Tag Archives: logsitic

Co-Founder dan CEO Kargo Technologies Tiger Fang / Kargo Tech

Kargo Tech Ungkap Pencapaian Bisnis; Raih Dukungan dari FedEx

Tahun 2023 diproyeksi menjadi momentum kejayaan sektor logistik di Indonesia. Logistik sendiri merupakan salah satu sektor yang sangat esensial dan akan terus digunakan dalam berbagai keadaan. Di kala pembatasan interaksi berlangsung, sektor logistik tetap berjalan meskipun ada penurunan permintaan dari beberapa industri.

Salah satu yang menjadi pionir perusahaan teknologi di bidang logistik Indonesia adalah Kargo Technologies atau Kargo Tech. Platform ini menghubungkan perusahaan dan layanan penyedia truk guna mengurangi biaya logistik dengan menghilangkan perantara serta mengurangi tingkat perjalanan kosong.

Kargo Tech memosisikan diri sebagai virtual trucking company atau perusahaan trucking virtual.  Perusahaan baru saja menginjak tahun ke-5 nya beroperasi di Indonesia. Kendati demikian, timnya masih merasa berada di tahap awal untuk bisa mengembangkan bisnisnya lebih besar lagi ke seluruh penjuru negeri.

Sejatinya, sektor logistik merupakan bagian dari rantai pasok produk kebutuhan primer-sekunder masyarakat dan penopang usaha sektor riil dalam hal distribusi produk hingga ke end customer. Maka dari itu, pertumbuhannya akan seiring dengan laju perekonomian Indonesia yang diproyeksikan meningkat sebesar 2,6% — berdasarkan data IMF di tahun 2023.

Co-Founder & CEO Kargo Tech Tiger Fang mengamini hal ini serta mengungkap bahwa pasar logistik di Indonesia masih sangat besar. “Kargo sendiri baru menjangkau 1% dari total keseluruhan nilai pasar logistik tanah air. Masih ada potensi sebesar 99% yang harus kita jangkau,” tegasnya.

Namun, masih ada beberapa tantangan dalam menjalankan bisnis di sektor logistik. Kargo masih berusaha untuk bisa menyeimbangkan pertumbuhan dan profitabilitas. Model bisnis Kargo sendiri bergantung pada kepadatan dan skala bisnisnya. Prinsipnya, semakin banyak mitra dan semakin besar skala bisnisnya, ekspansi bisnis bisa jauh lebih cepat.

“Kami harus berinvestasi dalam menemukan pemilik truk, mempekerjakan orang, juga strategi marketing untuk awareness. Kami juga masih punya banyak PR untuk mengedukasi para stakeholder tentang cara kerja industri ini. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi kami, maka dari itu kita belum bisa ekspansi secara masif,” ungkap Tiger dalam wawancara bersama DailySocial.id.

Dari sisi eksternal, berkah penetrasi smartphone serta koneksi internet yang semakin inklusif juga mendukung perkembangan bisnis Kargo Tech. Hingga saat ini, perusahaan sudah menjangkau sebanyak 75% kota-kota besar di Indonesia, menjembatani 8 ribu perusahaan trucking dengan total 80 ribu truk.

Di samping Kargo Tech, penyedia platform teknologi logistik lain yang juga sudah beroperasi di Indonesia termasuk Logisly, Waresix, dan Andalin. Beberapa di antaranya menyediakan solusi selain manajemen transportasi untuk truk, seperti Andalin yang juga menjangkau transportasi udara dan laut dan Waresix yang menawarkan layanan manajemen warehouse.

Hingga saat ini, Kargo Tech sudah menjangkau sekitar 8 ribu perusahaan trucking dengan total 80 truk yang telah beroperasi / Kargo Tech

Target dan Investasi

Di tahun 2020, Kargo Tech sempat menerima pendanaan seri A senilai $31 juta (sekitar 504 miliar rupiah) yang dipimpin oleh Tenaya Capital asal Silicon Valley. Dilanjutkan dengan investasi strategis dalam bentuk obligasi konversi (convertible notes) dari Teleport, anak usaha logistik dari AirAsia Group dengan nominal yang tidak disebutkan.

Belum lama ini, perusahaan transportasi ekspres terbesar di dunia, FedEx Express, berkolaborasi dengan Forbes Asia untuk mengidentifikasi perusahaan startup yang tengah berkembang dan memberi dukungan berupa uang tunai sebesar $13 ribu guna menciptakan dampak yang lebih luas melalui bisnis mereka.

Tiger juga menambahkan, “Kami sangat berterima kasih kepada FedEx untuk dukungannya terhadap bisnis Kargo Tech. Kami juga berharap, ke depannya kami bisa menciptakan dampak yang lebih besar dan baik bagi ekosistem perusahaan. Selain itu, relasi antara Kargo Tech dan FedEx juga dapat bertumbuh dan membuahkan kerja sama yang lebih komersil.”

Terkait investasi, Tiger juga mengungkapkan bahwa tantangan selalu ada bahkan sebelum winter session ini terjadi, namun saat ini standarnya telah jauh lebih tinggi. Sekarang bukanlah tentang pertumbuhan di atas segalanya, melainkan perusahaan harus punya jalur menuju profitabilitas.

Di tahun 2023 ini, Kargo mengaku sangat optimis dan fokus membangun lajur untuk mendulang profitabilitas. Selain itu, juga memastikan pertumbuhan berada di lajur yang benar. “Kami menargetkan untuk bisa bertumbuh dua kali lipat dari bisnis saat ini. Rencananya, kami juga akan mulai menggalang dana Seri B di akhir tahun ini,” ujar Tiger.

Kargo Tech juga telah bekerja sama dengan beberapa institusi finansial seperti Investree, Modalku dan lainnya yang menyediakan layanan pembiayaan untuk para perusahaan mitra. Tiger menyebutkan bahwa hanya sebagian kecil dari total perusahaan mitra yang menggunakan layanan ini, “Karena kami juga ingin memastikan perusahaan mitra yang tergabung adalah yang terbaik,” tambahnya.

Application Information Will Show Up Here

IFC Pours 451 Billion Rupiah into AnterAja’s Parent Company

PT Adi Sarana Armada (IDX: ASSA), or logistics platform AnterAja’s parent company, received funding from the International Finance Corporation (IFC). The value is at $31 million or around 451 billion Rupiah. Previously, that consortium under the World Bank also invested in insurtech startup PasarPolis earlier this year.

The investment is obtained through the purchase of convertible bonds, it is debt securities that can be exchanged into shares at an agreed ratio. In this case, the bonds will be listed on the capital market for two years without interest — through a rights issue by ASSA.

One of the company’s post-funding main focus is to improve its logistics business and transportation network connectivity. AnterAja was particularly mentioned, as its development is expected to provide benefits for MSMEs amidst the rapid growth of the e-commerce business in Indonesia.

AnterAja was introduced by ASSA Rent in February 2019, as a business unit in the last mile logistics sector. The business unit alone has been established since August 2018 in a joint venture with logistics services from China SF Express and PT Spirit Bambu Runcing which shares are owned by William Tanuwijaya.

Then, it was stated that ASSA became the majority shareholder of 55%, SF Express 20%, and Spirit of Bambu Runcing 25%.

Focusing on serving the e-commerce sector, AnterAja has several logistics options, from same day delivery, next day delivery, and regular. It is said they already have around 15 thousand couriers and are able to send around 700 thousand packages per day.

ASSA alone is part of the Triputra Group conglomerate. It also oversees 10 companies related to rental of automotive assets and logistics. Apart from AnterAja, businesses that are close to digital are car rental platform ASSA Mobility (ShareFleet for B2B and ShareCar for B2C) and car marketplace Caroline.

Moreover, Triputra Group also involved in Waresix’ pre-series A funding in 2018. The company also invested in Kedai Sayur the following year. The rounds for the two startups were led by East Ventures.

Logistics investment

With the same hypothesis, investors are flocking added logistics business to their portfolios. The flow of funding for this startup has also increased consistently from year to year – including in the midst of economic uncertainty due to the pandemic.

From 2019 to the first half of 2021, there have been 16 funding rounds involving startups in the logistics sector. Of the 13 rounds of information citing their value, thetotal equity investment valued at $455 million. The trend is increasing in terms of funding quality from year to year.

Logistic startup investment trend for the last 3 years / DailySocial

The types of logistics services provided are quite diverse, from first mile, last mile, fleet management, aggregator, and others. Some players are focus on shipping at a certain level, for example covering import-export needs by providing access to a fleet of ships or aircraft cargo.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
Investasi IFC ke ASSA

IFC Berinvestasi 451 Miliar Rupiah ke Induk AnterAja

PT Adi Sarana Armada (IDX: ASSA), atau induk platform logistik AnterAja, mendapatkan pendanaan dari International Finance Corporation (IFC). Nilainya mencapai $31 juta atau sekitar 451 miliar Rupiah. Sebelumnya konsorsium di bawah World Bank tersebut juga berinvestasi ke startup insurtech PasarPolis awal tahun ini.

Investasi didapat melalui pembelian obligasi konversi (convertible bond), yakni surat utang yang dapat ditukarkan menjadi saham dengan rasio yang sudah disepakati. Dalam kasus ini, obligasi akan tercatat di pasar modal selama dua tahun tanpa bunga — diterbitkan melalui right issue oleh ASSA.

Salah satu fokus utama perusahaan pascapendanaan ini adalah meningkatkan bisnis logistik dan konektivitas jaringan transportasi. AnterAja turut di-mention secara khusus, karena diharapkan perkembangannya nanti dapat memberikan manfaat untuk UMKM di tengah pertumbuhan pesat bisnis e-commerce di Indonesia.

AnterAja diperkenalkan ASSA Rent pada Februari 2019, sebagai sebuah unit usaha di bidang logistik last mile. Unit usahanya sendiri sudah didirikan sejak Agustus 2018 dalam joint venture bersama layanan logistik asal Tiongkok SF Express dan PT Semangat Bambu Runcing yang sahamnya dimiliki oleh William Tanuwijaya.

Saat itu disampaikan ASSA menjadi pemegang saham mayoritas sebesar 55%, SF Express 20%, dan Semangat Bambu Runcing 25%.

Fokus melayani sektor e-commerce, AnterAja memiliki beberapa opsi logistik, mulai dari same day delivery, next day day delivery, dan reguler. Dikatakan, mereka telah memiliki sekitar 15 ribu kurir dan mampu mengirim sekitar 700 ribu paket per hari.

ASSA sendiri merupakan bagian dari konglomerasi Triputra Group. Di bawahnya membawahi 10 perusahaan terkait penyewaan aset otomotif dan logistik. Selain AnterAja, bisnis yang erat dengan digital adalah platform penyewaan mobil ASSA Mobility (ShareFleet untuk B2B dan ShareCar untuk B2C) dan marketplace mobil Caroline.

Kemudian untuk Triputra Group sendiri, mereka sempat terlibat dalam pendanaan pra-seri A Waresix pada tahun 2018. Perusahaan juga berinvestasi pada Kedai Sayur di tahun berikutnya. Putaran di kedua startup tersebut dipimpin East Ventures.

Investasi bisnis logistik

Dengan hipotesis yang sama, investor juga terus berbondong-bondong menambah daftar portofolionya dari bisnis logistik. Aliran pendanaan untuk startup ini pun meningkat secara konsisten dari tahun ke tahun – termasuk di tengah ketidakpastian ekonomi akibat pandemi.

Sejak tahun 2019 hingga paruh pertama tahun 2021 ini, terdapat 16 putaran pendanaan yang melibatkan startup di bidang logistik. Dari 13 informasi putaran pendanaan yang menyebutkan nilainya, terkumpul investasi ekuitas mencapai $455 juta. Trennya meningkat dari sisi kualitas pendanaan dari tahun ke tahun.

Tren investasi startup logistik dalam 3 tahun terakhir / DailySocial

Adapun tipe layanan logistik yang disajikan juga cukup beragam, mulai dari first mile, last mile, manajemen armada, aggregator, dan lain-lain. Bahkan beberapa pemain fokus untuk pengiriman di level tertentu, misalnya mencakup kebutuhan eskpor-impor dengan menyediakan akses ke armada kapal laut atau kargo pesawat terbang.

Application Information Will Show Up Here
Tokosmart Aplikasi Bizzy

Lengkapi Ekosistem, Bizzy Segera Rilis Tiga Layanan Baru Tahun Depan

Bizzy menyeriusi ranah barunya sebagai holding untuk logistik dan distribusi dengan memperkenalkan tiga produk baru yang akan dirilis pada tahun depan. Ketiga produk tersebut adalah Truckway, Bizzy Field Force, dan Smart Warehouse.

Seluruh produk ini berbasis aplikasi, untuk mengoptimalkan kinerja operasional pengguna dalam sebuah rantai pasokan, seperti distributor, toko grosir, pemilik, dan supir truk.

CEO Bizzy Group Andrew Mawikere menjelaskan, peluncuran ini sejalan dengan misi perusahaan yang ingin mendukung ekonomi yang bersih dengan menggerakkan ekosistem bisnis digital yang inklusif, sehingga memungkinkan perdagangan yang transparan, efisien, dan dapat dipertanggungjawabkan.

“Kami membangun platform digital terintegrasi untuk logistik dan distribusi, menyediakan layanan rantai pasok menyeluruh di Indonesia, untuk meningkatkan efisiensi dalam logistik dan distribusi,” ucapnya dalam keterangan resmi, Jumat (20/12).

Sejalan dengan misi tersebut, pada Mei 2019 perusahaan meluncurkan aplikasi Tokosmart dan beroperasi secara penuh untuk mendukung digitalisasi usaha mikro, kecil, dan menengah.

Andrew menjelaskan, aplikasi ini memudahkan dan meningkatkan efisiensi secara digital bagi toko dalam proses pemesanan, penerimaan inventori, dan pembayaran. Diklaim Tokosmart telah menjaring lebih dari 48 ribu toko untuk isi stok produk di toko mereka setiap hari.

“Tokosmart telah memproses lebih dari 164 ribu pesanan dan telah mengirimkan lebih dari 392 ribu karton kepada pelanggan kami. Tokosmart memiliki kurang lebih 3.100 produk dan akan terus bertambah di tahun 2020.”

Untuk mendukung pemanfaatan Tokosmart, perusahaan mengembangkan mesin POS sendiri bernama Bizzy POS. Andrew menyebut, saat ini masih dalam tahap percobaan di beberapa daerah. “Langkah ini memudahkan pelanggan untuk mengelola toko dengan cara yang paling efisien,” pungkasnya.

Sebelumnya, Bizzy adalah startup yang bergerak di bisnis procurement untuk b2b, akhirnya pivot menjadi holding pasca masuk dalam afiliasi Sinarmas pasca menerima pendanaan seri B yang dipimpin SMDV.

Perusahaan memasang target yang sangat ambisius pada tahun ini sebesar Rp5 triliun, naik 30%-40% dari tahun sebelumnya sebesar Rp3,8 triliun. Lini bisnis distribusi akan menjadi penopang utama dalam bisnis Bizzy Group.

Application Information Will Show Up Here