Tag Archives: Maulana Bayu Samudro

Acara yang diadakan coworking space, khususnya luar Jabodetabek, memberikan kesempatan pelaku startup berkumpul, menimba ilmu, dan berkolaborasi

Peranan Coworking Space untuk Pelaku Startup Luar Jabodetabek

Bisnis coworking space tak hanya sekedar bisnis penyewaan ruang. Kehadirannya sedikit banyak memberikan sumbangsih pada pertumbuhan ekosistem dan komunitas startup. Di beberapa kota di luar Jabodetabek, pengelola coworking mencoba memberikan dampak lebih bagi kotanya melalui serangkaian agenda kegiatan.

Di Indonesia, CoHive adalah salah satu penyedia coworking space yang beroperasi di banyak kota di Indonesia. Selain Jakarta, mereka juga hadir di Medan, Bali, dan Yogyakarta. Bahkan di akhir tahun 2019 ini mereka merencanakan berekspansi ke Surabaya, Bandung, dan Makasar.

Sebagai coworking yang hadir di banyak kota, mereka membawa konsep dan desain yang serupa. CoHive secara spesifik menargetkan pelaku usaha startup dan industri UMKM yang memiliki kebutuhan kantor dalam ukuran lebih kecil dengan mekanisme penyewaan dengan pembayaran yang sederhana. Kendati demikian, mereka menyadari bahwa setiap kota memiliki karakteristik berbeda.

“Kami juga menyadari bahwa karakter pasar di Jakarta dan luar Jakarta tentu memiliki perbedaan. Karenanya, kami bekerja sama dengan partner lokal untuk menjalankan usaha coworking space ini. Contohnya adalah CoHive Clapham yang merupakan hasil merger antara CoHive dengan Clapham Collective di Medan, Sumatera Utara,” jelas Head of Corporate Communication Kartika Octaviana.

Kartika lebih jauh menjelaskan, demi menjalin hubungan baik dan mendukung bisnis para anggota CoHive mereka rutin melibatkan para anggota atau pihak eksternal untuk berpartisipasi. Sedangkan untuk acara publik, mereka memiliki beberapa acara talkshow reguler dengan Jakarta Smart City (free event) yaitu “Ngobrol Jakarta”, CoTalks (paid event). CoLearn (free event – members only), dan lain sebagainya.

“Kami hendak membantu bisnis dan kapasitas profesional para members kami untuk berkembang. Inilah yang menjadi misi kami mengadakan berbagai sesi coaching clinic & professional development. Selain itu juga acara networking yang membantu para members untuk bisa terhubung dengan potensi kerja sama bisnis dan investasi, seperti speed dating with venture capitalist (kerja sama dengan Plug n Play), kompetisi startup internasional (Get In The Ring), kerja sama dengan pemerintah Singapura (ACE Singapura), kerja sama dengan pemerintah Korea Selatan (Center for Creative Economy dan Innovation Daegu),” imbuh Kartika.

Tak jauh berbeda, CoHive Medan (CoHive at Clapham) juga memiliki komitmen untuk menjadi fasilitator ekosistem dengan mengadakan acara yang dibutuhkan pelaku startup di Kota Medan. Tujuannya untuk mendongkrak semangat serta menambah pengetahuan dan informasi di bidang kewirausahaan.

Memosisikan diri sebagai penghubung, CoHive at Clapham selalu mengajurkan para perserta untuk memanfaatkan momen selepas acara untuk berkenalan dengan peserta lain atau membangun jaringan untuk membuka peluang ide-ide baru.

“Kami menjembatani mereka yang ingin belajar banyak mengenai bisnis yang sangat dibutuhkan sesuai dengan perkembangan teknologi saat ini. Di samping itu kami juga memberikan kesempatan untuk mempertemukan pelaku startup dengan investor melalui event-event tertentu yang kami adakan di Clapham,” terang Facility Manager CoHive at Clapham Sri Wahyuni.

Di Medan, CoHive at Clapham menggelar berbegai acara runtin, di antaranya Clapham Conversation, sebuah acara yang diselenggarakan setiap bulan dengan mengundang orang-orang yang berpengalaman dan telah berhasil melewati rintangan dalam membangun bisnisnya sebagai narasumber. Berbagi kisah dan berbagi tips.

Selain itu CoHive at Clapham juga memiliki Startupfest, gelaran festival startup tahunan yang mendatangkan sejumlah pembicara berpengalaman dari beragam latar belakang. Di acara ini pelaku startup di Medan juga diberikan kesempatan untuk bertemu dengan investor untuk mendapat masukan dan wawasan yang mendalam.

Salah satu pelaku startup yang cukup terbantu dengan kehadiran CoHive at Clapham adalah Invita. Startup gagasan Dikent Jingga ini bermarkas di sana. Selain bisnisnya yang memanfaatkan layanan coworking space Dikent sebagai individu pun cukup terbantu baik dari segi pengembangan diri atau membangun jaringan.

“Kehadiran coworking space sangat membantu saya terutama dalam hal networking dan sebagai magnet untuk menarik pemain startup tidak hanya di kota Medan tapi kadang ada pemain startup dari luar Medan juga berkunjung. Juga sebagai sarana event-event startup,” terang Dikent Jingga, Founder Invita.

Dikent mungkin adalah salah satu dari banyak pelaku bisnis startup yang sangat terbantu dengan kehadiran coworking space. Ia tak hanya menemukan tempat tetapi juga kesempatan untuk bertemu dan bertukar pikiran sesama pelaku bisnis startup yang dijumpainya ketika menghadiri acara yang diselenggarakan oleh CoHive at Clapham Medan.

Penggerak Komunitas Startup

Tak jauh beda dengan CoHive at Clapham di kota Medan beberapa pengelola coworking space di kota-kota lainnya juga mengusung semangat yang sama, seperti Ngalup di Malang dan Impala Space di Semarang.

Direktur Ngalup Andina Paramita menjelaskan, ia melihat banyaknya Universitas, Instansi pendidikan dan penggiat industri kreatif menjadikan kota Malang menjadi salah satu kota yang berpotensi menghasilkan karya startup yang inovatif. Hanya saja masih dibutuhkan konsistensi dalam pengembangan dan inkubasi bisnis.

Di Malang, Ngalup menghadirkan beberapa acara/program yang bertujuan merangsang pertumbuhan komunitas dan peningkatan skill kreatif. Beberapa inisiatif yang digagas Ngalup antara lain Community Camp, sebuah ajang berkumpulnya komunitas Malang untuk menjalin networking dan bertukar ide. Acara ini diadakan dengan konsep out door.

Ada pula Community Invite, sebuah acara yang mengundang komunitas secara bergantian untuk tetap menjaga hubungan baik dan membahas kendala-kendala yang dihadapi. Berikutnya Event Collaboration membuka peluang komunitas untuk berkolaborasi dalam menggelar acara seminar/workshop.

Untuk event yang berkaitan dengan startup, coworking yang memiliki Pawoon, Meeber, dan Hadstar sebagai tenant ini, memiliki beberapa program di antaranya TechTalk, MboisTalk, Sinau Sedinoan, Ngalup Heroes (sharing session), dan Speed Dating.

“Dengan potensi yang dimiliki, harapannya kota Malang dapat melahirkan solusi-solusi terbaik untuk berbagai permasalahan yang terjadi di bidang teknologi. dengan begitu kota Malang tetap dapat bersaing dengan kota besar lainnya dalam bidang startup di level nasional maupun internasional,” terang Andina.

Untuk Semarang, pengelola Impala Space (Impala) Gatot Hendra Putra juga berusaha mengambil peran sebagai ecosystem builder untuk startup di Kota Semarang. Impala sendiri telah menginisiasi komunitas startup Semarang yang dinamai dengan SMARTUP. Komunitas ini rutin mengadakan aktivitas seputar dunia startup, bisnis, dan teknologi.

“Kami mengambil posisi sebagai ecosystem builder yang berperan mengkoneksikan banyak stakeholder di bidang ini, dengan bantuan dan sinergi banyak pihak, termasuk komunitas dan universitas, dunia startup digital bukan lagi menjadi hal yang asing didengar di Kota Semarang. Mulai banyak muncul ide-ide baru dari publik di Semarang lewat program-program yang konsisten kami selenggarakan,” jelas Gatot.

Kehadiran coworking space juga dirasa sangat membantu Maulana Bayu Samudro, founder startup asal Semarang, Madhang. Ia mengaku sering memanfaatkan coworking space untuk ngantor atau hanya untuk sekedar nongkrong bersama dengan founder startup lainnya. Ia juga sering menghadiri acara yang diselenggarakan di coworking space, seperti acara pitching dan workshop.

“Sangat senang sekali ketika ada coworking space, karena dulu, sebelum saya mengenal coworking space, sebagai founder saya sulit sekali untuk mencari partner buat sharing. Namun setelah saya tau kalau di kota saya ada coworking space saya setiap minggu menyempatkan waktu kesana buat sekedar sharing dengan founder startup lainnya,” terang Bayu.

Startup Kuliner Madhang

Startup Kuliner “Madhang” Mulai Fokus pada Kegiatan Pengembangan Mitra

Startup kuliner on-demand asal Semarang Madhang sudah mulai melebarkan jangkauannya ke beberapa kota baru termasuk Jakarta. Capaian positif mereka dalam tahun 2018 membuatnya optimis bisa membantu lebih banyak mitra di tahun ini.

Kepada DailySocial, CEO Madhang Maulana Bayu Samudro menjelaskan bahwa di tahun 2018 mereka telah menorehkan capaian yang positif, baik dari segi inovasi, bisnis hingga teknologi. Salah satunya seperti menjalin kerja sama dengan OVO untuk mengintegrasikan sistem pembayaran. Di 2018 Madhang juga mulai meluncurkan aplikasi khusus bagi mitra yang berfungsi untuk memberikan sistem kasir dan laporan yang lebih mendetail.

Dari segi bisnis dan kerja sama, di akhir 2018 Madhang telah berhasil menjalin kemitraan dengan Sampoerna Untuk Indonesia dan BEDO (Business & Export Development Organization) untuk memberikan pelatihan kepada mitra-mitra Madhang. Sesuai dengan visinya, memberikan dampak sosial dengan memberikan kehidupan yang lebih baik untuk ibu rumah tangga.

“Total user sekarang sudah sekitar 60 ribu, [dan] total merchant sudah di angka 4 ribu,” jelas Bayu.

Bayu lebih jauh menjelaskan di usia Madhang masih di angka satu tahun ini apa yang mereka hasilkan di tahun kemarin merupakan sesuatu hal yang positif. Namun untuk membawa Madhang ke level selanjutnya masih ada beberapa pekerjaan rumah yang harus dibenahi.

“Pencapaian tersebut kalau dilihat dari umur Madhang yang masih di angka satu tahun itu merupakan track yang bagus. Tapi kita masih merasa kurang dengan angka tersebut. Masih banyak PR yang harus kita selesaikan di tahun ini, karena kita perlu melakukan develop mitra-mitra kita,” terang Bayu

Menatap tahun 2019 dengan optimis

Di awal tahun 2019 mereka memulai dengan masuk ke dalam Program Plug and Play Indonesia Batch 4, bersama dengan Emvazo, BFarm, Redkendi, dan beberapa startup lainnya dari beberapa negara.

Bayu juga menjelaskan bahwa di tahun 2019 ini Madhang akan fokus untuk pengembangan mitra dengan memberikan pelatihan-pelatihan khususnya dalam hal branding product mitra-mitra Madhang.

“Rencana di tahun 2019 ini kita lebih fokus untuk pengembangan mitra kita, memberikan pelatihan-pelatihan lebih bagi mitra. Khususnya dalam branding product mereka. Memberikan wadah-wadah jualan bagi mitra-mitra yang berpotensi. Contohnya kita baru melakukan kerja sama dengan pujasera di Semarang guna memberikan wadah mitra untuk berjualan. Dan tentunya melakukan fundraising,” terang Bayu.

Application Information Will Show Up Here

Madhang dan Upaya Angkat Masakan Lokal

Teknologi saat ini mampu membantu manusia menemukan banyak hal, tak terkecuali makanan enak dan khas. Tema ini diusung Madhang, sebuah aplikasi yang memosisikan diri sebagai food marketplace yang mampu menghubungkan siapa pun yang berjualan dengan pembeli. Penjual pun tidak harus memiliki warung makan. Cukup rumah atau tempat untuk mengambil makanan dan makanan itu sendiri penjual sudah bisa menawarkannya kepada pelanggan.

Mulai diluncurkan awal bulan Desember ini, Madhang masih berkonsentrasi di kota Semarang. Dengan total warung atau mitra penjual makanan berjumlah 60 buah, Madhang masih berusaha untuk mengenalkan layanan mereka ke masyarakat dan mitra-mitra produsen makanan.

Yang cukup menarik dari Madhang adalah slogannya yang berbunyi “Your local food heroes”. Diterangkan CEO Madhang Maulana Bayu Samudro, slogan tersebut dimaksudkan bahwa pihaknya ingin mengangkat makanan-makanan khas Indonesia karena sekarang mulai banyak yang tidak mengetahui masakan-masakan khas / lokal. Promosi makanan khas menjadi salah satu tujuan yang ingin dicapai.

“Jika kita mempunyai resep masakan keluarga dan ingin membagikannya dengan orang lain yang bahkan tidak kita kenal, maka kita bisa berbagi melalui Madhang. Dan jika kita membutuhkan masakan rumahan yang kita rindukan dan tidak kita temukan di resto maupun pedagang kaki lima yang ada, maka kita bisa mencarinya melalui Madhang,” ungkap Bayu.

Lebih jauh Bayu menjelaskan Madhang didesain untuk membantu para pembeli dan penjual. Untuk para penjual, Madhang membantu penentuan jam operasi secara lebih leluasa. Jenis produk yang dijual pun bisa apa saja atau yang dimasak sehari-hari. Penjual juga bisa memasang produk makanan pre-order sehingga bisa menyiapkan masakan terlebih dahulu. Dari segi teknis, Madhang dilengkapi fitur yang bisa membantu pembeli dan penjual berkomunikasi.

Sementara dari segi pembeli, Madhang memudahkan pencarian makanan dengan fitur filter. Selain itu pembeli juga bisa memilih untuk makan di tempat atau dikirim melalui layanan pesan antar.

“Di Madhang masyarakat dapat lebih mudah menemukan makanan-makanan yang mempunyai resep rahasia ala rumahan. Dan bagi para ibu-ibu rumah tangga yang ingin mempunyai warung namun tidak mempunyai modal. Kami merupakan solusi tersebut karena dengan berjualan di Madhang ibu-ibu bisa menjual langsung makanan yang dimasak dan menggunakan rumahnya untuk berjualan,” papar Bayu.

Salah satu hal menarik dari startup asal Semarang ini adalah keterlibatan Kaesang Pangarep, putra bungsu Presiden Republik Indonesia Joko Widodo. Pemuda yang memang terlihat tertarik dengan industri digital tersebut masuk dalam jajaran tim Madhang sebagai CMO (Chief Marketing Officer).

“Awalnya ketika saya berpikiran untuk memajukan UKM beserta ibu-ibu rumah tangga yang ingin mempunyai penghasilan tambahan. Kebetulan mahasiswa-mahasiswa UDINUS memiliki visi dan misi yang sama untuk memajukan resep rumahan untuk memiliki nilai lebih. Dari situ kami, para founder Madhang membuat aplikasi ini,” terang Kaesang menceritakan keterlibatannya di Madhang.

Madhang saat ini tengah berusaha menyusun strategi untuk berkembang dan mendapatkan pengguna. Mereka juga sudah menyusun beberapa inovasi dan langkah strategis, termasuk menyediakan pelatihan untuk para mitra Madhang tentang penyajian makanan dan pelayanan pelanggan, mengadakan festival kuliner dengan para mitra Madhang, melakukan ekspansi di luar wilayah Semarang, dan mengembangkan sistem reward bagi para mitra yang mampu ditukarkan dengan peralatan masak sehingga bisa membantu produktivitas mereka.

“Saya berharap Madhang dapat menjadi wadah bagi tenant Madhang untuk menjadikan resep rumahannya memiliki nilai ekonomi yang lebih. Saya juga berharap user Madhang dapat menggunakan aplikasi ini sebagai wadah bagi mereka untuk mengenal lebih jauh masakan Indonesia,” terang Kaesang.

Application Information Will Show Up Here