Tag Archives: Makuake

Canon PowerShot PICK Adalah Kamera Pintar yang Mengandalkan AI untuk Beroperasi Secara Otomatis

Canon punya kamera baru yang cukup menarik. Bukan yang ditujukan untuk bersaing dengan Sony A1 maupun Fujifilm GFX 100S, melainkan yang berwujud imut-imut dan mengandalkan kecerdasan buatan (AI) untuk beroperasi secara otomatis.

Namanya Canon PowerShot PICK, dan kelebihan utamanya terletak pada kemampuannya mengenali individu demi individu, melacak wajahnya, sebelum akhirnya menentukan momen yang paling pas untuk mengambil foto atau video. Semuanya berlangsung secara otomatis berkat keterlibatan AI.

Tentu Canon bukan yang pertama mengimplementasikan ide seperti ini. Nyatanya, cara kerja PICK ini langsung mengingatkan saya pada Google Clip, kamera pintar yang Google perkenalkan di tahun 2017, dan yang sudah di-discontinue sejak 2019 kemarin.

Agar dapat mengikuti pergerakan subjek, tentu saja PICK bisa berputar (170° searah atau berlawanan jarum jam) maupun miring ke atas atau bawah (110°). Lensanya pun memiliki focal length 19-57mm dengan bukaan maksimum sebesar f/2.8, dan perangkat turut dibekali sistem image stabilization terintegrasi.

Sensor yang digunakan merupakan sensor CMOS 1/2,3 inci dengan resolusi 12 megapixel. Resolusi video tertinggi yang dapat direkam adalah 1080p 60 fps. PICK mengandalkan kartu microSD untuk menyimpan seluruh hasil foto dan videonya.

Dalam kondisi yang ideal, PICK memang dirancang untuk bekerja dengan sendirinya, mengabadikan momen-momen berharga yang terjadi di sekitarnya. Kendati demikian, pengguna tetap bisa mengoperasikannya secara manual, baik dengan menggunakan perintah suara, maupun dengan memakai aplikasi pendampingnya di smartphone. Lewat aplikasi yang sama itu pula pengguna bisa langsung melihat semua hasil tangkapan PICK.

Satu catatan penting terkait PICK adalah, ia harus selalu terhubung ke smartphone agar dapat beroperasi. Jadi ketika proses pairing-nya sudah berhasil, pengguna tinggal menyalakan PICK dan menempatkannya di titik yang diinginkan. Selain di atas meja, ia juga bisa diletakkan di atas tripod.

Secara fisik, PICK dirancang agar tidak terlalu mencuri perhatian. Wujudnya tergolong low-profile, ditambah lagi dimensinya memang cukup mungil, dengan tinggi 90 mm dan berat 170 gram. Satu informasi yang masih misterius adalah seberapa lama baterai rechargeable-nya bisa bertahan dalam sekali pengisian.

PICK bukan untuk semua orang. Pada kenyataannya, Canon memang belum menjual kamera ini secara luas, dan sejauh ini baru menawarkannya ke konsumen di Jepang melalui situs crowdfunding Makuake. Harganya dipatok 40.900 yen, atau kurang lebih setara 5,5 jutaan rupiah.

Sumber: DPReview.

Canon PowerShot Zoom Adalah Kamera Unik dengan Bentuk Seperti Teropong

Menjadi salah satu produsen kamera terbesar di dunia tidak mencegah Canon untuk terus bereksperimen dengan kategori-kategori kamera baru. Salah satu yang terbaru dan cukup unik adalah PowerShot Zoom, yang sepintas kelihatan lebih mirip teropong monokular ketimbang sebuah kamera.

Cara penggunaannya memang mirip seperti teropong, dengan ujung belakang yang bertindak sebagai jendela bidik. Di dekat viewfinder tersebut, ada tombol untuk menjepret foto dan memulai perekaman video yang dapat dioperasikan dengan mudah menggunakan ibu jari selagi perangkat ditempelkan ke mata.

Di dekat ujung depannya juga ada beberapa tombol, yakni tombol power, tombol menu, dan tombol untuk zoom in atau zoom out. Seperti yang sudah bisa ditebak melalui namanya, kemampuan zoom kamera ini memang cukup istimewa berkat penggunaan lensa 100-400mm f/5.6-6.3. Andai masih kurang dekat, ada opsi digital zoom untuk melipatgandakan jangkauannya menjadi 800mm.

Di balik lensanya, bernaung sensor CMOS berukuran 1/3 inci dengan resolusi 12,1 megapixel dan ISO maksimum 3200. Ditandemkan dengan prosesor DIGIC 8, kamera ini sanggup merekam video dengan resolusi maksimum 1080p 30 fps, atau menjepret secara terus-menerus dengan kecepatan hingga 10 fps.

Sistem image stabilization (kemungkinan besar elektronik) maupun fitur Face AF juga tersedia pada kamera ini. Semua hasil tangkapannya disimpan ke kartu microSD, atau bisa juga dilihat melalui aplikasi pendampingnya di smartphone mengingat kamera ini menyimpan konektivitas Bluetooth 4.2.

Charging-nya mengandalkan konektor USB-C. Dalam sekali pengisian, baterainya diestimasikan bisa bertahan sampai 150 kali jepretan foto. Secara keseluruhan, bobot perangkat tidak lebih dari 145 gram. Dimensi persisnya sendiri tercatat 103,2 x 50,8 x 33,4 mm.

Satu hal yang paling mengecewakan dari Canon PowerShot Zoom adalah, sejauh ini ia cuma dipasarkan di Jepang melalui situs crowdfunding Makuake, dan semua kuotanya pun telah terjual habis. Di sana, harga paling murah yang tertera adalah 31.460 yen, atau setara dengan Rp4,4 juta.

Sumber: PetaPixel.

Blincam Ubah Kacamata Biasa Jadi Kamera, Dioperasikan via Kedipan Mata

Meski kian canggih, kamera smartphone pada dasarnya belum menyajikan fungsi fotografi yang ringkas karena penggunaannya masih sama seperti metode standar: Anda harus mengeluarkannya dari penyimpanan, mengaktifkan kamera, mengarahkannya ke objek dan melihat live preview, kemudian menekan tombol shutter. Seorang desainer Jepang mencoba memangkas beberapa langkah tersebut dalam kreasi barunya.

Shota Takase punya berita gembira bagi para fotografer dadakan. Ia memperkenalkan device unik bernama Blincam yang mampu menyulap kacamata biasa menjadi kamera ringkas sehingga Anda tidak melewatkan momen-momen berharga. Konsepnya begitu atraktif sehingga kampanye crowdfunding sang inventor berjalan sangat sukses, mengumpulkan dana lebih dari 10 kali lipat target awal.

Menariknya lagi, Blincam sebetulnya memanfaatkan teknik yang sudah ada sebelumnya, yaitu mengaktifkan tombol shutter melalui kedipan mata – digunakan di sejumlah kamera selfie hingga Google Glass. Blincam mampu mengetahui mana kedipan yang disengaja dan kedipan alami dengan keakuratan 90 persen berbekal sensor khusus. Tersambung lewat Bluetooth, hasil-hasil jepretan akan segera disalurkan ke smartphone Anda.

Blincam 1

Blincam hadir dalam bentuk kotak mungil panjang mirip flash drive yang dapat Anda sematkan di sisi samping kacamata, memiliki ukuran 85x17x10mm dan berbobot hanya 25 gram. Device tersebut mempunyai satu buah tombol fisik dengan modul lensa mengarah ke depan. Blincam kompatibel ke handset Android dan iOS, juga menyimpan baterai build-in, menjaganya tetap aktif hingga empat jam (atau standby sampai delapan jam).

Berdasarkan penjelasan tim penciptanya, Blincam tidak dirancang buat menggantikan fungsi kamera sesungguhnya, melainkan sebuah alat untuk mengabadikan saat-saat penting yang berlangsung singkat. Bayangkan, ketika Anda sedang mengendarai sepeda dan ingin mendokumentasikan sesuatu di perjalanan, Anda tidak perlu mengeluarkan smartphone dari tas, cukup arahkan kacamata ke target dan berkedip.

Blincam 2

Walaupun ide di belakang Blincam terdengar menjanjikan, gagasan ‘kamera dengan kedipan’ sejauh ini masih sulit dituangkan jadi produk mainstream. Seperti inkarnasi sebelumnya, Blincam belum memberikan solusi bagaimana cara pengguna mengetahui arah jepretan secara presisi. Lalu dengan beredarnya produk ini ke khalayak umum, akan timbul masalah privasi seperti Google Glass.

Saat ini produk masih berada di tahap mengembangan, tetapi developer telah menyingkap rencana untuk meluncurkan Blincam di awal tahun 2017. Mereka menawarkannya dengan harga retail di US$ 185.

Via CNET. Sumber: Makuake.