Tag Archives: listicle

7 Laptop Paling Unik yang Akan Meluncur di Tahun 2022

2022 baru berjalan beberapa hari, namun sudah ada indikasi kalau tahun ini bakal menjadi tahun yang penting untuk industri laptop. Di event CES 2022, kita sudah melihat deretan prosesor dan kartu grafis laptop baru yang diumumkan oleh AMD, Intel, dan juga Nvidia, dan para produsen laptop pun turut memanfaatkan acara tahunan ini untuk memperkenalkan sejumlah produk yang tak kalah menarik.

Tak hanya mengemas komponen-komponen terbaru dari trio produsen chip tadi, laptop-laptop baru ini rupanya juga menghadirkan berbagai inovasi memikat yang tidak terpikirkan sebelumnya. Berikut adalah 7 laptop terunik yang akan datang di tahun 2022.

Dell XPS 13 Plus

Dari luar, tidak ada yang kelihatan aneh pada laptop ini. Namun begitu dibuka, tampak bahwa ada yang tidak biasa pada bagian keyboard-nya. Seperti yang bisa kita lihat, Dell XPS 13 Plus tidak memiliki baris tombol function (F1 sampai F12) seperti pada umumnya. Sebagai gantinya, porsi teratas keyboard-nya dihuni oleh sederet tombol kapasitif.

Pemandangan yang tidak kalah aneh juga bisa kita lihat pada area di bawah keyboard-nya. Sepintas, XPS 13 Plus kelihatan seperti tidak memiliki trackpad sama sekali. Namun Dell sebenarnya sudah menyembunyikan haptic touchpad yang akan merespons setiap klik di balik palm rest berbahan kacanya.

Keyboard-nya sendiri juga kelihatan unik, sebab semua tombolnya tampak rata dengan permukaan bodinya. Kendati demikian, Dell mengklaim bahwa tiap-tiap tombolnya masih menawarkan key travel hingga sedalam 1 mm. Tertarik membelinya? XPS 13 Plus kabarnya akan dijual pada musim semi 2022 dengan harga mulai $1.199.

Lenovo ThinkBook Plus Gen 3

Apa jadinya ketika seseorang menyelipkan sebuah tablet ke dalam sasis laptop? Tidak perlu berandai-andai, sebab ide liar itu sudah direalisasikan oleh Lenovo lewat ThinkBook Plus Gen 3. Jadi selain mengemas sebuah layar 17,3 inci (yang lebih lebar dari biasanya), ia juga punya layar kedua berukuran 8 inci yang ditempatkan di sebelah kanan keyboard.

Lenovo membayangkan layar kedua itu bisa digunakan untuk corat-coret, atau bahkan untuk me-mirror layar smartphone sehingga pengguna tak perlu mengeluarkannya dari saku. Tentu saja, ini bukan pertama kalinya kita melihat laptop berlayar ganda. Sebelum ini, Asus sudah mengeksekusi ide serupa dengan cara yang berbeda lewat lini ROG Zephyrus Duo.

ThinkBook Plus Gen 3 merupakan perubahan drastis dari dua generasi sebelumnya (yang mengemas layar E Ink pada bagian cover penutupnya). Entah kenapa fitur tersebut tak lagi dipertahankan di sini. Padahal bakal sangat keren jadinya seandainya laptop ini bisa mengemas tiga layar sekaligus. Rencananya, ThinkBook Plus Gen 3 akan dijual di bulan Mei 2022 dengan banderol mulai $1.399.

Lenovo ThinkPad Z13

Pandemi COVID-19 yang masih berkepanjangan mengajarkan kita akan pentingnya peran webcam dan mikrofon, dan sudah waktunya bagi pabrikan untuk menaruh perhatian ekstra pada dua komponen tersebut. ThinkPad Z13 adalah contoh laptop yang didapat ketika pabrikan memikirkan soal itu.

Pada bezel atasnya, tampak ada bagian yang agak menjorok ke luar, yang sepintas kelihatan seperti kebalikan dari notch pada layar MacBook Pro. Ruang ekstra tersebut Lenovo manfaatkan untuk menjejalkan sensor kamera FHD yang lebih besar (dengan ukuran piksel individual 1,4 µm), tidak ketinggalan pula mikrofon dual-array.

Tujuannya tidak lain untuk memberikan pengalaman yang lebih baik selama pengguna menjalani sesi video conference. Itulah mengapa Lenovo menamai bagian tersebut dengan istilah Communications Bar. Di Amerika Serikat, Lenovo berencana melepas laptop ini ke pasaran pada bulan Mei 2022 dengan harga mulai $1.549.

Lenovo Yoga 9i

Keunikan yang dibawa Yoga 9i memang tidak seradikal ThinkBook Plus Gen 3 tadi, tapi masih cukup mencuri perhatian jika dibandingkan laptop pada umumnya. Kalau kita perhatikan bagian keyboard-nya, tampak ada satu kolom berisikan tombol-tombol shortcut yang menghuni sisi paling kanannya.

Shortcut-nya pun disesuaikan dengan skenario penggunaan konsumen modern, misalnya shortcut untuk mengaktifkan fitur Background Blur di Microsoft Teams maupun aplikasi video conference lainnya. Jauh lebih mudah dan praktis ketimbang harus mengutak-atik menu pengaturan video di masing-masing aplikasi. Sepele, tapi krusial untuk masa-masa seperti sekarang.

Selanjutnya, ada shortcut untuk memilih mode performa laptop, sehingga pengguna bisa mengoptimalkan konsumsi baterai perangkat hanya dengan satu klik tombol. Shortcut lainnya berfungsi untuk mengganti tampilan Windows antara dark mode atau light mode, kemudian ada pula yang berfungsi untuk mengoptimalkan audio berdasarkan jenis konten yang diputar. Rencananya, Yoga 9i akan tersedia pada kuartal kedua 2022 dengan harga mulai $1.399.

Asus Zenbook 14 OLED Space Edition

 

Tahukah Anda bahwa di tahun 1997, Asus mengirimkan dua macam laptop ke orbit di dalam stasiun luar angkasa bikinan Uni Soviet bernama Mir? Asus mengklaim laptopnya mampu bertahan di sepanjang misi tanpa cacat, dan Asus pun ingin momen tersebut dikenang dengan cara yang istimewa.

Zenbook 14X OLED Space Edition sepenuhnya diciptakan untuk itu. Edisi spesial ini mengusung desain yang sangat unik, dengan titik-titik pada cover penutupnya yang merupakan kode morse untuk frasa Latin “ad astra per aspera” (yang berarti “menuju bintang dengan perjuangan”), ditambah ukiran-ukiran yang melambangkan stasiun Mir itu sendiri.

Tak hanya itu, cover penutupnya turut dilengkapi layar OLED mini berukuran 3,5 inci yang bisa dipakai untuk menampilkan teks atau gambar yang customizable (mirip seperti fitur AniMe Matrix milik seri ROG Zephyrus G14). Sejalan dengan tema luar angkasanya, fisik laptop ini telah lulus standar uji U.S. Space Systems Command Standard SMC-S-016A, yang diklaim empat kali lebih ketat daripada standar MIL-STD yang umum dipakai produsen laptop.

Asus sejauh ini belum mengumumkan harga jual laptop edisi khusus ini, akan tetapi pemasarannya dijadwalkan berlangsung mulai kuartal kedua tahun ini juga.

Asus Zenbook 17 Fold OLED

Salah satu kejutan terbesar yang Asus ungkap di CES 2022 (baik secara harfiah maupun secara kiasan) adalah Zenbook 17 Fold OLED. Sesuai namanya, ini merupakan laptop dengan layar yang bisa dilipat layaknya Lenovo ThinkPad X1 Fold. Bedanya, Zenbook 17 Fold OLED mengemas layar yang berukuran jauh lebih besar.

Dalam posisi terbuka lebar, pengguna akan disambut oleh layar OLED 17,3 inci dengan resolusi 2560 x 1920. Layar tersebut kemudian bisa dilipat hingga menjadi sepasang layar dengan ukuran 12,5 inci dan resolusi 1920 x 1280. Menemani laptop ini, Asus juga menyediakan sebuah keyboard Bluetooth yang bisa ditempatkan di atas porsi bawah layarnya.

Dari segi spesifikasi, Asus memastikan Zenbook 17 Fold OLED telah memenuhi standar baru Intel Evo yang secara khusus ditetapkan untuk laptop dengan layar foldable. Asus sejauh ini masih enggan mengungkap harganya, akan tetapi mereka sudah punya niatan untuk memasarkannya mulai pertengahan tahun ini.

Asus ROG Flow Z13

Tahun lalu, Asus meluncurkan laptop gaming 2-in-1 dengan bodi yang amat ringkas. Tahun ini, Asus punya penawaran serupa yang bahkan lebih ringkas lagi. Ketimbang menganut desain 2-in-1, perangkat bernama ROG Flow Z13 ini sepenuhnya mengadopsi desain detachable ala Microsoft Surface Pro, menjadikannya sebagai salah satu tablet dengan spesifikasi paling beringas di dunia saat ini.

Entah bagaimana caranya, namun yang pasti Asus berhasil menyelipkan komponen-komponen kelas gaming seperti prosesor Intel Core i9-12900H dan kartu grafis Nvidia GeForce RTX 3050 Ti ke dalam bodi setebal 12 mm saja, tidak ketinggalan pula baterai berkapasitas 56 Wh, serta opsi layar 4K 60 Hz atau FHD 120 Hz. Secara total, bobotnya hanya berkisar 1,1 kg saja.

Seandainya perlu dorongan performa ekstra, ROG Flow Z13 juga dapat disambungkan ke aksesori bernama ROG XG Mobile yang dijual terpisah, yang mengemas GPU Nvidia GeForce RTX 3080 atau AMD Radeon RX 6850M XT. Terkait ketersediannya, Asus berencana memasarkan ROG Flow Z13 pada kuartal pertama atau kedua tahun ini, akan tetapi harganya masih belum diketahui. Sudah pasti mahal, apalagi kalau ditambah aksesori GPU eksternalnya tadi.

10 Speaker Portabel Pilihan untuk Dijadikan Kado Tahun Baru

Libur akhir tahun sudah hampir tiba, dan sebagian besar dari kita mungkin bakal memanfaatkan kesempatan ini untuk memberi hadiah kepada orang-orang terdekat. Hadiahnya tentu bisa bermacam-macam tergantung selera dan karakter tiap orang, akan tetapi speaker portabel bisa jadi salah satu opsi hadiah yang cukup universal berkat kepraktisan yang ditawarkan.

Dalam artikel ini, saya telah merangkum 10 speaker portabel pilihan yang dapat dijadikan kado tahun baru. Portabel berarti speaker-nya harus mudah dibawa-bawa dan dapat beroperasi di mana saja (alias memiliki baterai dan tidak perlu dicolokkan ke sumber listrik setiap saat), dan tentu saja speaker-nya juga wajib dibekali Bluetooth sebagai konektivitas utamanya.

Ultimate Ears Wonderboom 2

Kecil, kuat, awet. Tiga kata tersebut sudah bisa menggambarkan keunggulan speaker ini. Diameternya memang cuma 104 mm, dan tingginya pun hanya 95 mm, akan tetapi ia diklaim telah lulus uji jatuh dari ketinggian 1,5 m. Bagaimana seandainya terjatuh ke air? Tidak masalah, sebab ia telah mengantongi sertifikasi ketahanan air dan debu IP67, dan ia juga bakal mengapung dengan sendirinya di atas air.

Terlepas dari wujudnya yang mungil, suara yang dihasilkan tergolong cukup menggelegar, apalagi berkat fitur Outdoor Boost yang tersematkan. Lebih istimewa lagi, speaker seharga Rp999.000 ini mampu beroperasi hingga 13 jam nonstop sebelum kehabisan daya.

Link pembelian: Ultimate Ears Wonderboom 2

JBL Flip 5

Seri JBL Flip dikenal akan kombinasi kualitas suaranya yang mantap dengan desainnya yang simpel dan ringkas. Dibandingkan generasi sebelumnya, Flip 5 memang sedikit lebih bongsor, akan tetapi suara yang dihasilkan juga lebih baik lagi, terutama di sektor bass.

Portabilitasnya dijamin berkat sertifikasi IPX7, dan ia pun siap bekerja selama 12 jam nonstop sebelum baterainya perlu diisi ulang. Charging-nya pun kini lebih mudah berkat penggunaan port USB-C ketimbang Micro USB. Harganya? Rp1.399.000.

Link pembelian: JBL Flip 5

JBL Clip 4

Opsi lain dari JBL yang layak dipertimbangkan — sekaligus yang lebih mungil dan lebih terjangkau — JBL Clip 4 mengusung desain yang unik berkat karabiner terintegrasi. Ini tentu membuatnya sangat mudah dibawa bepergian, dan Anda juga tidak perlu khawatir akan keselamatannya di alam liar mengingat ia telah mengantongi sertifikasi IP67.

Tiga buah tombol di sisi depannya menjadikan pengoperasiannya begitu mudah, dan suara yang dihasilkan pun tergolong besar untuk ukurannya. Meski mungil, daya tahan baterainya tergolong cukup awet, dengan klaim hingga 10 jam pemakaian per charge. Tertarik? Siapkan dana Rp1.099.000.

Link pembelian: JBL Clip 4

Sonos Roam

Paling mahal di antara yang lain, Sonos Roam menebus kekurangan tersebut lewat kualitas audio yang sangat baik dalam kemasan yang tidak lebih besar dari kaleng bir setengah liter. Tidak seperti yang lain, speaker seharga 3,7 jutaan rupiah ini dibekali konektivitas Bluetooth dan Wi-Fi sekaligus, dan ia dapat diikutkan ke dalam sistem audio multi-room milik Sonos jika perlu.

Dalam sekali pengisian, baterainya bisa bertahan sampai 10 jam pemakaian, dan ia dapat diisi ulang menggunakan Qi wireless charger demi semakin menambah kepraktisan. Secara fisik, Sonos Roam tergolong cukup kapabel berkat sertifikasi ketahanan air dan debu IP67.

Link pembelian: Sonos Roam

Bose SoundLink Micro

Termahal kedua setelah Sonos Roam, speaker besutan Bose ini juga sangat dikenal akan kualitas suaranya yang prima meski dimensinya hanya sebesar sekepalan tangan. Fisiknya pun cukup unik karena menggunakan bahan karet silikon, dan ia turut dilengkapi sebuah pengait untuk digantungkan ke tas atau setang sepeda. Tidak sengaja tercebur ke air? Bukan masalah karena ia telah lulus uji sertifikasi IPX7.

Kekurangan utama Bose SoundLink Micro dibanding speaker-speaker lain di artikel ini adalah terkait baterainya. Dalam sekali charge, ia cuma mampu bertahan hingga 6 jam saja. Memang sudah tergolong cukup, tapi mungkin kurang ideal buat perjalanan yang amat jauh.

Link pembelian: Bose SoundLink Micro

Sony SRS-XB13

Salah satu kelemahan utama speaker berukuran mini umumnya adalah bass yang terasa kurang menendang. Namun entah kenapa itu seakan tidak berlaku buat Sony SRS-XB13. Kalau punya dua unit, Anda bisa menyambungkan keduanya menjadi konfigurasi stereo.

Agar lebih mudah dibawa-bawa, Sony tak lupa melengkapinya dengan strap yang bisa diikatkan dalam dua cara yang berbeda. Fisiknya sepenuhnya tahan air dan debu dengan sertifikasi IP67, dan baterainya cukup untuk pemakaian selama 16 jam dalam sekali charge. Harganya pun termasuk cukup kompetitif di Rp999.000.

Link pembelian: Sony SRS-XB13

Sony SRS-XB23

Alternatif lain dari Sony yang tidak terpaut terlalu jauh harganya adalah SRS-XB23. Model ini menjanjikan kualitas suara yang lebih superior, terutama berkat penggunaan Bluetooth 5 dan dukungan codec LDAC. Bass yang dihasilkan juga bisa dipastikan lebih bulat berkat sepasang radiator pasif yang tertanam. Harganya sendiri masih sangat kompetitif di Rp1.249.000.

Seperti adiknya, XB23 turut mengusung bodi tahan air dan debu dengan sertifikasi IP67, dan colokan untuk charging-nya pun sudah mengandalkan USB-C. Dalam sekali pengisian, baterainya cukup untuk digeber selama 12 jam nonstop.

Link pembelian: Sony SRS-XB23

LG XBOOM Go PL5

Suara yang jernih dan bass yang mantap merupakan nilai jual utama speaker seharga Rp1.649.000 ini. LG tidak sendirian dalam pengembangannya, melainkan dibantu oleh ahli audio kenamaan asal Inggris, Meridian Audio, dan partisipasinya dapat langsung terasa sesaat setelah kita mendengarkan suara yang dihasilkan.

Secara estetika, speaker ini kelihatan cukup simpel, namun tetap cukup stylish berkat cincin lampu warna-warni di kedua sisinya. Berbekal sertifikasi IPX5, semprotan air maupun debu tidak akan menjadi masalah besar buatnya. Yang istimewa, baterainya bisa tahan sampai 18 jam penggunaan kalau lampu-lampunya dimatikan.

Link pembelian: LG XBOOM Go PL5

Soundcore Flare S+

Bentuknya mirip termos mini, speaker ini siap menyajikan audio 360° dengan berbekal sepasang full-range driver yang saling berpunggungan, sepasang tweeter, dan sepasang radiator pasif. Sebagai bonus, speaker seharga Rp999.000 ini juga dapat digunakan untuk berinteraksi dengan Alexa.

Dengan fisik bersertifikasi IPX7, ia merupakan speaker yang tepat untuk dibawa ke acara pool party. Acaranya berkepanjangan dari senja hingga fajar? Bukan masalah, sebab baterainya dapat tahan sampai 16 jam dalam sekali charge.

Link pembelian: Soundcore Flare S+

OontZ Angle 3 Ultra

Salah satu andalan komunitas audio kere hore sejak lama, speaker ini banyak direkomendasikan berkat keseimbangan antara harga, performa, dan fitur yang ditawarkannya. Pada versi terbarunya, OontZ Angle 3 Ultra (4th Gen), pengguna bisa menghubungkan dua unit secara nirkabel untuk ditempatkan di ruangan yang berbeda.

Seperti speaker-speaker lainnya di artikel ini, OontZ Angle 3 Ultra turut mengemas bodi yang tahan air, spesifiknya yang memenuhi sertifikasi IPX7. Dalam sekali charge, ia mampu beroperasi hingga 20 jam, dan pengisiannya kini sudah mengandalkan USB-C pada versi terbarunya. Speaker ini bisa dibeli seharga Rp899.000.

Link pembelian: OontZ Angle 3 Ultra

Gambar header: Dusan Jovic via Unsplash.

5 Game Keluaran Tahun 2021 dengan Jumlah Pemain/Unduhan Terbanyak

Sudah bukan rahasia apabila game free-to-play (F2P) selalu juara dalam hal banyak-banyakan pemain. Namun pada kenyataannya, game premium pun juga bisa memiliki jumlah pemain yang masif, terutama jika dibarengi dengan strategi pemasaran yang apik, seperti misalnya mengikutkan game-nya ke dalam sebuah layanan subscription.

Di artikel ini, saya telah merangkum 5 game keluaran tahun 2021 dengan jumlah pemain/unduhan terbanyak. Berhubung yang masuk hitungan hanyalah game yang dirilis di tahun 2021, Anda jelas tidak akan menemukan game-game yang sudah lama eksis dan masih sangat populer seperti Fortnite atau Apex Legends di sini. Namun seperti yang saya bilang, game yang tercantum tidak semuanya F2P.

Pokémon Unite – 50 juta unduhan

Diluncurkan lebih dulu di Nintendo Switch pada bulan Juli 2021, Pokémon Unite merupakan salah satu fenomena industri video game tahun ini. Per Desember 2021 ini, game tersebut sudah diunduh sebanyak 50 juta kali. Cukup mengesankan mengingat versi Android dan iOS-nya baru dirilis pada bulan September.

Selain sangat populer, Pokémon Unite juga berhasil menyabet gelar prestisius game Android terbaik 2021 versi Google Play. Demam MOBA memang masih belum menunjukkan tanda-tanda bakal mereda, dan game ini hanya semakin memopulerkan tren tersebut, sekaligus menginspirasi franchise besar lain untuk ikut berpartisipasi.

PUBG: New State – 45 juta unduhan

Game anyar lain yang luar biasa populer tahun ini adalah PUBG: New State. Hanya sekitar satu bulan lebih sejak peluncurannya di tanggal 11 November 2021, game ini rupanya telah menerima lebih dari 45 juta unduhan. Hype seputar game ini memang sudah dibangun sejak pertengahan tahun, jadi tidak heran apabila popularitasnya langsung meledak dalam waktu yang singkat.

Menjelang pergantian tahun, PUBG: New State juga baru kedatangan update besar pertamanya. Salah satu fitur baru yang paling menarik adalah Merit Point System, yang dirancang untuk mengurangi kebiasaan toxic para pemain.

Forza Horizon 5 – 10 juta pemain

Seperti yang saya bilang di awal, menawarkan game premium via layanan subscription merupakan cara yang sangat efektif dalam membangun userbase yang besar, dan Forza Horizon 5 adalah contoh terbaiknya. Game ini dirilis pada tanggal 9 November 2021 lalu di PC, Xbox Series X/S, Xbox One, dan layanan subscription Xbox Game Pass sekaligus. Dalam kurun waktu hanya 10 hari, game ini rupanya berhasil menggaet lebih dari 10 juta pemain.

Forza Horizon 5 merupakan sukses besar bagi Xbox Game Studios. Di ajang The Game Awards 2021, game ini membawa pulang tiga penghargaan sekaligus: Best Sports/Racing Game, Best Audio Design, dan Innovation in Accessibility. Menariknya, seri game balap yang amat sukses ini sebenarnya berawal dari sebuah spin-off.

Back 4 Blood – 6 juta pemain

Contoh lain game premium dengan userbase yang besar berkat keterlibatan layanan subscription adalah Back 4 Blood. Seperti Forza, penerus tak resmi seri Left 4 Dead ini juga dirilis di Xbox Game Pass di hari pertama peluncurannya pada 12 Oktober 2021 kemarin. Sekitar dua minggu kemudian, Back 4 Blood dikabarkan telah dimainkan oleh lebih dari 6 juta pemain.

Kesuksesan Forza Horizon 5 dan Back 4 Blood ini semestinya bisa memicu ketertarikan developer dan publisher lain untuk mempertimbangkan layanan subscription dalam strategi pemasarannya, khususnya buat game-game premium yang memiliki elemen multiplayer. Pasalnya, seperti yang kita tahu, userbase yang besar memang merupakan salah satu kunci keberhasilan dari suatu game multiplayer.

FIFA 22 – 9,1 juta pemain

2021 punya dua game sepak bola baru, yakni FIFA 22 dan eFootball 2022, akan tetapi yang bernasib mujur cuma satu. Di saat eFootball 2022 banyak dianggap sebagai salah satu game tergagal tahun ini, FIFA 22 justru bisa dibilang cukup berhasil. Dalam kurun waktu cuma seminggu sejak dirilis pada 1 Oktober kemarin, FIFA 22 diklaim sudah memiliki 9,1 juta pemain.

Ketersediaannya di beberapa platform sekaligus tentu menjadi salah satu alasan di balik kesuksesannya — FIFA 22 bahkan juga tersedia di layanan cloud gaming Google Stadia. Namun menariknya, FIFA 22 sebenarnya mempunyai perbedaan yang cukup drastis antara versi konsol last-gen dan next-gen, utamanya terkait pergerakan dan animasi pemain, yang terkesan lebih realistis di konsol next-gen berkat pemanfaatan teknologi Hypermotion.

Daftar Game Premium Keluaran Tahun 2021 dengan Angka Penjualan Terbesar

Salah satu cara menilai keberhasilan suatu video game adalah dengan melihat performa penjualannya. Game seperti Cyberpunk 2077 boleh saja menerima kritikan pedas, tapi kalau game-nya ternyata laku keras dan terjual lebih dari 13 juta kopi dalam kurun waktu hanya 10 hari, sah-sah saja apabila game-nya dinyatakan berhasil.

2020 punya Cyberpunk, lalu bagaimana dengan 2021? Game Premium (alias yang dijual bukan free to play) apa saja yang dirilis tahun ini yang memiliki angka penjualan terbesar? Well, sayangnya tidak semua publisher memiliki kebijakan transparansi yang sama, sehingga kita tidak bisa mengetahui performa penjualan dari setiap game yang dirilis di tahun 2021.

Meski begitu, ada beberapa publisher yang secara terbuka menyingkap seberapa banyak game besutannya terjual. Berikut adalah daftar game premium keluaran tahun 2021 dengan angka penjualan terbesar, minimal 1 juta kopi.

Valheim – 7,9 juta kopi

Oke, game ini memang tidak bisa dikategorikan sebagai game AAA kalau melihat skala tim pengembangnya (yang cuma beranggotakan lima orang), akan tetapi angka penjualan yang dicatatkan terlalu besar untuk tidak dicantumkan di artikel ini: 7,9 juta kopi per 30 Juni 2021. Padahal, game-nya baru dirilis di bulan Februari 2021, dan itu pun dalam status early access (dan masih berlanjut hingga sekarang).

Tidak bisa dimungkiri, popularitas Valheim terbantu oleh tren genre game survival yang memang sedang naik daun kala itu. Berkat art style-nya yang unik dan musik orisinalnya yang menenangkan, Valheim ibarat angin segar di tengah banyaknya game open-world survival dengan formula yang serupa, belum lagi ditambah mitologi Norse yang menjadi dasar narasinya.

Monster Hunter Rise – 7,5 juta kopi

Monster Hunter: World yang dirilis di tahun 2018 merupakan game terlaris yang pernah Capcom buat, dengan total lebih dari 20 juta kopi terjual dalam kurun waktu tiga tahun lebih. Alhasil, wajar jadinya kalau kita menaruh ekspektasi tinggi terhadap penerusnya, Monster Hunter Rise, dan game ini pun rupanya tidak mau mengecewakan.

Per Oktober 2021, Monster Hunter Rise telah berhasil terjual sebanyak 7,5 juta kopi, dan itu semua hanya berasal dari platform Nintendo Switch saja. Tahun depan, angka tersebut bisa dipastikan bakal bertambah drastis mengingat versi PC-nya bakal dirilis di bulan Januari, disusul oleh expansion berjudul Sunbreak di pertengahan tahun.

Super Mario 3D World + Bowser’s Fury – 7,45 juta kopi

Anda yang pernah punya Nintendo Wii U pasti tahu bahwa Super Mario 3D World bukanlah game baru, akan tetapi versi Switch-nya baru diluncurkan pada bulan Februari 2021, dan langsung menjadi salah satu judul game Switch terlaris tahun ini.

Per November lalu, Super Mario 3D World + Bowser’s Fury (judul versi Switch-nya) telah terjual sebanyak 7,45 juta kopi secara global, lebih banyak daripada total penjualan versi Wii U-nya selama sekitar tujuh tahun (5,88 juta kopi).

Naraka: Bladepoint – 6 juta kopi

Sifat alami battle royale yang mempertemukan seabrek orang sekaligus membuat game yang masuk kategori ini punya potensi untuk selalu laku keras, tidak terkecuali Naraka: Bladepoint. Battle royale dengan sistem combat yang banyak melibatkan seni bela diri ini telah terjual sebanyak 6 juta kopi per November 2021, hanya tiga bulan setelah peluncuran resminya.

Selain sukses secara finansial, game terbitan NetEase ini juga mendapat respons yang positif dari publik. Belum lama ini, 24 Entertainment selaku pengembangnya sempat menggelar kompetisi global bertajuk Naraka: Bladepoint World Championship (NBWC) dengan total hadiah sebesar $1,5 juta. Turnamennya masih berlangsung saat artikel ini ditayangkan, dan Anda bisa menonton siaran ulangnya di Twitch seandainya tertarik.

Resident Evil Village – 5 juta kopi

Dirilis secara resmi pada Mei 2021, Resident Evil Village berhasil terjual lebih dari 5 juta kopi dalam kurun waktu sekitar lima bulan saja. Pencapaian ini sekaligus membuktikan bahwa penggemar seri Resident Evil sangat menikmati permainan yang disajikan dari sudut pandang orang pertama (first-person view), yang pertama kali diterapkan pada Resident Evil 7 di tahun 2017. Seperti sekuelnya, RE7 juga sukses besar dan telah terjual sebanyak 10 juta kopi per Oktober 2021.

Di acara The Game Awards 2021, RE Village sempat mendapatkan beberapa nominasi, dan salah satu karakter beserta pemerannya berhasil membawa pulang gelar Best Performance, yakni Maggie Robertson yang memerankan karakter Lady Dimitrescu.

It Takes Two – 3 juta kopi

Dibandingkan game-game lain di artikel ini, It Takes Two adalah yang paling unik karena harus dimainkan oleh dua orang setiap saat. Persyaratan itu otomatis membuatnya jadi terkesan agak underrated, tapi itu rupanya tidak mencegahnya bersinar dari segi penjualan. Per Oktober 2021, It Takes Two tercatat sudah terjual sebanyak 3 juta kopi. Menariknya, meski perlu dimainkan oleh dua orang, yang membeli game-nya sebenarnya cukup satu orang saja berkat fitur bernama Friend’s Pass.

Kesuksesannya secara finansial turut dibarengi rekognisi publik. It Takes Two berhasil merebut gelar paling prestisius di The Game Awards 2021, yakni Game of the Year, tidak ketinggalan pula Best Multiplayer Game.

MLB The Show 21 – 2 juta kopi

Dikembangkan oleh San Diego Studio (anak perusahaan PlayStation Studios), MLB The Show 21 adalah game pertama dari franchise MLB The Show yang dirilis di luar ekosistem PlayStation. Game ini resmi diluncurkan pada bulan April 2021 kemarin di PS5, PS4, Xbox Series X/S, dan Xbox One, dan itu berdampak positif pada penjualannya.

Dalam kurun waktu hanya dua bulan, MLB The Show 21 berhasil terjual lebih dari 2 juta kopi di semua platform. Pada bulan pertama peluncurannya, MLB The Show 21 bahkan tercatat sebagai game digital dengan penjualan terbanyak di Amerika Serikat, baik untuk platform PlayStation maupun Xbox, mengalahkan Outriders yang juga dirilis di bulan yang sama.

Ratchet & Clank: Rift Apart – 1,1 juta kopi

Terakhir, ada Ratchet & Clank: Rift Apart yang berhasil terjual lebih dari 1,1 juta kopi dalam sebulan pertama peluncurannya di bulan Juni lalu. Menariknya, angka tersebut berasal dari penjualan di platform PlayStation 5 saja, sebab game-nya memang tidak tersedia di platform last-gen dengan alasan keterbatasan kapabilitas hardware.

Penilaian media terhadap game ini juga positif, dan tidak sedikit yang melihatnya sebagai salah satu cara terbaik untuk mendemonstrasikan kapabilitas hardware PS5. Beberapa bahkan ada yang memuji grafiknya, menyebut kualitasnya sudah mendekati level grafik di film-film bikinan Pixar.

Koreksi: ada pengubahan istilah AAA dalam artikel menjadi game premium.

25 Trailer Game Baru yang Diputar di Ajang The Game Awards 2021

Sesuai namanya, The Game Awards merupakan sebuah ajang penghargaan untuk mengapresiasi karya-karya terbaik di industri video game. Namun tidak sedikit juga yang menantikan event ini hanya untuk menonton trailer game-game terbaru yang bakal hadir ke depannya.

Dari pihak developer dan publisher, mereka sendiri juga tidak mau melewatkan kesempatan untuk mempertontonkan kreasi terbarunya ke hadapan jutaan orang; entah yang sudah siap untuk dirilis dalam waktu dekat, atau yang masih sneak peek dan belum punya cuplikan gameplay sama sekali.

Di artikel ini, saya telah merangkum 25 trailer game baru yang diputar di ajang The Game Awards 2021. Beberapa di antaranya adalah trailer baru untuk game yang sudah pernah diumumkan sebelumnya, namun ada juga beberapa judul yang baru diungkap untuk pertama kalinya.

Suicide Squad: Kill the Justice League

Setelah sekian lama, kita akhirnya bisa melihat cuplikan gameplay dari karya terbaru Rocksteady Studios ini, lengkap dengan aksi dari empat playable character-nya, yakni Deadshot, Captain Boomerang, King Shark, dan tentu saja, Harley Quinn. Suicide Squad: Kill the Justice Leage kabarnya akan dirilis di tahun 2022 (belum ada jadwal yang spesifik) di PC, PS5, dan Xbox Series X/S.

Wonder Woman

Kejutan lain dari WB Games adalah Wonder Woman, sebuah game open-world karya Monolith Productions, developer di balik Middle-earth: Shadow of Mordor dan Middle-earth: Shadow of War. Detail mengenai game ini masih minim, akan tetapi WB Games memastikan bahwa fitur Nemesis System dari kedua game Middle-earth itu bakal kembali muncul di sini.

Star Wars Eclipse

Saat ini sedang dalam tahap pengembangan awal, Star Wars Eclipse merupakan sebuah game action adventure dengan beberapa playable character dan narasi yang diambil dari era High Republic. Star Wars Eclipse digarap oleh Quantic Dream, studio yang mengerjakan Detroit: Become Human.

Star Trek: Resurgence

Oleh pengembangnya, Star Trek: Resurgence dideskripsikan sebagai sebuah narrative game interaktif yang mengangkat cerita pasca peristiwa yang terjadi pada Star Trek: The Next Generation. Game ini dikerjakan oleh Dramatic Labs, studio baru yang dibentuk oleh eks veteran Telltale Games yang sudah sangat berpengalaman dengan genre ini.

Slitterhead

Pada akhir tahun lalu, kreator Silent Hill, Keiichiro Toyama memutuskan untuk hengkang dari Sony dan mendirikan studionya sendiri yang diberi nama Bokeh Game Studio. Setahun berlalu, kita sudah bisa melihat cuplikan singkat IP baru yang tengah dikerjakannya, Slitterhead. Tetap saja horor dan menyeramkan.

Nightingale

Nightingale merupakan sebuah game survival dengan fitur shared world dan setting fantasi di era Victorian. Dikembangkan oleh Inflexion Games (eks karyawan BioWare), Nightingale dijadwalkan hadir dengan status early access tahun depan.

Senua’s Saga: Hellblade II

Sekuel game yang memenangkan banyak penghargaan bergengsi ini akhirnya punya trailer gameplay. Ya, video di atas bukanlah adegan sinematik, melainkan diambil langsung dari gameplay-nya. Kualitas grafik game ini benar-benar tidak main-main.

Warhammer 40.000: Space Marine 2

Setelah satu dekade berlalu, sekuel Warhammer 40.000: Space Marine akhirnya datang juga. Guna semakin memikat para penggemarnya, trailer-nya tidak lupa menampilkan Titus, kapten dari pasukan Ultramarine sekaligus lakon utama dari game pertamanya.

A Plague Tale: Requiem

Sekuel dari A Plague Tale: Innocence, A Plague Tale: Requiem melanjutkan petualangan Amicia dan Hugo dalam sebuah dunia yang kacau balu dan penuh elemen supranatural. Game karya Asobo Studio ini bakal tersedia tahun depan di PC, PS5, Xbox Series X/S, dan Nintendo Switch.

Saints Row

Tidak ada GTA 6 di The Game Awards 2021, tapi setidaknya kita disuguhi cuplikan gameplay dari remake Saints Row. Developer-nya, Deep Silver, juga berbaik hati dan menyingkap jadwal rilisnya: 23 Agustus 2022. Semoga saja tidak tertunda.

Alan Wake 2

Belum lama setelah Alan Wake Remastered dirilis, penggemarnya kembali dibuat tersenyum dengan pengumuman Alan Wake 2. Kendati demikian, mereka harus punya kesabaran ekstra mengingat Remedy baru akan merilis game ini di tahun 2023.

Forspoken

Sebelumnya dikenal dengan nama Project Athia, Forspoken adalah sebuah RPG open-world garapan Luminous Productions, studio yang bertanggung jawab atas pengembangan Final Fantasy XV. Game dengan setting dunia yang epik ini dijadwalkan meluncur pada 24 Mei 2022 di PC dan PS5 (maaf Xbox).

Babylon’s Fall

Babylon’s Fall adalah karya terbaru kreator Bayonetta, tentu saja dengan aksi pertarungan pedangnya yang ikonis. Game ini menawarkan fitur co-op hingga empat orang, dan Anda bisa mulai memainkannya mulai 3 Maret 2022 di PC, PS5, dan PS4 (lagi-lagi Xbox tidak kebagian sama sekali).

Final Fantasy VII Remake Intergrade versi PC

Kejutan terakhir dari Square Enix di akhir 2021 adalah Final Fantasy VII Remake untuk PC, lebih tepatnya versi Intergrade yang sebelumnya dirilis untuk PS5 dan membawa sejumlah penyempurnaan dari sisi grafis, lengkap beserta konten campaign ekstra. Tanpa harus menunggu lama, gamer PC bakal bisa memainkan game ini mulai 16 Desember 2021 melalui Epic Games Store.

Sonic Frontiers

Dengan kemampuannya berpindah dari titik A ke B dengan begitu cepat, sungguh aneh rasanya melihat Sonic tidak pernah membintangi sebuah game open-world dengan dunia yang amat luas. Well, imajinasi liar itu bakal terwujud pada akhir 2022 mendatang lewat Sonic Frontiers. Game ini akan tersedia di PC, PS5, PS4, Xbox Series X/S, Xbox One, dan Nintendo Switch.

Homeworld 3

Game ketiga dari franchise Homeworld ini siap meluncur pada kuartal keempat 2022. Sebuah penantian yang sangat panjang mengingat Homeworld 2 dirilis pada tahun 2003. Kabar baiknya, orang-orang yang mengerjakan game pertama dan keduanya dua dekade silam masih ikut berpartisipasi dalam pengembangan Homeworld 3.

Dune: Spice Wars

2022 bakal jadi tahun yang menarik buat penggemar game strategi bertema sci-fi. Selain Homeworld 3 tadi, juga bakal ada Dune: Spice Wars yang bakal menyelipkan banyak elemen genre 4X. Anda lebih suka novel Dune daripada filmnya? Well, game ini lebih banyak mengadaptasikan dari bukunya ketimbang filmnya.

The Lord of the Rings: Gollum – The Untold Story

Meski sampai sekarang masih belum punya jadwal rilis, setidaknya spin-off Lord of the Rings ini sudah punya subjudul yang jelas. Embel-embel “The Untold Story” secara tidak langsung mengonfirmasi bahwa kisah yang diceritakan adalah kisah orisinal yang belum pernah diangkat sebelumnya. Tentunya bakal sangat menarik menavigasikan Gollum/Smeagol dengan dua kepribadiannya yang bertolak belakang, apalagi jika game-nya membebaskan kita melewati tantangan dengan dua cara yang berbeda.

CrossfireX

Setelah dinanti cukup lama, single-player campaign dari CrossfireX yang digarap oleh Remedy Entertainment akhirnya punya jadwal rilis yang spesifik: 10 Februari 2022, eksklusif di Xbox Series X/S dan Xbox One. Campaign ini merupakan game yang terpisah dari mode multiplayer free-to-play yang dikerjakan oleh Smilegate Entertainment, bahkan engine yang digunakan pun berbeda.

Evil West

Koboi dengan kekuatan supranatural yang siap membasmi berbagai macam monster dan vampir, kira-kira begitulah premis sederhana dari Evil West. Combat yang brutal merupakan kekuatan utama game ini, dan developer-nya sendiri juga sudah sangat berpengalaman soal itu usai mengerjakan tiga game Shadow Warrior.

GTFO

Dua tahun setelah dirilis sebagai game early access, co-op survival horror FPS ini akhirnya sudah rampung dikerjakan dan resmi diluncurkan versi finalnya. Pengembangnya menjanjikan banyak penyempurnaan, termasuk halnya sistem matchmaking yang lebih baik. Namun seandainya Anda ingin bermain sendirian, Anda juga bisa memilih untuk ditemani bot.

Arc Raiders

Arc Raiders merupakan sebuah co-op third-person PvE shooter karya Embark Studios, studio game baru arahan mantan bos besar EA, Patrick Söderlund. Game ini bakal memprioritaskan kerja sama antar pemain di samping sedikit elemen survival, dengan setting dunia post-apocalyptic di masa depan. Arc Raiders kabarnya akan dirilis sebagai game free-to-play di PC, PS5, dan Xbox Series X/S.

Steelrising

Steelrising adalah third-person action RPG garapan Spiders, studio di balik RPG sukses lain yang berjudul GreedFall. Game ini mengambil setting yang tidak umum: era Revolusi Perancis, tapi dengan dunia yang dipenuhi robot-robot steampunk. Lakon utamanya pun juga merupakan salah satu robot tersebut.

Rumbleverse

Dikembangkan oleh Iron Galaxy, Rumbleverse merupakan sebuah “brawler royale” dengan berbagai karakter yang jenaka. Tidak ada senjata dalam game F2P ini, yang ada cuma adu otot antar 40 pemain dengan berbagai teknik gulat profesional seperti suplex maupun piledriver.

Tchia

Open-world adventure dengan atmosfer dan musik yang amat chill. Kalau melihat trailer-nya, sepertinya bakal ada banyak sekali yang bisa dilakukan dalam game ini. Anda bahkan bisa bermain ukulele secara manual jika mau. Selain di PS5 dan PS4, Tchia juga akan dirilis di PC pada musim semi 2022.

4 Game NFT dan Metaverse Lokal yang Layak Dipantau Perkembangannya

Game NFT dan metaverse terus menjadi topik perbincangan hangat sehari-hari. Bukan cuma di kancah internasional, melainkan juga di kancah domestik, apalagi jika melihat semakin banyaknya platform NFT dan metaverse lokal yang bermunculan.

Elemen jual-beli di dalam game memang bukanlah hal baru, akan tetapi kehadiran NFT dan blockchain membuat hal itu jadi semakin menarik lagi, terutama berkat terobosan-terobosan seperti decentralization dan smart contract, belum lagi peluang interoperabilitas metaverse yang dimungkinkan.

Melihat popularitas tren tersebut, wajar kalau hampir setiap hari selalu ada platform NFT dan metaverse baru yang memperkenalkan diri, tidak terkecuali yang berasal dari Indonesia. Berikut adalah 4 game NFT dan metaverse lokal yang layak dipantau perkembangannya.

Arkipelago

Arkipelago merupakan sebuah metaverse yang terinspirasi oleh warisan budaya tanah air. Melihat roadmap-nya, visi yang ditawarkan benar-benar terkesan sangat ambisius, yang mencakup 10.000 aset NFT 3D yang dinamai Genesis, DAO (Decentralized Autonomous Organization), token $ARKI, dan interoperabilitas dengan metaverse lain (The Sandbox).

Memiliki aset Genesis berarti kita juga punya hak kepemilikan atas DAO, dan itu berarti kita juga bisa ikut menyumbang suara terkait pengembangan metaverse Arkipelago ke depannya. Community-driven metaverse, itulah kata kunci yang ingin disorot oleh para penggagas proyek Arkipelago ini.

Di sisi lain, token $ARKI nantinya bakal menawarkan banyak utilitas, salah satunya untuk menambang bahan mentah, yang kemudian bisa diracik menjadi aset NFT yang kompatibel. Tentu saja, $ARKI juga bakal menjadi mata uang utama untuk berbagai transaksi dan kegiatan yang bisa dilakukan di metaverse Arkipelago.

Soulcops

Secara sederhana, Soulcops merupakan sebuah permainan trading card digital dengan aset NFT yang menjadi kartu-kartunya. Namun pengembangnya sudah punya rencana jangka panjang yang lebih besar yang turut mencakup merchandise, komik, film dan animasi, hingga akhirnya membentuk sebuah ekosistem metaverse yang matang.

Secara total, sudah ada 3.000 kartu digital NFT Soulcops yang dirilis dan dijual melalui OpenSea, sementara mobile game-nya sendiri dijadwalkan meluncur pada tahun 2022. Dari sisi narasi, Soulcops mengambil kisah tentang perseteruan antara polisi baik dan polisi jahat di masa depan. Cukup unik karena seperti yang kita tahu, karakter polisi memang sering terkesan underrated.

Reality Chain

Oleh pengembangnya, Reality Chain dideskripsikan sebagai social metaverse as a service. Siapapun yang ingin mempunyai metaverse-nya sendiri bisa membangunnya di blockchain apapun dengan bantuan Reality Chain. Kalau mau dianalogikan secara sederhana, Reality Chain ini mirip seperti game engine, tapi yang fungsinya untuk membangun metaverse.

Satu hal yang unik dari Reality Chain adalah, yang ditawarkan justru pengalaman yang non-immersive, sebab pengembangnya percaya bahwa metaverse semestinya tidak menggantikan interaksi sosial kita, dan justru menjadi pelengkap dari kehidupan sosial. Dengan kata lain, pengalaman yang ditawarkan lebih ke arah kasual, namun tetap memberi kesempatan para pemainnya untuk memperjual-belikan aset NFT.

Semua metaverse yang dibangun dengan Reality Chain dapat diakses langsung melalui browser demi memberikan aksesibilitas ekstra. Kita bahkan bisa masuk ke dalam sebuah metaverse secara anonim dan tanpa login sama sekali.

Meta Forest Society

Banyak orang mengaitkan NFT dengan investasi dan menjadikannya sebagai ajang mencari untung. Pola pikir seperti itu memang tidak salah, tapi bagaimana seandainya jika kita juga bisa berkontribusi terhadap kesejahteraan sosial melalui NFT? Itulah premis yang ditawarkan oleh Meta Forest Society.

Jadi ketimbang sebatas menjual aset NFT begitu saja, Meta Forest Society (MFS) bakal menyumbangkan 20% dari total penjualan NFT-nya kepada PERTAHARA (Perempuan Tani Harapan Rakyat) demi mengoptimalkan pemberdayaan tenaga kerja wanita di bidang agrikultur. Koleksi NFT-nya sendiri terdiri dari 3.636 karakter elf yang diambil dari mitologi Norse.

Bukan cuma itu, pemilik NFT MFS nantinya juga bisa menukarkan aset yang dimilikinya dengan Hara Token (HART), yang kemudian bisa dipakai untuk membeli dan menyumbangkan bibit jahe dalam media tanam polybag, atau untuk membeli summon book.

Apa itu summon book? Di sinilah letak gamification yang MFS tawarkan. Dengan menggabungkan summon book dan karakter elf yang dimiliki, kita bisa menciptakan Forest Creature NFT sekaligus mendonasikan 10 polybag berisi bibit jahe. NFT dan gamification, dengan kontribusi sosial sebagai bumbu penyedapnya. Menarik.

5 Game Paling Overhyped dan 5 yang Paling Underrated di Tahun 2021

2021 tidak bisa dibilang sebagai tahun terbaik buat industri video game, apalagi mengingat pandemi masih menjadi hambatan terbesar bagi kalangan developer. Terlepas dari beberapa judul game yang cukup fenomenal, sebagian besar game yang dirilis tahun ini boleh dibilang tidak seistimewa di tahun-tahun sebelumnya.

Belum lagi ditambah beberapa judul game yang terkesan overhyped, yang ternyata kurang bisa memenuhi ekspektasi tinggi yang konsumen tetapkan setelah melihat pamor game tersebut, seperti Cyberpunk 2077 di tahun 2020. Di sisi lain, tentu saja ada game yang bernasib sebaliknya, yang sebenarnya sangat pantas direkomendasikan namun kurang terekspos ke publik, alias underrated.

Di artikel ini, saya telah merangkum 5 game yang paling overhyped sekaligus 5 yang paling underrated yang dirilis di tahun 2021. Tentu saja, berhubung ini merupakan topik yang amat subjektif, Anda bebas punya pendapat yang berbeda.

Game paling overhyped di tahun 2021

Outriders

Ibarat hasil kawin silang antara Gears of War dan Destiny, Outriders mampu menyuguhkan formula looter shooter dengan bumbu RPG secara cukup solid. Feel menembaknya memang tidak sememuaskan Bulletstorm (game lain bikinan developer yang sama), tapi setidaknya itu bisa ditutupi oleh berbagai build karakter yang bisa kita kreasikan di Outriders.

Kekurangan utama Outriders ada dua. Yang pertama adalah konten endgame-nya yang terbilang minimal sekaligus terasa repetitif. Kedua dan yang mungkin lebih krusial adalah tidak adanya mode offline. Layaknya Borderlands, Outriders memang akan lebih asyik jika dimainkan bersama teman. Namun terkadang saya juga ingin memainkannya sendirian, dan ini rupanya hanya bisa dilakukan selagi online. Masalahnya, Outriders kerap dilanda problem teknis dari sisi server, dan ketika itu terjadi, saya bahkan tidak bisa memainkannya sama sekali walaupun sendirian.

Biomutant

Dengan setting open-world yang indah dan karakter yang jauh dari kata konvensional, Biomutant tentu menawarkan premis yang menarik, apalagi setelah melihat sistem combat-nya yang menggabungkan persenjataan modern dengan aksi kungfu.

Namun sebagai sebuah RPG, Biomutant kurang begitu mampu bersaing karena terkesan terlalu formulaik, belum lagi ditambah deretan quest-nya yang terasa begitu generik sekaligus repetitif. Quest yang variatif dan memikat merupakan salah satu kekuatan utama RPG single-player, dan Biomutant justru terkesan seperti MMORPG terkait hal ini, yang sering kali hanya menjadikan quest sebagai alasan untuk grinding.

New World

Ada banyak sekali yang bisa Anda lakukan di New World, tapi entah kenapa, berenang bukanlah salah satunya, begitu juga dengan berkuda. Bosan membasmi monster atau beradu otot melawan pemain lain? Anda bisa menghabiskan waktu berjam-jam memasak atau crafting di game ini. Memasak bahkan merupakan salah satu cara tercepat untuk levelling di New World.

Namun banyak bukan berarti semuanya menarik untuk dilakukan, dan aspek PvE merupakan salah satu kelemahan utama New World, demikian pula variasi quest yang tersedia. Untuk game yang sudah dinanti-nantikan sejak tahun 2016, New World semestinya bisa memberikan lebih dari sekadar visual yang apik dan elemen PvP yang seru.

Battlefield 2042

Setelah hampir tiga tahun tidak ada game Battlefield baru, wajar apabila banyak yang menaruh harapan besar pada Battlefield 2042. Sayang sekali ekspektasi tinggi itu tidak bisa dipenuhi akibat berbagai kendala teknis, dan tidak sedikit pula yang menyayangkan absennya single-player campaign pada game tersebut.

Saya pribadi cukup menikmati Battlefield 2042 selama open beta, tapi tentu sesi singkat tersebut tidak bisa dijadikan acuan karena tidak merepresentasikan pengalaman bermain secara menyeluruh. Semoga saja ke depannya kondisi game ini bisa membaik.

Grand Theft Auto: The Trilogy – The Definitive Edition

Dirilis 20 tahun setelah Grand Theft Auto III pertama kali meluncur di PS2, GTA Trilogy Definitive Edition bisa dibilang adalah salah satu yang paling besar hype-nya tahun ini meskipun hanya merupakan sebuah remaster. Namun kenyataannya jauh lebih pahit dari yang dibayangkan, sebab game ini dirilis dalam keadaan seperti belum rampung digarap.

Kabar baiknya, game ini masih bisa diselamatkan seiring berjalannya waktu mengingat sebagian besar problemnya cuma perkara teknis. Kalau secara konten, kualitas trilogi game legendaris ini tentu sudah tidak perlu diragukan lagi.

Game paling underrated di tahun 2021

It Takes Two

Fakta bahwa game ini harus dimainkan oleh dua orang setiap saat membuatnya jadi agak underrated. Namun kalau Anda tidak keberatan dengan persyaratan tersebut, Anda bakal hanyut dalam sebuah pengalaman bermain yang tidak akan pernah terlupakan.

It Takes Two menuntut kedua pemain untuk terus bekerja sama secara kreatif. Selagi ceritanya berjalan, berbagai mekanisme gameplay-nya juga akan berganti dan ikut menyesuaikan. It Takes Two bukan sekadar game paling inventif, melainkan juga salah satu game terbaik tahun ini.

The Ascent

Apa yang terjadi ketika Anda mengawinkan setting dunia cyberpunk dengan genre action RPG ala Diablo? The Ascent jawabannya. Game garapan studio kecil asal Swedia ini berhasil membuktikan bahwa Night City bukanlah satu-satunya lokasi dengan setting cyberpunk yang menarik untuk dieksplorasi. Meski disajikan dalam sudut pandang isometrik, The Ascent dapat dengan mudah membawa saya masuk ke dalam dunianya.

Kalau disuruh menyebut kekurangan terbesar game ini, saya akan bilang kontennya terlalu sedikit. Namun itu bukan berarti kontennya tidak banyak, melainkan lebih ke saya yang tidak bisa berhenti memainkannya. Setelah memainkan The Ascent, saya pun langsung teringat dengan Dredd, film dengan setting cyberpunk yang menurut saya juga termasuk underrated.

Eastward

Secara umum, ada dua alasan mengapa suatu game mengadopsi grafik bergaya pixel art. Yang pertama adalah karena keterbatasan dari sisi teknis, sedangkan yang kedua adalah karena itu memang arahan desain yang dituju oleh kreatornya. Eastward merupakan game yang masuk di kategori kedua tersebut.

Grafik di game ini benar-benar memukau, dengan pilihan palet warna yang terinspirasi karya-karya Studio Ghibli, dan berbagai efek lighting modern yang membuatnya kelihatan semakin hidup. Gameplay-nya memang tergolong simpel untuk ukuran sebuah RPG, tapi setidaknya itu bisa ditutupi oleh musik chiptune yang orisinal dan begitu membekas di telinga.

Knockout City

Dodgeball dengan sejumput bumbu kreativitas, Knockout City bisa menjadi opsi alternatif yang menyegarkan di tengah banyaknya game kompetitif ber-genre shooter. Dalam Knockout City, orang lain yang bermain bersama Anda bukan sebatas rekan satu tim, melainkan juga bisa menjadi senjata di saat-saat darurat.

Permainan pun jadi terasa semakin menyenangkan setelah mempelajari sejumlah trick shot yang tersedia, dan semua aksi yang Anda lakukan di dalam game ini bisa terasa semakin mantap berkat efek suara yang distingtif. Untuk sekarang, konten di Knockout City memang terbilang minim, namun sebagai sebuah live service game, isu tersebut tentu dapat diatasi seiring berjalannya waktu.

Ruined King: A League of Legends Story

RPG dengan sistem combat turn-based memang bukan untuk semua orang, namun Ruined King cukup berpotensi menjadi mainstream berkat dukungan popularitas League of Legends yang mengitarinya. Meski begitu, Anda tidak perlu menjadi penggemar salah satu MOBA terpopuler itu terlebih dulu untuk bisa menikmati game ini.

Seperti yang sudah bisa ditebak, kekuatan utama game ini terletak pada sistem combat-nya. Awalnya mungkin terkesan agak kompleks, namun kepuasan yang didapat setelah menguasainya betul-betul tidak tertandingi. Art style yang khas juga menjadi daya tarik lain dari game ini, kurang lebih sama kasusnya seperti serial animasi Arcane.

5 Mouse Pad Gaming Pilihan untuk Semua Tipe Gamer

Berhubung sebagian besar mouse sudah bisa berfungsi secara normal di atas permukaan meja, mouse pad mungkin tidak bisa dikategorikan sebagai produk yang esensial. Namun kalau dalam konteks gaming, terutama jika sudah masuk dalam ranah kompetitif, menggunakan mouse pad adalah cara termudah untuk memaksimalkan kapabilitas mouse gaming sekaligus skill bermain kita.

Mouse pad tentu ada banyak macamnya, dari yang halus sampai yang kasar, dan dari yang murah sampai yang mahal. Menentukan satu mouse pad gaming yang terbaik merupakan tugas yang hampir mustahil, sebab masing-masing gamer punya selera dan kebutuhannya sendiri-sendiri. Jenis game yang dimainkan pun juga menjadi salah satu faktor yang perlu diperhatikan saat memilih mouse pad gaming.

Di artikel ini, saya telah merangkum 5 mouse pad gaming pilihan untuk semua tipe gamer. Silakan tentukan sendiri mana yang terbaik buat Anda, sesuai dengan kebutuhan dan bujet masing-masing.

1. Zowie G-SR

Zowie G-SR merupakan salah satu opsi terfavorit para pro player CS:GO. Ukurannya cukup besar (47 x 39 cm) buat yang terbiasa menggunakan sensitivitas (DPI) rendah, sementara permukaan kainnya yang sedikit kasar sangat ideal untuk memaksimalkan kontrol. Tipe mouse pad seperti ini memungkinkan Anda untuk langsung menyetop pergerakan mouse begitu melihat ada musuh lewat, bahkan ketika menggunakan mouse yang paling ringan sekalipun.

Sebagai produk premium, tentu saja sekelilingnya telah dijahit dengan rapi. Mouse pad ini memiliki ketebalan 3,5 mm, dan sisi bawahnya dilapisi bahan karet yang 100% rata demi memastikan ia tidak mudah bergeser selagi tangan pengguna bermanuver di atasnya. Di angka Rp649.000, harganya memang tidak bisa dibilang murah, tapi layak dipertimbangkan jika Anda rutin bermain game FPS kompetitif.

Link pembelian: Zowie G-SR

2. Logitech G440

Di sisi sebaliknya, jika Anda menginginkan permukaan yang paling mulus dan nyaris tanpa friksi supaya mouse bisa terasa seperti meluncur di atas es, Anda bisa melirik mouse pad dengan bahan yang kaku seperti Logitech G440 ini. Berkat permukaan yang terbuat dari plastik polietilena, mouse pad ini memungkinkan pergerakan mouse yang sangat cepat dengan tenaga yang minimal.

Di harga Rp339.000, mouse pad dengan dimensi 34 x 28 cm dan tebal 3 mm ini tergolong cukup kompetitif. Buat penggemar genre RTS atau MOBA yang memprioritaskan kecepatan respons, Logitech G440 bakal cocok buat Anda. Mereka yang memiliki permukaan meja tidak rata juga bisa mempertimbangkan mouse pad berbahan kaku semacam ini.

Link pembelian: Logitech G440

3. Razer Strider – Large

Bingung harus memilih antara yang berbahan kain atau plastik? Mouse pad besutan Razer ini boleh jadi pertimbangan. Razer mendeskripsikan permukaannya sebagai model hybrid; tingkat kemulusannya mendekati mouse pad berbahan kaku, akan tetapi materialnya tetap cukup lentur untuk digulung dan dibawa-bawa dengan mudah. Best of both worlds kalau kata Razer.

Razer Strider diciptakan untuk memberikan keseimbangan antara kecepatan sekaligus kontrol, dan ukurannya cukup besar (45 x 40 cm) untuk mengakomodasi setelan DPI berapapun. Tertarik? Siapkan dana Rp549.000 untuk meminangnya.

Link pembelian: Razer Strider – Large

4. Corsair MM1000

Alternatif lain buat yang mengincar mouse pad berbahan kaku, Corsair MM1000 cukup istimewa karena ia punya peran kedua, yakni sebagai Qi wireless charger. Gambar lingkaran di pojok kanan atasnya itu menandakan posisi koilnya; letakkan perangkat apapun yang mendukung teknologi Qi wireless charging di atas lingkaran tersebut, maka baterainya otomatis akan terisi. Cukup membantu selagi bekerja sambil menunggu jam main tiba.

Ponsel Anda tidak kompatibel? Tidak masalah, sebab paket penjualannya yang seharga Rp699.000 turut menyertakan adaptor dengan tiga macam konektor (Micro USB, USB-C, Lightning) sehingga perangkat yang tidak mendukung pun tetap bisa diisi ulang secara nirkabel. Sebagai bonus, MM1000 juga punya satu port USB 3.0 pass-through. Saat tiba waktunya untuk push rank Dota 2, permukaan plastik seluas 35 x 26 mm miliknya bakal membantu pengguna beraksi dengan lebih responsif.

Link pembelian: Corsair MM1000

5. SteelSeries QcK Prism 3XL

Satu model mouse pad umumnya terdiri dari beberapa varian ukuran agar konsumen dapat mencocokkannya dengan ukuran meja masing-masing. Tidak jarang, sebagian orang juga memilih mouse pad yang berukuran sangat panjang sehingga bisa menjadi alas untuk keyboard sekaligus. Opsi lainnya, Anda juga bisa mendapatkan mouse pad gaming yang luar biasa luas sampai-sampai bisa dikategorikan sebagai taplak meja.

SteelSeries QcK Prism 3XL adalah salah satunya. Dengan ukuran 122 x 59 cm dan tebal 4 mm, ia bisa menutupi permukaan meja secara menyeluruh, sehingga tidak ada lagi alasan ruang pergerakan mouse yang terbatas. Seperti yang bisa dilihat, sekelilingnya juga dihiasi pencahayaan RGB yang terbagi menjadi dua zona, menjadikannya sebagai aset yang berharga buat para streamer. Mouse pad ini jelas bukan untuk semua orang, dan harganya pun jauh dari kata murah: Rp1.650.000.

Link pembelian: SteelSeries QcK Prism 3XL

Gambar header: Rebekah Yip via Unsplash.

10 Game yang Paling Dinanti di Tahun 2022

2021 sisa sebulan lagi, dan sudah tiba saatnya untuk membahas deretan video game yang bakal dirilis di tahun berikutnya. Di artikel ini, saya telah merangkum 10 game yang paling dinanti di tahun 2022.

Sebagian besar di antaranya memang sudah punya jadwal rilis yang spesifik, namun seperti yang kita tahu, tidak ada hal yang benar-benar pasti di masa pandemi seperti sekarang. Beberapa judul yang tercantum bahkan sebelumnya sudah pernah ditunda perilisannya dari 2020 menjadi 2021.

Well, semoga saja hal itu tidak terulangi di 2022.

1. Elden Ring

Ketika kreator Dark Souls bertemu dengan kreator Game of Thrones, maka lahirlah Elden Ring. Buat yang tidak tahu, ini merupakan sebuah action RPG dengan tingkat kesulitan tinggi dan sistem combat yang sangat memuaskan, yang dikemas dalam setting fantasi open-world buah pemikiran novelis kondang George R. R. Martin.

Menurut pengembangnya, FromSoftware, ini merupakan game dengan skala terbesar yang pernah mereka buat, dan itu tentu bakal membuat mode co-op multiplayer-nya semakin menarik lagi. Elden Ring kabarnya bakal dirilis pada 25 Februari 2022 di PC, PS5, PS4, Xbox One, dan Xbox Series X/S.

2. God of War Ragnarök

Selagi gamer PC menanti kehadiran God of War, pengguna PlayStation dengan sabar menunggu suksesor dari game keluaran tahun 2018 tersebut. Meski belum berani memberikan jadwal rilis yang pasti, Santa Monica Studio berharap mereka bisa meluncurkan God of War Ragnarök di tahun 2022 untuk PS4 dan PS5.

Dari trailer-nya, bisa dilihat bahwa permainan sekali lagi bakal menyuguhkan petualangan Kratos bersama anaknya, Arteus, yang kini sudah bertambah dewasa dan jadi jago sihir di samping sebatas jago panah. God of War Ragnarök juga bakal menghadirkan salah satu tokoh paling terkenal dari mitologi Norse, Thor, lengkap bersama palu kesayangannya, Mjölnir.

3. Horizon Forbidden West

Batal dirilis tahun ini, Horizon Forbidden West dijadwalkan bakal hadir untuk PS4 dan PS5 mulai 18 Februari 2022. Game ini secara langsung melanjutkan cerita dari Horizon Zero Dawn, serta akan membawa sang tokoh utama, Aloy, ke beragam lokasi baru.

Seperti game pertamanya, eksplorasi kembali menjadi salah satu aspek unggulan di sini. Menariknya, Aloy kali ini juga bebas menjelajahi dunia bawah air, sekaligus tentu saja bertarung melawan monster-monster yang sebelumnya tidak pernah ia jumpai di darat.

4. Gran Turismo 7

Suguhan spesial lain dari Sony yang juga sempat tertunda tahun ini adalah Gran Turismo 7. Game balap andalan Sony ini akan tersedia di PS4 dan PS5 pada tanggal 4 Maret 2022, dengan lebih dari 420 mobil yang dapat dikumpulkan langsung sejak hari pertama.

Selain koleksi mobil yang melimpah, Gran Turismo 7 juga bakal menghadirkan fitur legendaris GT Simulation Mode, lengkap beserta kumpulan mobil dan sirkuit klasiknya. Di PS5, Gran Turismo 7 juga bakal sepenuhnya mendukung fitur Adaptive Trigger dan Haptic Feedback milik controller DualSense demi menyuguhkan pengalaman bermain yang lebih immersive lagi.

5. Pokémon Legends: Arceus

Diumumkan pada perayaan ulang tahun franchise Pokémon yang ke-25, Pokémon Legends: Arceus bisa dibilang merupakan hasil kawin silang antara RPG tradisional Pokémon dan RPG open-world macam The Legend of Zelda: Breath of the Wild.

Satu hal yang paling menarik dari game ini adalah setting-nya, yakni region Sinnoh tapi di era Pokémon League belum eksis dan istilah Pokémon Trainer juga belum pernah terdengar. Poké Ball di game ini bahkan juga terbuat dari bahan kayu guna semakin menunjukkan perbedaan zamannya. Pokémon Legends: Arceus rencananya akan hadir di Nintendo Switch pada 28 Januari 2022.

6. Starfield

Kalau saya disuruh memilih, inilah game yang paling saya tunggu-tunggu kehadirannya tahun depan. Starfield merupakan RPG pertama Bethesda di luar franchise The Elder Scrolls dan Fallout, dan kali ini Bethesda bakal mengajak pemain menjelajah antariksa di masa depan.

Buat yang tertarik dengan premis tersebut, sayangnya Anda harus punya kesabaran ekstra, sebab Starfield baru dijadwalkan hadir di PC dan Xbox Series X/S pada 11 November 2022. Well, kalau untuk RPG open-world dengan skala sebesar ini, saya jauh lebih sreg apabila developer-nya mengambil waktu sebanyak mungkin daripada buru-buru dan jadi seperti Cyberbug, eh, maksud saya Cyberpunk 2077.

7. Redfall

Setelah Deathloop, proyek berikutnya dari Arkane Studios adalah Redfall, sebuah game co-op FPS dengan setting open-world dan sejumlah karakter yang memiliki skill uniknya masing-masing. Kedengarannya seperti Borderlands? Ya, betul, tapi yang alur ceritanya melibatkan vampir ketimbang alien.

Sebagai penggemar setia seri Borderlands sekaligus Dishonored (salah satu karya terbaik Arkane), saya juga sangat menanti kehadiran game ini. Sayang Bethesda sejauh ini belum punya jadwal rilis yang lebih spesifik dari “musim panas 2022”. Seperti Starfield, game ini juga hanya akan tersedia secara eksklusif di PC dan Xbox Series X/S.

8. Dying Light 2 Stay Human

Tiga tahun setelah diumumkan pertama kali, Dying Light 2 Stay Human akhirnya punya jadwal rilis spesifik: 4 Februari 2022 di PC, PS4, PS5, Xbox One, dan Xbox Series X/S. Secara naratif, Dying Light 2 mengambil tempat 20 tahun setelah peristiwa yang terjadi di game pertamanya. Lakon utamanya boleh ganti, akan tetapi skill parkour-nya malah lebih superior lagi daripada sebelumnya.

Di samping sebuah grappling hook, tokoh utamanya kali ini juga mempunyai paraglider untuk semakin memudahkannya berpindah dari satu titik ke yang lain. Buat yang menyukai brutalitas pertarungan jarak dekat dari sudut pandang orang pertama, Dying Light 2 sama sekali tidak boleh dilewatkan.

9. Tiny Tina’s Wonderlands

Meluncur pada 25 Maret 2022 di PC, PS4, PS5, Xbox One, dan Xbox Series X/S, Tiny Tina’s Wonderland merupakan spin-off dari franchise Borderlands, dengan narasi dan setting yang lebih jenaka lagi ketimbang sebelumnya. Seperti seri Borderlands, game ini juga bakal menghujani pemainnya dengan segudang kombinasi senjata. Namun yang lebih menarik, koleksi senjatanya kali ini bukan cuma pistol dan senapan saja, melainkan juga pedang, kapak, gada, dan masih banyak lagi senjata jarak dekat lainnya.

Anda memang tidak perlu memainkan semua seri Borderlands untuk bisa menikmati game ini. Namun agar pengalamannya lebih asyik, saya sarankan Anda memainkan setidaknya satu DLC dari Borderlands 2 yang berjudul Tiny Tina’s Assault on Dragon Keep, yang belum lama ini sempat dikemas ulang menjadi game terpisah.

10. Sekuel dari The Legends of Zelda: Breath of the Wild

Terakhir, ada sekuel dari salah satu game terbaik Nintendo Switch, The Legends of Zelda: Breath of the Wild. Informasi mengenai game ini memang belum banyak, dan bahkan judul resminya pun masih belum diungkap oleh Nintendo demi menjauhkan para penggemarnya dari spoiler.

Meski belum punya jadwal rilis yang lebih spesifik dari “2022”, game ini tetap merupakan salah satu yang paling diantisipasi jika melihat kesuksesan game pertamanya. Satu hal yang pasti, Breath of the Wild 2 (atau apapun judulnya nanti) bakal terlihat mengagumkan di layar Nintendo Switch OLED.

10 Mouse Gaming Pilihan dengan Desain Honeycomb dan Bobot Super-Ringan

Saya masih ingat zaman mouse gaming masih menawarkan kustomisasi berat sebagai salah satu fitur unggulannya. Sekarang trennya sudah bergeser. Yang lebih diincar kini justru adalah mouse berdesain honeycomb yang memiliki bobot luar biasa ringan.

Tidak tanggung-tanggung, deretan mouse yang masuk di kategori ini mempunyai berat hanya di kisaran 60 gram saja — beberapa bahkan ada yang kurang dari itu. Kenapa harus sampai seringan itu? Karena kebanyakan pro player, khususnya yang bermain game shooter, menggunakan DPI (sensitivitas) rendah agar bidikannya bisa lebih presisi.

Berhubung sensitivitas mouse-nya rendah, tidak jarang mereka melakukan gerakan menyapu yang ekstrem, dan itu jelas akan jauh lebih mudah dilangsungkan jika menggunakan mouse yang enteng. Nah, salah satu trik yang produsen terapkan untuk menciptakan mouse gaming berbobot super-ringan adalah dengan mengadopsi desain bolong-bolong alias honeycomb. Sebagai bonus, lubang-lubang di rangka mouse itu juga berperan sebagai ventilasi untuk membantu mencegah telapak tangan jadi cepat berkeringat.

Di artikel ini, saya telah merangkum 10 mouse gaming honeycomb pilihan yang dapat dibeli di Indonesia. Beberapa di antaranya ada yang wireless, ada yang ambidextrous, ada yang ergonomis. Jadi, sesuaikan saja dengan selera dan kebutuhan masing-masing — dan bujet, tentu saja.

1. SteelSeries Aerox 3 Wireless 2022 Edition

Salah satu kekhawatiran utama konsumen saat pertama melihat mouse dengan begitu banyak lubang di atasnya adalah betapa mudahnya cairan masuk ke dalamnya. Hal itu sama sekali bukan masalah untuk mouse ini, sebab ia telah mengantongi sertifikasi ketahanan air dan debu IP54. Ia bahkan masih bisa selamat dan berfungsi dengan normal setelah diguyur sekaleng Diet Coke.

Performa mouse seberat 68 gram ini juga tidak boleh diremehkan. Sensornya memiliki sensitivitas 100-18.000 DPI, sementara switch-nya diklaim mampu bertahan sampai 80 juta kali klik. Selain via dongle USB, Aerox 3 Wireless juga dapat dihubungkan via Bluetooth jika perlu. Baterainya diklaim kuat sampai 80 jam pemakaian, atau sampai 200 bila memakai Bluetooth.

Di Indonesia, mouse ini dijual seharga Rp1.399.000.

Link pembelian: SteelSeries Aerox 3 Wireless 2022 Edition

2. Glorious Model O

Bagi yang memiliki tangan berukuran sedang atau besar, Glorious Model O boleh jadi pilihan. Namun jangan tertipu oleh ukurannya, sebab bobotnya masih tergolong sangat ringan di angka 67 gram. Pergerakannya pun bakal tetap lincah berkat penggunaan kabel braided yang amat fleksibel.

Model O mengemas sensor Pixart PMW-3360 dengan sensitivitas maksimum 12.000 DPI, sedangkan switch-nya menggunakan bikinan Omron dengan klaim ketahanan hingga 20 juta kali klik. Buat yang tertarik, siapkan dana sebesar Rp830.000 untuk meminangnya.

Link pembelian: Glorious Model O

3. Glorious Model D Wireless

Kalau kurang suka dengan desain ambidextrous milik Model O, Anda bisa mempertimbangkan saudaranya yang berdesain ergonomis ini. Kebetulan ini juga merupakan varian nirkabel, jadi harganya otomatis lebih mahal: Rp1.289.000. Bobotnya sendiri masih tetap sangat enteng di angka 69 gram.

Sensor yang tertanam adalah hasil rancangan Glorious sendiri dengan sensitivitas maksimum 19.000 DPI, demikian pula switch-nya, yang diyakini tahan sampai 80 juta kali klik. Dalam sekali pengisian, baterainya cukup untuk pemakaian selama 71 jam (tanpa RGB), dan perangkat masih bisa digunakan seperti biasa selagi dicolok kabel.

Link pembelian: Glorious Model D Wireless

4. Xtrfy MZ1

Bentuk gepeng dengan lekukan-lekukan yang dalam di sisi atas maupun sampingnya menjadikan mouse ini sangat nyaman untuk digenggam, belum lagi ditambah bobotnya yang luar biasa ringan di 56 gram. Sebagai informasi, mouse dengan rancangan unik dan bodi semi-transparan ini merupakan buah pemikiran reviewer mouse kawakan yang dikenal dengan nama Rocket Jump Ninja.

Performanya ditunjang oleh sensor Pixart PMW-3389 dengan sensitivitas 400-16.000 DPI, sedangkan switch-nya menggunakan Kailh GM 8.0. Aspek lain yang menarik dari mouse ini adalah, semua opsi kustomisasinya dapat dilakukan via tombol dan tuas fisik, tidak perlu bantuan software sama sekali. Berminat? Siapkan modal sebesar Rp1.149.000.

Link pembelian: Xtrfy MZ1

5. Cooler Master MM711

Opsi lain di bawah 60 gram yang boleh dipertimbangkan adalah Cooler Master MM711. Desainnya sengaja dibuat agar bisa mengakomodasi jenis grip apapun, mulai dari claw, fingertip, sampai palm grip. Keberadaan kabel yang begitu lentur juga membantu mengurangi bobotnya secara signifikan.

Untuk sensornya, MM711 mengandalkan sensor Pixart PMW-3389 yang mempunyai sensitivitas maksimum 16.000 DPI. Lalu untuk switch-nya, Cooler Master memercayakan pada bikinan Omron yang tahan sampai 20 juta kali klik. Di angka Rp499.000, harganya terbilang cukup kompetitif.

Link pembelian: Cooler Master MM711

6. Cooler Master MM720

Bagi yang merasa kisaran 50 gram masih kurang enteng, coba lirik penawaran lain dari Cooler Master berikut ini. Di angka 49 gram, MM711 merupakan salah satu opsi teringan yang bisa dibeli secara resmi di Indonesia. Sepintas bentuknya memang terkesan tidak umum, tapi ini sangat cocok buat pemain yang terbiasa menggunakan claw grip.

Dari segi performa, MM720 identik dengan MM711 karena memang menggunakan sensor Pixart PMW-3389 yang sama persis. Yang berbeda adalah, MM720 menggunakan switch jenis optical yang lebih responsif sekaligus lebih tahan lama. Di Indonesia, mouse ini bisa dibeli dengan harga Rp699.800.

Link pembelian: Cooler Master MM720

7. HyperX Pulsefire Haste

Satu hal yang kerap disepelekan namun sebenarnya sangat penting untuk sebuah mouse gaming adalah feel mengkliknya. Idealnya, setiap klik harus terasa taktil dan memuaskan, dan itulah yang dijanjikan oleh mouse ini. Tak hanya menyenangkan untuk diklik, switch yang tertanam di mouse seharga Rp629.000 ini juga diklaim anti-debu dan tahan sampai 60 juta kali klik.

Tentu saja ia juga memenuhi kriteria utama artikel ini, dengan desain bolong-bolong dan bobot cuma 59 gram saja. Kinerjanya sendiri ditunjang oleh sensor Pixart PMW-3335 yang memiliki sensitivitas maksimum 16.000 DPI, dan supaya semakin lincah, HyperX tak lupa menyematkan kaki-kaki dari bahan PTFE murni.

Link pembelian: HyperX Pulsefire Haste

8. Roccat Burst Pro

Paling unik di antara yang lain, mouse ini pada dasarnya punya rangka dua lapis: transparan di luar, bolong-bolong di dalam. Dengan begitu, bobotnya bisa ditekan sampai 68 gram, dan pengguna pun tak perlu khawatir perangkat mudah kemasukan debu atau cairan. Win-win solution.

Terkait performanya, Roccat Burst Pro mengandalkan sensor Pixart 3389 dengan sensitivitas maksimum 16.000 DPI. Lalu untuk switch-nya, Roccat menyematkan switch jenis optical rancangannya sendiri yang diklaim mampu bertahan sampai 100 juta kali klik. Harganya pun sangat menarik: Rp749.000.

Link pembelian: Roccat Burst Pro

9. Rexus Daxa Air III

Rp699.000 tapi sudah wireless dan didukung oleh kinerja yang sangat mumpuni, kira-kira begitulah cara saya mendeskripsikan mouse terbaru Rexus ini secara singkat. Sensor yang dipakai adalah Pixart PMW-3370 dengan sensitivitas 50-19.000 DPI, sementara switch yang digunakan adalah Kailh GM 8.0 dengan klaim ketahanan hingga 80 juta kali klik.

Di angka 72 gram, bobotnya memang terpaut cukup jauh dari model yang paling ringan di sini, tapi tetap sangat enteng jika mengingat bahwa ia perlu mengemas modul baterainya sendiri. Dalam sekali charge, baterainya diklaim sanggup bertahan hingga 60 jam pemakaian (tanpa RGB).

Link pembelian: Rexus Daxa Air III

10. Pulsar Xlite Superglide

Opsi terakhir sekaligus yang paling spesial adalah Pulsar Xlite Superglide. Spesial karena ia merupakan edisi terbatas yang hanya diproduksi sebanyak 1.000 unit saja di seluruh dunia. Embel-embel “Superglide” sendiri merujuk pada kaki-kakinya yang terbuat dari tempered glass aluminosilicate, yang bakal memastikan pergerakan semulus mungkin di atas permukaan.

Di balik rangka seberat 57 gramnya, tertanam sensor Pixart PAW-3370 dengan sensitivitas 50-20.000 DPI, serta switch Kailh GM 8.0 yang sangat kapabel. Di Indonesia, mouse ini dipasarkan seharga Rp1.299.000. Semisal tidak kebagian jatah, Anda juga bisa melirik varian standar maupun varian nirkabelnya, yang keduanya dibanderol lebih murah.

Link pembelian: Pulsar Xlite Superglide