TTArtisan 50mm F1.2 menjadi lensa 50mm ketiga yang saya pasang di kamera mirrorless APS-C. Sebelumnya pengalaman pertama jatuh pada Sony E 50mm F1.8 OSS, berpasangan dengan kamera entry-level legendaris Sony A6000.
Saat itu, saya belum genap satu tahun sejak mulai lebih serius belajar fotografi dan masih mengandalkan mode auto. Hasilnya mengejutkan sekaligus mengerikan karena ‘auto bokeh’, banyak informasi yang hilang pada foto dan sedikit wajah orang yang blur akibat kurangnya kontrol dan pemahaman akan pengaturan aperture yang ideal.
Tahun 2019 skill fotografi saya mulai terbentuk dan saya mendapatkan Sigma 56mm F1.4 DC DN yang merupakan lensa jagoan Sigma di segmen APS-C. Berpadu dengan Sony A6400, kombinasi keduanya bisa dibilang salah satu yang terbaik untuk kamera mirrorless APS-C di kelas tengah. Ringkas, cepat, dan sangat cekatan untuk menangkap momen.
Tahun 2020 saya mulai bermain-main dengan lensa manual yakni 7Artisans 35mm F1.2. Meski begitu, saya masih belum bisa sepenuhnya move on dari lensa 50mm dan akhirnya saya menukarnya dengan TTArtisan 50mm F1.2.
Dibanderol dengan harga Rp1.499.000, apakah kualitas lensa ini mampu melampaui harga jualnya? Berikut review TTArtisan 50mm F1.2 selengkapnya.
Daya Tarik 50mm
TTArtisan 50mm F1.2 tersedia dalam beberapa dudukan kamera yang berbeda, termasuk untuk Sony E, Canon EF-M, Fujifilm X, dan kamera dengan sensor Micro Four Thirds (MFT). Saya menggunakan versi Sony E-mount dengan ekuivalen 75mm di full frame.
Focal length 75mm ini termasuk tele menengah, saya jatuh hati karena perspektif yang dihasilkan. Kebetulan genre fotografi yang saya geluti cocok, pertama untuk foto produk terutama gadget. Di mana memotret berbagai angle dan sudut pengambilan gambar terasa tetap proporsional.
Tentu saja, lensa 50mm sangat dahsyat untuk foto portrait. Sudut pandang yang ditawarkan memang yang tidak terlalu luas, namun latar belakang yang blur alias bokeh yang tercipta saat menggunakan aperture besar benar-benar sangat cantik dan berkesan artistik.
Untuk foto portrait menggunakan lensa manual, tips dari saya ialah tentukan jarak fokusnya. Misalnya closeup mengambil area kepala saja dulu, setelah cukup putar cincin fokus untuk mendapatkan kepala dengan bahu, setengah badan, dan sebagainya.
Berkat bentuknya yang ringkas, TTArtisan 50mm F1.2 juga ideal untuk diajak traveling dan hunting street photography. Misalnya merekam aktivitas orang-orang alias human interest.
Desain dan Spesifikasi
Lensa dan dudukannya terbuat dari logam, build quality-nya bagus dan terasa sangat solid. Beratnya mencapai 336 gram dan filter depannya berukuran 52mm, TTArtisan menyediakan lensa hood 52mm-nya yang bisa dibeli secara terpisah seharga Rp99.000.
Pada bodi lensa terdapat ring kontrol aperture dan pemfokusan manual. Menariknya pergeseran aperture-nya menimbulkan bunyi klik, yang mana menjadi nilai lebih bagi fotografer karena kontrol aperture-nya menjadi lebih presisi, tetapi mungkin menjadi kekurangan bagi videografer.
Bokeh indah yang dihasilkan lensa ini berkat penggunaan diafragma 10-blade dan memiliki rentang dari F1.2 hingga F16. Selain bokeh, keunggulan aperture besar ialah low light guna menekan ISO agar tidak terlalu tinggi. Sebagai informasi, asupan cahaya F1.2 lebih banyak 1,4 kali dari F1,4, 2,8 kali dari F2, dan 5,5 kali dari F2.8.
Selain itu, bentuk ring kontrol pemfokusan manual cukup menonjol sehingga cukup mudah diputar dan grip-nya bukanlah karet melainkan logam berusuk yang bergaris. Proses pencarian fokus relatif presisi dan ring dapat diputar sekitar 120 derajat dari 50cm untuk jarak fokus minimum hingga tak terhingga.
Untuk spesifikasi, TTArtisan 50mm F1.2 terdiri dari tujuh elemen dalam lima grup. Optiknya dibuat oleh DJ OPTICAL dengan desain Sonnar yang sudah diperbarui. Harus diakui, secara optik memang cukup sederhana dan bagaimanapun pada titik harga ini jangan menaruh ekspektasi terlalu tinggi.
Maksud saya, bila pekerjaan Anda menuntut kinerja optik yang tinggi jelas lensa ini bukan pilihan yang tepat. Sebaliknya kita juga tidak boleh meremehkan kapabilitas lensa 50mm klasik ini.
Dari sisi ketajaman, saat terbuka lebar f1.2 hasilnya lumayan tajam untuk foto portrait pada jarak dekat. Ada vignetting tetapi tidak banyak dan lensa dapat menangani flare dengan cukup baik.
Putar ke f2 atau f2.8, angka ini cukup ideal untuk portrait jarak dekat dan menengah. Detailnya cukup dan lebih kontras dengan rendering warna yang tidak terlalu kuat yang bagus untuk warna kulit. Ketajaman optimalnya dicapai pada f5.6-f8, yang serbaguna untuk jenis pemotretan lainnya.
Verdict
Ada cukup banyak pilihan lensa 50mm di tiap sistem kamera, bisa dibilang kita tidak kekurangan pilihan baik lensa native maupun buatan pihak ketiga dengan kisaran harga bervariasi. Harga murah menjadi daya tarik utama TTArtisan 50mm F1.2 dengan build quality, kualitas gambar yang layak dengan bokeh yang menawan, dan punya ring aperture yang klik.
Tentu saja saya harus menekankan bahwa ini adalah lensa dengan fokus manual, yang mana sisi baiknya sangat bagus untuk melatih kreativitas, baik untuk pemula maupun yang berpengalaman. Namun bagi sebagian orang, kehilangan fitur autofocus menjadi kerugian besar. Jadi, saya pikir lebih cocok dijadikan sebagai lensa sekunder.
Menurut saya, TTArtisan 50mm F1.2 merupakan lensa yang sangat menyenangkan untuk dimainkan pada kamera mirrorless APS-C. Kompetitor terdekatnya ialah 7Artisans 55mm F1.4 keluaran 2017 yang berada di rentang harga yang sama, namun saya pikir sudah saatnya 7Artisans memperbarui lensa tersebut.
Sparks
- Harga terjangkau dengan aperture besar F1.2
- Ring kontrol aperture klik
- Ring kontrol pemfokusan presisi
- Bulid quality kokoh dari logam
Slacks
- Lensa manual
- Secara optik, desainnya sederhana