Tag Archives: market fit

Branding Autentik Dibangun Secara Perlahan

Citra atau branding menjadi salah satu hal utama yang harus diperjuangkan oleh pengembang bisnis, produk atau layanan, terlebih mereka yang baru dirintis. Akan menjadi tantangan lebih jika ada pesaing yang lebih dulu dan sudah dikenal baik oleh masyarakat. Butuh citra yang autentik. Sesuatu yang berbeda dengan yang lain untuk memudahkan membaur dengan persaingan dan dikenal sebagai “barang” baru, berbeda dengan produk serupa yang lebih dulu ada.

Salah satu kontributor Forbes Pia Silvia yang kerap kali menuliskan tentang branding menyebutkan bahwa autentik bisa didefinisikan sebagai sebenar-benarnya semangat, personalia, atau karakter kita sebagai bisnis. Sebagai bisnis baru, bisnis yang sedang dirintis memiliki keunggulan tersendiri. Kesempatan untuk mengenalkan identitasnya dengan sempurna, karena memulai semuanya dari awal.

Membangun branding yang autentik tidak bisa dilakukan dengan instan. Branding dibangun secara perlahan dengan berfokus kepada kemampuan yang dimiliki, melakukan apa yang terbaik. Di samping itu komunikasi juga perlu dilakukan untuk memahamkan bagaimana bisnis bekerja, apa yang sebenarnya yang coba diselesaikan, dan lainnya. Semua itu perlu dilakukan dengan konsisten. Tanpa konsistensi risiko terbesarnya adalah kehilangan pelanggan potensial.

Branding yang baik atau citra yang kuat dibangun secara perlahan, dari waktu ke waktu. Citra itu ditumbuhkan bersama dengan pertumbuhan kualitas produk atau layanan. Oleh karena itu penting untuk memberikan jaminan berupa komunikasi yang baik, baik berupa visual maupun komunikasi lain yang fungsinya mengirimkan pesan dan nilai-nilai yang diusung kepada pelanggan.

Kredibilitas menjadi hal kunci dalam membangun citra yang baik. Salah satu cara untuk memperoleh kredibilitas adalah mampu memberikan yang terbaik untuk para pelanggan. Sebelum itu, perlu juga untuk percaya diri menggunakan apa yang dibangun. Misalnya sebuah layanan manajemen keuangan, sebelum keluar dan meyakinkan masyarakat untuk menggunakan layanan tersebut akan lebih baik jika layanan digunakan oleh internal.

Jauh sebelum membangun kepercayaan pelanggan utamakan membangun kepercayaan internal. Setiap orang, setiap yang terlibat di dalam harus yakin dengan apa yang dibuat. Semangat tersebut, pemikiran positif tersebut bisa menjadi modal utama untuk ditularkan ke pelanggan. Untuk membangun brand yang dipercaya.

Hindari Lima Hal Ini untuk Kesuksesan Branding Produk Startup

Sebuah produk bisa dikenal baik oleh masyarakat merupakan buah dari strategi branding yang diterapkan. Perlu adanya usaha untuk mengenalkan, menanamkan, dan mendeskripsikan dengan baik posisi sebuah produk di mata konsumen. Hal ini tidak mudah, butuh usaha dan waktu untuk membuat produk nempel di ingatan masyarakat luas.

Untuk melakukan itu perlu menyusun strategi-strategi khusus untuk pemasaran dan branding, namun ada juga beberapa hal yang perlu dihindari. Berikut beberapa yang wajib dihindari jika Anda sedang menyusun strategi branding.

Logo yang amatiran

Sebuah produk biasanya pertama kali diidentikkan dengan logo. Logo mewakili sebuah produk. Jika logonya sudah terlihat biasa saja dan bahkan terlihat mengganggu hal ini bisa memberikan kesan buruk terhadap sebuah produk. Satu hal yang sangat dihindari.

Tidak memiliki konsistensi

Konsistensi ini kebanyakan bersifat grafis. Seperti jenis huruf, warna dan tema. Jika Anda sudah menentukan sebuah citra untuk sebuah produk pastikan itu berlaku semua untuk elemen-elemen produk tersebut. Mulai dari tema website, kartu nama Anda, ikon, dan lain-lainnya. Konsistensi ini bisa membantu masyarakat untuk mudah mengingat. Sebaliknya, pemilihan warna dan tema yang berubah-ubah bisa membuat kebingungan dan citra yang dibentuk sejak awal luntur.

Tidak memiliki moto atau tagline

Meski terlihat sederhana moto atau tagline ini perlu. Sebagai sebuah kata atau kalimat singkat yang menggambarkan sebuah produk. Tagline ini juga akan membantu masyarakat untuk mengingat produk tersebut dan secara berkelanjutan membentuk citra produk tersebut sesuai dengan tagline.

Tidak melakukan monitoring terhadap kompetisi yang ada

Sebagai sebuah bisnis harusnya wajib untuk mengetahui sejauh mana peluang mereka terhadap persaingan yang ada. Mengetahui dengan siapa mereka bersaing dan seperti apa saingan yang mereka miliki. Di sinilah peran penting melakukan monitoring terhadap kompetisi yang ada. Mengetahui seperti apa saingan Anda dan dengan apa harusnya Anda bersaing. Tidak bisa membaca persaingan menandakan Anda gagal bersaing.

Tidak mengetahui dengan pasti siapa pengguna yang disasar

Untuk yang satu ini sering kali diingatkan dan dibahas di tips-tips sebelumnya. Sebagai sebuah bisnis mengetahui siapa yang ingin disasar sebagai pelanggan merupakan hal wajib. Melalaikan hal ini artinya sebuah kegagalan.

 

Fokus pada Produk Bisa Percepat Startup Dapatkan Pemasukan

Gegap gempita industri startup membuat banyak orang berlomba-lomba membuat dan mengembangkan layanan untuk menggapai peluang bisnis yang ada. Kesempatan tersebut juga dilirik banyak pengusaha baru. Orang-orang ini berlomba-lomba untuk menyelesaikan solusi dengan produk yang mereka kembangkan untuk menjadi lahan bisnis yang menguntungkan. Berikut beberapa tips yang mungkin bisa menjadi acuan para pengusaha baru untuk mendapatkan pendapatan.

Matangkan produk

Untuk mendapatkan uang, baik dari investor maupun dari pengguna pastikan produk sudah dalam posisi matang. Jika masih dalam tahap pencarian market-fit bisa dipastikan akan menjadi usaha yang susah. Ketahui dulu dengan pasti posisi produk Anda. Apa masalah yang ingin diselesaikan dan pengguna seperti apa yang ditargetkan. Ini menjadi penting mengingat investor pun akan berpikir dua kali jika produk yang dikembangkan tidak menyelesaikan apa-apa.

Terlebih lagi pengguna. Pengguna kebanyakan mencari produk yang dekat dengan mereka, dekat dengan permasalahan yang mereka hadapi. Jika produknya masih “mengambang” bagaimana mereka bisa percaya untuk mengeluarkan uang.

Jika sudah mendapatkan produk, lakukan pitching

Tidak ada salahnya untuk mengharap bantuan modal atau investasi pada pihak lain ketika kita mengembangkan bisnis. Namun sebelum itu pastikan produknya sudah benar-benar matang, minimal sudah siap dijual dan teruji dari beberapa pengguna awal. Jika sudah siap jangan ragu untuk segera melakukan pitching.

Di era berkembangnya bisnis digital event networking atau investor lazim diselenggarakan. Tidak ada salahnya untuk mencoba ikut dan melakukan presentasi di sana. Itu baik, minimal bisa membantu mengenalkan produk ke komunitas.

Perhatikan pertumbuhan dan traksi

Traksi yang baik pada bisnis digital menandakan pergerakan positif. Pantau terus pertumbuhan dan traksi yang ada dapatkan. Termasuk penerimaan masyarakat terhadap produk Anda. Jika memang sudah berada dalam posisi baik untuk traksi dan pertumbuhan tidak ada salahnya untuk mendekat ke investor atau masyarakat lain dengan berbagai strategi yang ada. Pada intinya investor maupun pengguna akan sangat memandang produk yang baik dan siap. Untuk itu sebelum memikirkan strategi-strategi lainnya usahakan untuk fokus pada produk.

 

Tiga Cara Tepat Melakukan Riset Pasar untuk Startup

Salah satu cara agar startup Anda terhindar dari kegagalan dan berakhir bangkrutan adalah dengan melakukan uji coba kepada target pasar. Hal ini menjadi krusial terutama jika startup Anda menawarkan produk dan layanan yang terbilang baru, niche dan memerlukan edukasi yang cukup. Artikel berikut ini akan mengupas 3 cara terbaik ketika startup berniat untuk melakukan uji coba kepada target pasar.

Lakukan riset pasar yang paling mendasar

Jika saat ini Anda telah mengetahui dengan baik siapa target pasar Anda, lakukan kegiatan secara langsung kepada mereka, mulai dari bertanya hingga mengumpulkan feedback terkait dengan layanan atau produk yang ingin Anda tawarkan. Dengan demikian Anda bisa mengetahui dengan jelas apa yang mereka suka, tidak suka dan impian yang ingin diwjudkan melalui layanan atau produk Anda. Hindari untuk melakukan riset pasar kepada teman, kerabat atau keluarga, karena mereka hanya mewakili jumlah kecil pasar, dan kurang memberikan feedback yang dibutuhkan.

Selain kepada target pasar, lakukan juga pendekatan dengan calon klien, mitra dan pihak terkait lainnya yang bakal mendukung layanan atau produk yang Anda tawarkan.

Cermati latar belakang kompetitor

Cara lain yang baiknya juga Anda lakukan adalah dengan melakukan pencarian secara online informasi terkini, strategi pemasaran hingga target pasar yang diincar oleh kompetitor Anda. Cari tahu berapa banyak kesamaan dari sisi produk, layanan hingga cara pembayaran yang mereka terapkan. Jika saat ini Anda belum banyak memiliki kompetitor, bisa jadi model bisnis Anda belum di validasi dan kemungkinan besar sulit untuk dikembangkan.

Tawarkan prototipe produk/layanan kepada target pasar (beta test)

Cara terakhir yang bisa dilakukan dalam tahapan uji coba adalah, menawarkan prototipe produk atau layanan kepada target pasar dalam jumlah kecil. Informasikan juga harga, cara pemsanan dan poin-poin penting lainnya kepada mereka. Kumpulkan masukan, kritikan positif hingga negatif dari mereka, agar Anda dan tim bisa melakukan koreksi, penambahan hingga pengurangan fitur yang benar-benar dibutuhkan oleh target pasar.

Pada akhirnya riset pasar yang dilakukan sebelum layanan atau produk siap diluncurkan, bisa membantu startup melancarkan strategi yang tepat kepada target pasar, klien, mitra dan pihak terkait lainnya.

Mengoptimalkan Proses Validasi Ide

Setiap produk pasti dikembangkan untuk bisa menjadi berguna bagi masyarakat. Tetapi permasalahannya seberapa besar kebutuhan akan produk tersebut menjadi pekerjaan rumah tersendiri. Belum lagi persaingan dengan produk yang sama dan di pasar yang sama, yang lebih dulu ada. Tentu ini menjadi sebuah pertimbangan sulit.

Lazimnya sebelum mengembangkan sebuah produk studi mengenai pasar dan pengguna menjadi sesuatu yang wajib dilakukan. Selain itu juga harus ada tindak lanjut yang mendukung validasi ide dan produk. Berikut beberapa cara yang mungkin bisa ditempuh untuk mengoptimalkan validasi ide dengan meminimalkan biaya pemasaran.

Kepada siapa akan menjual?

Pertanyaan ini wajib ditanyakan sebelum kita memutuskan membangun dan mengembangkan sebuah produk. Hal ini mungkin sudah banyak ditulis di banyak tips proses membangun bisnis, tapi memang itulah pentingnya. Sebelum produk jadi wajib dipastikan kepada siapa produk nantinya akan dijual. Permasalahan apa yang coba diselesaikan dengan produk tersebut. Semua itu harus diramu untuk menjadi bahan dasar pengembangan produk. Selanjutnya tentukan nilai lebih apa yang dibawa oleh produk. Apa yang membuatnya menjadi benar-benar dibutuhkan oleh pengguna.

Memahami pengguna

Setelah berhasil menemukan pengguna seperti apa yang disasar selanjutnya bagaimana Anda memposisikan produk Anda. Setiap ide bisnis memiliki latar belakang pengembangan, tugas selanjutnya adalah memposisikan hal tersebut dengan kebutuhan pengguna sehingga produk Anda memang benar-benar pantas untuk dihargai.

Posisikan produk Anda sebagai sebuah solusi yang langsung bisa mengenai inti dari permasalahan yang dihadapi pengguna. Seberapa pun intensif Anda berpromosi, seberapa keras usaha untuk mengajak pengguna membeli produk Anda jika mereka tidak butuh, mereka tidak akan melirik produk Anda. Paling baik mungkin mereka akan mencoba, kemudian tidak akan kembali lagi.

Gunakan “cold email” untuk menghasilkan percakapan penjualan

Setelah mengetahui di mana Anda meletakkan posisi produk Anda selanjutnya strategi yang bisa ditempuh adalah dengan menggunakan cold email. Strategi ini digunakan untuk mengetahui dan menjaring pengguna awal Anda. Tentu dengan strategi.

Anda bisa melakukan eksperimen dengan menggunakan email ke beberapa calon pelanggan Anda. Buat secara random dan coba gunakan skenario dan variasi email yang berbeda. Misalnya di email pertama yang dikirimkan ke kelompok pengguna A gunakan skenario email bahwa produk Anda memiliki fitur X. Lakukan hal yang sama untuk kelompok pengguna B dan dengan skenario mengenalkan fitur produk Anda yang lain. Ini bisa menjadi senjata untuk menguji sejauh mana produk diterima dan fitur apa yang relate dengan calon pengguna Anda.

Lakukan review pada hasil dan terus lakukan improvisasi

Test, review, improve merupakan aturan dasar untuk tetap menjaga bisnis berkembang. Salah satu kewajiban yang harus dilakukan oleh bisnis di awal. Test dan review digunakan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan strategi sebelumnya. Untuk improvisasi, sangat jelas, untuk mencari dan menemukan cara terbaik memahami pengguna dan memberikan produk terbaik bagi mereka.

Menentukan Tipe Pelanggan yang Tepat untuk Startup

Salah satu faktor penentu kesuksesan sebuah startup adalah ketika telah menemukan target pasar atau konsumen yang tepat. Menentukan target pasar yang tepat bukan hanya membantu startup berkembang kebih baik, namun juga berguna untuk setiap tahap yang telah dilalui oleh startup terutama jika startup mendapatkan dukungan penuh dari investor. Dalam artikel berikut akan dibahas beberapa contoh target pasar atau pelanggan yang bisa sesuai dengan produk dan layanan dari startup.

Pelanggan yang bersedia

Jenis pelanggan yang satu ini ternyata cukup efektif untuk mendapatkan feedback secara cepat serta kesediaan mereka untuk mengikuti dan mencoba layanan dan produk yang ada. Untuk startup yang masih dalam tahap awal, jenis pelanggan seperti ini bisa membantu startup menentukan strategi selanjutnya sekaligus melakukan koreksi terhadap kekurangan atau kesalahan yang ada dalam produk.

Sebagai contoh ketika Periscope baru saja meluncur, pengguna yang bersedia untuk mencoba dan mengikuti semua live stream yang ada, cukup membantu untuk melihat sejauh mana keberhasilan produk tersebut. Semakin besar keinginan pelanggan yang bersedia untuk mencoba, semakin besar kesempatan produk untuk berkembang dengan baik.

Pelanggan yang pemaaf

Jenis pelanggan yang satu ini cukup efektif untuk melihat kesalahan namun tetap bersedia untuk menggunakan. Terutama untuk startup yang baru saja meluncurkan produk terbaru atau startup yang baru saja melakukan rebranding, penambahan fitur dan inovasi. Pastinya bakal ada kesalahan, kekurangan dan hal-hal yang terlewat dalam produk tersebut.

Jika pelanggan yang ada cukup pemaaf dan mengoreksi kesalahan yang ada namun tetap bersedia untuk menggunakan produk atau layanan startup, untuk seterusnya pelanggan tersebut akan menjadi pelanggan yang setia, selama Anda menerima semua masukan dan kritikan yang ada.

Pelanggan yang viral

Ketika startup telah menemukan product-market fit cara paling tepat selanjutnya adalah dengan melakukan pendekatan kepada pelanggan yang memiliki pengaruh atau influential customers. Sebelum melakukan kegiatan tersebut, pastikan produk telah berfungsi dengan baik, karena ketika pelanggan yang viral akan menggunakan dan mempromosikan produk yang ada, akan tidak dengan mudah menerima toleransi atau menjadi pemaaf ketika produk atau layanan tidak berfungsi dengan baik.

Pelanggan setia

Anda akan mendapatkan keuntungan besar dari pelanggan setia yang bersedia menghabiskan uang dan waktu untuk produk Anda. Jika pelanggan setia telah cukup banyak jumlahnya, upayakan untuk selalu menghadirkan inovasi, fitur dan pilihan terbaru untuk mereka, dan pastikan untuk selalu memberikan layanan terbaik kepada pelanggan setia.

Banyak perusahaan membuat kesalahan dengan menampung satu jenis pelanggan dengan mengorbankan pelanggan baru. Tantangannya adalah untuk mendorong nilai dari pelanggan setia Anda tanpa mengasingkan mereka yang belum memberikan kontribusi atau cukup berharga bagi perusahaan.

Pelanggan yang menguntungkan

Akhirnya untuk bisnis yang matang, pendorong utama adalah mendapatkan profit. Anda akan lebih memilih pelanggan yang membutuhkan sumber daya paling sedikit untuk menjangkau dan mempertahankan mereka dari waktu ke waktu. Pelanggan yang membayar lebih dan menuntut lebih sedikit, setidaknya akan mendorong margin keuntungan perusahaan.

Pada tahap ini, banyak perusahaan yang mulai melupakan cara tepat untuk memberikan layanan terbaik kepada pelanggan setia dan pelanggan baru, sehingga memberikan peluang kepada kompetitor untuk menjangkau lebih banyak pelanggan yang dinilai kurang memiliki potensi.

Empat Alasan Kalangan Millennial Target Pasar Terbaik Startup

Berdasarkan penilaian mentor startup dan advokat untuk inovasi asal Amerika Serikat, Sue McGill, Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah generasi millennial terbanyak, setelah India, Tiongkok dan Brazil. Untuk itu menjadi alasan yang masuk akal jika startup Anda menargetkan kalangan millennial yang dinilai bisa memberikan kontribusi besar dan kesuksesan untuk startup jika diterapkan dengan benar.

Dalam artikel berikut ini akan dikupas cara yang tepat untuk startup memberikan layanan sesuai dengan demografi yang menjadi tren saat ini dan ke depannya yaitu generasi millennial.

Startup yang mengincar kalangan millennial disukai investor

Percaya atau tidak, investor memiliki kriteria dan pandangan tersendiri dalam hal penentuan target pasar. Salah satu yang menjadi favorit adalah ketika startup memutuskan untuk memfokuskan kepada kalangan millennial. Hal tersebut dibenarkan oleh mentor startup Sue McGill yang selama ini telah banyak membantu pelaku startup menentukan ide dan target pasar yang ada. Diperkirakan pada tahun 2020 nanti, kalangan millennial akan mendominasi bursa tenaga kerja dan bakal menjadi tenaga yang menentukan untuk perubahan ekonomi secara global.

Indonesia salah satu negara di Asia dengan jumlah generasi millennial terbanyak

Fakta yang satu ini baiknya dicermati oleh pelaku startup yang sedang bersiap meluncurkan startup atau sudah menyediakan layanan namun menargetkan pasar yang tidak sesuai, dalam hal ini bukan kalangan millennial. Saat ini Indonesia merupakan negara ketiga yang memiliki jumlah generasi millennial terbanyak di Asia. Hal tersebut tentunya bisa menjadi alasan yang tepat, agar memfokuskan kalangan millennial sebagai target pasar untuk produk startup yang akan dimiliki.

Pendiri startup dari kalangan millennial memiliki ide dan inovasi cemerlang

Bukan hanya berpotensi untuk dijadikan target pasar, pendiri startup yang berasal dari kalangan millennial juga pada umumnya memiliki ide, inovasi dan wawasan digital yang lebih mendalam dibandingkan dengan generasi X atau baby boomer. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya startup yang dimiliki oleh pendiri dari kalangan millennial yang telah meraih kesuksesan dalam usahanya seperti Evan Spiegel Pendiri Snapchat, Brian Chesky pendiri Airbnb dan tentunya Mark Zuckerberg pendiri Facebook.

Bedakan kalangan millennial dengan generasi sebelumnya

Menjadi hal yang penting untuk startup agar bisa membedakan layanan dan pendekatan yang diberikan ketika pada akhirnya memutuskan untuk melayani berbagai kalangan dan bukan generasi millennial saja. Dengan demikian produk bisa lebih tepat sasaran dan tentunya berfungsi dengan baik untuk semua.

Kesimpulan yang dapat diambil dari pengalaman yang dimiliki oleh Sue McGill selama berkecimpung dalam dunia startup adalah, startup yang menargetkan kalangan millennial bakal menuai lebih banyak keuntungan. Di sisi lain, startup yang masuk dalam sektor kesehatan dan farmasi berbasis teknologi, diprediksi juga bisa memiliki potensi yang cerah.

Elemen Penting dalam Perumusan Produk

Tidak mudah menciptakan produk yang bisa langsung cocok dan diterima di pasar. Produk atau layanan harus menjadi solusi yang memecahkan masalah dan kebutuhan dari pelanggan. Pengembangan produk yang baik harus dilakukan dengan riset dan tahapan yang runtut untuk menghasilkan produk yang benar-benar sudah disesuaikan dengan kebutuhan pelanggan.

Ada beberapa elemen penting dalam riset pengembangan produk. Selain titik permasalahan yang harus diselesaikan, data mengenai pasar tujuan dan beberapa kebiasaan pengguna juga menjadi salah satu hal yang tidak bisa ditinggalkan. Termasuk di dalamnya nilai tambah apa yang diberikan produk kepada penggunanya. Elemen-elemen ini yang harus menjadi “headline” utama ketika membahas pengembangan produk.

Data-data yang mendukung dalam perancangan produk harus benar-benar luas dan mendalam. Luas dalam arti data pendukung harus bisa menjadi tolak ukur dan perbandingan mengenai visibilitas produk terhadap pengguna. Sedangkan kedalaman data berarti data harus bisa memberikan prediksi mengenai perilaku atau kebiasaan pengguna atau menemukan korelasi yang belum di dapatkan sebelumnya.

Selain mengenai bagaimana data yang bisa memadai untuk produk, memiliki profesional baik alat maupun orang yang berurusan dengan data. Termasuk juga bagaimana perusahaan memilih manajer produk yang sesuai. Manajer produk selain harus memiliki kualitas di industri yang dituju juga harus memiliki keterampilan mengolah dan membaca data. Mungkin tanggung jawab ini bisa dibagi dengan Chief Data Officer (CDO) jika ada. Tetapi kemampuan untuk mampu mengerti data bisa menjadi salah satu keuntungan tersendiri ketika saat membangun produk.

Pada dasarnya menemukan produk terbaik tidak bisa dalam satu atau dua kali melakukan inovasi. Setidaknya dalam peluncuran pertama produk harus punya target pengguna dan permasalahan yang harus diselesaikan, akan menjadi lebih baik jika produk memiliki pembeda dan nilai lebih. Selanjutnya setelah produk benar-benar siap dan sudah dipersiapkan dengan baik tugas berada di pihak pemasaran untuk bagaimana membuat produk benar-benar optimal diterima masyarakat.

Disclosure: DailySocial bekerja sama dengan Bigdata-madesimple.com untuk seri penulisan artikel tentang big data.

Menemukan Pola Pengguna Produk Startup

Target pengguna biasanya ditentukan di awal merumuskan bisnis. Rumusan tersebut umumnya juga digunakan untuk memastikan produk memenjawab kebutuhan dan dapat diterima di pasar. Namun langkah untuk mengenali penggunya harusnya tidak berhenti di situ. Selanjutnya diperlukan beberapa usaha untuk menemukan pola dan karakteristik pengguna. Salah satunya dengan menggali data pengguna dengan mengkategorikan atau memfilter karakter-karakter pengguna.

Founder and Managing Partner Greg Sands dalam laman resmi Medium milik Costanoa Venture Capital memaparkan beberapa pertanyaan yang diperlukan dalam menggali data untuk menemukan pola agar memperjelas kategori pengguna seperti apa yang cocok dengan sebuah produk.

Beberapa pertanyaan tersebut antara lain meliputi demografi perusahaan, jabatan kerja, waktu penjualan, adakah hubungan antara teknologi yang digunakan dengan keputusan pengguna menggunakan produk, apakah produk menjadi alternatif atau solusi utama dari pengguna, berapa dana yang disiapkan pengguna untuk produk, dan beberapa kategori lainnya.

Greg dalam tulisannya menyebutkan bahwa praktik terbaik untuk mengetahui pola pengguna dari sebuah produk adalah dengan menambahkan beberapa pertanyaan untuk mengeksplorasi hipotesis yang muncul. Seringnya beberapa pola akan muncul dan biasanya hanya sebatas pola-pola umum. Sampai tahap ini berarti harus ada beberapa pertanyaan lanjutan yang lebih spesifik mengenai apa yang sebenarnya diinginkan pengguna dan lainnya.

Pada intinya mengetahui lebih lanjut karakteristik berguna untuk mengantisipasi false alarm dari banyaknya penjualan di awal. Harus ada sesuatu yang mengikat mereka, sesuatu yang mempelajarinya untuk menyediakan yang benar-benar mereka butuhkan. Mengantisipasi pengguna yang coba-coba harus ada yang mengenali dan mengetahui kebutuhan mereka lebih lanjut.

Greg dalam akhir tulisannya menyebutkan bahwa memiliki pengetahuan yang mendalam tentang pola pelanggan dapat menjamin sebuah bisnis berada dalam fokus yang benar untuk membangun bisnis jangka panjang.

Persiapan startup sebelum memasuki pasar / Shutterstock

Lima Tahapan Sebelum Produk Anda Memasuki Pasar

Sebelum startup terjun langsung ke pasar dan mengharapkan nilai penjualan yang baik, ada beberapa perhitungan matang yang harus dilakukan. Membawa produk startup langsung ke pasar tidak hanya butuh kepercayaan diri dan produk yang baik, tapi juga beberapa indikator, metrik dan perhitungan-perhitungan lainnya. Guy Turner, salah satu Venture Investor Hyde Park Venture Partners mempunyai mekanisme rancangan sendiri untuk ini. Continue reading Lima Tahapan Sebelum Produk Anda Memasuki Pasar