Tag Archives: manufacture

Startup Manufaktur Indonesia

Perlahan Tapi Pasti, Startup B2B Digitalisasi Sektor Manufaktur

Digitalisasi industri manufaktur di Indonesia dikatakan belum secepat sektor lain, misalnya keuangan, ritel, atau transportasi. Lambatnya adopsi ini dipicu oleh faktor rantai proses yang kompleks, mulai dari produksi hingga distribusi.

Survei McKinsey pada 2020 menemukan bahwa baru 21% perusahaan di Indonesia yang mengadopsi industri 4.0, lebih rendah dari negara-negara lain yang disurvei, yakni Amerika Serikat (53%), Singapura (50%), dan Jepang (40%).

Karena proses yang berlapis itu, digitalisasi manufaktur dinilai menjadi lebih sulit dan memakan biaya besar. Belum lagi kekhawatiran akan risiko kegagalan. Pelaku industri pun ragu mengalokasikan anggarannya untuk digitalisasi. Faktor lainnya adalah kurangnya talenta digital di sektor ini.

Rendahnya rasio digitalisasi tersebut dimanfaatkan oleh sejumlah perusahaan rintisan untuk terlibat dalam transformasi manufaktur di Indonesia. Adalah Bababos, Imajin, dan Wifkain yang berupaya mensimplifikasi sebagian proses bisnis melalui platform tanpa menghilangkan aspek fisik dalam mempertemukan mitra manufaktur dengan pelaku bisnis.

Dengan traksi yang telah mereka peroleh, ketiga founder ini membagikan catatan penting terkait dinamikanya membangun platform rantai pasok manufaktur. Sebagai informasi, Bababos dan Imajin adalah platform penyedia rantai pasok material, seperti metal dan plastik, sedangkan Wifkain untuk bahan baku tekstil.

Memahami karateristik pelanggan

Baik Bababos, Imajin, dan Wifkain mengembangkan platform yang mempertemukan mitra manufaktur di Industri Kecil Menengah (IKM) dengan pemilik bisnis atau brand. Profil penggunanya berasal dari perusahaan skala menengah ke atas hingga korporasi.

Berangkat dari situ, mereka perlu memahami penggunanya karena kebutuhan segmen B2B dinilai lebih kompleks, dan terkadang membutuhkan komunikasi yang lebih intens dan personal sebelum memutuskan pembelian. Tak seperti pelanggan individu atau ritel.

Dengan karateristik ini, upaya digitalisasinya juga tidak bisa diimplementasikan 100% online. “Profil customer B2B kami adalah enterprise. Sulit untuk mengakuisisi customer kalau pure online. [Upaya] retensinya juga tidak sepenuhnya online,” tutur Co-Founder dan CEO Wifkain Sara Sofyan.

B2B memiliki kebutuhan kompleks / Sumber: Shutterstock

Dari sudut pandang Co-Founder dan CEO Bababos Fajar Adiwidodo, karateristik kebutuhan kebutuhan B2C disebut dapat cepat berubah–bisa jadi didorong karena faktor seasonal dan promosi harga. Namun, proses eksekusi di pasar B2C lebih simple dibandingkan B2B.

“Sementara, kebutuhan B2B akan selalu tetap sama; harga terjangkau, kualitas produk, dan pengiriman tepat waktu. Yang kami lakukan bukan mentransformasi apa yang mereka mau, tetapi mengirimkan apa yang dibutuhkan–yang mana sangat kompleks. Kami memiliki kemampuan untuk melakukan [delivery] tepat waktu. Setiap peningkatan yang kami lakukan, langsung ada direct impact.”

Mendigitalisasi proses, mempertahankan aspek fisik

Co-Founder dan CEO Imajin Chendy Jaya mengungkap ada banyak sekali rantai proses di manufaktur yang masih dilakukan secara manual. Misalnya, pengecekan mesin atau progres produksi. Ini membuat arus informasi menjadi terpecah-pecah, tidak melalui satu pintu yang sama dan berpotensi miskomunikasi.

Proses ini yang ingin disimplifikasi oleh pelaku startup dengan menghadirkan Dashboard di platformnya, memungkinkan mitra pabrikan atau pemilik bisnis memantau progres pekerjaan, mulai dari waktu pengerjaan hingga pengiriman. Contohnya, Dashboard Imajin di mana vendor dan pelanggan dapat memantau apabila ada perubahan ukuran produk.

Startup manufaktur tetap memiliki QC dan QA sendiri / Sumber: iStock

Sementara, Bababos menyoroti digitalisasi pada ‘dapur’ platformnya. Tak cuma mempertemukan vendor dan pemilik brand, pihaknya kini tengah mengembangkan engine yang memungkinkan pengguna untuk mendapatkan rekomendasi harga. Ada pula pengembangan fitur underwriting hingga collection pada credit engine. Menurut Fajar, fitur-fitur ini tidak akan ‘terlihat’, tetapi akan lebih terasa pada experience pengguna.

Meski sebagian proses manufaktur telah didigitasi, Chendy mengungkap aspek fisik tetap diperlukan bagi rantai pasok. Salah satunya adalah quality control (QC) dan quality assurance (QA), prosedur yang tak pernah luput dalam pengembangan sebuah produk.

“Model marketplace biasanya transaksi langsung. Bagi kami, ini akan sulit untuk kasih quality assurance karena customer terkadang khawatir dengan pesanannya. Makanya, kami ikut terlibat di tengah untuk mencarikan [mitra manufaktur], makanya kami tambahkan quality assurance. Jadi sebelum kirim ke customer, kirim ke Imajin dulu agar sesuai standar,” ujarnya.

Hal yang sama juga diterapkan Wifkain dalam menyuplai bahan baku tekstil. Sara menyebut memiliki QC sesuai standar global. Bahkan, ungkapnya, ada beberapa bahan baku yang harus melewati tingkat pengecekan lebih ketat untuk mencapai level tolerasi (rectification level). Klaimnya, Wifkain memiliki rectification level 0,5% dari rata-rata level global sebesar 3%. “Kami mendeteksi sedini mungkin agar barang yang dikirim memenuhi level toleransi tertentu.”

Seputar kendala

Sara mengungkap, pandemi telah memicu perubahan tren industri di mana pemilik merek fesyen kini mulai beralih ke manufaktur terdekat/domestik, termasuk Indonesia. Dengan memproduksi ke pabrikan terdekat, pelaku bisnis memiliki kejelasan dari sisi logistik.

Meski begitu, logistik tetap menjadi kendala yang kerap dihadapi pada rantai pasok, terutama bagi industri fesyen yang harus cepat mengejar tren. Isu yang ditemui biasanya terkait administrasi dan dokumentasi yang mengakibatkan pengiriman sample terlambat. Wifkain tengah menyiapkan fitur digital pattern sehingga pengguna dapat membuat pola sendiri dan mengurangi penggunaan bahan baku.

“Tantangan selanjutnya adalah akses pembiayaan syariah. Industri ini sangat padat modal, dan kami sudah bekerja sama dengan bank dan fintech agar brand bisa dorong produksi. Nah, Indonesia dan Malaysia adalah pasar terbesar kami, di mana permintaan produk modest wear (hijab) tinggi. Mereka strict untuk ambil pinjaman konvensional, sedangkan pembiayaan syariah di sini belum banyak. Ini membuat produksi mereka belum optimal,” jelasnya.

Sumber: Pexels

Sementara, Bababos enggan merinci soal tantangan pengembangan bisnisnya. Pihaknya menilai digitalisasi tak hanya sebatas soal simplifikasi saja, melainkan bagian dari sebuah proses. Meski sudah didigitalisasi, pihaknya berupaya menghadirkan proses semirip mungkin dengan biasa mereka lakukan.

“Pada setiap perubahan, kami ingin menghasilkan gain sebesar mungkin dan pain sekecil mungkin. Kami memastikan punya produk dan solusi yang tepat, serta strategi memiliki pasar, sumber daya, dan channel yang tepat. Kami ingin konsisten berikan harga, kualitas, pengiriman, dan transparansi.”

Wifkain

Wifkain Paparkan Tren Pasar Tekstil, Ekspansi, dan Digitalisasi Manufaktur

Sejak awal tahun ini, Wifkain mulai menggencarkan transformasinya menjadi platform Manufacturing-as-a-Service (MaaS). Sebelumnya, startup ini berawal sebagai marketplace untuk bahan baku tekstil yang berdiri sejak 2020.

Saat berbincang dengan DailySocial.id, Co-Founder dan CEO Wifkain Sara Sofyan mengatakan ada banyak proses manufaktur yang dapat diberdayakan melalui platform MaaS. Dalam menjalankan platform ini, Wifkain menggandeng sejumlah pabrikan di berbagai segmen, kapasitas produksi, dan lokasi di Indonesia.

Selain itu, secara bisnis, platform MaaS juga dinilai dapat menghasilkan gross margin lebih tinggi, yakni 7-8 kali lebih tinggi dibandingkan hanya menyuplai bahan baku saja. “Karena MaaS punya margin bagus, path to profitability kami cukup jelas. Kalau hanya suplai raw material, yang mana masuk komoditas, pricing tidak terlalu bagus. Margin menjadi tidak sehat,” tutur Sara.

Sara menyebut transaksi dari layanan MaaS belum berkontribusi signifikan saat ini. Namun, pihaknya tengah mendorong MaaS sejalan dengan upayanya mendorong realisasi keuntungan pada tahun depan.

Wifkain sempat mendapat pendanaan awal dipimpin oleh Insignia Ventures Partners dengan nominal yang tidak disebutkan pada 2022.

Adapun, sebesar 90% pendapatannya disumbang dari pasar domestik. Namun, sejak beberapa bulan terakhir, Wifkain telah melebarkan permintaan pasar ke Uni Emirat Arab (UEA) dan Malaysia yang telah berkontribusi terhadap total pendapatan sebesar 10%. “Ke depannya, kami ingin dorong ekspor, termasuk ke Australia dan Taiwan.”

Perubahan perilaku pasar

Lebih lanjut, Sara mengungkap industri rantai pasok tekstil pasca-pandemi mengalami perubahan selama tiga tahun terakhir. Ia melihat pelaku bisnis atau pemilik merek fesyen yang biasanya impor bahan dari Tiongkok, kini mulai beralih ke manufaktur terdekat/domestik.

Wifkain disebut baru mengantongi traksi nyata pada 2021 meski sudah berdiri secara legal sejak 2020. Hal ini dikarenakan Wifkain sempat kesulitan mengakuisisi pengguna akibat pembatasan sosial selama pandemi.

Baginya, perubahan tren ini berdampak terhadap pertumbuhan organik Wifkain karena pemilik bisnis mulai mengalihkan manufakturnya ke Indonesia dan Vietnam. “Manufaktur Tiongkok menguasai 50% dari pangsa manufaktur global. Pandemi membuat ketidakjelasan di sisi logistik sehingga manufaktur terdekat (nearshoring) menjadi opsi yang jelas dan fleksibel bagi mereka,” ujarnya.

Kemudian, mitra manufaktur dan pelaku bisnis yang terbiasa dengan cara konvensional sebelum pandemi, kini disebut sudah mulai mengadopsi proses kerja secara digital. Menurut Sara, ada banyak proses manufaktur yang dapat ditekan hingga 80% dengan memberdayakan teknologi.

Wifkain melayani pemilik bisnis fesyen skala menengah dengan klaim omset Rp2 miliar ke atas termasuk korporasi skala menengah ke atas yang memiliki kebutuhan pengadaan pada merchandise.

Peningkatan fitur

Dalam upayanya memenuhi kebutuhan rantai pasok tekstil, Sara mengaku tengah meningkatkan kemampuan platformnya lewat pengembangan sejumlah fitur baru pada dashboard mitra manufaktur maupun customer.

Fitur ini dapat memungkinkan mitra manufaktur untuk menginput target dan output produksi secara harian. Dengan demikian, Wifkain dapat memantau mitra yang kinerjanya agar dapat menjaga kecepatan produksi dan pengiriman barang tepat waktu.

Selain itu, Wifkain juga berupaya menekan penggunaan bahan baku dengan memberdayakan beberapa proses dengan teknologi. Salah satunya adalah pembuatan pola berbasis digital (digital pattern). Fitur ini diharapkan juga dapat menekan biaya dan menghemat waktu.

“Proses di manufaktur itu panjang sekali, kami enable pada bagian tertentu. Pola yang biasanya dibuat konvensional kini melalui digital di mana bisa plotting penempatannya. Ini dapat mengurangi penggunaan raw material hingga 20%,” ujarnya.

Untuk menjaga kualitas barang, Wifkain menetapkan standar quality checking (QC) sesuai SOP di internasional. Sara juga menyebut ada beberapa produk yang melalui pengecekan kualitas lebih ketat agar dapat mencapai batas tolerasi (rectification level) di level tertentu. Klaimnya, Wifkain memiliki rectification level sebesar 0,5% dari rata-rata tingkat global 3% per September 2023.

Sektor Otomotif Akselerasi Bisnis Manufaktur Imajin

Tak seperti sektor keuangan dan perdagangan, digitalisasi manufaktur di Indonesia terbilang baru. Sejumlah rangkaian prosesnya masih dilakukan secara manual atau tradisional. Artinya, potensi digitalisasinya masih besar. Perlu diketahui, industri manufaktur berkontribusi paling besar terhadap PDB Indonesia dengan capaian 16,3% pada kuartal II 2023.

Pasca-pendanaan awal yang diterima tahun lalu, Imajin berbicara soal potensi pasar otomotif, solusi pengelolaan proyek, dan skalabilitas pasar. Imajin sejak lima tahun terakhir ikut berkontribusi mendigitalisasi sektor ini. Berawal dari konsultan manufaktur di 2014, kemudian menawarkan cara baru dengan mengembangkan platform untuk mempertemukan supply dan demand. 

Kendaraan listrik akselerasi pasar otomotif

Imajin adalah online marketplace bagi manufaktur industri kecil menengah (IKM) yang menawarkan jasa moulding, pengecoran, perakitan mesin, hingga pembuatan komponen otomotif. Imajin juga mengembangkan solusi manajemen proyek untuk membantu pengguna memantau pekerjaan.

Target pasarnya adalah pemilik manufaktur dan pemilik bisnis/brand dengan fokus utama menyuplai material metal dan plastik. Permintaan produksinya didominasi oleh sektor otomotif, elektronik, dan kemasan.

Tren kendaraan listrik (EV) yang sedang digenjot pemerintah beberapa tahun ini disebut membawa dampak terhadap bisnis Imajin. Co-Founder dan CEO Imajin Chendy Jaya menyebut lebih dari 20 brand EV tengah mengambil kue pasar di Indonesia, berlomba memberikan keunggulan produk.

“Ini sesuatu yang menurut kami potensial. Ada antusiasme tinggi terhadap brand baru. Tak cuma EV, brand otomotif besar juga banyak merilis model baru. Ini ikut mendorong produksi Imajin karena sebagian besar klien kami adalah otomotif,” ujarnya saat dihubungi DailySocial.id.

Produsen otomotif raksasa berinvestasi di EV / Sumber: Indonesia’s Electric Vehicle Outlook

Mengutip CNN Indonesia, saat ini ada 50 perusahaan pengembang EV di Indonesia dengan total investasi lebih dari Rp3 triliun. Sejalan dengan upaya mendongkrak Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN), brand baru yang masuk ke pasar Indonesia mau tak mau harus membangun atau bermitra dengan manufaktur lokal.

“Pemilik brand bisa bermitra dengan manufaktur kami supaya bisa produksi,” tambah Chendy. Nilai pasar kendaraan listrik di Indonesia ditaksir sebesar $20 miliar atau lebih dari Rp300 triliun. Adapun, TKDN kendaraan listrik ditarget dapat mencapai 40% pada 2026.

Standar kualitas

Dalam pengembangan platformnya, Imajin tak sekadar menghubungkan saja, tetapi juga menambahkan quality assurance dalam prosesnya. Hal ini untuk memastikan produksinya dapat memenuhi standar kualitas di setiap komponen.

“Tidak seperti marketplace, mencari mitra manufaktur, langsung ketemu dan lakukan transaksi, itu sulit untuk memastikan kualitasnya. Nah, customer kadang khawatir apakah pesanannya bisa dikerjakan dengan benar. Makanya, kami terlibat dalam proses itu. Kami tambahkan quality assurance, bangun quality center di Cikarang. Sebelum dikirim ke customer, produknya dikirim ke Imajin dulu [untuk pengecekan kualitas] sesuai standar,” jelasnya.

Kemudian, Imajin juga menambahkan sejumlah fitur untuk mempermudah pemesanan proyek. Misalnya, fitur Quick Note untuk mempermudah proses desain dan kalkulasi sebelum diproses ke mitra manufaktur. Saat ini, baru beberapa material yang dapat diproses lewat fitur Quick Note.

Ada pula Dashboard yang membantu pengguna memantau pengelolaan proyek, mulai dari waktu pengerjaan hingga saat produk siap dikirimkan. Chendy menyebut penambahan fitur selanjutnya akan disesuaikan dengan kebutuhan mitra/pengguna.

“Dulu tidak ada dedicated dashboard, aktivitasnya masih dilakukan secara manual. Ini bisa memicu miskomunikasi dari vendor maupun customer, seperti approval atau perubahan ukuran. Makanya, kami coba simplifikasi semua proses itu lewat Dashboard,” tuturnya.

Pasar Jawa masih luas

Jepang menjadi pasar empuk bagi Imajin untuk memulai ekspansinya di luar Indonesia. Terlebih, industri otomotif sangat besar di Negeri Matahari Terbit tersebut. “Kami sudah lama [punya] kemitraan di sana, tetapi sekarang ingin kami seriusi. Ada angel investor kami yang menjadi representatif Imajin di sana,” tambahnya.

Terdapat lebih dari 600 pabrikan lokal yang bermitra dengan Imajin, mulai dari mold maker, dies maker, injection, hingga fabrication. Lebih dari 100 pelanggan juga telah menggunakan jasanya, termasuk perusahaan Jepang di Indonesia.

Imajin merupakan startup pertama di Indonesia yang ditunjuk oleh Kemenperin sebagai hub manufaktur. Ekspansinya nanti juga akan mengikuti rekomendasi dari Kemenperin sebagaimana program manufaktur 4.0 berjalan.

Sumber: Imajin

“Kami masih lakukan riset untuk ekspansi ke Batam, semoga bisa terealisasi awal 2024. Kita juga riset di Kalimantan dan Sumatera. Namun, ekspansi nanti tergantung dari program Kemenperin.  Kalau arahnya ke sana, kami bakal masuk. Saat ini kebanyakan manufaktur ada di Pulau Jawa. Pasarnya masih sangat besar untuk kami masuki.”

Di tengah ramai tren profitabilitas di industri startup, Chendy enggan mengomentari lebih lanjut. Namun, ucapnya, Imajin berdiri hampir 10 tahun dan telah lama beroperasi dengan modal sendiri sebelum akhirnya dapat pendanaan dari East Ventures. Mengejar growth bukan menjadi goal bisnisnya.

“Kami terbiasa bootstrapping dengan apa yang kami miliki, it’s becoming our culture. Kami bertumbuh dengan responsibility.”

Bababos

Bababos Peroleh Tutup Pendanaan Awal Rp46 Miliar Dipimpin East Ventures [UPDATED]

*update: pada 19 September 2023, perusahaan mengirimkan rilis resmi, bahwa putaran terbaru merupakan penutupan pendanaan awal bernilai $3 juta dengan turut melibatkan Accion Venture Lab.

Bababos, mengumumkan penyelesaian putaran pendanaan awal (seed) senilai $3 juta (sekitar Rp46,1 miliar) yang dipimpin oleh East Ventures, dan melibatkan beberapa investor lainnya yaitu, Patamar Capital dan Accion Venture Lab.

Pendanaan baru ini akan digunakan untuk membangun platform yang seamless dalam menghubungkan manufaktur industri kecil dan menengah (IKM) dengan para pemasok bahan baku terbaik, dan akan turut dialokasikan untuk menyokong fondasi teknologi dan memberdayakan sumber daya manusia dalam mengakselerasi ekspansi bisnis Bababos yang saat ini sudah tersedia di area Jabodetabek dan Surabaya.

Sebelumnya Bababos telah mengumumkan perolehan pendanaan awal pada Maret 2023 lalu dari East Ventures dengan nominal yang dirahasiakan.

Bababos didirikan oleh Fajar Adiwidodo (CEO), Sigit Aryo Tejo (COO), dan Hendrik Panca (CFO) pada pertengahan tahun 2022. Visinya menjadi sebuah world-class supply chain platform untuk pengadaan bahan manufaktur, khususnya di segmen UMKM. Lewat situsnya, Bababos mewadahi proses bisnis yang biasa dilakukan buyer dan supplier bahan manufaktur secara digital.

Fajar dan para co-founder termotivasi membangun platform ini lantaran mereka masih melihat tingginya fragmentasi rantai pasok bahan baku. Para pelaku UMKM banyak yang mengalami keterbatasan akses terhadap bahan baku berkualitas. Masalah lain juga terkait dengan transparansi harga jual yang ada di pasaran.

Dengan model bisnis “managed-marketplace”, Bababos berperan dalam proses transaksi, dari pembelian bahan baku ke supplier hingga pengiriman barang ke pelanggan. Dalam debutnya ada 3 fitur yang telah ditawarkan, yakni penyediaan bahan baku manufaktur, agregasi permintaan, dan fasilitas tempo. Di fase awalnya, mereka baru mengakomodasi wilayah Jabodetabek beserta Jawa Timur.

Industri manufaktur di Indonesia memiliki nilai ekonomi yang sangat besar. Tahun 2022 diperkirakan mencapai Rp3.591 triliun, sektor ini juga memperkerjakan lebih dari 19 juta orang di berbagai skala industri.

Dewasa ini sejumlah startup mulai debut, mencoba memberikan solusi untuk mentransformasikan sektor ini. Selain Bababos ada juga Imajin yang baru saja mendapatkan pendanaan dari East Ventures, 500 SEA, dan Init-6. Sebagai manufacture hub, Imajin mencoba mempertemukan manufaktur lokal dengan pelanggan. Mereka turut memfasilitasi pembiayaan proyek bagi pemilik usaha yang memiliki keterbatasan dana, dan menawarkan marketplace untuk memasok raw material.

Pendanaan Manuva

Manuva Dapat Suntikan Dana 46 Miliar Rupiah dari Tin Men Capital

Startup platform manufaktur Manuva mendapatkan pendanaan dari Tin Men Capital senilai $3 juta atau setara 46 miliar Rupiah. Investasi ini menambah total perolehan dana yang tengah dikumpulkan perusahaan senilai $8 juta 123 miliar Rupiah.

Sebelumnya Vertex Ventures dan sejumlah investor telah memberikan pendanaan kepada startup yang didirikan Anggara Pranaspati, Hasandi Patriawan, dan Raffisal Damanhuri tersebut.

Setelah melakukan rebranding dari Tjetak di 2022 lalu, Manuva kini fokus pada produk dan layanan manufaktur untuk UMKM. Sejumlah produk yang dihasilkan seperti kemasan makanan, kantong belanja, botol, dan sebagainya yang biasa dipesan pelaku UMKM dengan kustomisasi khusus sesuai brand yang dimiliki.

Layanan Manuva turut dilengkapi dengan sistem logistik, pengadaan, inventaris, dan penjualan yang terintegrasi. Tujuannya untuk mengefisienkan rantai pasok pada produk manufaktur ini — yang sebelumnya dinilai sering mengalami hambatan inefisiensi sehingga berdampak pada harga jual yang lebih tinggi.

Manuva juga menelurkan sejumlah brand siap edar untuk memudahkan UMKM dalam mendapatkan aneka produk kemasan. Misalnya Super (Kertas Nasi), Eracup (Gelas Plastik), dan Erapack (Kotak Makanan). Sementara untuk model bisnisnya, selain direct to consumer, mereka juga memiliki sistem keagenan Manuva Retail Partner untuk memaksimalkan penetrasi produk.

Manuva telah memiliki lebih dari 100 mitra manufaktur yang dapat menghasilkan lebih dari 300 SKU kemasan yang berbeda di bawah 6 merek privat mereka untuk lebih dari 7000 pelanggan ritel dan 100 pelanggan perusahaan.

Tin Men Capital sendiri merupakan modal ventura asal Singapura yang hipotesis investasinya fokus pada area B2B. Investasi yang digelontorkan ke Manuva berasal dari dana kelolaan Fund II yang ditutup pada Q3 2022 lalu. Selain investasi modal, tim Tin Men akan mendedikasikan sebagai advisor strategis untuk mendukung pertumbuhan dan ekspansi bisnis Manuva.

Lewat dana segar yang didapat, Manuva berencana memperluas bisnis dengan mengembangkan kategori produk baru, termasuk kemasan yang dapat terurai secara alami. Mereka juga merencanakan pengembangan kategori baru seperti barang semi-bermerek dan menawarkan berbagai produk digital yang lebih lengkap bagi produsen untuk meningkatkan utilisasi kapasitas mereka. Fokus pasarnya juga akan diperluas dengan menambah titik distribusi ke pulau Jawa, Bali, Sumatera, dan sejumlah kota besar di Indonesia.

Di Indonesia sendiri ada sejumlah startup yang bermain di pengembangan produk manufaktur. Salah satu kompetitor terdekatnya adalah Imajin. Awal tahun ini Imajin mengumumkan pendanaan awal dipimpin oleh East Ventures. Sebelumnya mereka juga telah mendapatkan dukungan dari Init-6, modal ventura yang didirikan oleh founder Bukalapak.

Application Information Will Show Up Here
Wifkain hubungkan stakeholder dalam bisnis manufaktur produk fesyen / Wifkain

Wifkain Perluas Fitur Pembiayaan Rantai Pasok Manufaktur Fesyen

Wifkain adalah platform yang menghubungkan antara pebisnis busana dengan perusahaan manufaktur. Untuk memperluas layanannya, mereka menggandeng KoinWorks untuk memberikan permodalan produktif kepada UMKM di dalam ekosistemnya. Kini sudah ada lebih dari 600 pengajuan permodalan yang tengah diproses.

Kepada DailySocial.id, Co-Founder & CEO Wifkain Sara Sofyan mengungkapkan, kecepatan proses dan dukungan para mitra dari layanan fintech memainkan peranan penting bagi perusahaan, agar seluruh leads yang masuk bisa terlayani dengan baik. Model ini juga akan terus diperluas, sehingga membuat model bisnis yang dijalankan menjadi lebih efisien, khususnya dari sisi perputaran dana.

Kolaborasi strategis targetkan UMKM

Tercatat saat ini ada lebih dari 2 juta pengguna KoinWorks mengakses layanan keuangannya dan mayoritas aktif di industri fesyen. KoinWorks melalui KoinInvoice menyediakan supply chain financing untuk mendukung UMKM di bidang fesyen yang bermitra dengan Wifkain. Dengan harapan menciptakan lebih banyak peluang penjualan sehingga menciptakan pertumbuhan bisnis.

Wifkain menggandeng KoinWorks sebagai mitra strategis untuk menyediakan supply chain financing bagi mitra pabrik dan fashion brand yang menjadi rekanan. Para mitra pabrik juga dapat menerima pembayaran di depan dan para fashion brand mempunyai kesempatan untuk membayar sampai dengan 6 bulan kemudian.

Secara khusus layanan Manufacturing-as-a-Service (MaaS) dari Wifkain ingin memudahkan pengusaha untuk mendapatkan desain atau pola jahit yang sesuai dengan keinginan, serta memudahkan proses textile procurement, manufacturing, quality assurance, dan penyediaan logistik dengan cara yang lebih mudah dan cepat.

Hingga saat ini Wifkain yang berkantor pusat di Tangerang Selatan sudah memiliki lebih dari 200 mitra pabrik di seluruh Pulau Jawa, yang melayani produksi kecil hingga besar. Klien Wifkain pun tidak hanya berasal dari Pulau Jawa, tetapi juga dari Bali dan kota-kota besar di Sumatera dan Kalimantan.

“Berbekal pengalaman di manufaktur fesyen rekanan Wifkain, kami melihat bahwa sebenarnya ada benang merah rantai pasok yang bisa kami dukung dan kembangkan, tidak hanya di industri fesyen tapi juga merambah ke industri lainnya. Oleh karena itu Wifkain menargetkan untuk ekspansi pengembangan kerja sama financing supply chain bersama Koinworks dapat terus berlanjut di berbagai kategori lainnya,” kata Sara.

Ingin perluas kolaborasi

Industri fesyen Indonesia saat ini mencakup beragam desainer dan brand, masing-masing dengan kebutuhan produksi yang berbeda. MaaS memungkinkan bisnis untuk mengukur produksi mereka naik atau turun seiring fluktuasi permintaan, tanpa beban menjaga fasilitas manufaktur besar. Hal ini lebih menguntungkan bagi desainer dengan skala yang lebih kecil dan baru muncul, yang mungkin tidak memiliki sumber daya untuk investasi awal yang substansial.

Penyedia MaaS kerap memanfaatkan teknologi terbaru seperti pencetakan 3D, pembuatan pola digital, dan automasi. Dengan mengintegrasikan teknologi-teknologi ini, industri fashion di Indonesia dapat meningkatkan efisiensi, mengurangi waktu produksi, dan meminimalkan kesalahan dalam produksi.

Berdiri sejak 2020, Wifkain adalah platform penyedia layanan manufaktur yang dapat memenuhi segala kebutuhan produksi bisnis fashion secara lebih praktis. Untuk memaksimalkan debutnya, mereka juga sudah mendapatkan pendanaan awal dari Insignia Ventures.

“Target Wifkain tidak hanya selalu mengenai angka, karena Wifkain selalu membuka peluang kerja sama dan kolaborasi, misalnya dengan perusahaan logistik, sistem POS, ataupun startup lain yang memiliki visi yang sama dan mau maju bersama,” kata Sara.

CEO Wynn Nathaniel, COO Wendy Noel Wijaya / Proglix

Proglix Hadirkan Solusi Terpadu Penyediaan Raw Material untuk Konsumen Infrastruktur dan Manufaktur

Saat ini sektor infrastruktur dan industri sering menghadapi persoalan. Pengadaan bahan baku melalui cara tradisional, seperti pedagang atau grosir, tidak dapat diandalkan dengan waktu pengiriman yang tertunda dan harga yang berfluktuasi. Melihat persoalan tersebut, Proglix, startup yang menyediakan platform berteknologi untuk pengadaan bahan baku dan pembiayaan kredit untuk usaha kecil menengah (UKM), hadir.

Proglix didirikan oleh Wynn Nathaniel (CEO), Wendy Noel Wijaya (COO), dan Prawira Indra (CTO). Kepada DailySocial, Wynn Nathaniel mengungkapkan, saat ini di Indonesia lanskap penyediaan raw material untuk industri sangat besar potensinya. Namun pembelian ke berbagai pihak masih mengandalkan trader atau pedagang yang fungsinya serupa tengkulak. Hal ini menyulitkan bagi perusahaan manufaktur untuk membeli produk di prinsipal yang berbeda.

“Berbeda dengan platform serupa lainnya, Proglix sejak awal fokus kepada bahan baku berbasis industri. Misalnya kita fokus kepada manufacturing dan infrastruktur. Fungsi kita tidak menghubungkan kontraktor dengan distributor, namun lebih kepada bagaimana manufaktur skala kecil sampai menengah bisa mendapatkan bahan baku langsung dari para prinsipal melalui Proglix.”

Proglix berupaya mengintegrasikan pembaruan stok dan harga dari beberapa produsen hingga mengambil pesanan pelanggan, melacak pengiriman, dan memfasilitasi pembayaran. Proglix menyederhanakan proses pengadaan untuk UKM dan memungkinkan mereka mendapatkan bahan baku berkualitas tinggi seperti logam, baja, polimer, dan perlengkapan listrik di harga yang kompetitif dan lead time yang lebih pendek.

Saat ini platform yang menawarkan layanan dan teknologi beririsan di antaranya Tokban (Toko Bangunan) dan Juragan Material.

Bina relasi dengan prinsipal dan pelanggan

Situs Proglix untuk pelanggan / Proglix

Meskipun sempat mendapatkan keraguan, Proglix mengklaim telah memiliki sekitar 20 prinsipal yang bergabung ke platform-nya untuk produk kabel, raw material, hingga finished goods.

Saat ini Proglix disebutkan sudah digunakan oleh 101 pelanggan di Pulau Sulawesi, Kalimantan, Jawa. 15-20% pelanggan mereka adalah perusahaan manufacture dan sisanya adalah specialized store atau toko khusus.

“Cukup sulit bagi kami untuk meyakinkan prinsipal untuk bergabung dengan Proglix di awal. Meskipun kita telah menawarkan pembayaran tunai namun masih ada keraguan dari mereka yang kebanyakan adalah pemilik usaha yang masih menjalankan bisnis secara konvensional dan sudah saling mengenal dengan masing-masing pihak terkait. Namun dengan solusi yang kita tawarkan mereka sudah mulai terbiasa,” kata Wendy Noel Wijaya.

Untuk strategi monetisasi, Proglix mendapatkan margin untuk barang yang dijual. Model agregator demand yang mereka terapkan untuk pelanggan dianggap membantu mendapatkan barang yang diinginkan dengan opsi yang beragam dan harga yang lebih kompetitif.

Untuk memudahkan pelanggan melakukan pembelian, Proglix juga menyediakan pilihan pembayaran tempo dalam waktu 30 hari. Selain pembayaran uang tunai, pilihan pembayaran tempo tersebut ternyata cukup digemari oleh pelanggan. Saat ini Proglix masih melakukan uji coba dengan Modal Rakyat platform P2P untuk nantinya bisa memberikan pilihan pembiayaan kepada pelanggan. Namun ke depannya jalur yang paling ideal bagi Proglix adalah memanfaatkan layanan perbankan konvensional.

“Untuk memudahkan pelanggan melakukan repeat order, Proglix juga sudah menyediakan teknologi e-procurement kepada mereka. Ke depannya perusahaan juga akan mengembangkan teknologi forecasting, yang bisa dimanfaatkan oleh pelanggan untuk memprediksi pemesanan apa yang bisa dibeli langsung ke principal,” kata Wynn.

Berencana galang dana Seri A

Per Januari 2023, Proglix juga telah mencatatkan pertumbuhan pendapatan yang signifikan sebanyak 66 kali lipat sejak pertama kali diluncurkan pada April 2022. Saat ini Proglix telah mengantongi dana segar tahapan awal senilai $1,35 juta (sekitar 20 miliar Rupiah). Investor yang terlibat dalam putaran pendanaan tersebut di antaranya 500 Global, Number Capital, Magic Fund, Arkana Ventures, dan MDI Arise, serta angel investor Hendra Kwik (Co-Founder Fazz) dan sejumlah Co-Founder startup kenamaan lainnya.

Dana segar tersebut dimanfaatkan perusahaan untuk penetrasi produk dalam meningkatkan tingkat adopsi platform perdagangan B2B bertenaga AI. Proglix juga memanfaatkan dana segar tersebut untuk working capital.

“Di fase awal cukup sulit bagi mereka untuk bisa mendapatkan perjanjian pembayaran tempo dari prinsipal. Di sisi lain tidak banyak pelanggan yang kemudian melakukan pembayaran secara tunai,” kata Wynn.

Saat ini Proglix merupakan satu-satunya startup asal Indonesia yang terpilih dalam program akselerasi Y Combinator Winter 2023.  Perusahaan telah memiliki sekitar 20  anggota tim dan tahun ini menargetkan bisa menambah jumlah pelanggan dan mitra prinsipal.

“Kita juga memiliki rencana untuk melakukan penggalangan dana tahapan lanjutan yaitu Seri A. Namun kegiatan tersebut akan dilakukan oleh kami dilihat dari kebutuhan dan tentunya revenue yang sudah didapatkan oleh perusahaan. Kita berupaya untuk menjalankan semua proses tersebut secara konvensional, tergantung dari berapa banyak dana yang kita butuhkan dan berapa jumlah dana yang akan kita galang menghindari terjadinya over valuation,” kata Wynn.