Tag Archives: MDI Arise

Go-Ventures Leads 86 Billion Rupiah Pre Series A Funding for Agritech Startup AgriAku

Agritech startup focused on supply chain solutions, AgriAku, announced a Pre-Series A funding of $6 million or more than 86 billion Rupiah led by Go-Ventures. The previous investor, MDI Arise also participated, followed by MDI Centauri, Mercy Corps Social Venture Fund, and several business angels.

The company plans to use this fresh fund on three purposes; Hiring more talents in the operations, supply chain, product and technology areas; Strengthen the penetration of agri-supply B2B marketplaces across the country; and Growing innovation and capability of the product ecosystem to improve the agricultural value chain in Indonesia.

Indonesia’s agricultural industry is considered to have a significant contribution to the economy, around 13.5% of GDP. However, the upstream agricultural market is highly fragmented with unorganized value chains for agricultural supplies such as seeds, fertilizers and chemicals. Farmers, suppliers and retailers are facing the same problems – supply and price instability, inefficient manual workflows, and limited access to formal finance.

“AgriAku’s B2B input market platform is ideally positioned to increase price transparency and market access for all stakeholders in the agricultural input sector. Over time, we hope that AgriAku can significantly increase farmer productivity and improve farmers’ standard of living,” Go-Ventures’ Partner , Aditya Kamath said.

AgriAku, founded by Irvan Kolonas and Danny Handoko in 2021, holds a mission to create a transparent network between all stakeholders in the agricultural product supply chain system. They’re using an approach that builds a market called “Toko Tani”, directlu connected with first-tier producers or distributors. This method is claimed to allow farmers have a complete catalog of agricultural products at a much more affordable price.

In late February 2022, the company officially introduced an update for the AgriAku untuk Mitra app on the Google Play Store. This platform provides the most complete range of agricultural products compared to the common farmer shops, ranging from seeds, medicines and nutrients, fertilizers and agricultural tools. With Agriaku’s reporting and cash register system, agents can also make accurate digital records to simplify work and accelerate business development.

Agri Aku is not the first agritech funded by the Gojek’s investment arm. Previously, Go-Ventures also led the follow-on funding of Segari online grocery and several startups with similar business models, including eFishery (Fresh), FoodMarketHub, and KitaBeli. This strategic action has proven Gojek’s mission to strengthen the online grocery line.

Indonesia’s agritech startups

For hundreds of years, Indonesia has been known as an agricultural region and has exported many commodities and foodstuffs around the world. However, the agricultural industry is still considered not to provide a fair opportunity for farmers to improve their quality of life and business to date. As the world’s population increases to 8 billion, with Indonesia contributing around 280 million, the role of the agricultural sector will be even greater to meet the growing human needs.

In a publication entitled “Yielding Next Gen. Agri Conglomerate Leveraging Tech Orchestration”, Arise highlighted four main pain points in the agricultural value chain. These are limited access to capital, fragmented and inefficient supply chains, lack of access to technology, and price uncertainty due to climate change.

While this sector held enormous potential, its value could exceed $500 billion of global GDP by 2030. Asia Pacific alone is projected to contribute 8.2% of the total value. On this trend, investment for Argitech continues to increase from year to year worldwide. In 2020, there were approximately 834 funding deals, accounting for more than $6.7 billion.

Some of the agritech players are getting more popular in this country and getting listed as a soonicorn, including Tanihub, Eden Farm, Aruna, and eFishery. The newcomer, Semaai has also secured fresh funding from Surge and Beenext.

Ekosistem solusi digital untuk sektor pertanian / Arise


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
Agriaku ingin menciptakan sebuah jaringan yang transparan antara semua pemangku kepentingan di sistem supply chain produk pertanian.

Go-Ventures Pimpin Pendanaan Pra Seri A 86 Miliar Rupiah untuk Startup Agritech AgriAku

Startup agrikultur yang fokus pada solusi rantai pasok, AgriAku, mengumumkan perolehan pendanaan Pra-Seri A senilai $6 juta atau lebih dari 86 miliar Rupiah yang dipimpin oleh Go-Ventures. Investor sebelumnya, MDI Arise juga turut berpartisipasi, diikuti MDI Centauri, Mercy Corps Social Venture Fund, dan beberapa angel investor.

Dana segar ini rencananya akan digunakan perusahaan untuk tiga hal; Mengembangkan tim secara agresif di bidang operasional, supply chain, produk dan teknologi; Memperkuat penetrasi marketplace B2B agri-pasok di seluruh penjuru negeri; serta Memperkaya inovasi dan kapabilitas dari ekosistem produk demi meningkatkan rantai nilai agrikultur di Indonesia.

Industri pertanian Indonesia dinilai memiliki kontribusi signifikan terhadap perekonomian, sekitar 13,5% dari PDB. Namun, pasar pertanian hulu sangat terfragmentasi dengan rantai nilai yang masih belum tertata untuk pasokan pertanian seperti benih, pupuk, dan bahan kimia. Baik petani, pemasok, maupun pengecer menghadapi masalah yang sama – ketidakstabilan pasokan dan harga, alur kerja manual yang tidak efisien, serta akses terbatas ke pembiayaan formal.

“Platform pasar input B2B AgriAku diposisikan secara ideal untuk meningkatkan transparansi harga dan akses pasar bagi semua pemangku kepentingan di sektor input pertanian. Seiring berjalannya waktu, kami berharap AgriAku dapat meningkatkan produktivitas petani secara signifikan dan meningkatkan taraf hidup petani,” ungkap Partner Go-Ventures Aditya Kamath.

AgriAku, yang didirikan oleh Irvan Kolonas dan Danny Handoko di tahun 2021,  memiliki misi menciptakan sebuah jaringan yang transparan antara semua pemangku kepentingan dalam sistem rantai pasok produk pertanian. Salah satu pendekatannya, mereka membangun pasar yang disebut sebagai “Toko Tani”, terhubung dengan produsen atau distributor tingkat pertama. Cara ini diklaim memungkinkan petani mendapatkan katalog produk pertanian yang lengkap dengan harga yang jauh lebih terjangkau.

Di akhir bulan Februari lalu, perusahaan resmi memperkenalkan pembaruan aplikasi AgriAku untuk Mitra di Google Play Store. Platform ini menyediakan rangkaian saprotan terlengkap dibanding toko tani biasa, mulai dari benih, obat-obatan dan nutrisi, pupuk dan juga alat pertanian. Dengan sistem pencatatan dan kasir AgriAku, agen juga dapat membuat rekaman digital akurat sehingga bisa mempermudah pekerjaan dan mempercepat perkembangan bisnis.

AgriAku bukanlah startup agrikultur pertama yang didanai unit investasi Gojek ini. Sebelumnya, Go-Ventures juga memimpin pendanaan lanjutan startup online grocery Segari dan beberapa startup yang memiliki model bisnis serupa, termasuk eFishery (Fresh), FoodMarketHub, dan KitaBeli. Aksi strategis ini memantapkan usaha Gojek untuk memperkuat lini online grocery.

Startup agrikultur di Indonesia

Selama ratusan tahun, Indonesia dikenal sebagai wilayah agraris dan telah mengekspor banyak komoditas dan bahan makanan ke seluruh dunia. Namun, hingga saat ini, industri agrikultur masih dianggap tidak memberikan kesempatan yang adil bagi para petani untuk meningkatkan kualitas hidup dan bisnis mereka. Seiring populasi dunia yang meningkat hingga 8 miliar, dengan Indonesia menyumbang sekitar 280 juta, peran sektor pertanian akan semakin besar untuk memenuhi kebutuhan manusia yang terus berkembang.

Dalam publikasi bertajuk “Yielding Next Gen. Agri Conglomerate Leveraging Tech Orchestration”, Arise menyoroti  empat pain points utama dalam value chain pertanian. Yakni keterbatasan akses ke permodalan, rantai pasok yang terfragmentasi dan kurang efisien, minimnya akses ke teknologi, dan ketidakpastian harga akibat perubahan iklim.

Sementara sektor ini memiliki potensi industri yang sangat besar, nilainya bisa melebihi $500 miliar terhadap GDP global di tahun 2030 mendatang. Asia Pasifik sendiri berpotensi menyumbangkan 8,2% dari nilai total tersebut. Melihat tren tersebut, di kancah global investasi untuk startup argitech juga terus meningkat dari tahun ke tahun. Di tahun 2020, terdapat sekitar 834 kesepakatan pendanaan, membukukan lebih dari $6,7 miliar.

Beberapa pemain agritech yang namanya sudah populer di tengah masyarakat Indonesia dan jadi soonicorn termasuk Tanihub, Eden Farm, Aruna, dan eFishery. Pemain baru Semaai juga bulan lalu membukukan dana segar dari Surge dan Beenext.

Ekosistem solusi digital untuk sektor pertanian / Arise
Application Information Will Show Up Here