Tag Archives: mattel

Hot Wheels ID Ialah ‘Versi Pintar’ Dari Mobil Mini Favorit Anda, Dibekali NFC dan Smart Track

Awalnya dibuat untuk anak-anak, kini banyak dari kita (termasuk saya) yang menolak untuk menyebut mobil miniatur die-cast sebagai sekadar mainan. Bagi kita, mereka adalah ‘barang koleksi’, dan masing-masing brand mempunyai penggemarnya sendiri. Di antara nama-nama familier, Hot Wheels merupakan salah satu yang paling terkenal dilihat dari ketersediaan dan persebarannya.

Selama beberapa tahun terakhir, Mattel sebagai pemilik Hot Wheels mencoba mengintegerasikan teknologi digital ke produk mobil minatur mereka. Mungkin Anda sudah pernah mendengar soal upaya penggabungan mainan fisik dengan augmented reality lewat Hot Wheels Augmoto, lalu mobil-mobil Hot Wheels juga hadir di permainan video, misalnya Forza Horizon 3 dan Rocket League.

Hot Wheels ID 2

Kali ini, implementasi teknologi di mobil miniatur Hot Wheels dilakukan melalui penambahan fitur NFC dan kesiapan mendukung lintasan pintar. Dinamai Hot Wheels ID, chip near-field communication yang dimiliki mobil-mobil mungil ini memungkinkannya melacak waktu tempuh dan kecepatan. Pengecekan dapat dilakukan via aplikasi smartphone, jadi tak ada lagi perdebatan soal siapa yang memenangkan pertandingan karena semuanya didukung oleh data akurat.

Hot Wheels ID punya penampilan seperti mobil miniatur yang biasa Anda lihat di toko, mengusung skala 1 banding 64, plus chip NFC di sisi bawah. Cara bermainnya sama mirip sepupu konvensionalnya: letakkan mobil di launcher  lalu tekan tombol secara berulang-ulang untuk membuatnya melaju tanpa menyebabkan mobil terbang ke luar lintasan. Menariknya, bukan cuma mobil Hot Wheels ID saja yang menyimpan teknologi.

Hot Wheels ID 1

Mattel juga membubuhkan sistem pintar di bagian lintasan. Komponen terpenting di sana adalah NFC reader Race Portal untuk menghitung status-status krusial, misalnya jumlah putaran, kecepatan maksimal dan total jarak tempuh – pada dasarnya dihitung dari seberapa gesit masing-masing mobil melewati ‘portal’. Lalu data-data tersebut segera dikirim ke app mobile lewat sambungan Bluetooth LE.

Sebelum mulai bermain, kita perlu mendaftarkan mobil di aplikasi melalui NFC. Jika perangkat Anda tidak mempunyai konektivitas ini, Race Portal bisa membantu proses registrasi. Bahkan tiap-tiap bagian track bekerja secara pintar, berkomunikasi antar sesamanya lewat USB sehingga aplikasi dapat mengetahui potongan lintasan yang digunakan dan seperti apa wujudnya. Alternatifnya, kita bisa menggunakan track non-pintar dari set standar Hot Wheels, walaupun data tak dapat di-ekspor ke app.

Hot Wheels ID 3

Aplikasi akan memunculkan sejumlah tantangan untuk Anda selesaikan, misalnya menyelesaikan putaran sebanyak X kali atau melampaui batasan kecepatan tertentu. Selain ‘bermain di dunia nyata’, kita juga dapat menikmati game balap virtual di app, lengkap dengan beragam hadiah dan konten eksklusif.

Hot Wheels ID sudah mulai dijual, tapi baru bisa diperoleh dari Apple Store. Masing-masing mobil mini ber-NFC dijajakan seharga US$ 7, lalu Race Portal dibanderol US$ 40 (termasuk bonus dua mobil). Anda tentu saja dipersilakan membeli satu paket komplit, termasuk set Smart Track, namun harus mau mengeluarkan uang sebesar US$ 140. App akan tersedia pertama kali di iOS, kemudian disusul versi Android bulan depan.

Hot Wheels ID 4

Via Engadget.

Mattel Resmi Luncurkan Game Uno untuk Android dan iOS Secara Global

Sebagai permainan kartu yang sangat populer, wajar apabila Uno memiliki cukup banyak versi video game-nya. Namun yang cukup mengejutkan, selama ini rupanya belum ada video game Uno yang dibuat oleh Mattel sendiri selaku pemegang brand-nya.

Sampai akhirnya beberapa bulan lalu Mattel melalui divisi digitalnya, Mattel163, dan dibantu oleh developer NetEase, merilis game Uno bikinannya di beberapa negara dan di Facebook Instant Games. Dan sekarang, game Uno terbaru untuk Android beserta iOS ini akhirnya sudah dirilis secara global.

Tentunya banyak perbedaan antara Uno terbaru ini dengan yang dirilis Gameloft lebih dari sepuluh tahun lalu sebagai salah satu game iPhone pertamanya. Bukan dari segi visual saja, tapi juga model bisnis yang tadinya premium menjadi freemium. Seperti mayoritas game mobile yang ada saat ini, Uno dapat diunduh secara cuma-cuma, akan tetapi opsi in-app purchase yang tersedia sungguh melimpah ruah.

Uno

Di samping mode multiplayer online, Uno baru ini juga menawarkan mode 2 vs 2 yang mempertandingkan sepasang pemain dengan sepasang lainnya, akan tetapi permainan otomatis selesai ketika sudah ada satu pemain yang habis kartunya. Saat hanya tersisa satu kartu, pemain harus mengucapkan “Uno!” secara lisan seperti pada permainan aslinya (game memanfaatkan mikrofon milik perangkat).

Jadi apabila Anda kangen dengan permainan Uno, Anda sekarang bisa mengunduh game resminya di Google Play maupun App Store, meski resmi bukan berarti Anda tak akan digoda untuk merogoh kocek atas opsi-opsi in-app purchase yang tersedia.

Sumber: TouchArcade dan Newsweek.

Tembus 1 Juta Unduhan, Kreator Game AR Osmo Ingin Terus Perluas Bisnisnya

Jauh sebelum Apple memperkenalkan ARKit bersama iOS 11, sudah ada satu startup yang membangun platform augmented reality-nya sendiri di iPad. Mereka adalah Osmo, pencipta permainan-permainan inovatif macam Osmo Pizza Co. dan Osmo MindRacers. Per 2018 ini, gamegame buatan mereka sudah merambah satu juta iPad.

Satu juta bukanlah angka yang kecil, apalagi jika melihat target pasar utama Osmo yang merupakan kalangan anak-anak. Bagi yang tidak tahu, kelebihan utama Osmo adalah bagaimana permainan buatannya bisa memadukan elemen fisik dan digital secara berimbang, sehingga pada akhirnya anak-anak tidak hanya fokus di depan layar saja, tapi juga dengan objek-objek di sekitarnya.

Osmo Pizza Co. adalah contoh terbaik untuk ini. Di sini anak-anak diajarkan untuk menjalankan bisnis pizza-nya sendiri, merangkap tugas sebagai pemilik, koki sekaligus kasir. Menggunakan alat bantu seperti uang-uangan dan pizza mainan, anak-anak dapat belajar berdagang dan menghadapi konsumen yang muncul di hadapan layar iPad.

Puncak popularitas Osmo menurut saya adalah ketika mereka merilis MindRacers tahun lalu, yang merupakan hasil kolaborasinya bersama Hot Wheels (Mattel). Kendati demikian, dalam wawancaranya dengan VentureBeat, Pramod Sharma selaku cofounder sekaligus CEO Osmo bilang bahwa Osmo Pizza Co. masih merupakan salah satu produk mereka yang paling laris.

Osmo MindRacers / Osmo
Osmo MindRacers / Osmo

Saat ini memang sudah ada banyak judul ciptaan Osmo, akan tetapi semuanya tetap bergantung pada satu komponen teknologi yang amat sederhana namun juga sangat inovatif, yakni sebuah cermin yang dipasangkan di atas kamera depan iPad. Berkat komponen ini, iPad jadi bisa ‘melihat’ objek-objek yang berada di depan layarnya, dan dengan bantuan software, mengenali satu per satu objek tersebut.

Dari situ Osmo tinggal mengembangkan jenis permainannya, bisa permainan simulasi, bisa juga balapan. Sekarang, prioritas mereka sudah bergeser ke arah memperluas skala jangkauan produknya, sebab angka satu juta tadi masih kecil jika dibandingkan dengan estimasi 200 juta iPad yang ada di tangan konsumen menurut Pramod.

Osmo Monster / Osmo
Osmo Monster / Osmo

Salah satu caranya adalah dengan menggandeng brandbrand besar lain, macam Sesame Street, serta melisensikan teknologinya ke pihak lain yang tertarik. Satu hal yang pasti, Osmo tidak mau produk yang memanfaatkan teknologinya tidak melibatkan aktivitas hands-on. Kalaupun mereka siap merilis permainan yang diperuntukkan konsumen dewasa nanti, tetap saja aktivitas hands-on bakal menjadi elemen yang utama.

Perluasan skala ini tentunya juga bakal berimbas positif pada penjualan, di mana ongkos produksi bisa ditekan, dan harga jual produknya pun menurun. Saat ini starter kit Osmo dihargai paling murah $100, sedangkan konten tambahannya (seperti Pizza Co. dan MindRacers tadi) berkisar $40 – $60. Harapan Osmo ke depannya adalah, konten ekstranya cukup dihargai $20 – $30 saja.

Baik Mattel dan Collab+Sesame (investment firm di balik Sesame Street) sebenarnya juga merupakan investor dari Osmo. Sejak didirikan di tahun 2013, Osmo sudah mengumpulkan pendanaan hingga sebesar $38,5 juta dari beberapa investor. Selain di iPad, permainan besutan mereka kini juga tersedia untuk iPhone. Ribuan sekolah telah memanfaatkan produk Osmo dalam aktivitas belajar-mengajar.

Di sisi lain, cerita Osmo ini pada dasarnya bisa menjadi contoh karya inovatif yang pada akhirnya dapat dikembangkan menjadi bisnis yang menguntungkan. Harapan pribadi saya adalah, Osmo bisa terus memperluas bisnisnya dan merambah konsumen di lebih banyak negara lagi – sampai saat ini yang paling dekat dengan kita baru Singapura – sehingga ketika anak saya sudah memasuki usia minimum yang disarankan untuk memainkan game-nya (5 tahun), saya bisa langsung membelinya.

Sumber: VentureBeat.

Mattel Ajak Anak-Anak Belajar Coding Bersama Barbie

Mengajari anak-anak coding bisa dengan berbagai cara, tapi salah satu yang terbukti efektif adalah lewat game, macam Minecraft misalnya. Bahkan yang lebih efektif lagi adalah ketika game dipadukan dengan brand yang sudah begitu melekat di hati anak-anak, seperti Barbie misalnya.

Yup, Mattel selaku produsen Barbie ingin memanfaatkan merek boneka paling terkenal itu untuk menarik minat anak-anak perempuan dalam mempelajari dasar-dasar ilmu komputer sekaligus pemrograman. Bekerja sama dengan Tynker, Mattel bakal meluncurkan tujuh pelajaran coding bertema Barbie di musim panas mendatang.

Anak-anak yang masih duduk di bangku TK atau lebih bakal diajari secara bertahap tentang konsep-konsep dasar pemrograman dengan cara memberi mereka peran karier yang berbeda. Dari situ mereka juga akan diekspos ke beragam profesi seperti dokter hewan, astronot maupun ahli robot.

Ini bukan pertama kalinya Mattel mengerahkan upaya untuk menyebarluaskan pembelajaran coding. Kemitraan antara Mattel dan Tynker sebenarnya sudah dimulai sejak tahun 2015, di mana mereka pada saat itu meracik program serupa, tapi dengan tema Hot Wheels dan Monster High, yang pada akhirnya berhasil merambah hampir empat juta anak.

Program bertema Barbie kali ini merupakan bentuk upaya lebih lanjut Mattel untuk mengejar target memperkenalkan coding ke 10 juta anak di tahun 2020 nanti. Di samping itu, Mattel juga berkomitmen untuk ikut berpartisipasi dalam program Hour of Code di bulan Desember nanti.

Sumber: Engadget dan Mattel.

Hot Wheels Augmoto Kawinkan Balap Mobil Mainan dengan Augmented Reality

Tahun 2018 sepertinya bakal menjadi tahun favorit para penggemar Hot Wheels. Beberapa hari yang lalu, developer game Rocket League mengumumkan rencananya untuk membawa game tersebut ke dunia nyata dengan bantuan mobil R/C Hot Wheels. Sekarang, giliran pengembang Hot Wheels sendiri yang ingin pengalaman bermain kita jadi lebih seru dengan bantuan augmented reality (AR).

Tren AR yang begitu populer memicu kelahiran Hot Wheels Augmoto. Mattel mendeskripsikannya sebagai augmented reality racing, yang pada dasarnya mengombinasikan sejumlah elemen fisik dan digital guna menyuguhkan pengalaman baru. Balapannya tetap dengan mobil mainan, tapi ada sejumlah efek menarik persembahan AR.

Dalam Augmoto, dua pemain akan diadu di sebuah sirkuit selebar nyaris dua meter. Mobil yang mereka kendalikan bukanlah mobil R/C, melainkan yang dilontarkan dan meluncur hanya dengan berbekal energi kinetik. Saat energinya mulai terkuras setelah beberapa putaran, pemain bisa menempatkannya di pit stop untuk dilontarkan kembali.

Hot Wheels Augmoto

Yang ‘dikendalikan’ justru adalah sirkuitnya, menggunakan aplikasi di smartphone atau tablet. Lewat app inilah pemain bisa menempatkan mobil di pit stop, serta memindah jalurnya. Memindah jalur ini penting karena setiap beberapa waktu sekali, pintu menuju double loop di sirkuit akan terbuka.

Sukses melewati double loop tersebut, pemain akan dihadiahi senjata virtual, macam serangan misil atau jebakan oli. Semua ini tidak terlihat dengan mata telanjang, tapi dari aplikasinya, akan tampak kepulan asap dari mobil yang terkena misil, dan pemainnya harus melakukan reparasi dengan menyentuh layar berkali-kali.

Hot Wheels Augmoto rencananya akan dipasarkan mulai musim semi mendatang seharga $120. Simak dua video hands-on di bawah untuk memahami lebih jelas cara kerjanya.

Sumber: CNET dan Engadget.

Bermain Rocket League di Dunia Nyata dengan Hot Wheels Bukan Lagi Sebatas Impian

Rocket League resmi menjajaki ranah portable dengan diluncurkannya versi Nintendo Switch pada bulan November lalu. Sekarang, game olahraga konyol nan adiktif itu juga ingin menjajaki dunia nyata. Bukan melalui augmented reality, melainkan lewat seperangkat mobil R/C (remote control).

Mobil R/C-nya juga bukan sembarangan, melainkan yang dibuat oleh Mattel dan mengusung cap Hot Wheels. Dalam bundel bernama resmi Hot Wheels Rocket League RC Rivals Set ini, konsumen akan mendapatkan sepasang mobil R/C yang diambil dari game Rocket League, yakni Octane dan Dominus, sebuah bola berbekal sensor infra-merah, charging base untuk mobil dan bolanya, serta sebuah alas bermain yang menyerupai stadion dan dilengkapi papan skor LCD.

Masing-masing mobilnya dikendalikan dengan smartphone yang tersambung via Bluetooth. Setiap kali bolanya melewati garis gawang, sensornya akan langsung mendeteksi, dan papan skornya akan langsung di-update sekaligus membunyikan suara. Sayang detail yang diberikan Psyonix baru sebatas itu sekarang.

Hot Wheels Rocket League RC Rivals Set / Psyonix
Hot Wheels Rocket League RC Rivals Set / Psyonix

RC Rivals Set rencananya akan dijual bertepatan dengan musim liburan mendatang seharga $180. Para pembelinya nanti juga akan dihadiahi kode yang bisa ditukar dengan item di dalam game Rocket League.

Ini bukan pertama kalinya Rocket League berkolaborasi dengan Hot Wheels. Sebelumnya Rocket League sempat ‘mendigitalkan’ Hot Wheels lewat DLC khusus, dan kini giliran Rocket League yang ‘difisikkan’ menjadi mobil R/C.

Sumber: Psyonix.

Star Wars Bloxels Bantu Anda Ciptakan Video Game Sendiri Tanpa Programming

Video game adalah karya seni, dan seperti karya seni lainnya, komposisi utamanya melibatkan imajinasi dan kreativitas. Hanya saja, dalam kasus pengembangan video game, dibutuhkan juga kemampuan programming yang cukup andal.

Namun zaman sudah berubah. Di tahun 2017 ini, Anda bisa menciptakan video game sendiri hanya dengan bermodalkan imajinasi dan kreativitas. Bukan sembarang game, melainkan yang epic karena bertema Star Wars. Inilah premis utama yang ditawarkan oleh Star Wars Bloxels.

Dikembangkan oleh Mattel dan Pixel Press, Star Wars Bloxels sebenarnya ditujukan untuk anak-anak berusia 8 tahun ke atas – meski saya yakin para gamer sekaligus penggemar Star Wars juga bakal tertarik untuk memainkannya. Untuk memahami cara kerjanya, kita harus membahas satu per satu komponennya.

Star Wars Bloxels

Setiap Star Wars Bloxels datang dengan satu papan plastik berisikan lubang 13 x 13. Lubang-lubang ini bisa diisi dengan kubus warna-warni yang jumlah totalnya ada 320 biji. Kubus-kubus inilah yang Anda pakai untuk menyalurkan imajinasi dan kreativitas dalam menciptakan game Star Wars versi Anda sendiri.

Setiap warna kubus mewakili elemen yang berbeda dalam game. Total ada delapan warna yang tersedia. Kubus berwarna kuning misalnya, berfungsi untuk menempatkan koin untuk diperoleh oleh sang lakon. Kemudian ada kubus hijau untuk menempatkan terrain alias daratan, lalu kubus biru untuk area air.

Kubus berwarna ungu mewakili musuh yang akan menghadang laju sang karakter utama, sedangkan kubus putih mewakili elemen cerita dari game – bisa berupa checkpoint, text bubble atau garis finish. Selesai menyusun kubus-kubus tersebut, waktunya membuka aplikasi Star Wars Bloxels di perangkat Android atau iOS.

Star Wars Bloxels

Aplikasi inilah yang akan menerjemahkan susunan kubus-kubus itu tadi menjadi sebuah level dalam game secara otomatis. Anda masih bisa melakukan kustomisasi lebih lanjut, seperti mengganti grafik atau latar belakangnya, atau menambahkan dialog agar jalan ceritanya lebih berkesan.

Selesai dengan itu semua, waktunya memainkan game pixel art platformer rancangan Anda sendiri. Anda juga memiliki opsi untuk membagikan kreasi Anda tersebut untuk dimainkan oleh publik, dan Anda pun bebas menjajal levellevel kreasi pengguna lain, termasuk yang dibuat oleh kru Bloxels sendiri.

Star Wars Bloxels

Seperti yang saya bilang, programming sama sekali tidak diperlukan di sini. Yang diperlukan hanyalah pemahaman akan konsep perencanaan linear, sebab dan akibat, dan tentu saja logika, untuk bisa menciptakan suatu level yang playable.

Star Wars Bloxels pada dasarnya memungkinkan pemainnya untuk menciptakan gambaran atas game yang hendak mereka buat dengan mudah. Anggap saja ini sebagai mainannya para programmer generasi mendatang, dengan peran dan dampak yang kurang lebih sama seperti Lego sebagai sumber inspirasi para arsitek dan engineer.

Star Wars Bloxels saat ini sudah dipasarkan seharga $50 – aplikasinya gratis – namun sayang baru di Amerika Serikat dan Jepang saja.

Sumber: Engadget dan The Next Web.

Osmo MindRacers Padukan Game Balap ala Mario Kart dengan AR dan Hot Wheels

Apa yang terjadi ketika konsep game balapan ala Mario Kart dikawinkan dengan augmented reality dan Hot Wheels? Jawabannya adalah Osmo MindRacers, sebuah sistem permainan hybrid yang memadukan keseruan video game dan interaksi dengan objek fisik secara apik.

Developer Osmo bekerja sama langsung dengan Mattel selaku pemegang lisensi brand Hot Wheels guna merealisasikan konsep unik ini. MindRacers sejatinya menggunakan sistem yang sama seperti pada permainan simulasi Osmo Pizza Co., yang melibatkan sebuah cermin kecil yang dipasangkan di bagian atas iPad sehingga kamera depannya dapat melihat benda-benda di hadapannya.

Osmo MindRacers

iPad tersebut duduk di atas sebuah platform yang menyambung ke sepasang track, mengindikasikan kalau permainan ini dirancang untuk dua orang – meski tetap ada mode single player. Untuk memulai, masing-masing pemain bisa memilih salah satu dari enam pilihan mobil Hot Wheels yang tersedia, lalu meletakkannya di ujung track itu tadi.

Setelah hitungan mundur, masing-masing pemain dapat menekan tombol untuk melepaskan mobil jagoannya. Kedua mobil lalu akan melaju dan masuk ke dalam kolong di bawah iPad, dan permainan pun berlanjut dalam wujud digital di layar iPad.

Osmo MindRacers

Di sinilah letak keseruan MindRacers dimulai. Selagi kedua mobil Hot Wheels mengadu kegesitannya, pemain dapat melemparkan semacam piringan kecil yang terbuat dari karton ke platform di bagian depan iPad. Secara instan, kamera iPad akan mengenali keberadaan piringan tersebut dan menerjemahkannya menjadi input dalam game.

Input yang dimaksud bisa bermacam-macam, tergantung jenis piringan yang dilemparkan: bisa untuk menambah kecepatan mobil, bisa juga untuk menghambat laju mobil lawan. Total ada 32 piringan yang dapat digunakan, dan sistem buatan Osmo dapat mengenali semuanya dengan baik.

Osmo MindRacers

Seperti halnya Osmo Pizza Co., MindRacers sanggup menyuguhkan porsi yang berimbang antara interaksi fisik dan digital. Harapannya, konsep unik ini bisa menarik perhatian anak-anak generasi terkini yang lebih memilih video game ketimbang board game maupun permainan tradisional lainnya.

Namun di saat yang sama, popularitas Hot Wheels juga dapat menarik perhatian konsumen dewasa yang masa kecilnya diwarnai oleh keceriaan bermain mobil-mobilan tersebut. Hot Wheels, seperti yang kita tahu, bakal menginjak usianya yang ke-50 tahun depan.

Osmo MindRacers saat ini sudah dipasarkan seharga $88 untuk paket lengkapnya yang mencakup Osmo iPad Base, platform plus track, 6 mobil Hot Wheels dan 32 piringan itu tadi. Bagi yang sebelumnya sudah mempunyai Osmo iPad Base, MindRacers bisa dibeli seharga $59 saja.

Sumber: VentureBeat.

Mattel Ciptakan Speaker Bertenaga Kecerdasan Buatan untuk Anak-Anak

Di titik ini Anda pastinya sudah tidak bisa meragukan popularitas speaker bertenaga kecerdasan buatan (AI) macam Amazon Echo dan Google Home. Ke depannya pabrikan-pabrikan lain pasti menyusul, tapi sebelum itu, ada Mattel yang lebih dulu memperkenalkan speaker serupa khusus untuk anak-anak.

Dijuluki Aristotle, ia merupakan perpaduan sebuah speaker Bluetooth dan kamera. Misi utama yang diusungnya adalah menjadi pengawas bayi sekaligus teman bermain dan belajar anak-anak. Ia dapat mengenali anak yang berbeda berdasarkan suaranya, memberikan instruksi sekaligus berinteraksi dengan mereka.

Aristotle ditenagai oleh tiga AI yang berbeda: buatan Mattel sendiri, Microsoft Cognitive Services (dan tidak lama lagi Cortana), dan buatan perusahaan bernama Silk Labs. Nama Aristotle sendiri mengindikasikan kalau ia mempunyai karakter bijaksana seperti sang filsuf asal Yunani yang menginspirasi namanya.

Aristotle memadukan AI, computer vision, voice recognition dan otomatisasi sehari-harinya. Contoh, saat ia mendeteksi bayi yang menangis, ia dapat mengirimkan notifikasi ke orang tua atau memutar lagu tidur dengan sendirinya. Semua ini bisa diatur melalui aplikasi pendampingnya di ponsel.

Dihadapkan dengan balita, Aristotle akan memfasilitasi mereka dalam mempelajari alfabet maupun membacakan cerita. Kepada anak yang lebih besar lagi, Aristotle akan membantu mereka dalam mengerjakan PR maupun menyajikan hiburan. Terakhir, bersama para remaja, Aristotle bisa melakukan interaksi yang lebih kompleks sekaligus mendampingi mereka belajar bahasa asing.

Dalam mengembangkan Aristotle, Mattel tidak mau setengah-setengah dalam hal keamanan dan privasi. Semua data yang masuk dan keluar akan dienkripsi, dan untuk mencegah serangan DDoS atau ancaman lain dari para hacker, pengguna harus melakukan pairing manual setiap kali hendak menyambungkan ponsel dengan Aristotle.

Sejatinya ada banyak sekali yang bisa dilakukan Mattel Aristotle, termasuk mengontrol perangkat smart home atau IoT yang kompatibel. Perangkat ini rencananya akan dipasarkan mulai musim panas mendatang seharga $299.

Sumber: PC World dan PR Newswire.

Mattel ThingMaker Bereinkarnasi Menjadi 3D Printer

Sebagai produsen mainan terbesar yang sudah berkiprah selama bangsa Indonesia merdeka, Mattel tentunya punya sejumlah produk legendaris. Salah satunya adalah Mattel View-Master, yang tahun lalu ‘dihidupkan’ kembali menjadi VR headset dan baru-baru ini dirombak jadi lebih sempurna.

Selain View-Master, masih ada perangkat lain dari Mattel yang tak kalah legendaris. Namanya ThingMaker. Populer di tahun 1960-an, perangkat ini pada dasarnya memungkinkan anak-anak untuk menciptakan mainannya sendiri, dengan cara menuangkan plastik cair ke cetakan untuk dipanaskan lalu didinginkan.

Selang setengah abad selanjutnya, Mattel sudah siap dengan reinkarnasi ThingMaker. Konsep dan fungsinya masih sama, yakni untuk membantu anak-anak menciptakan mainannya sendiri, namun tentunya dengan bantuan teknologi digital yang berlipat-lipat lebih canggih dari versi orisinilnya.

Mattel ThingMaker 3D Printer

Mattel ThingMaker generasi baru ini pada dasarnya merupakan sebuah 3D printer. Wujudnya tak jauh berbeda dari 3D printer lain, lengkap beserta sebuah jendela di sisi depan agar anak-anak dapat menyaksikan seluruh proses pembuatan mainan rancangannya sendiri.

Saya bilang “rancangan sendiri” karena ia memang datang bersama sebuah aplikasi pendamping berjuluk ThingMaker Design. Aplikasi ini cukup istimewa. Tak hanya karena didesain oleh tim Autodesk, tetapi juga karena mengemas interface yang sederhana sekaligus opsi kustomisasi yang amat lengkap.

ThingMaker Design bisa diakses lewat perangkat Android atau iOS. Anak-anak dapat mendesain mainannya dari nol, atau bisa juga memodifikasi template yang sudah ada. Berbagai tekstur dan warna bisa dipilih, dan aplikasi akan menampilkan mekanisme pergerakan mainannya saat sudah selesai dicetak dan dirakit nantinya.

Ke depannya, Mattel bahkan berencana untuk menawarkan template desain dari deretan franchise-nya yang sudah sangat populer, seperti Barbie dan Hot Wheels. Dengan kata lain, pengguna ThingMaker nantinya bisa mencetak boneka Barbie atau Hot Wheels-nya sendiri.

Mattel ThingMaker Design app

Selesai merancang, aplikasi akan meng-export hasilnya menjadi file siap cetak dan diteruskan menuju printer lewat Wi-Fi. Proses pencetakan akan berlangsung bagian per bagian. Setelah semuanya siap, anak-anak tinggal merakitnya menjadi satu mainan utuh yang bisa digerak-gerakkan.

Mattel ThingMaker memanfaatkan filamen berbahan PLA untuk mencetak. Berdasarkan laporan Gizmodo, warnanya amat bervariasi. Sejauh ini sudah ada dua lusin warna yang berbeda, dan mungkin saja bisa bertambah ke depannya, termasuk dari segi material.

3D printer memang sudah bukan barang unik lagi. Akan tetapi penawaran dari Mattel ini terdengar sangat menarik berkat kehadiran aplikasi pendamping yang sederhana dan sangat mudah digunakan.

ThingMaker 3D Printer rencananya akan dipasarkan mulai musim semi tahun ini. Banderol harga yang ditetapkan adalah $300, cukup terjangkau untuk ukuran 3D printer. Aplikasi ThingMaker Design sendiri sudah bisa diunduh sekarang di Android dan iOS secara cuma-cuma.

Sumber: TechCrunch dan PR Newswire.