrabPay Powered by OVO’) sejak pekan lalu (1/6). Pihak Grab enggan memberikan komentarnya soal hal ini saat dihubungi DailySocial.

GrabPay sempat mati suri dimulai sekitar akhir Januari 2018 hingga akhir Mei ini. Non aktifnya ini tidak lama berselang setelah Grab mengumumkan kemitraannya dengan OVO pada Desember 2017.

Marketing Director Grab Indonesia Mediko Azwar bilang, GrabPay dinonaktifkan karena ada kendala teknis dalam fitur top up, sehingga dilakukan perbaikan.

“Memang kami sedang upgrade server base untuk top up layanan GrabPay. Jadi masih ada kendala,” terangnya dikutip dari Katadata.

Secara keseluruhan, pembaruan kali ini tidak jauh berbeda pengalamannya dibandingkan sebelumnya. Pengguna Grab bisa top up saldo OVO lewat ATM, internet banking, minimarket, atau lewat kartu debit.

Hanya saja, kini Grab melekatkan tambahan PIN enam digit untuk setiap saldo yang tersimpan dalam GrabPay apabila lebih dari Rp500 ribu. PIN juga akan diberlakukan untuk pembayaran dengan kartu kredit. Ketika PIN dibuat, akan muncul pengaturan untuk PIN setiap 72 jam dan setiap kali aplikasi mendeteksi lokasi tak dikenal.

Hadirnya kembali GrabPay menambah opsi pembayaran di aplikasi Grab selain menggunakan tunai, kartu kredit, dan Mandiri E-Cash.

GrabPay bisa dibilang masih ketinggalan dibanding Go-Pay yang sudah memiliki lisensi e-money tersendiri dan sudah mendapatkan izin menggunakan skema QR Code untuk pembayaran di luar platform Go-Jek.

Skema co-branding lisensi

Tak hanya Grab yang memanfaatkan lisensi uang elektronik perusahaan lain. Traveloka melakukan hal serupa untuk Traveloka Pay. Perusahaan OTA tersebut memanfaatkan kemitraan dengan Uangku sebagai pilihan bagi para penggunanya. Uangku diterbitkan oleh Smartfren yang telah memperoleh izin resmi Bank Indonesia.

CMO Traveloka Dannis Muhammad menuturkan tidak ada alasan khusus yang membuat perusahaan akhirnya menggandeng Uangku sebagai mitra pihak ketiga. Traveloka, menurutnya, hanya jadi marketplace penyedia teknologi yang terbuka untuk semua pihak ketiga sehingga dapat memberikan nilai lebih untuk para konsumennya.

Application Information Will Show Up Here