Tag Archives: loan

Konsumen Indonesia Belum Banyak Mengetahui Layanan Fintech Lending

Fintech (Financial Technology) menjadi salah satu kategori yang sangat berkembang di lanskap startup tanah air. Bahkan sejak setahun terakhir, fintech digadang-gadang menjadi salah satu inovasi yang akan menghadirkan disruption dalam industri keuangan secara umum. Menilik lebih dalam pada sektor fintech itu sendiri, salah satu sub-kategori populer adalah platform lending. Yakni menjadi medium untuk pengguna dapat mengajukan peminjaman sekaligus memfasilitasi dana untuk dipinjamkan kepada seseorang.

Secara khusus DailySocial bekerja sama dengan JakPat mengadakan survei terhadap 1016 pengguna ponsel pintar di Indonesia untuk mengetahui sejauh apa mereka mengetahui tentang layanan fintech, khususnya tentang layanan lending yang saat ini gencar dihadirkan oleh inovator startup digital Indonesia. Dari total responden, baru sebanyak 30,91% yang mengetahui atau pernah mendengar tentang istilah fintech. Sedangkan 92,62 persen sudah terbiasa dengan istilah lending, credit dan loan.

Kendati demikian, di kalangan masyarakat masih banyak alasan yang menjadikan mereka enggan untuk mengajukan pinjaman, baik melalui perbankan ataupun institusi keuangan lainnya. Alasan tertinggi karena merasa tidak nyaman dan berusaha sebisa mungkin untuk tidak memiliki hutang (72,31%). Dan beberapa alasan lain turut diungkapkan oleh responden seperti tidak sedang membutuhkan hingga prinsip personal.

Menariknya dari yang sudah pernah mengajukan pinjaman, persentase paling besar digunakan untuk kebutuhan bisnis, disusul peringkat nomor dua untuk pembelian kendaraan bermotor.

Survei DailySocial tentang layanan lending di Indonesia
Survei DailySocial tentang layanan lending di Indonesia

Tanggapan masyarakat soal hadirnya layanan fintech

Persentase dari masyarakat yang mengetahui layanan fintech dapat dibilang masih kecil. Terlebih 100% dari responden adalah pengguna aktif ponsel pintar. Hal ini turut menjadi pemicu kecilnya pengguna layanan pada sub kategori. Misal saja untuk persentase responden yang mengetahui layanan peminjaman secara online melalui ponsel atau website, hanya 25,59% dari responden yang mengetahuinya. Dan hanya 6,50% dari responden yang pernah mengajukan peminjaman melalui platform tersebut.

Survei DailySocial tentang layanan lending di Indonesia 2

Pun demikian dengan persentase responden yang mengetahui tentang kesempatan untuk berinvestasi dalam platform lending berbasis web ataupun aplikasi. Hanya 20,67% dari responden yang mengetahui layanan tersebut. Dan hanya 6% yang pernah mencoba untuk menjadi investor yang meminjamkan dananya kepada untuk orang lain melalui platform online.

Dalam survei tersebut DailySocial juga menanyakan tentang ketertarikan peminjaman untuk kebutuhan bisnis ataupun konsumsi. Hingga faktor apa saja yang akhirnya menentukan masyarakat untuk mengajukan peminjaman, termasuk perbandingannya antara meminjam melalui layanan online ataupun institusi keuangan yang didatangi secara fisik. Untuk selengkapnya tentang laporan “Fintech Lending in Indonesia – Consumer Awareness 2017” dapat diunduh secara gratis.

Simak juga kabar terkini tentang perkembangan startup lending di Indonesia.

Fintech Lending in Indonesia Consumer Awareness 2017

Survey DailySocial: Pengenalan Konsumen tentang Fintech Lending

Salah satu sektor yang sedang ‘panas’ di dunia Startup Indonesia adalah Fintech. Begitu banyak pemain baru diperkenalkan dalam setahun terakhir, dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pun mulai lebih ketat melakukan pengaturan pada sektor ini.

DailySocial dengan bantuan Jakpat mengadakan survei Pengenalan Pasar Fintech Lending di Indonesia 2017. Survei mengambil sampel 1000 responden dari populasi seluruh Indonesia.

Beberapa temuan survei ini antara lain:

  • Hanya 25.59% responden telah mengetahui bahwa kita bisa meminjam uang menggunakan aplikasi smartphone
  • Sebagian besar responden (88,78%) setuju bahwa adalah penting untuk mengajukan pinjaman uang untuk mengembangkan bisnis
  • Dari antara responden yang pernah mengajukan pinjaman, paling banyak untuk memulai bisnis (53,39%)
  • Kedua paling besar adalah mengajukan pinjaman untuk membeli sepeda motor / kendaraan bermotor (32.29%)

Untuk membaca lebih lengkap laporan “Fintech Lending in Indonesia Consumer Awareness 2017”, silakan klik di tautan ini.

Pinjaman Bank dan Dana Bergulir Jadi Alternatif Pembiayaan untuk Startup

Masih di hari pertama Festival Kreatif Ideafest 2016, Bekraf kembali mengadakan sesi diskusi dan tanya jawab untuk membantu pelaku startup mendapatkan informasi yang relevan dan akurat. Sesi yang dipandu Direktur Akses Perbankan Bekraf Restog Krisna Kusuma mengambil tema “Bank Loans For Startup, Yes or No?” menghadirkan tiga nara sumber yang berasal dari pihak bank dan pemerintah, yaitu Senior VP Intitutional Banking Group Bank DBS Winarti, Direktur Bisnis LPDB KUMKM Warso Widanarto, dan VP Small Business Divison PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Arief Surarso.

Pendiri startup perlu menerapkan disiplin administrasi

Dalam presentasinya Arief menjelaskan alasan mengapa pihak bank masih sungkan untuk memberikan pembiayaan kepada startup yang kebanyakan berbasis digital di Indonesia. Alasan utama yang disampaikan Arief adalah orientasi pendiri startup yang kebanyakan masih hanya mengacu kepada hasil namun masih sangat lemah dalam hal administrasi.

“Pihak bank dalam hal ini menuntut kepada pihak startup untuk bisa memberikan laporan keuangan serta data terkait yang bisa dipertanggung jawabkan oleh startup. Hal tersebut tentunya sulit untuk direalisasikan oleh startup yang masih berusia belia,” kata Arief.

Namun demikian dalam kesempatan tersebut Arief juga menyebutkan startup yang telah terbukti bisa mendapatkan pendapatan dalam waktu minimal 6 bulan menjalankan usaha, dan pastinya bisa memberikan laporan keuangan yang rapi dan lengkap, kemungkinan besar bisa mendapatkan kesempatan pembiayaan dari bank.

“Saat ini sudah ada e-commerce yang merekomendasikan merchant-nya untuk mendapatkan pembiayaan dari bank BNI, tentunya semua berada dalam naungan e-commerce tersebut,” kata Arief.

Dalam waktu dekat BNI akan mengumumkan kerja sama dengan dua layanan e-commerce terbesar di Indonesia dalam hal pembiayaan untuk merchant terkait. Hal tersebut dinilai lebih bisa dilakukan dan terbuka untuk pelaku startup.

Aplikasi mobile bantu pelaku startup terkoneksi

Turut hadir sebagai nara sumber adalah perwakilan dari bank internasional yaitu DBS. Sebagai salah satu bank internasional yang sudah melayani nasabahnya di Indonesia sejak tahun 1986, DBS mengklaim komitmen untuk membantu UKM dalam hal pembiayaan hingga networking.

“Pada dasarnya posisi kami sebagai bank adalah mitra dari pelaku startup, untuk itu startup yang ingin mendapatkan pembiayaan dari bank wajib untuk memiliki badan hukum dan legalitas serta laporan keuangan minimal 3 tahun berjalannya usaha,” kata Winarti.

Pendekatan lain yang kemudian dilancarkan oleh DBS adalah dengan meluncurkan aplikasi DBS Business Class yang saat ini sudah bisa diunduh di Android dan iOS. Dalam aplikasi ini nasabah bank DBS atau yang belum menjadi nasabah, bisa bergabung, bertanya dengan pakar serta mendapatkan informasi seputar startup, UKM di seluruh Indonesia.

“Tujuan kami meluncurkan aplikasi DBS Business adalah memberikan kesempatan semua orang terkoneksi dengan sesama pelaku hingga pakar yang bisa membantu menjalankan bisnis startup,” kata Winarti.

Ditambahkan juga Winarti, selain pihak bank dan pelaku startup, kalangan venture capital juga turut serta memberikan bantuan dalam bentuk konsultasi dan pengetahuan, salah satunya yaitu Managing Director Kejora Ventures Andy Zain.

Pinjaman dana bergulir LPDB

Dalam kesempatan tersebut dihadirkan pula Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (LPDB-KUMKM) yang memberikan kesempatan kepada pelaku startup untuk mendapatkan pembiayaan dalam jumlah mulai dari Rp 150 juta hingga Rp 10 miliar. Mengacu kepada peraturan yang dikeluarkan oleh Kementerian Keuangan, dalam hal ini LPDB memberikan pinjaman dengan suku bunga sangat rendah dan mendukung perekonomian UKM di Indonesia.

“Berbeda dengan bank serta venture capital, skema pinjaman dalam bentuk dana bergulir tidak menganut model equity participation, karena semua harus ditagihkan kembali kepada LPDB, untuk itu diperlakukan peraturan yang harus ditaati oleh peminjam,” kata Warso.

Tidak berbeda jauh dengan persyaratan yang diterapkan oleh bank, LPDB juga memberikan kesempatan kepada startup yang sudah mengalami pertumbuhan dan pendapatan sedikitnya 3 tahun telah menjalankan usaha, memiliki laporan keuangan 2 tahun terakhir dan minimal sudah mendapatkan keuntungan 1 tahun terakhir.

“Kami memberikan kesempatan kepada startup yang bergerak di bidang F&B, akomodasi, perjalanan wisata, permainan interaktif untuk mencoba pinjaman LPDB dengan bunga 5% per tahun sliding [rate],” kata Warso.

Peranan Bekraf dalam hal pembiayaan

Kesimpulan yang kemudian dihasilkan dari sesi diskusi ini adalah hanya startup yang telah berhasil mendapatkan traksi dalam waktu 3 tahun terakhir yang bisa mencoba pembiayaan melalui bank atau dana bergulir. Dengan metode yang konvensional bagi startup yang baru mulai berjalan, disarankan untuk mencoba melalui venture capital, hingga tahap pendanaan selanjutnya dan memenuhi kriteria yang ditentukan bisa mencoba pembiayaan melalui bank atau LPDB.

“Dalam hal ini Bekraf juga berencana untuk membantu pelaku usaha kreatif yang membutuhkan pinjaman dengan meluncurkan KUR Bekraf kepada semua pelaku usaha kreatif di Indonesia,” tutup Direktur Akses Perbankan Bekraf Restog Krisna Kusuma.


Disclosure: DailySocial adalah media partner Ideafest 2016

KreditAja Diluncurkan Untuk Membantu Kredit Usaha dan Peminjaman Dana

Tepat hari ini (13/5), KreditAja – sebuah situs yang memberikan layanan kredit dan peminjaman dana yang ditujukan bagi siapa saja resmi diluncurkan di Indonesia. KreditAja merupakan situs layanan yang dapat membantu pengguna dalam mencari dana dengan cepat baik itu melalui sistem kredit maupun personal loan. Continue reading KreditAja Diluncurkan Untuk Membantu Kredit Usaha dan Peminjaman Dana