Tag Archives: lol esports

Riot Games Kerja Sama Dengan Spotify Untuk Podcast Eksklusif seputar Worlds

Riot Games baru-baru ini mengumumkan kerja samanya dengan Spotify untuk esports League of Legends. Mengutip dari rilis yang diterbitkan di website resmi LoL Esports, kerja sama ini akan menjadikan Spotify sebagai official audio and music streaming partner for LoL Esports global events, termasuk: World Championship, Mid-Season Invitational, dan All-Star Event.

Mengutip Variety kerja sama ini berbentuk sponsorship berbayar yang dilakukan oleh Spotify kepada Riot Games, yang mengikat kedua belah pihak selama beberapa tahun. Masih dari Variety, June Sauvaget, Spotify Global Head Consumer and Product Marketing menjelaskan alasan di balik kerja sama ini. “Gamers menggunakan audio track sebagai soundtrack atas pengalaman bermain mereka. Khalayak gaming dan musik sebetulnya saling tumpang tindih, namun dalam diagram Venn tersebut ada area putih di kedua belah sisi.”

Lebih lanjut dijelaskan bahwa kerja sama ini akan menghadirkan beberapa konten kolaborasi antar keduanya. Pertama adalah satu page khusus LoL Esports di dalam Spotify, yang berisikan berbagai musik, playlist, hingga podcast yang terinspirasi dari komunitas gaming dan esports. Page ini nantinya juga menawarkan sebuah kampanye Road to Worlds, menghadirkan playlist yang berisikan berbagai macam musik pilihan tim peserta liga kasta utama League of Legends, yaitu LPL, LCK, LEC, dan LCS.

Kolaborasi ini juga akan menghadirkan podcast orisinil eksklusif, yang memungkinkan para penggemar menyelam lebih dalam lewat kisah balik layar dari kompetisi yang terjadi di League of Legends. Seri pertama podcast tersebut berjudul Untold Stories: Top Moments from Worlds, yang berisi cerita unik dari setiap World Championship, dan akan disajikan dalam 10 episode podcast.

Kolaborasi antara Universal Music
Kolaborasi antara Universal Music Publishing Group dengan Riot Games.

Selain itu, nantinya juga akan ada konten audio yang menceritakan proses penciptaan dari original soundtrack League of Legends World Championship, dan Sonic Event Experiences yang membuat pertandingan penentuan di final best-of-five menjadi lebih menegangkan lewat musik yang disajikan oleh Spotify.

Walau terkenal sebagai developer dan publisher game, namun Riot Games juga aktif melebarkan dunia dari karakter yang mereka buat ke dalam bentuk media lain. Sebelum ini mereka juga sempat membuat playlist dari masing-masing karakter game VALORANT, yang dilakukan sebagai salah satu sarana promosi atas game tersebut. Sebelumnya Riot Games juga mengumumkan kerja sama mereka dengan Universal Music Publishing Group untuk menggarap soundtrack bagi perhelatan kompetisi Worlds 2020.

League of Legends Mid-Season Streamathon Jadi Ajang Galang Dana Penanggulangan COVID-19

Memasuki pertengahan tahun, penggemar esports League of Legends biasanya sudah gegap gempita dengan kehadiran kompetisi internasional paruh-tahun, Mid-Season Invitational. Namun demikian, pandemi COVID-19 mengubah segalanya. Walau LoL Worlds 2020 dikabarkan akan tetap berjalan pada Oktober 2020 mendatang, namun Mid-Season Invitational 2020 yang seharusnya diadakan bulan Juli 2020 harus tetap dibatalkan.

Namun, Anda penggemar esports League of Legends tak usah khawatir, karena sebagai gantinya Riot menyiapkan sajian Mid-Season Streamathon untuk mengisi kekosongan. Seperti namanya, Mid-Season Streamathon menampilkan tayangan League of Legends selama 48 jam dengan jadwal non-stop.

Sumber: VCS Official
Selain sajian LPL vs LCK, aksi EVOS Esports dari liga VCS Vietnam juga jadi hal lain yang patut disaksikan dari tayangan League of Legends Mid-Season Streamathon. Sumber: VCS Official

Selama jadwal tersebut, Anda bisa menikmati berbagai macam tayangan pertandingan League of Legends dari berbagai regional, termasuk sajian rivalitas dua regional terpanas di League of Legends antara LPL vs LCK.

Tidak hanya itu saja, bagi penikmat skena kompetitif League of Legends Asia Tenggara, Mid-Season Streamathon juga menyajikan pertandingan antara dua liga besar di wilayah Asia Pasific, yaitu pertandingan antara liga PCS (SEA-APAC) melawan liga VCS (Vietnam). Liga PCS diwakili oleh Talon Esports asal Hong Kong dan Machi Esports asal Taiwan, sementara liga VCS akan diwakili oleh EVOS Esports dan juga Team Flash.

Mid-Season Streamathon diselenggarakan mulai tanggal 27 hingga 31 Mei 2020, berikut jadwalnya.

Sumber: Riot Games
Sumber: Riot Games

Gelaran Mid-Season Streamathon juga akan menjadi ajang galang dana untuk meringankan beban perjuangan melawan wabah pandemi COVID-19. Para penggemar bisa turut berpartisipasi, yang mana donasi tersebut nantinya akan didistribusikan oleh Riot Games Social Impact Fund kepada beberapa organisasi yaitu ImpactAssets COVID Response Fund dan GlobalGiving Coronavirus Relief Fund. Nantinya dana tersebut akan digunakan untuk membantu para pekerja medis yang bertarung di lini depan melawan pandemi yang sudah menjangkiti hampir 5 juta orang di seluruh dunia.

Ini bukan kali pertama Riot Games turut berpartisipasi dalam meringankan beban perjuangan melawan pandemi COVID-19. Sebelumnya, Riot Games juga sempat menyumbangkan 1,5 juta dolar AS kepada pemerintah kota Los Angeles untuk membantu meringankan beban perjuangan melawan pandemi COVID-19.

Semua pertandingan Mid-Season Streamathon nantinya dapat Anda saksikan pada laman resmi esports League of Legends yaitu watch.lolesports.com, mulai 27 Mei 2020 pukul 07:00 WIB hingga 31 Mei 2020 pukul 11:00 WIB.

Sudah siap untuk menyaksikan aksi permainan League of Legends terbaik dari berbagai regional?

Akankah SEA Tour Menjadi Cikal Bakal Kebangkitan Esports LoL di Asia Tenggara?

Baru-baru ini Riot Games, lewat Garena, mengumumkan sebuah format kompetisi League of Legends baru untuk regional Asia Tenggara. Format ini diberi nama League of Legends SEA Tour (LST), yang merupakan usaha Riot Games untuk menyatukan semua kegiatan ekosistem esports di Asia Tenggara.

SEA Tour mengubah format kompetisi dari liga lokal, menjadi format turnamen antar negara dalam satu regional Asia Tenggara. Dalam format turnamen baru ini, Thailand, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Indonesia akan langsung ditandingkan di dalam satu wadah besar. Alur kompetisi SEA Tour dibagi menjadi empat fase yaitu: Kualifikasi ranked online, kualifikasi nasional, National Minor, SEA Tour Spring/Summer Major.

Nantinya tim yang berhasil jadi juara di SEA Tour Spring/Summer Major, berhak untuk lolos ke fase global, entah itu Mid-Season Invitational 2019 atau Worlds 2019.

Sumber
Sumber: Garena Indonesia

Sebelumnya, ekosistem kompetisi LoL di Asia Tenggara menggunakan sistem liga lokal. Beberapa negara di Asia Tenggara sudah melakukannya lewat program seperti: League of Legends Garuda Series (LGS) Indonesia atau Vietnam Championship Series dan lain sebagainya. Sistem ini sebenarnya mencoba mereplikasi apa yang sudah sukses dilakukan di beberapa regional, contohnya ada liga LoL AS yaitu LCS atau liga LoL Korea yaitu LCK.

Namun selama liga lokal ini diselenggarakan, Asia Tenggara entah kenapa masih kurang bisa berkompetisi dalam program esports LoL Global. Dengan format tersebut, perwakilan SEA kerap terhenti ketika mencapai fase International Wildcard Qualifier atau fase yang kini disebut sebagai Worlds atau MSI play-in.

Walaupun begitu, dua tahun belakangan pencapaian regional SEA di jagat kompetitif LoL internasional meningkat. Hal tersebut tercatat lewat lolosnya Gigabyte Marines (Filipina) ke MSI 2017 dan EVOS (Vietnam) ke MSI 2018. Kendati demikian, keduanya tetap tidak berhasil lolos dari fase grup di MSI, babak belur oleh Korea, Tiongkok, Amerika, dan Eropa; empat regional yang memang adalah powerhouse jagat kompetisi LoL.

Sumber:
Sumber: LoL Esports Official Media

Melihat perubahan format yang terjadi ini, muncul pertanyaan di kepala saya. Apakah perubahan ini akan membuat tim LoL SEA jadi lebih bersinar di kancah internasional? Bagaimana dampaknya kepada pemain, iklim kompetitif, serta ekosistem esports LoL di Asia Tenggara?

Untuk mencoba menjawab pertanyaan tersebut, saya mewawancara dua sosok yang pegiat esports LoL di Indonesia. Mereka adalah Yota dan Florian “Wofly” George. Yota sendiri sebenarnya sudah cukup lama malang melintang di dunia esports Indonesia, bahkan sebelum program esports LoL Indonesia ada. Namun dalam salah satu portofolio karirnya, ia sempat menjadi bagian dari tim produksi League of Legends Garuda Series (LGS) yang diselenggarakan oleh Garena.

Sementara nama Wolfy selama ini dikenal sebagai sosok shoutcaster di dalam gelaran seri liga LoL lokal Indonesia tersebut. Bukan sekedar shoutcaster, tapi Wolfy juga terkenal sebagai sesosok analis yang brilian yang kerap memperhatikan perkembangan esports LoL baik lokal maupun internasional. Tak berhenti sampai situ, ia juga sempat menjadi pemain, mewakili Indonesia dalam gelaran kompetisi LoL antar universitas dengan membawa nama kampus UPH.

Sumber:
Sumber: Facebook Yota

Kembali ke pembahasan soal SEA Tour, mari kita dengarkan pendapat dari Yota terlebih dahulu. Menurut pendapat dia, sebenarnya perubahan format dari liga lokal menjadi SEA Tour, tidak banyak membantu perkembangan ekosistem esports LoL di Asia Tenggara. “Playerbase League di SEA sekarang masih declining dan rasanya itu sulit dihindari. Salah satunya juga disebabkan karena trend mobile gaming di SEA yang terus meningkat” Tambah Yota.

Wolfy juga memberi pendapat soal dampak perubahan format ini dari sisi iklim kompetitif League di SEA. Menurutnya sistem baru ini memberi satu nilai positif, yaitu memungkinkan tim kuda hitam atau tim baru untuk muncul dan menjadi pemenang.

Mengapa demikian? Penyebabnya karena SEA Tour merupakan kompetisi tanpa kasta, memungkinkan siapapun melawan tim manapun. “Tapi jujur, gue pribadi lebih prefer sistem liga, karena membuat pemain ataupun organisasi jadi lebih terjamin” Wolfy kembali menambahkan.

Yota (kiri) dan Wolfy (kanan) saat jadi shoutcaster untuk PvP Esports
Yota (kiri) dan Wolfy (kanan) saat jadi shoutcaster untuk PvP Esports

Lalu apakah perubahan format ini bisa menghidupkan kembali scene esports di SEA? Terkait topik ini keduanya cukup kompak menjawab tidak.

Wolfy menjelaskan lebih lanjut soal jawabannya, “Jujur sebenarnya sulit untuk menghidupkan kembali scene LoL terutama di Indonesia. Jumlah organisasi yang punya niat terhadap scene LoL sudah sangat sedikit, turnamen League juga sangat terbatas, apalagi ditambah viewership LoL di Indonesia serta Asia Tenggara yang sangat rendah. Gue rasa sih tiga hal itu adalah faktor utama kenapa LoL di SEA jadi sulit berkembang.”

Pada sisi lain jawaban Yota cenderung lebih optimis, walaupun sebenarnya tetap skeptis dengan perkembangan scene LoL di Asia Tenggara. “Butuh lebih dari sekedar SEA Tour untuk bisa menghidupkan kembali scene esports League di SEA” jawab Yota tegas.

“Tapi kehadiran LST menjadi sinyal bahwa LoL di SEA itu belum mati. Ini adalah salah satu langkah positif dari Riot Games menurut gue. Juga, kehadiran LST tentu memberi jalan kepada pemain kompetitif yang punya mimpi bisa bermain MSI atau Worlds” Yota menjelaskan lebih lanjut kepada saya.

Sumber:
Sampai saat ini, pusat kegiatan esports LoL masih terpusat di empat regional. Eropa salah satunya, yang hadir lewat program LoL European Championship (LEC). Sumber: LoL Esports EU

Sebenarnya inisiasi liga lokal diselenggarakan oleh Riot Games melalui Garena merupakan inisatif yang baik untuk mengembangkan ekosistem esports LoL di Asia Tenggara.. Sayang kenyataan pahit yang harus diterima Garena adalah kecenderungan pemain Asia Tenggara memilih Dota 2 dalam hal game MOBA di PC, atau lari ke MOBA yang ada di mobile.

Kendati demikian, saya cukup setuju dengan apa yang dikatakan Yota. Walaupun jagat kompetitif League di SEA bisa dibilang sudah hampir mati suri, kehadiran SEA Tour adalah bukti nyata kepedulian Riot Games.

Kalau boleh jujur, sebenarnya cukup adil jika Riot Games memutuskan lepas tangan, lalu membiarkan jagat kompetitif LoL di Asia Tenggara terombang-ambing. Toh Riot Games juga sudah kesulitan mendapat keuntungan dari LoL di Asia Tenggara bukan?

Semoga saja kehadiran SEA Tour bisa kembali membangkitkan jiwa-jiwa kompetitif dari pemain LoL di Asia Tenggara. Tapi jangan berharap banyak ini bisa menghidupkan kembali scene LoL di SEA. Saya sangat skeptis dengan hal tersebut, apalagi mengingat era MOBA yang sudah selesai, dan pergeseran gaming culture di Asia Tenggara dari PC ke Mobile.