Tag Archives: Mandiri Sekuritas

Ajaib Closes Series A Funding Worth of 356 Billion Rupiah, Striving for Education and Acquisition of Millennial Users

The investment platform which recently acquired Primasia Unggul Sekuritas (Primasia Sekuritas), Ajaib Group, announced Series A funding of $25 million or the equivalent of 356.3 billion Rupiah. This round was led by Horizons Ventures (Li Ka-shing) and Alpha JWC Ventures, followed by SoftBank Ventures Asia, Insignia Ventures, and Y Combinator.

Previously, Ajaib had joined the Y Combinator program in 2018, as well as raised the seed round. Funding continued the following year, securing funds worth $2.1 million from Y Combinator, SoftBank Ventures, Alpha JWC Ventures, and Insignia Ventures.

“I feel proud for Ajaib has become the best choice of most of the new stock investors in Indonesia. As a millennial, I know how difficult it is when I started investing. That’s why Ajaib is so focused on millennials and better education,” Ajaib Group’s Co-founder & CEO, Anderson Sumarli said.

The fresh money is to be used by the company to improve technology infrastructure, recruit technical teams, and expand product offerings. In addition, this round will also be used to support the Ajaib’s educational campaign#MentorInvestasi which aims to assist the Indonesian government’s efforts in educating millennials about investment and financial planning.

“The investment sector in Indonesia is quite underserved and lack of accessibility is one of the reasons. Ajaib was able to provide a solution to this problem and revolutionized the stock brokerage industry in less than two years. We are very impressed with Ajaib’s growth speed and we are delighted to see Ajaib helping millions of young people in Indonesia towards better investment,” Jeffrey Joe, Managing Partner at Alpha JWC said.

In Indonesia, there are currently several digital services that accommodate user needs in investing; including mutual fund instruments, stocks, gold, and crypto-assets. In the Fintech Report 2020 released by DSResearch, surveying 329 respondents, the following results were obtained regarding application awareness for investment needs.

Aplikasi Investasi

Some of the applications above are providing similar services with Ajaib, including Bibit, Tanamduit, Bareksa for the mutual fund; and Stockbit for stock.

Ajaib Group growth

Founded in 2019, Ajaib has become one of the fastest-growing investment platforms in Indonesia, through Ajaib Sekuritas (online stock securities) and Ajaib Reksadana (online mutual funds). Within 7 months of the launch of Ajaib Sekuritas in June 2020, the company recorded more than 10 billion stock lots have been traded in Ajaib.

Ajaib also supports more than 1 million monthly users on their investment journey. In December 2020, Ajaib also announced that the company is partnering with Korean drama actor Kim Seon-ho who plays Han Ji-pyeong in the Start-Up series on Netflix as a Brand Ambassador.

Anderson told DailySocial some time ago that the current pandemic has not been able to dampen the enthusiasm of Indonesian individual investors to pour money in the capital market. In the first two months since the launch of the stock availability at Ajaib, the company has registered tens of thousands of new users, most of whom are millennials.

“Currently, the market position has not fully recovered, therefore, the opportunity for users to reap profits in the capital market is quite large,” he said.

In 2021, Ajaib will continue its mission to welcome a new generation of investors to the Indonesian capital market. As of December 2020, there were 1,592,698 stock investors in Indonesia, meaning that less than 1% of Indonesia’s population has a stock account. In order to increase the number of domestic retail investors, Ajaib plans to expand the scope of investment education and financial planning campaigns targeting millennials.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
Pendanaan Seri A Ajaib

Ajaib Rampungkan Pendanaan Seri A 356 Miliar Rupiah, Gencarkan Edukasi dan Akuisisi Pengguna Milenial

Platform investasi yang baru-baru ini telah mengakuisisi Primasia Unggul Sekuritas (Primasia Sekuritas), Ajaib Group, mengumumkan pendanaan seri A sebesar $25 juta atau setara 356,3 miliar Rupiah. Putaran pendanaan tersebut dipimpin oleh Horizons Ventures (Li Ka-shing) dan Alpha JWC Ventures, serta diikuti oleh SoftBank Ventures Asia, Insignia Ventures, dan Y Combinator.

Ajaib sebelumnya sempat tergabung ke dalam program Y Combinator tahun 2018, sekaligus membuka seed round-nya. Pendanaan berlanjut di tahun berikutnya, membukukan dana $2,1 juta dari Y Combinator, SoftBank Ventures, Alpha JWC Ventures, dan Insignia Ventures.

“Saya merasa bangga karena Ajaib menjadi pilihan bagi sebagian besar investor saham baru di Indonesia. Sebagai seorang milenial, saya tahu seberapa sulit pengalaman saya saat mulai berinvestasi. Itulah mengapa Ajaib sangat fokus pada kaum milenial dan edukasi yang lebih baik,” kata Co-founder & CEO Ajaib Group Anderson Sumarli.

Dana segar ini rencananya akan digunakan perusahaan untuk meningkatkan infrastruktur teknologi, merekrut tim teknis, dan memperluas penawaran produk. Selain itu dana tersebut juga akan digunakan untuk mendukung kampanye edukasi #MentorInvestasi Ajaib yang bertujuan untuk membantu upaya pemerintah Indonesia dalam mengedukasi milenial tentang investasi dan perencanaan keuangan.

“Sektor investasi di Indonesia masih kurang terlayani dan salah satu penyebabnya adalah kurangnya aksesibilitas. Ajaib mampu memberikan solusi untuk masalah tersebut dan merevolusi industri broker saham dalam waktu kurang dari dua tahun. Kami sangat terkesan dengan kecepatan pertumbuhan Ajaib dan kami sangat senang melihat Ajaib membantu jutaan anak muda di Indonesia untuk berinvestasi dengan lebih baik,” kata Managing Partner di Alpha JWC Jeffrey Joe.

Di Indonesia, saat ini memang sudah ada beberapa layanan digital yang mengakomodasi kebutuhan pengguna dalam melakukan investasi; termasuk untuk instrumen reksa dana, saham, emas, sampai aset kripto. Dalam Fintech Report 2020 yang dirilis DSResearch, menyurvei 329 responden, didapat hasil sebagai berikut terkait awareness aplikasi untuk kebutuhan investasi.

Aplikasi Investasi

Beberapa aplikasi di atas juga sajikan layanan serupa dengan Ajaib, misalnya Bibit, Tanamduit, Bareksa untuk reksa dana; dan Stockbit untuk saham.

Pertumbuhan Ajaib Group

Didirikan pada 2019, Ajaib telah menjadi salah salah platform investasi dengan pertumbuhan paling pesat di Indonesia, melalui Ajaib Sekuritas (sekuritas saham online) dan Ajaib Reksadana (reksa dana online). Dalam waktu 7 bulan sejak diluncurkan Ajaib Sekuritas pada Juni 2020 lalu, perusahaan mencatat lebih dari 10 miliar lot saham telah diperdagangkan di Ajaib.

Ajaib juga telah mendukung lebih dari 1 juta pengguna setiap bulannya dalam perjalanan investasi mereka. Pada bulan Desember 2020 lalu, Ajaib juga mengumumkan bahwa perusahaan menggandeng aktor drama Korea Kim Seon-ho pemeran Han Ji-pyeong dalam serial Start-Up di Netflix sebagai Brand Ambassador.

Kepada DailySocial beberapa waktu yang lalu Anderson mengungkapkan, pandemi yang terjadi saat ini ternyata tidak mampu memadamkan semangat investor individu Indonesia untuk berinvestasi di pasar modal. Pada dua bulan pertama sejak diluncurkannya layanan saham di Ajaib, perusahaan sudah mencatatkan puluhan ribu pengguna baru, yang kebanyakan di antaranya merupakan generasi milenial.

“Saat ini, posisi pasar juga belum pulih seutuhnya, sehingga peluang bagi pengguna untuk meraup keuntungan di pasar modal, masih besar,” ujarnya.

Tahun 2021 ini Ajaib akan melanjutkan misinya untuk menyambut investor generasi baru di pasar modal Indonesia. Per Desember 2020, terdapat 1.592.698 investor saham di Indonesia, artinya kurang dari 1% penduduk Indonesia memiliki rekening saham. Untuk meningkatkan jumlah investor ritel domestik, Ajaib berencana akan memperluas cakupan kampanye edukasi investasi dan perencanaan keuangan yang ditujukan bagi kaum milenial.

Application Information Will Show Up Here
Mandiri Sekuritas memanfaatkan teknologi tanda tangan digital PrivyID untuk pangkas proses pembuatan rekening efek dan rekening nasabah jadi satu hari saja

Sediakan Fitur Tanda Tangan Digital dari PrivyID, Mandiri Sekuritas Bidik 30 Ribu Nasabah Baru

Mandiri Sekuritas, anak usaha dari Bank Mandiri Group, menargetkan penambahan nasabah ritel hingga 30 ribu orang dari kalangan milenial sepanjang tahun ini, lewat pengembangan fitur platform Most (Mandiri Sekuritas Online Trading). Perusahaan bekerja sama dengan PrivyID untuk fitur tanda tangan digital (Most DigiSign).

Saat ini total nasabah Mandiri Sekuritas sebanyak 100 ribu orang, sekitar 50% di antaranya berasal dari kalangan milenial.

Managing Director Mandiri Sekuritas Lisana Irianiwati menjelaskan, kehadiran fitur ini akan mempercepat durasi pembukaan rekening efek dan rekening nasabah menjadi satu hari saja lewat situs Most. Sebelum Most hadir di 2016, proses ini memakan waktu hingga 14 hari karena harus datang langsung ke cabang. Saat Most hadir di 2016, prosesnya dipersingkat jadi 3-7 hari.

Lamanya durasi ini membuat tingginya tingkat drop rate sekitar 48%. Artinya, banyak calon nasabah yang enggan menyelesaikan proses pendaftaran karena terlalu ribet. Mereka harus tetap mencantumkan tanda tangan basah yang dikirimkan ke kantor cabang atau menunggu dihubungi tim Mandiri Sekuritas untuk proses verifikasi.

“Sekarang, dengan Most DigiSign, proses pengisian rekening efek dan nasabah hanya 30 menit. Tanda tangan dilakukan secara digital dan proses verifikasinya langsung. Diharapkan drop rate-nya bisa turun sampai 10%,” terang Lisana, Senin (1/4).

Secara peraturan, tanda tangan digital ini telah mendapat arahan langsung dari OJK yang secara langsung menerbitkan Surat Edarat (SE) OJK tentang Pedoman Pembukaan Rekening Efek Nasabah dan Rekening Dana Nasabah Secara Elektronik Melalui Perusahaan Efek yang Melakukan Kegiatan Usaha Sebagai Perantara Perdagangan Efek. SE ini baru diterbitkan pada pekan lalu, (28/3).

“Kami siap dengan Privy.id karena dia itu masuk sebagai salah satu portofolionya Mandiri Capital Indonesia, makanya kita langsung pakai. Kami jadi perusahaan efek pertama yang pakai teknologi ini, yang lain itu masih e-signature artinya nasabah harus foto tanda tangan mereka atau tanda tangan langsung dari layar handphone.”

Kini, untuk mendaftar sebagai nasabah di Mandiri Sekuritas, cukup dengan mengakses situs Most baik lewat desktop maupun mobile. Setelah mengisi form digital, nasabah akan dibawa ke halaman yang berisi dua jenis dokumen yang perlu ditandatangani secara digital.

Teknologi yang dihadirkan Privy.id adalah asymmetric cryptography yang diklaim memberikan keamanan kepada nasabah yang akan menginvestasikan asetnya di pasar modal. Tanda tangan digital ini memiliki fungsi dan kekuatan hukum yang sama dengan tanda tangan konvensional.

Perusahaan akan membawa fitur ini lebih dalam untuk pembukaan rekening efek syariah dan ditanamkan ke aplikasi sehingga nasabah dapat lebih mudah mendaftarkan diri. Lisana menyebut rencana ini paling lambat akan direalisasikan pada akhir tahun ini.

“Targetnya jumlah nasabah ritel kami bisa tumbuh 20%-30% pada tahun ini setelah adanya fitur Most DigiSign,” pungkasnya.

Application Information Will Show Up Here
Mandiri Sekuritas, anak usaha Bank Mandiri, merilis portal edukasi online MOST Learning untuk belajar pasar modal

Mandiri Sekuritas Rilis Portal e-Learning Investasi “MOST Learning”

Mandiri Sekuritas merilis platform e-learning “MOST Learning” untuk memberikan kemudahan kepada nasabah dan masyarakat meningkatkan kemahiran dalam berinvestasi di pasar modal.

Direktur Utama Mandiri Sekuritas Silvano Rumantir menuturkan, sebagai bagian dari institusi finansial di Indonesia, perusahaan senantiasa menjadi perusahaan efek terdepan dalam memberikan layanan investasi terlengkap, terintegrasi, aman, dan mudah kepada seluruh nasabah.

MOST Learning merupakan komitmen nyata kami untuk mendukung peningkatan literasi dan inklusi pasar modal kepada masyarakat luas melalui inovasi layanan digital yang dapat diakses kapan saja di mana saja,” ujarnya, Rabu (29/8).

Di platform ini, baik nasabah maupun masyarakat umum dapat mengakses konten-konten pembelajaran investasi, mengikuti kelas investasi secara live streaming, serta saling berinteraksi melalui forum investasi yang tersedia.

Seluruh konten tersebut, menurutnya diharapkan dapat memberi suatu pembekalan kepada masyarakat dengan pemahaman, informasi, dan panduan langsung dari pelatih dan tim riset Mandiri Sekuritas yang memiliki reputasi dan menjangkau hingga 80% dari kapitalisasi pasar di Bursa Efek Indonesia.

Direktur Mandiri Sekuritas Lisana Irianiwati menambahkan, MOST Learning adalah jawaban yang diberikan perusahaan dalam menjawab antusiasme masyarakat di berbagai daerah. Mereka ingin mengetahui dan belajar cara berinvestasi saham dengan benar.

“Kami berharap investasi di pasar modal akan menjadi budaya positif dan bagian dari gaya hidup masyarakat Indonesia di masa mendatang,” terang Lisana.

Mandiri Sekuritas Rilis Portal e-Learning Investasi "MOST Learning"

Platform online menjadi bagian utama perusahaan yang terus digenjot perkembangannya untuk memperluas jangkauannya hingga ke pelosok negeri dan mancanegara. Hal ini tercermin dari sekitar 50% nasabah Mandiri Sekuritas ini berinvestasi lewat aplikasi MOST (Mandiri Online Securities Trading).

Aplikasi MOST menyediakan empat layanan terintegrasi, yaitu MOST Equity, MOST Fund, MOST Sharia, dan MOST Learning. Sejak diluncurkan pada 2012, jumlah nasabah tumbuh 30% per tahun. Faktor penyebabnya dikarenakan kemudahan layanan MOST dan dapat digunakan para nasabah dengan mobilitas yang tinggi.

Sejak enam tahun terakhir, Mandiri Sekuritas mengklaim telah menjadi perusahaan efek terdepan dalam mengedukasi masyarakat, tidak hanya di kota-kota besar, tapi hingga ke perbatasan nusantara.

Terhitung Mandiri Sekuritas memiliki lebih dari 87 ribu nasabah tersebar di Indonesia dan lebih dari 20 negara di seluruh dunia. Hingga tengah tahun ini, nilai rata-rata transaksi harian nasabah ritel mencapai Rp362 miliar per hari, tumbuh 23% dibanding periode yang sama di tahun sebelumnya.

Untuk sementara MOST Learning baru bisa diakses lewat situs desktop dan mobile. Rencananya platform ini bakal dibawa ke dalam aplikasi MOST, sehingga masyarakat akan semakin mudah membekali diri sebelum berinvestasi ke pasar modal.

Application Information Will Show Up Here
Big data akan membantu penyedia platform suguhkan berbagai tindakan analisis dan antisipatif dari data transaksi / Pibaxay

Peran “Big Data” dalam Membangun Ekosistem Pembayaran Digital

Menurut laporan yang dirilis oleh MDI Ventures  dan Mandiri Sekuritas tentang “Mobile Payments in Indonesia: Race to Big Data Dominaton”, estimasi pangsa pasar mobile payment di Indonesia akan mencapai 549 triliun Rupiah pada tahun 2020 mendatang. Banyak faktor yang mendorong pertumbuhan tersebut baik dari sisi konsumen, merchant ataupun pengusung platform, salah satunya dukungan teknologi. Perkembangan fintech yang ada saat ini memang mulai disokong oleh banyak kapabilitas teknologi, salah satunya big data.

Secara khusus laporan MDI Ventures dan Mandiri Sekuritas turut menyoroti bagaimana big data memegang peranan kunci dalam operasional mobile payment. Konsep utama yang ditawarkan big data ialah untuk menciptakan proses penyimpanan yang aman dan analisis data untuk menghasilkan insight. Sejauh ini big data juga sudah dimanfaatkan untuk melakukan banyak hal, visinya perusahaan pada kultur data-driven guna menghasilkan keputusan bisnis yang didasarkan pada data.

Mendeteksi potensi penipuan

Manfaat big data pertama yang disoroti dalam laporan untuk mendeteksi adanya kecurangan atau penipuan dalam transaksi. Model analisis dibangun berdasarkan data transaksi historis dan algoritma deep learning, untuk membuat sistem bekerja terus-menerus secara proaktif mengidentifikasi risiko. Fase seperti sekarang, saat fintech tengah gencar membangun kepercayaan pengguna, menjadi urgensi tersendiri untuk penyedia layanan memastikan kredibilitas terbangun dengan baik, bahkan konsumen selalu mengharapkan zero mistakes untuk sebuah sistem finansial.

Mengalkulasi tingkat risiko

Kedua terkait dengan perhitungan tingkat risiko di suatu transaksi. Sebagai sebuah bisnis dengan misi kritis, penyedia layanan pembayaran harus mampu melakukan analisis mendalam tentang tingkar risiko dari suatu transaksi. Pendekatannya dapat didasarkan pada berbagai atribut, misalnya data konsumen dan transaksi historis. Big data dengan metode statistik tingkat lanjut yang dimiliki memungkinkan hal tadi bisa terjadi, misalnya membandingkan atribut yang sudah didata dengan perilaku pola beli konsumen.

Analisis data untuk merchant

Kondisi yang ada saat ini, penyedia layanan pembayaran sudah memiliki data konsumen dengan kapasitas yang sangat besar, tidak menutup kemungkinan data tersebut dapat dimonetisasi. Dalam artian data tersebut dapat dikonversi sebagai sebuah nilai yang dapat membantu bisnis, misalnya untuk menemukan dan memahami segmentasi penggunanya. Analisis tersebut dapat membantu merchant (sebagai pengguna platform pembayaran) untuk mengeksplorasi tentang konsumen secara lebih dalam, termasuk membuat strategi peningkatan traksi misalnya melalui program loyalitas.

Membantu penilaian kredit

Pemanfaatan big data yang juga menjadi sorotoan adalah untuk penilaian kredit. Data transaksi dari mobile payment juga memungkinkan perusahaan fintech untuk mengembangkan teknologi menciptakan sistem penilaian kredit yang lebih akurat, terutama untuk mengakomodasi masyarakat di kategori unbankable. Studi kasusnya sudah dipraktikkan di Tiongkok, salah satunya oleh China Rapid Finance (CRF) dengan mengembangkan algoritma penilaian kredit untuk mencocokkan kreditur dan segmentasi peminjam yang disebut dengan EMMAs (Emerging Middle-Class, Mobile-Active Consumers). Adanya teknologi AI (Artificial Intelligence) turut mendukung aplikasi risk-management dapat berkembang lebih baik.

Melihat perkembangan mobile payment di Indonesia / Pixabay

Tren Perkembangan “Mobile Payment” di Indonesia

MDI Ventures  dan Mandiri Sekuritas merilis sebuah laporan bertajuk “Mobile Payments in Indonesia: Race to Big Data Domination”. Di dalamnya dijabarkan gambaran terkini lanskap mobile payment di Indonesia, dilengkapi dengan studi kasus kesuksesan adopsinya. Mengawali laporan, diceritakan tentang awal pertumbuhan layanan mobile payment di Indonesia. Persisnya pada tahun 2007 dimulai oleh Telkomsel merilis layanan T-Cash, lalu disusul Indosat, dan XL Axiata.

Tahun 2012 layanan mobile payment mulai beragam, industri perbankan dan pengembang aplikasi mulai masuk di dalamnya.

Mobile Payments in Indonesia - Race to Big Data Dominaton / MDI Ventures
Mobile Payments in Indonesia – Race to Big Data Dominaton / MDI Ventures

Data menarik justru hadir dari penetrasi pengguna yang ada saat ini. Dua layanan dengan pengguna tertinggi (sekitar 10 juta pengguna) ialah GO-PAY dan TCash, dua layanan dengan tahun kelahiran paling awal dan akhir. Layanan lain yang mulai mendapatkan pertumbuhan pengguna signifikan adalah PayPro dan OVO. Jika mengamati lebih dalam mengapa para pemain tersebut memiliki pengguna yang banyak karena cakupan layanan yang lebih luas.

Mobile Payments in Indonesia - Race to Big Data Dominaton / MDI Ventures
Mobile Payments in Indonesia – Race to Big Data Dominaton / MDI Ventures

Melalui aplikasi GO-JEK, konsumen kini bisa melakukan berbagai aktivitas, mulai transportasi hingga memesan makanan. Dengan valuasi yang diperkirakan mencapai $5 miliar, berbagai kegiatan promo dan perluasan terus digencarkan. Terakhir dikabarkan GO-JEK tengah bersiap ekspansi ke pasar regional. Pun demikian dengan TCash yang ingin menjadi platform agnostik yang terlepas dari bayang-bayang Telkomsel.

Dukungan perangkat untuk bergerak ke arah fintech

Sebagai bagian solusi yang coba diakomodasi industri fintech, layanan mobile payment akan menjadi salah satu faktor yang berpengaruh, secara khusus pada vertikal fintech dan secara umum pada lanskap keuangan. Hal ini didasari dengan sebuah statistik yang menunjukkan bahwa pertumbuhan smartphone sudah melampaui kepemilikan akun bank oleh masyarakat. Sementara jika melihat kondisi di Indonesia, sistem keuangan inklusi yang justru dapat diterapkan secara menyeluruh.

Mobile Payments in Indonesia - Race to Big Data Dominaton / MDI Ventures
Mobile Payments in Indonesia – Race to Big Data Dominaton / MDI Ventures

Tantangan yang sejak dulu ada ialah mengedukasi masyarakat sebagai nasabah untuk mengoptimalkan jasa keuangan berbasis perbankan. Namun dengan pendekatan berbasis aplikasi tampaknya mampu menjadikan masyarakat teredukasi secara sendirinya. Apa yang ditawarkan aplikasi adalah pengalaman pengguna secara spesifik untuk menyelesaikan masalah tertentu. Misalnya yang dilakukan GO-PAY untuk jasa layanan transportasi. Mobile payment disuguhkan menyatu dengan layanan utama mereka.

Mobile Payments in Indonesia - Race to Big Data Dominaton / MDI Ventures
Mobile Payments in Indonesia – Race to Big Data Dominaton / MDI Ventures

Bagaimana teknologi berperan membangun ekosistem

Teknologi juga berpengaruh terhadap penerimaan pengguna terhadap layanan mobile payment. Ini berkaitan dengan cara seperti apa yang coba disuguhkan oleh pemilik platform dalam bertransaksi. Kebutuhannya cukup unik, sehingga bisa disimpulkan bahwa teknologi tertentu tidak serta-merta cocok digunakan untuk semua layanan. Dari yang ada saat ini, rata-rata mobile payment memanfaatkan tiga platform untuk pembayaran, yakni QR Code, NFC (Near-Field Communication), dan OTP (One-Time Password).

Mobile Payments in Indonesia - Race to Big Data Dominaton / MDI Ventures
Mobile Payments in Indonesia – Race to Big Data Dominaton / MDI Ventures

Kulturnya sendiri saat ini masih terbangun. Misalnya bagaimana layanan mobile payment digunakan untuk melakukan pembelian pulsa melalui verifikasi berbasis OTP, bagaimana layanan digunakan untuk melakukan pembelian di merchant melalui NFC yang dihubungkan dengan sistem EDC, atau bagaimana transaksi antar pengguna bisa dilakukan secara cepat dengan membidik QR Code yang di-generate oleh aplikasi.

Banyak hal yang masih dapat diterka seputar penerimaan masyarakat terhadap layanan mobile payment. Dari sudut pandang inovator, pola penggunaannya kini sudah mulai terpetakan dengan baik.

Mandiri Sekuritas dan Inovasi Menuju Kematangan Teknologi Finansial

Teknologi finansial  tengah berkembang di Indonesia. Ekosistemnya tidak hanya dirintis oleh para startup saja, melainkan juga oleh para institusi atau perusahaan finansial besar seperti bank. Salah satu bank yang sudah terlihat keseriusannya dalam memasuki ranah teknologi finansial adalah bank Mandiri melalui Mandiri Sekuritas. Inovasi seperti KYC (Know Your Customer) dengan menggunakan video call disebut salah satu dari sekian strategi Mandiri Sekuritas dalam memasuki pasar teknologi finansial.

Dalam wawancara dengan SWA, Direktur Utama PT Mandiri Sekuritas Silvano Rumantir mengungkapkan bahwa Mandiri Sekuritas dalam beberapa bulan terakhir telah meluncurkan fitur video call dalam proses verifikasi calon nasabah yang hendak membuka rekening baru di aplikasi Mandiri Online Security Trading (MOST). Menurutnya hal tersebut merupakan salah satu bentuk inovasi yang dilakukan Mandiri Sekuritas dalam menghadapi tantangan industri teknologi finansial.

Silvano juga menjelaskan bahwa saat ini perkembangan sektor teknologi finansial di Indonesia cukup menggembirakan, salah satunya karena bisa mendorong kalangan anak muda untuk mengembangkan layanan dan mulai berbisnis di sektor teknologi finansial teknologi ini. Mandiri Sekuritas sendiri menurut Silvano tengah mengembangkan platform teknologi yang bisa memberikan akses yang lebih mudah bagi apa nasabahnya. Pihaknya tidak mau ketinggalan dengan para kompetitor, terlebih pertumbuhan sektor teknologi finansial yang cukup pesat.

“Kami menggunakan kesempatan ini karena kalau kami tidak memanfaatkannya maka kompetitor pasti akan melakukannya. Kalau tidak dikembangkan, maka kami akan ketinggalan dengan yang lain. Meski begitu, kami tidak mau hanya ikut-ikutan yang lain. Menurut saya tanpa fintech pertumbuhannya akan segitu-gitu saja,” ujar Silvano.

Selain platform verifikasi menggunakan video call Mandiri Sekuritas beberapa waktu lalu juga meluncurkan aplikasi Moinves. Sebuah aplikasi mobile Andorid yang disiapkan untuk semakin memudahkan penggunanya mengakses reksadana.

Inovasi memang sudah seharusnya dilakukan oleh institusi finansial untuk menyongsong era digital, era teknologi finansial. Banyak cara untuk menjaga institusi finansial mapan untuk terus berkembang sejalan dengan perkembangan teknologi. Di antaranya adalah mengembangkan layanan atau fitur teknologi mandiri, bekerja sama dengan startup, atau berperan menjadi penyokong dana perusahaan-perusahaan rintisan untuk berkembang.

Application Information Will Show Up Here