Tag Archives: Live Shopping

E-commerce Indonesia 2024

Outlook E-commerce 2024: Akankah Jadi Tahun Realisasi Keuntungan?

2023 seolah menjadi tahun terjal yang dihadapi industri e-commerce Indonesia. Berbeda dengan sebelumnya, saat pelaku e-commerce masih mengeksplorasi layanan, fitur, dan model bisnis — kini mereka fokus untuk mencapai keuntungan.

Pada tahun ini, sektor e-commerce diestimasi menyumbang Gross Merchandise Value (GMV) sebesar $62 miliar berdasarkan laporan e-Conomy SEA 2023. Secara total, GMV ekonomi digital Indonesia diproyeksikan tembus $110 miliar pada 2025 dengan porsi 75% masih disetor oleh e-commerce. Jelas menandakan sektor ini masih menjadi motor penggerak ekonomi digital di Indonesia.

GMV E-commerce Indonesia (dalam miliar dolar) / Sumber: e-Conomy SEA 2023

Ketua Umum Asosiasi E-commerce Indonesia (idEA) Bima Laga menilai pelaku industri kini memantapkan fokus layanan/produk dan model bisnis yang tepat. Dalam skala makro, ruang pertumbuhannya juga masih sangat besar mengingat penetrasi e-commerce diperkirakan baru sekitar 20%.

Peningkatan penetrasi e-commerce sejalan dengan kenaikan penetrasi internet di Indonesia yang diproyeksi mencapai 70%-80%. Bima menyebut masih banyak wilayah di luar tier 1 yang belum terjangkau atau belum pernah berbelanja online. Laporan e-Conomy SEA 2021 sempat mencatat ada sekitar 21 juga pengguna internet baru saat pandemi, sebanyak 72% berasal dari luar kota besar.

Dinamika di 2023

Dalam perkembangannya selama lebih dari 10 tahun, industri e-commerce telah mengeksplorasi berbagai pendekatan, mulai dari B2C, B2B, atau C2C. Selama periode itu, ada hampir 10 platform e-commerce gulung tikar karena tak mampu bersaing dalam jangka panjang, sebut saja Blanja.com, Elevenia, dan JD.id.

Kini industri e-commerce menyisakan lima pemain teratas antara lain Shopee, Tokopedia, Lazada, Blibli, dan Bukalapak dengan fokus utama memperkuat bisnis inti dan mencapai keuntungan tahun ini. Berbagai upaya telah diambil untuk mendorong efisiensi lewat restrukturisasi karyawan dan pengurangan bakar uang pada promo belanja dan subsidi ongkos kirim.

Sorotan kami di sepanjang 2023:

  • Grup GoTo memangkas hampir 2.000 karyawan selama dua tahun terakhir, dilanjutkan dengan spinoff aplikasi GoPay (unit keuangan) dan divestasi GoPlay dan GoTix (unit bisnis hiburan).
  • Sejak tahun lalu, Shopee pivot strateginya untuk fokus mengejar profitabilitas dibandingkan pertumbuhan bisnis; juga telah merumahkan lebih dari 500 karyawan pada awal tahun ini.
  • Bukalapak melakukan PHK gelombang kedua pada akhir Juli 2023; lini bisnis Mitra masih jadi fokus utama, sedangkan di lini Marketplace, fokus pada produk yang punya take rate dan margin tinggi, yakni produk digital (pulsa dan game).
  • Blibli masih menggenjot ekspansi gerai omnichannel untuk mengakomodasi pesanan di berbagai kanal penjualan, termasuk penambahan 14 gerai consumer electronic dan gudang baru dengan dukungan AI untuk menghemat pengemasan barang.

Dalam pernyataan resminya, manajamen GoTo sempat mengungkap perubahan strateginya dengan fokus pada segmen budget consumer dan menekan insentif biaya pengiriman dengan memanfaatkan kapabilitas logistik sendiri. Strategi ini ditempuh untuk menjaga pangsa pasarnya, tetapi berdampak terhadap penurunan GTV e-commerce sekitar 9% (YoY) di Q3 2023.

Strategi efisiensi ini dirasa belum dapat merealisasikan keuntungan mengingat Blibli, Bukalapak, dan GoTo masih mencatatkan kerugian bersih dan EBITDA disesuaikan negatif, setidaknya hingga Q3 2023.

Platform EBITDA yang disesuaikan
Blibli -Rp817 miliar
Bukalapak -Rp95 miliar
Tokopedia -Rp974 miliar
Shopee (Asia) -$306,2 juta

Sumber: Laporan keuangan Q3 2023

“Dulu industri masih mengeksplorasi model bisnis dan fitur, sekarang lebih mengarah ke marketplace. Pemain e-commerce terus fokus mengembangkan revenue channel yang pas untuk meningkatkan profitabilitasnya, harus fokus di channel apa. Saya melihat offline dan online akan berjalan beriringan, mereka harus memanfaatkan semua channel,” tutur Bima saat dihubungi DailySocial.id.

Lanskap e-commerce di 2024

Resminya kemitraan GoTo dan TikTok untuk menggabungkan bisnis e-commerce menjadi salah satu aksi korporasi yang tak terduga jelang penutupan tahun ini. Kemitraan strategis ini adalah buntut pelarangan TikTok untuk memfasilitasi transaksi jual-beli di platform media sosialnya.

Bagaimana kongsi Tokopedia-TikTok dapat mengubah lanskap dan persaingan industri e-commerce di tahun 2024?

Sejak beberapa tahun terakhir, Shopee terus memimpin transaksi yang ikut terdongkrak berkat fitur live shopping. Berdasarkan laporan Momentum Works di 2022, Shopee mendominasi perolehan GMV sebesar $47,9 miliar di Asia Tenggara, diikuti Lazada ($20,1 miliar), Tokopedia ($18,4 miliar), Bukalapak ($5,3 miliar), TikTok Shop ($4,4 miliar), dan Blibli ($2,2 miliar).

TikTok diketahui berupaya menguasai dominasinya di Asia Tenggara melalui layanan e-commerce, Indonesia menjadi pasar utamanya. Compas Market Insight mencatat TikTok Shop membukukan penjualan produk FMCG hingga Rp1,33 triliun pada periode 1 September 2023-1 Oktober 2023 (sebelum ditutup). TikTok juga punya basis pengguna besar di Indonesia, yakni sekitar 125 juta pengguna.

Nailul Huda, Direktur Ekonomi Digital di Center of Economic and Law Studies (CELIOS) menyoroti dua poin besar dari kemitraan strategis GoTo dan TikTok. Pertama, langkah strategis ini untuk mengalahkan Shopee yang saat ini menduduki pangsa teratas e-commerce di Indonesia. Kedua, upaya untuk mengembalikan pengalaman bermedia sosial sekaligus berbelanja online. 

“[Namun], dampaknya bagi industri, [kemitraan] ini akan menciptakan [gap] yang jauh dengan kompetitor lainnya, seperti Lazada, Blibli, apalagi Bukalapak. Persaingan akan mengerucut antara Shopee dan Tokopedia dengan ekosistem milik masing-masing. Siapa yang punya ekosistem paling komplit dan disukai pengguna, mereka akan memenangkan persaingan,” jelasnya dihubungi DailySocial.id. 

Masuknya TikTok ke e-commerce lokal secara langsung mengindikasikan rivalitas kuat dari grup raksasa internet global, yakni ByteDance (Tiongkok) dan Sea Group (Singapura). Sementara, dari kacamata GoTo, kolaborasinya dengan TikTok dapat mendorong bisnis Tokopedia untuk menyeimbangkan segmen traditional e-commerce dan transaksi yang bersifat impulsif.

Dari sudut pandang konsumen, pengalaman tersebut dapat meningkatkan jumlah dan loyalitas pengguna bagi platform masing-masing. Tinggal bagaimana Tokopedia dan TikTok saling mensinergikan fitur dan layanannya dalam satu aplikasi. “Selama ini, Tokopedia punya ekosistem yang cukup lengkap dan besar, dari pembayaran hingga logistik. Namun, salah satu kelemahan di Tokopedia adalah fitur live shopping-nya masih kalah dari Shopee,” tambah Huda.

Fenomena live shopping marak diminati di Indonesia karena didorong faktor viralitas dan harga yang murah. Tren ini pertama kali dipopulerkan oleh Alibaba pada 2016 yang berhasil menarik lebih dari 500 juta penonton. McKinsey, dalam laporannya, mencatat GMV dari live shopping oleh brand dan influencer pada periode 2017-2020 tumbuh hingga 280% p.a.

TikTok Shop Tokopedia
“Beli Lokal” jadi uji coba awal kemitraan Tokopedia dan TikTok

Terlepas itu semua, Huda menilai bahwa pemerintah perlu melakukan penyesuaian aturan yang sudah ada, merujuk pada Permendag No. 31 Tahun 2023 yang baru diterbitkan beberapa bulan lalu. Ia mengkhawatirkan kesepakatan dua pemain dominan ini bisa memicu gap yang tebal antar platform Perdagangan Melalui Sistem Elektronik (PMSE) lainnya.

Ia berujar, penyesuaian ini diperlukan untuk menekan potensi predatory pricing sehingga  dapat melindungi UMKM atau pedagang offline. Aturan terkait kategori produk impor dan minimum harga telah dimuat dalam Permendag yang baru, tetapi perlu penyesuaian pada pengetatan impor. Misalnya, penambahan tagging produk di seluruh platform PMSE, tidak hanya Tokopedia, TikTok, atau Shopee.

“Inovasi yang semakin cepat akan menciptakan model bisnis yang selalu diperbarui dan menyentuh langsung ke masyarakat. Regulasi yang terlalu tebal akan membuat regulator kebingungan menempatkan posisi platform. Jangan sampai posisi Tiktok dan Tokopedia bermasalah ke depannya. Perlu ada penyesuaian regulasi, terutama terkait jenis perizinan.”

TikTok Shop menjadi salah satu kanal favorit banyak pelaku UMKM di Indonesia / Unsplash

Penjual di TikTok Shop: Pindah Platform Bukan Perkara Mudah

Fefenia adalah salah satu penjual aktif di TikTok Shop sejak 9 bulan terakhir. Usahanya bernama “Adinaka Store”, menjual berbagai tas anyaman (tradisional) untuk berbagai keperluan. Melalui media sosial miliknya ia bercerita, 90% dari penjualannya datang dari TikTok Shop. Usahanya jalan dibantu puluhan penganyam, 3 live streamer, dan 1 orang bagian pengemasan.

Ia mengaku, dalam beberapa minggu ini penjualannya sedang dalam fase bertumbuh setelah sempat mengalami penurunan. Begitu mendengar kabar bahwa hari ini (04/10) TikTok Shop akan menghentikan proses transaksi, ia mengaku syok dan lemas. Pasalnya Fefenia masih punya tanggungan biaya bahan, stok barang, dan gaji karyawan.

Owner Sevine.id juga bercerita hal yang sama. Dengan 143,9K followers di Tiktok, bisnis mereka termasuk moncer. Belum lama ini mereka baru menambah 20 karyawan untuk memenuhi penjualan aneka tas dan totebag yang meningkat eksponensial.

Jelas ini bukan perkara yang mudah dan terjadi tidak hanya kepada Fefenia dan Sevine.id saja. Karena banyak pedagang lain dari kalangan UMKM yang sejatinya terbantu dengan keberadaan TikTok Shop. Di samping itu, dengan tingginya minat akan TikTok Shop sebenarnya di sini juga sudah terbentuk “ekosistem bisnis” baru yang menaungi jenis pekerjaan baru seperti live streamer, reseller, content creator, agency, dan beberapa lainnya.

Cia juga menjadi salah satu yang terdampak. Usaha sampingannya sebagai affiliator TikTok Shop, membantu para pedagang mempromosikan barangnya dengan konten-konten unik di TikTok. Kendati dilakukan untuk side-income, nilai yang dihasilkan cukup lumayan baginya karena bisa menutup kebutuhan operasional rumah. Kabar penutupan TikTok Shop tentu membuatnya sedih karena harus kehilangan sumber pendapatan.

Juru bicara iDEA (Indonesian E-Commerce Association) menuturkan, pihaknya belum bisa banyak berspekulasi. Dampaknya harus dilihat dan dikaji setelah penutupan, jadi butuh waktu.

Pindah ke platform lain

Para pelaku usaha di atas sebenarnya tidak hanya menggunakan TikTok sebagai satu-satunya kanal penjualan online. Keduanya mengaku juga membuka lapak di sejumlah platform marketplace, bahkan juga pernah mencoba memanfaatkan fitur live stream yang ditawarkan di dalamnya, namun hasilnya belum optimal.

“Sebenarnya tokonya juga buka di Oren (brand marketplace lain), cuma kalo live shopping hasilnya di TikTok tuh lebih rame penjualannya. Jadi ya bisa disimpulkan kalo toko di Oren sekarang memang lagi sepi-sepinya semenjak ada Tiktok,” ujar owner Sevine.id.

Untuk pindah ke platform lain, baik Fefenia dan Sevine.id mengatakan bukan perkara mudah. Karena harus meracik ulang strategi agar bisa bersaing dengan ratusan penjual yang ada di sana. Terlebih ada perbedaan yang signifikan antara cara kerja platform live shopping yang ada di marketplace dengan yang ada di TikTok.

“Saya pernah jaya di Shopee walaupun sekarang sepi, Tokopedia dan Lazada juga jalan tapi pelan. Buat bikin yang lain segede TikTok Shop seperti sekarang ini yang menakutkan. Semoga kami para seller dikuatkan [..] Sekarang lagi memperbaiki etalase di marketplace lain yang kami punya,” ujar seller lainnya.

Tidak dimungkiri, salah satu proposisi nilai terpenting TikTok adalah pada algoritma yang diterapkan, sehingga membawa konten yang benar-benar bisa terpersonalisasi di FYP (layar utama) pengguna aplikasi. Dengan modal live stream atau konten yang tepat, siapa saja berpotensi untuk tampil di laman tersebut, termasuk bagi mereka yang belum memiliki basis followers besar sebelumya. Hal ini yang membedakan TikTok dengan media sosial lainnya.

Dalam sebuah kesempatan, juru bicara TikTok Indonesia mengatakan bahwa pihaknya akan terus berkoordinasi dengan regulator untuk menghasilkan keputusan yang baik untuk semua. Pihaknya juga berkomitmen untuk terus mendukung perkembangan UMKM melalui program pemberdayaan yang dimiliki.

Perlu mantap di satu platform

Ada beberapa hal yang membuat sebuah brand atau pedagang memilih menetap dan mendalami satu platform saja, salah satunya keterbatasan di aturan main. Ambil contoh pada ketentuan penalti yang ada di Shopee Live, salah satu aspek yang dinilai sebagai pelanggaran “sedang” adalah turut mempromosikan platform lain atau kontak lain yang mendorong transaksi di luar Shopee.

Aturan main Shopee Live

Aturan ini jelas membuat para pedagang tidak bisa melakukan live secara paralel. Pun saat membuat konten untuk promosi di platform tertentu, penempatan brand dan akun juga harus disesuaikan dengan platform masing-masing.

Kembali beradaptasi

Namun pada akhirnya semua harus kembali beradaptasi untuk tetap bisa bertahan. Seperti saat TikTok Shop pertama kali datang, lalu para seller mencoba membiasakan diri untuk memanfaatkan platform tersebut; kini mereka harus mencoba berjuang dengan semangat yang sama, untuk mencoba keberuntungan dari kanal-kanal penjualan lain.

Apa yang dilakukan pemerintah adalah penegakan aturan untuk terciptanya harmonisasi dalam iklim bisnis. Direktur Perdagangan Melalui Sistem Elektronik dan Perdagangan Jasa Kementerian Perdagangan Rifan Ardianto mengatakan revisi Permendag No. 50 (yang salah satunya jadi landasan pemberhentian aktivitas TikTok Shop) ditujukan agar ekosistem bisnis digital di Indonesia lebih fair.

“Kami berupaya tidak ada bisnis yang menguasai dari hulu ke hilir. Kami berusaha membuat definisi yang clear terkait retail online, marketplace, social-commerce,” ujarnya dalam sebuah diskusi yang diselenggarakan iDEA.

Optimalkan Live Streaming di Shopee dengan Voucher Live

Dunia perdagangan online terus berkembang pesat, dan live streaming di platform marketplace telah menjadi tren yang tak terbantahkan. Namun, apakah Anda tahu bahwa ada satu kunci rahasia untuk membuat sesi live streaming jualan Anda lebih menarik dan menguntungkan? Jawabannya adalah voucher!

Voucher bukan hanya sekadar insentif belanja bagi konsumen, tetapi juga alat yang dapat meningkatkan antusiasme pelanggan terhadap produk Anda. Dengan menghadirkan voucher, Anda memberikan pelanggan potensi besar untuk merasakan keuntungan langsung, yang akan meningkatkan tingkat konversi dan menciptakan loyalitas jangka panjang.

Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi apa itu Voucher Live, bagaimana cara membuatnya, dan tentu saja, manfaat besar yang dapat Anda peroleh dengan menggabungkannya ke dalam strategi sesi live streaming Anda di Shopee.

Apa itu Voucher Live?

Voucher Live adalah voucher atau promosi yang hanya dapat digunakan untuk produk yang ditampilkan dalam sesi live streaming oleh penjual. Dalam hal ini, Voucher Live memberikan keunggulan eksklusif kepada pelanggan yang mengikuti live streaming Anda. Ini adalah alat yang kuat untuk menggerakkan penjualan dan menciptakan interaksi yang lebih mendalam antara penjual dan pembeli.

Cara Membuat Voucher Live di Shopee

Membuat Voucher Live di Shopee cukup mudah. Fitur Voucher Live memungkinkan Anda memberikan diskon khusus pada produk yang Anda jual selama sesi live streaming. Berikut adalah langkah-langkah untuk membuat Voucher Live:

  • Saat sesi live streaming di aplikasi Shopee, klik menu Voucher 30 Detik.

Credit picture by Shopee

  • Pilih opsi Create New untuk membuat voucher baru.

Credit image by Shopee

  • Terdapat beberapa pilihan voucher, pilih opsi Voucher Live.

Credit picture by Shopee

  • Klik Mulai Buat Voucher untuk memulai proses pembuatan voucher.

Credit picture by Shopee

  • Isi nama voucher dan pengaturan diskon sesuai preferensi Anda.

Credit picture by Shopee

  • Tentukan periode pemakaian voucher dan produk yang berlaku untuk penggunaan voucher.

Credit picture by Shopee

  • Terakhir, klik Simpan untuk membuat Voucher Live Anda.

Credit picture by Shopee

  • Berikut contoh tampilan voucher yang berhasil dibuat.

Manfaat Membuat Voucher Live

Mengapa Anda harus mempertimbangkan untuk membuat Voucher Live dalam sesi live streaming Anda di Shopee?

Untuk Meningkatkan Konversi

Voucher Live menciptakan dorongan belanja instan dengan memberikan diskon eksklusif. Ini dapat mendorong pembeli untuk segera melakukan pembelian.

Interaksi Lebih Intens

Voucher Live memungkinkan Anda untuk berinteraksi secara langsung dengan penonton Anda selama sesi live streaming. Hal ini membantu memperkuat hubungan antara Anda dengan pembeli.

Meningkatkan Keterlibatan

Pembeli merasa diberikan nilai tambah saat mereka dapat memanfaatkan Voucher Live. Hal ini meningkatkan tingkat keterlibatan pembeli dalam sesi live streaming Anda.

Selain Voucher Live, Shopee juga menyediakan berbagai jenis voucher lainnya yang dapat dibuat oleh penjual selama sesi live streaming, seperti voucher toko, voucher produk, dan voucher video. Dengan memanfaatkan beragam pilihan ini, Anda dapat mengoptimalkan strategi promosi Anda di Shopee dan meraih kesuksesan yang lebih besar dalam sesi live streaming jualan Anda.

Live Shopping dan Group Buying di Indonesia

Cube Asia 2022: Indonesia Pasar Terbesar “Live Shopping” dan “Group Buying” di Asia Tenggara

Indonesia menjadi pasar live shopping dan community group buy terbesar di Asia Tenggara dengan estimasi nilai Gross Merchandise Value (GMV) masing-masing sebesar hampir $5 miliar dan $2 miliar berdasarkan laporan perdana Cube Asia bertajuk “Social Commerce in Southeast Asia 2022”.

Laporan ini mencatat penggunaan platform social commerce dalam mendorong pertumbuhan transaksi e-commerce Asia Tenggara dengan estimasi total nilai sebesar $42 miliar di 2022. Adapun, sebanyak 15.000 responden di Indonesia, Singapura, Malaysia, Filipina, Thailand, dan Vietnam berpartisipasi terhadap survei laporan ini.

Menurut CEO and Head of Data Cube Asia Sarabjit Singh, engagement media sosial di Asia Tenggara termasuk yang tertinggi di dunia. Sebanyak 90% pengguna internet di kawasan ini sudah memiliki akun Facebook, Instagram, WhatsApp, TikTok, dan LINE.

Kemudian, sebanyak 55% dari pengguna internet di Indonesia dan Thailand mengalokasikan pengeluaran untuk bertransaksi di platform social commerce masing-masing sebesar $100 dan $180 per pengguna per tahun.

Laporan ini membagi pengalaman transaksi di social commerce ke dalam empat kategori, yakni platform social commerce, conversational commerce, live shopping, dan community group buy. Pemilik brand/peritel yang menggabungkan lebih dari satu kategori ini, akan menjadi pemenang di masa depan.

Media sosial dan perpesanan

Dalam temuannya, rata-rata-rata pemilik channel di e-commerce Asia Tenggara telah memanfaatkan satu dari empat platform social commerce. Bagi pemilik brand, penting untuk memberikan pengalaman berbelanja yang lebih engaging melalui platform social commerce.

Transaksi commerce yang terjadi di media sosial menyumbang sebesar $34 miliar di Asia Tenggara, terbesar dibandingkan tiga kategori lainnya. Salah satu faktor pemicu tingginya nilai transaksi ini adalah meningkatnya jumlah waktu yang dihabiskan pengguna di media sosial selama pandemi.

Sumber: Cube Asia
Sumber: Cube Asia

Sebagai media sosial dengan basis pengguna besar, Facebook dan Instagram, memang telah memulai tren social commerceNamun, posisinya kini tertinggal dengan TikTok yang menawarkan cara lebih engaging dengan mengintegrasikan seluruh pengalaman bertransaksi dalam satu aplikasi saja.

Pada produk kecantikan, sebanyak 44% dari 800 beauty brand yang disurvei di Indonesia, telah memiliki kanal TikTok Shop.

Di kategori conversational commerce,transaksi berbasis percakapan berkontribusi sebesar $12 miliar di Asia Tenggara. Sebanyak 74% konsumen menggunakan aplikasi messaging untuk membuat pesanan.

Awalnya, model ini banyak digunakan penjual skala kecil, tetapi kini juga banyak dipakai oleh brand dan peritel. Bagi pemilik brand, cara ini menawarkan konversi ke penjualan lebih tinggi dengan biaya marketing lebih rendah dan utilisasi staf yang lebih baik.

Sumber: Cube Asia
Sumber: Cube Asia

Sementara bagi pelanggan, mereka lebih menyukai proses pemilihan produk dan pembayaran terjadi langsung di aplikasi messaging. Pelanggan juga lebih jelas dalam menanyakan produk yang mereka cari kepada staf.

Namun, ada juga yang menanyakan produk di WhatsApp, tetapi pembeliannya diselesaikan di toko fisik. Adapun, transaksi yang terjadi di aplikasi messaging terdiri dari Facebook Messenger (27%), WhatsApp (21%), SMS/iMessage (6%), dan lainnya (46%).

Live shopping dan group buying

Kategori live shopping atau berbelanja via tayangan streaming tengah menjadi tren yang berkembang pesat di Asia Tenggara. Pertumbuhannya mencapai sepuluh kali lipat atau sebesar $13 miliar di 2022. Setidaknya, 44% pengguna internet telah menjajal live shopping selama setahun terakhir.

Terdapat tiga kategori seller yang menawarkan live shopping, yakni seller independen, influencer, dan brand atau peritel. Sementara, ada tiga tipe platform yang digunakan seller untuk menghadirkan live shopping, yaitu media sosial, e-commerce, dan native plaftorm.

Menariknya, laporan ini menyebutkan Indonesia sebagai pasar live shopping terbesar di Asia Tenggara dengan GMV hampir $5 miliar di 2022. Biasanya, live shopping paling banyak ditemukan di Facebook dan Instagram. Namun, TikTok mulai mengambil pangsa live shopping yang signifikan, terutama di Indonesia.

TikTok mencoba mirroring strategi yang telah digunakan sister-app Douyin di Tiongkok dengan mengintegrasikan seluruh tools untuk bertransaksi hingga check out. Integrasi sepenuhnya ini dinilai lebih engaging dan conversion-oriented.

Sumber: Cube Asia

Terakhir adalah community group buy yang sangat dipengaruhi oleh konsumen berbasis komunitas/grup. Mereka melakukan kesepakatan bertransaksi secara bersama-sama, utamanya karena didorong oleh dua pendekatan model, yakni harga lebih terjangkau dan reseller/agen.

Saat ini, transaksi e-commerce berbasis grup masih relatif kecil, berkisar 3% dari total GMV di Asia Tenggara atau sekitar $5 miliar. Namun, Indonesia menjadi pasar community group buy terbesar di kawasan ini dengan nilai pangsa $2 miliar. Beberapa startup di Tanah Air yang menggunakan model ini untuk mengakselerasi e-commerce di kota tier 2 dan 3 adalah Kitabeli dan Evermos.

Laporan ini juga menyebut bahwa banyak pelaku startup new retail yang mencoba menduplikasi model berbasis komunitas sebagaimana yang telah dilakukan Pinduoduo (Tiongkok) dan Meesho (India) untuk mendorong pertumbuhan e-commerce di Asia Tenggara.

CliponYu Gandeng Lazada Hadirkan Live Shopping

Menargetkan kalangan millennial kaum pria, CliponYu menggandeng Lazada menghadirkan Live Shopping. Pengalaman berbelanja secara online dibantu dengan host dari CliponYu yang kebanyakan adalah perempuan muda.

Untuk pengguna yang ingin menikmati Live Shopping produk Lazada, bisa mengunjungi situs CliponYu, kemudian masuk ke tautan CliponYu X Lazada, secara langsung pengguna akan diarahkan ke situs Lazada lengkap dengan pilihan produk dan video perkenalan dari host cantik CliponYu. Live shopping  menawarkan komunikasi dua arah sepanjang siaran, pemirsa dapat berinteraksi langsung dengan penyiar melalui komentar atau chatting.

“Kini, suasana tersebut sangat nyata di depan mata konsumen. Interaksi seperti itu kebiasaan konsumen di manapun berada, termasuk Indonesia. Untuk itu, CliponYu menawarkan cara belanja baru dengan layanan live shopping,” kata Project Director CliponYu Ken Tao.

Sebelumnya program Live Shopping yang digagas dengan Lazada beberapa waktu lalu menuai sukses. Untuk itu CliponYu memutuskan untuk melanjutkan  program Live Shopping dengan Lazada, dengan menargetkan pelanggan CliponYu yang saat ini diklaim berjumlah 4.6 juta. Layanan yang rencananya akan kembali dilanjutkan live pada tangga 19 Oktober, menawarkan ragam pilihan produk milik Lazada. Mulai dari gadget, busana, aksesoris, pulsa hingga sepatu. Layanan Live Shopping CliponYu dan Lazada hanya bisa dinikmati di desktop, dan belum tersedia di aplikasi mobile Android dan iOS.

CliponYu sebagai salah satu layanan live streaming show pertama di Indonesia selama ini kerap menampilkan aksi anak-anak muda di Indonesia yang ingin menunjukkan kreativitas dan bakat seni. Mengedepankan host yang kebanyakan adalah perempuan muda cantik, saat ini CliponYu ingin mencoba menghadirkan inovasi terbaru yaitu Live Shopping kepada pengguna loyalnya.

Tren Live Shopping ini sebelumnya juga pernah dilakukan oleh  brand ternama di dunia, contohnya adalah Adidas, sukses menggunakan live streaming untuk melakukan Live Shopping dan berdampak sangat besar ketika penandatanganan James Rodriguez ke Real Madrid.

“Ini menjadi momen penting Live Shopping. Mereka biasanya akan belanja gila-gilaan menjelang natal dan tahun baru,” ujar Ken.