Tag Archives: masker

RazerCon 2021: Razer Luncurkan Masker Zephyr dan Headset Nirkabel Kraken V3 Pro

Melanjutkan tradisi tahunan baru yang dimulai tahun kemarin, Razer resmi menggelar event RazerCon 2021. Seperti biasa, Razer memanfaatkan kesempatan ini untuk merilis sejumlah produk baru. Dua di antaranya yang akan saya bahas di artikel ini adalah Razer Zephyr dan Razer Kraken V3 Pro.

Kita mulai dari Zephyr dulu, yang sebelumnya kita kenal dengan nama Project Hazel. Kalau Anda familier dengan masker elektronik bikinan LG, Anda semestinya bisa langsung paham fungsi yang ditawarkan oleh Razer Zephyr sebagai sebuah “wearable air purifier”.

Dalam sesi presentasi tertutup yang saya ikuti bersama sejumlah awak media lain, Razer menjelaskan bahwa selama mengembangkan Zephyr, mereka menitikberatkan pada tiga aspek berikut: Safe, Social, dan Sustainable.

Aspek yang pertama diwujudkan melalui tiga buah filter N95 grade — dua di sisi kiri dan kanan, satu kecil di tengah — dengan perlindungan dua arah dan tingkat efisiensi penyaringan sebesar 99%. Razer pun tidak lupa menyematkan dua kipas intake dengan dua mode kecepatan (4.200 atau 6.200 RPM) sebagai opsi untuk memperlancar sirkulasi udara.

Razer turut membekali Zephyr dengan sepasang karet silikon yang menyangga bagian hidung dan dagu supaya perangkat benar-benar bisa menutup rapat hidung dan mulut pengguna. Di bagian belakang, kita juga bisa melihat sepasang strap yang adjustable guna menambah kenyamanan sekaligus mencegah masker mudah terlepas.

Terkait aspek yang kedua, Razer sengaja merancang Zephyr dengan cover plastik transparan dan lapisan anti-kabut agar wajah penggunanya bisa terlihat dengan cukup jelas. Bagian dalamnya bahkan dibekali pencahayaan sehingga ekspresi wajah penggunanya tetap bisa terlihat di berbagai kondisi pencahayaan.

Bicara soal pencahayaan, bukan produk Razer namanya kalau tidak ada sistem pencahayaan RGB, dan Zephyr pun rupanya tidak luput dari itu. Ketimbang sebatas tampil berbeda dengan masker non-konvensional, kenapa tidak sekalian saja mengundang perhatian dengan lampu warna-warni yang dapat dikustomisasi via aplikasi?

Ada kipas dan lampu, berarti Zephyr sudah pasti dibekali baterai. Dalam sekali pengisian, daya tahan baterainya diklaim bisa mencapai paling lama hingga 8 jam dengan mode kecepatan kipas rendah dan semua pencahayaan dimatikan. Kalau semuanya menyala dan kipas berputar dalam kecepatan maksimum, maka daya baterainya akan turun menjadi 3,5 jam. Kalaupun baterainya habis, pengguna dijamin masih bisa bernapas dengan baik walau kipasnya mati.

Lanjut ke aspek yang ketiga, Razer ingin memastikan bahwa perangkat ini bisa membantu mengurangi jumlah sampah yang diakibatkan oleh penggunaan masker sekali pakai. Untuk itu, Razer merancang agar filter milik Zephyr bisa tetap efisien sampai tiga hari pemakaian sebelum akhirnya perlu diganti dengan yang baru.

Lalu apakah filter tambahannya cuma bisa dibeli dari Razer? Tentu saja, tapi Razer juga bilang bahwa pengguna bebas menyelipkan filter lain jika mau, dengan catatan ukuran filternya pas dan bisa menutupi lubang di kiri, kanan, dan tengah Zephyr secara menyeluruh.

Rencananya, Razer Zephyr akan dijual seharga $100, sudah termasuk 3 set filter (untuk pemakaian selama 9 hari), atau dalam bundel Zephyr Starter Pack seharga $150 yang mencakup 33 set filter (untuk pemakaian selama 99 hari). Filter ekstranya sendiri bisa dibeli secara terpisah seharga $30 per 10 set. Setiap unit Zephyr di-cover oleh garansi selama satu tahun.

Setidaknya untuk sekarang, Zephyr hanya bisa dibeli secara eksklusif melalui Razer.com, akan tetapi perwakilan Razer sempat bilang bahwa mereka bakal mengusahakan agar produk ini juga bisa tersedia di Indonesia. Kapan pastinya masih belum diketahui.

Razer Kraken V3 Pro

Beralih ke Kraken V3 Pro, ini merupakan headset nirkabel yang mengunggulkan teknologi haptic feedback Razer HyperSense. Teknologi ini memang bukan hal baru, dan Razer sendiri pertama menerapkannya tiga tahun lalu melalui headset bernama Nari Ultimate. Namun tentu sudah ada penyempurnaan yang Razer terapkan di Kraken V3 Pro.

Utamanya, Razer mengklaim bahwa HyperSense mampu bekerja di rentang frekuensi yang lebih luas ketimbang teknologi haptic tradisional. Alhasil, pengguna bakal merasakan sensasi getaran yang lebih natural daripada biasanya.

Haptic di Kraken V3 Pro juga memiliki efek stereo. Artinya, pengguna dapat merasakan getaran di telinga kiri dan kanan secara terpisah, tergantung apa yang sedang tersaji dalam game. Contohnya, kalau pengguna mendengar ada ledakan dari sisi kiri, maka getarannya juga akan terasa di telinga sebelah kiri saja.

Namun yang menurut saya paling istimewa adalah, HyperSense bekerja secara real-time, dengan waktu pemrosesan tidak lebih dari 5 milidetik. Itu berarti HyperSense tidak memerlukan integrasi dengan tiap-tiap game. Selama game atau konten lainnya bisa menghasilkan suara, maka efek getarannya juga akan terasa.

Bukankah aneh seandainya efek haptic tetap muncul selagi pengguna hanya mendengarkan musik? Andai pengguna merasa demikian, matikan saja efek haptic-nya via tombol di earcup sebelah kanan. Tombol yang sama ini juga berfungsi untuk mengatur intensitas getarannya di tiga tingkatan (low, medium, high).

Juga istimewa adalah, HyperSense di Kraken V3 Pro tidak memerlukan driver khusus maupun software Razer Synapse agar bisa bekerja. HyperSense bahkan bisa aktif selagi headset tersambung ke smartphone via kabel 3,5 mm. Sayang perangkat ini tidak punya koneksi Bluetooth.

Terkait kinerja audionya, Kraken V3 Pro mengandalkan driver TriForce Titanium berdiameter 50 mm yang sama seperti di BlackShark V2 Pro, lengkap dengan dukungan terhadap fitur THX Spatial Audio.

Kemudian soal kenyamanan, Razer membekali Kraken V3 Pro dengan pelapis earpad yang terbuat dari kombinasi bahan kain plus kulit sintetis. Jadi yang menempel pada sekitaran telinga adalah kain, sementara sisi samping bantalannya terbuat dari kulit demi memastikan bass yang dihasilkan tetap terasa mantap.

Kenapa tidak memakai bahan Flowknit seperti BlackShark saja? Well, kalau menurut Razer sendiri, Flowknit rupanya tidak kompatibel dengan haptic. Jadi memang material hybrid tadi adalah satu-satunya pilihan untuk Kraken V3 Pro.

Dalam sekali pengisian, baterai Kraken V3 Pro diyakini mampu bertahan selama 11 jam pemakaian (dengan semua pengaturan di level maksimum). Kalau haptic dan pencahayaan RGB-nya dimatikan (jadi headset wireless biasa), maka perangkat bisa beroperasi sampai 40 jam. Charging-nya sendiri sudah mengandalkan USB-C.

Razer Kraken V3 Pro kabarnya akan tersedia pada kuartal ke-4 tahun ini dengan banderol $200. Alternatifnya, Razer juga akan lebih dulu memasarkan Kraken V3 dan Kraken V3 HyperSense di bulan Oktober ini juga, masing-masing seharga $100 dan $130.

Kedua headset ini lebih murah karena sama-sama masih mengandalkan kabel. Meski begitu, keduanya tetap mewarisi beberapa fitur andalan milik Kraken V3 Pro, mulai dari driver TriForce Titanium sampai lapisan earpad berbahan hybrid itu tadi.

Khusus Kraken V3 HyperSense, tentunya ada teknologi haptic yang advanced itu tadi, akan tetapi ia cuma bisa digunakan dengan PC saja via kabel USB (tidak ada jack 3,5 mm seperti di Kraken V3 Pro). Kedua headset ini juga mengandalkan mikrofon cardioid biasa, berbeda dari Kraken V3 Pro yang dibekali mikrofon supercardioid.

Versi Anyar LG PuriCare Wearable Air Purifier Diungkap, Kini Lebih Ringan dan Dilengkapi Mikrofon Plus Speaker

Masih ingat dengan masker elektronik besutan LG yang punya cara kerja seperti mesin pemurni udara? Berhubung pandemi masih berkelanjutan, LG pun menyingkap versi terbaru dari produk tersebut yang membawa sejumlah penyempurnaan.

Nama resminya masih sama, yakni LG PuriCare Wearable Air Purifier, tapi desainnya sudah sedikit berubah. Yang paling kelihatan berbeda adalah, pada versi barunya kini tidak ada lagi bagian menonjol yang sebelumnya menjadi rumah filter HEPA. Tebakan saya, slot filter HEPA-nya dipindah ke bagian dalam, atau bisa saja saya salah mengingat LG sama sekali tidak membahas soal perubahan desainnya.

Yang ingin LG soroti justru adalah penyempurnaan dari segi kinerja. Utamanya berkat penggunaan komponen motor yang lebih kecil, lebih ringan, sekaligus lebih efisien. Harapannya tentu supaya perangkat jadi bisa lebih nyaman dikenakan, plus dapat beroperasi lebih lama dalam setiap charge.

Benar saja, versi barunya ini memiliki berat cuma 94 gram, jauh lebih enteng daripada versi lamanya yang bobotnya mencapai angka 126 gram. Penggunaan motor berukuran lebih kecil juga menyisakan ruang yang lebih besar untuk baterai. Versi terbaru PuriCare Wearable mengemas baterai berkapasitas 1.000 mAh, bandingkan dengan versi pertamanya yang mengusung baterai 820 mAh.

Namun entah kenapa, LG masih mengklaim daya tahan baterai yang sama seperti sebelumnya, yakni hingga sekitar 8 jam pemakaian. Charging-nya sendiri membutuhkan waktu selama sekitar 2 jam. Hal lain yang juga tidak diubah adalah sepasang kipas yang dapat menyesuaikan kekuatan putarannya secara otomatis berdasarkan pola pernapasan pengguna.

Sepertinya versi barunya juga bakal tersedia dalam warna hitam / LG

Selain kinerja yang lebih baik, versi baru PuriCare Wearable turut dilengkapi mikrofon dan speaker internal yang bertugas menangkap sekaligus mengamplifikasi suara pengguna. Gunanya tentu supaya suara pengguna bisa terdengar lebih jelas, dan supaya mereka tidak perlu menurunkan masker setiap kali hendak berbicara, mirip seperti yang ditawarkan oleh konsep masker elektronik besutan Razer, Project Hazel.

LG sejauh ini belum punya info sama sekali mengenai harganya. Produk ini rencananya akan dijual di Thailand mulai bulan Agustus, sebelum akhirnya menyusul ke negara-negara lain seiring LG mendapat persetujuan dari masing-masing negara.

Sumber: SlashGear dan LG.

LG Ungkap Masker Elektronik dengan Cara Kerja Mirip Air Purifier

Sebagian besar dari kita mungkin cuma mengenal dua jenis masker, yakni masker kain dan masker medis. Namun tidak lama lagi sepertinya kita harus bersiap untuk menyambut ragam yang paling baru, yaitu masker elektronik.

Pria di atas sepintas memang kelihatan seperti Sub-Zero dari Mortal Kombat, akan tetapi ia sebenarnya sedang mengenakan masker elektronik bikinan LG. LG menyebutnya dengan istilah PuriCare Wearable Air Purifier, dan perangkat ini memang mengemas sepasang filter HEPA yang bisa dilepas-pasang layaknya lini produk air purifier besutan LG sendiri.

Selain komponen penyaring, di dalamnya juga terdapat sepasang kipas kecil dengan tiga mode kecepatan dan sensor untuk mendeteksi apakah pengguna sedang menghirup atau menghembuskan udara. Jadi saat pengguna sedang menghirup, kipasnya otomatis akan berputar lebih cepat demi memudahkan aliran udara. Sebaliknya, ketika pengguna menghembuskan nafas, kipasnya akan memelan sendiri.

Sebagai produk elektronik yang portable, masker ini tentu mengemas unit baterainya sendiri. LG bilang modul berkapasitas 820 mAh yang tertanam mampu bertahan sampai 8 jam dalam mode low-power, atau sampai 2 jam dalam mode high-power. Desain maskernya sendiri juga sudah dirancang supaya nyaman dipakai berlama-lama selagi meminimalkan kebocoran udara di area sekitar hidung dan dagu.

Dalam paket penjualannya, LG juga bakal menyertakan sebuah case yang dilengkapi UV sanitizer – krusial mengingat masker ini tidak dirancang untuk dicuci layaknya sebuah masker kain. Juga unik adalah bagaimana masker ini dapat berkomunikasi dengan aplikasi LG ThinQ di perangkat Android dan iOS, mengirimkan notifikasi ketika filternya sudah perlu diganti dengan yang baru.

Lalu berapa harganya? Sayang sekali sejauh ini belum ada informasi soal itu, dan LG hanya bilang bahwa PuriCare Wearable Air Purifier akan tersedia mulai kuartal keempat tahun 2020 di beberapa negara terpilih saja.

Juli lalu, LG sebenarnya sempat menyumbangkan 2.000 unit masker elektronik ini ke sebuah rumah sakit di kota Seoul, berdasarkan laporan The Korea Herald. Jadi kita tidak perlu terkejut seandainya LG lebih memilih untuk memprioritaskan tenaga medis sebagai konsumen PuriCare.

Sumber: The Verge dan LG.