Tag Archives: mechanical keyboard

Makin Banyak Mechanical Keyboard dari Brand Lokal, Apa Saja Pilihannya?

Saya masih ingat momen pertama saya menjajal mechanical keyboard di tahun 2012. Kala itu saya masih bekerja sebagai penulis di majalah PC Gamer Indonesia, dan keyboard yang saya gunakan adalah SteelSeries 6Gv2 dengan switch Cherry MX Red yang dipinjamkan untuk di-review.

Tanpa ada maksud menyombongkan diri, tapi sejak saat itu saya tidak pernah lagi menyentuh membrane keyboard. Feel mengetik yang diberikan oleh mechanical keyboard benar-benar superior, dan di saat yang sama sesi gaming pun juga terasa semakin nyaman. Buat yang sehari-harinya rutin mengetik ribuan kata dan selalu menyisihkan waktu untuk bermain game seperti saya, mechanical keyboard sudah menjadi kebutuhan primer.

Itulah mengapa ketika unit review SteelSeries 6Gv2 tadi diminta kembali oleh distributornya, saya pun memutuskan untuk langsung membeli sendiri. Pilihannya kala itu tidak banyak, dan SteelSeries 6Gv2 rupanya berada di luar budget yang saya miliki. Pilihan saya akhirnya jatuh pada CM Storm QuickFire.

Situasinya tentu sudah berubah drastis sekarang. Kita tidak lagi harus melirik brand gaming mainstream seperti Razer, SteelSeries, Logitech, maupun merek premium macam Leopold atau Filco ketika sedang berburu mechanical keyboard. Belakangan ini sudah semakin banyak brand lokal yang menjajakan mechanical keyboard dengan harga yang cukup terjangkau, dan yang lebih penting, penawaran mereka juga patut direkomendasikan dari segi kualitas.

Di artikel ini, saya akan merangkum merek-merek lokal mechanical keyboard Indonesia yang bisa menjadi pilihan saat Anda hendak membeli mechanical keyboard baru ke depannya. Beberapa di antaranya merupakan brand produk gaming, tapi beberapa juga ada yang secara eksklusif berjualan keyboard. Berikut daftarnya, tanpa diurutkan.

1. VortexSeries

VortexSeries VX64
VortexSeries VX64 / VortexSeries

Dibanding brand lokal lain, VortexSeries bisa dibilang adalah yang paling lengkap pilihan mechanical keyboard-nya. Dari yang menggunakan layout full-size (104 tombol) sampai layout 60% tanpa arrow key, dari yang harganya semurah 350.000 ribu sampai yang mendekati satu juta rupiah, VortexSeries punya semuanya.

Dua produk yang paling populer dari brand ini adalah VortexSeries VX5 dan VX64. VX5 populer karena harganya yang luar biasa terjangkau di angka Rp350.000 tadi, sedangkan VX64 laris karena juga menawarkan konektivitas Bluetooth 5.1 di samping switch Gateron yang dapat dilepas-pasang dengan mudah (hot-swappable).

Alasan lain VX64 diincar banyak orang adalah layout-nya: 60% dengan panjang sasis kurang dari 30 cm, tapi masih ada arrow key yang lengkap. Untuk pembelian, silakan kunjungi toko resminya di Tokopedia dan Shopee.

2. Press Play

Voyager68 Retro Edition / Press Play
Voyager68 Retro Edition / Press Play

Press Play cukup dikenal karena selain menawarkan mechanical keyboard dengan desain yang premium, mereka juga menawarkan aksesori-aksesori macam wrist rest, desk mat, sampai keycap dengan desain yang lucu-lucu sekaligus menarik.

Keyboard terbaru mereka yang diluncurkan belum lama ini adalah Voyager68, keyboard 65% dengan fitur yang sangat lengkap: hot-swappable switch, pre-lubed stabilizer, dan pilihan konektivitas antara wired (USB-C), wireless (dongle 2,4 GHz), atau Bluetooth 5.0.

Harga keyboard ini dipatok di angka Rp1,1 juta, atau Rp1,2 juta apabila Anda memilih varian Retro Edition yang menggunakan keycap dari bahan PBT dye-sub. Selain di Tokopedia, official store-nya juga ada di Shopee.

3. Rexus

Rexus Daxa M71 Pro / Rexus
Rexus Daxa M71 Pro / Rexus

Brand yang satu ini mungkin sudah sangat dikenal di kalangan gamer tanah air. Produk Rexus tentu sangat beragam, dan mereka bahkan punya lini khusus bernama Daxa untuk produk yang lebih premium.

Di lini tersebut, ada Rexus Daxa M71 Pro yang sangat populer di kalangan anggota forum Indonesia Mechanical Keyboard Group (IMKG). Resep suksesnya tentu saja adalah fitur yang komplet, mulai dari variasi switch Gateron dengan socket yang hot-swappable sampai konektivitas Bluetooth, tidak ketinggalan pula harga yang terjangkau (Rp869.000).

Secara layout, Daxa M71 Pro juga termasuk agak unik; 65% tapi ada satu kolom tambahan. Untuk pembelian, Rexus juga punya toko online-nya sendiri di samping lapak di Tokopedia ataupun Shopee.

4. Digital Alliance

Digital Alliance Meca Warrior X RGB / Digital Alliance
Digital Alliance Meca Warrior X RGB / Digital Alliance

Lama bermain di segmen komponen PC, Digital Alliance (DA) juga sudah terjun ke bisnis periferal gaming selama beberapa tahun. Pilihan mechanical keyboard yang mereka tawarkan cukup beragam, tapi sejauh ini hanya yang mengadopsi layout full-size dan tenkeyless (TKL).

Kalau boleh menebak, mungkin DA bakal merilis keyboard 65% atau 60% tahun ini jika melihat bertambah populernya keyboard berukuran compact akhir-akhir ini. Untuk membeli produknya, DA punya lapak di Tokopedia, Shopee, dan seabrek pusat e-commerce lain yang bisa Anda lihat langsung di situsnya.

5. Paradox Gaming

Paradox Gaming Ghost GK68X / Paradox Gaming
Paradox Gaming Ghost GK68X / Paradox Gaming

Paradox Gaming merupakan signature brand dari distributor komponen Fox Hound. Di situsnya, tercatat bahwa mereka menjual produk di kategori casing, cooler, dan PSU, akan tetapi belakangan mereka juga menawarkan mechanical keyboard.

Menariknya, Paradox juga menawarkan satu set DIY keyboard bernama GK68X yang harus kita rakit sendiri sebelum digunakan. Set seharga 600 ribuan rupiah tersebut terdiri dari PCB, top plate, stabilizer, dan case. Selesai merakit, kita hanya perlu menambahkan switch dan keycap yang dibeli secara terpisah.

Total harganya memang bisa menembus satu jutaan rupiah dengan mudah, tapi keuntungannya tentu adalah kita bisa memilih sendiri tipe switch maupun keycap yang ingin digunakan, plus sedikit mencicipi pengalaman di dunia custom keyboard. Untuk pembelian, Anda bisa langsung main ke toko resmi Fox Hound di Tokopedia maupun Shopee.

6. Fantech

Fantech Maxpower MK853 / Fantech
Fantech Maxpower MK853 / Fantech

Seperti halnya Rexus, koleksi produk Fantech juga sangat bervariasi, dan mechanical keyboard pun tidak luput dari sorotan. Satu hal yang agak disayangkan adalah, Fantech belum punya mechanical keyboard dengan layout selain full-size. Jadi buat yang sudah terbiasa menjalani rutinitas tanpa diganggu oleh numpad, Anda harus melirik penawaran dari brand lain, kecuali jika Fantech ikut menekuni segmen compact keyboard ke depannya.

Pada kenyataannya, layout full-size bisa dibilang masih jadi standar yang paling umum untuk mayoritas hingga kini, dan brand mainstream macam Razer atau HyperX pun juga baru bermain di segmen compact belum lama ini. Buat yang tertarik membeli mechanical keyboard dari Fantech, silakan kunjungi toko resminya di Tokopedia atau Shopee.

7. Koodo

Koodo Beast Pro / Koodo
Koodo Beast Pro / Koodo

Koodo adalah salah satu brand dalam artikel ini yang produknya cuma sebatas mechanical keyboard. Sejauh ini mereka sudah punya tiga model: Cavalier dengan layout 96 tombol yang tidak umum, Beast dengan layout TKL, dan Arcadia dengan layout 68% (65% plus satu kolom ekstra seperti Rexus Daxa M71 Pro tadi).

Model terlarisnya adalah Koodo Beast Pro yang mengusung layout TKL tapi dengan tambahan kenop untuk mengatur volume atau tingkat kecerahan RGB-nya. Harganya cukup kompetitif di angka Rp890.000, apalagi mengingat switch-nya sudah hot-swappable. Untuk pembelian, silakan langsung mampir ke toko resminya di Tokopedia atau Shopee.

8. Noir

Noir N1 / Noir
Noir N1 / Noir

Merek paling muda dari semua yang tercantum di artikel ini, Noir sejauh ini baru punya satu mechanical keyboard, Noir N1, dan sayangnya keyboard tersebut sudah terjual habis meski dibanderol di harga Rp1,1 juta. Di saat brand lain banyak yang mengasosiasikan keyboard-nya dengan tema gaming, Noir justru ingin tampil beda dengan desain yang minimalis.

Komentar saya mengenai desainnya adalah sebagai berikut: kalau Anda suka dengan desain dari keyboardkeyboard besutan Keychron, maka Anda akan mudah sekali tertarik dengan desain yang ditawarkan oleh Noir. Penampilannya tergolong elegan, tapi di saat yang sama bisa membaur dengan cukup baik bersama periferal gaming lainnya.

Buat yang penasaran dengan brand ini, saya sarankan Anda mengikuti akun Instagram-nya guna mengikuti update terbaru dari mereka, sebab kabarnya mereka sedang dalam proses restock, serta akan merilis model baru dengan layout TKL dan fitur hot-swappable switch. Alternatifnya, Anda juga bisa mengecek lapak mereka di Tokopedia atau Shopee.

Susul Razer, EVGA Juga Umumkan Mouse Gaming dengan Polling Rate di Atas Normal

Razer belum lama ini merilis Viper 8KHz, mouse gaming pertamanya yang menawarkan polling rate setinggi 8.000 Hz. Namun seperti yang sudah bisa kita perkirakan, tidak butuh waktu lama bagi rival-rivalnya untuk menyusul dan menghadirkan penawaran serupa.

Salah satu yang pertama adalah EVGA. Pabrikan asal Amerika Serikat yang sudah sangat senior di segmen kartu grafis tersebut baru saja merilis tiga mouse gaming anyar: X20, X17, dan X15. Dua di antaranya (X17 dan X15), mengunggulkan waktu respon dan polling rate yang sama persis seperti Viper 8KHz tadi.

Pada umumnya, mouse gaming memiliki polling rate sebesar 1.000 Hz, yang berarti perangkat bisa melaporkan posisinya sebanyak 1.000 kali per detik. Kalau dikali 8, otomatis mouse bakal terasa semakin responsif. Secara teori seperti itu, dan di tangan atlet esport profesional yang refleknya sudah sekelas superhuman, peningkatan polling rate sedrastis ini sudah pasti akan berpengaruh langsung terhadap performa mereka selama bertanding.

EVGA gaming mice

Meski sama-sama mengusung polling rate 8.000 Hz, X17 dan X15 sangatlah berbeda satu dengan yang lainnya. X17 ditargetkan untuk para pemain game FPS, dengan satu tombol besar di sisi kiri yang secara default berfungsi untuk menurunkan DPI selama ia ditekan, atau istilah kerennya: “Sniper Button”.

Demi menyuguhkan kinerja yang lebih presisi, X17 juga mengandalkan dua sensor ekstra yang secara spesifik bertugas untuk mendeteksi LOD (lift-off distance). Dipadukan dengan algoritma khusus, sistemnya mampu mendeteksi jarak minimum 0,4 mm dan maksimum 3 mm — dapat diatur sesuai kebutuhan — antara sisi bawah mouse dan permukaan.

X15 di sisi lain ditujukan untuk para pemain MMORPG yang memerlukan seabrek tombol macro yang mudah dijangkau menggunakan ibu jari. Ia juga unik karena merupakan satu-satunya yang menggunakan switch bertipe optical, yang lebih responsif sekaligus lebih tahan lama, dengan klaim life span hingga 70 juta klik.

Buat yang memprioritaskan konektivitas wireless dan tidak tertarik dengan polling rate di atas normal, mereka bisa melirik X20 yang menawarkan tiga jenis konektivitas: wireless 2,4 GHz, Bluetooth, dan wired. X20 boleh dibilang adalah X17 versi nirkabel, tapi ternyata sensor yang digunakan paling berbeda sendiri, yakni PixArt 3335 – X17 dan X15 menggunakan sensor PixArt 3389.

Ketiganya terdengar cukup menjanjikan, tapi sayang sejauh ini belum ada sedikit pun informasi mengenai harga maupun jadwal rilisnya.

EVGA Z20 dan EVGA Z15

EVGA gaming keyboards

Dalam kesempatan yang sama, EVGA turut mengumumkan dua mechanical keyboard anyar: Z20 dan Z15. Lagi-lagi polling rate di atas rata-rata menjadi fitur andalan di sini. Baik Z20 maupun Z15 sama-sama punya polling rate maksimum 4.000 Hz, sama persis dengan yang ditawarkan oleh Corsair K100.

Khusus untuk Z20, kemiripannya dengan keyboard terbaru Corsair tersebut tidak berhenti sampai di situ saja, sebab ia turut mengandalkan switch bertipe optical. Tentu saja EVGA memberikan pilihan antara yang bersifat linear atau clicky, dan kedua jenis switch sama-sama diklaim tahan sampai 100 juta klik.

Z20 juga unik karena mengemas deretan tombol macro di samping kiri, serta mengusung sebuah proximity sensor yang memungkinkan perangkat untuk mendeteksi apakah ada seseorang di depannya atau tidak. Idenya adalah, ketika pengguna meninggalkan meja, keyboard akan masuk ke sleep mode secara otomatis dan mengaktifkan efek pencahayaan RGB yang berbeda.

Z15 di sisi lain masih mengandalkan jenis switch yang lebih umum, tapi yang istimewa, switch-nya ini dapat dilepas-pasang dengan mudah, alias hot-swappable. Dengan begitu, pengguna bebas mengganti switch-nya tanpa harus menjalani prosedur solder-menyolder.

Fitur-fitur standar keyboard gaming, seperti tombol multimedia khusus dan kenop volume, turut hadir di Z20 maupun Z15. Di Amerika Serikat, EVGA saat ini telah mulai memasarkan Z20 dengan harga $175, sedangkan Z15 dengan harga $130. Sejauh ini belum ada informasi apakah deretan periferal baru EVGA ini bakal masuk ke pasar tanah air atau tidak.

Sumber: PC Gamer.

Razer BlackWidow V3 Meluncur dengan Fisik yang Lebih Kokoh dan Layout Multimedia Baru

Diperkenalkan pertama kali pada tahun 2010, Razer BlackWidow bisa dibilang merupakan mechanical keyboard pertama yang dirancang secara spesifik untuk kebutuhan gaming. Saya masih ingat kala itu generasi pertamanya datang membawa lima tombol macro di sebelah kiri, serta menggunakan switch Cherry MX Blue yang clicky dan berisik.

10 tahun berlalu, sekarang Razer sudah punya BlackWidow V3. Bentuknya seperti yang bisa kita lihat masih sangat khas dengan bagian bawah yang melandai, namun tentu saja rangka aluminiumnya ini dibuat lebih kokoh ketimbang milik versi sebelumnya.

Masih seputar topik ketahanan, BlackWidow V3 hadir membawa keycap dengan bahan double shot ABS. Memang bukan PBT yang secara umum lebih superior, tapi setidaknya teknik double shot mengindikasikan bahwa label huruf, angka, dan simbol pada masing-masing keycap-nya tidak akan pudar sedikit pun meski sudah digunakan sampai ribuan jam.

Di balik setiap tombolnya, bernaung mechanical switch bikinan Razer sendiri. Ada dua pilihan switch yang tersedia untuk BlackWidow V3: Green yang tactile dan clicky, atau Yellow yang linear dan senyap. Razer cukup percaya diri kedua tipe switch ini bisa tahan sampai 80 juta klik.

Buat gamer yang memprioritaskan pencahayaan RGB di atas segalanya, kebetulan BlackWidow V3 juga sudah mengikuti tren terbaru di mana switch-nya dikemas dalam wadah yang transparan, sehingga backlight-nya bisa menyala dengan lebih terang dan lebih jelas.

Satu pembaruan yang cukup signifikan adalah penambahan tombol multimedia dan semacam scroll wheel memanjang di ujung kanan atas keyboard. Tentu saja keduanya dapat diprogram sesuai kebutuhan lewat software Razer Synapse, sehingga fungsinya bisa lebih dari sebatas untuk mengatur volume saja. Untuk menambah kenyamanan, BlackWidow V3 turut dibekali wrist rest yang dapat dilepas-pasang.

Di Amerika Serikat, Razer BlackWidow V3 saat ini telah dipasarkan dengan banderol $140. Alternatifnya, BlackWidow V3 juga ditawarkan dalam varian tenkeyless (TKL) yang lebih ringkas sekaligus lebih murah ($100), serta varian wireless ($230) yang mempunyai layout agak berbeda, terutama pada bagian tombol-tombol multimedianya.

Sumber: Razer.

Keyboard Gaming Corsair K100 Unggulkan Optical Switch dan Kenop Multifungsi yang Programmable

Diluncurkan pada tahun 2018, Razer Huntsman boleh dibilang belum punya pesaing di ranah keyboard gaming. Alasannya simpel: switch yang digunakannya sangatlah unik, bukan mechanical melainkan optical switch yang menjanjikan responsivitas sekaligus ketahanan yang lebih baik.

Namun status eksklusif itu berhenti hari ini, sebab Corsair baru saja mengumumkan keyboard anyar yang juga mengunggulkan optical switch hasil rancangan mereka sendiri. Pemakaian switch baru ini menarik karena Corsair selama ini memang merupakan satu dari segelintir produsen periferal yang setia dengan Cherry MX.

Dinamai Corsair K100, jelas sekali kastanya ada di atas K95 (yang sendirinya sudah masuk kategori premium). Optical switch-nya sendiri Corsair juluki dengan istilah OPX, dan switch ini memiliki sifat yang linear dengan aktuasi hanya 1 mm. Ini berarti masing-masing tombolnya hanya perlu ditekan sedikit saja supaya input-nya terbaca. Meski begitu, key travel hingga sedalam 3,2 mm mengindikasikan bahwa ia masih nyaman dipakai mengetik.

Janji performa yang lebih responsif itu semakin disempurnakan lebih lanjut oleh polling rate 4.000 Hz, alias empat kali lebih cepat daripada biasanya. Soal ketahanan, Corsair mengklaim optical switch-nya bisa tahan sampai 150 juta klik. Sebagai perbandingan, Razer mengklaim optical switch buatan mereka tahan sampai 100 juta klik.

Seandainya konsumen tetap tidak bisa move on dari mechanical switch, K100 juga ditawarkan dalam varian dengan switch Cherry MX Speed yang juga bersifat linear. Namun variasi switch baru sebagian dari cerita utuh seputar K100.

Juga unik dari keyboard ini adalah kehadiran satu kenop ekstra di sisi kiri atas. Fungsinya banyak sekali, dan semua pada dasarnya tergantung bagaimana masing-masing pengguna memprogramnya. Konsepnya kurang lebih sama seperti yang ditawarkan oleh keyboard Logitech Craft yang ditujukan buat kreator konten.

Seperti halnya K95, K100 juga dilengkapi enam tombol macro di sisi kiri, dan rangkanya juga terbuat dari bahan aluminium yang kokoh. Deretan tombol multimedia beserta kenop untuk mengatur volume di ujung kanan atas yang sudah menjadi ciri khas Corsair selama ini tetap dipertahankan pada K100.

Tanpa perlu terkejut, keyboard gaming sepremium K100 ini tentu juga hadir bersama wrist rest yang bisa dilepas-pasang secara magnetis. Semua ini tentu tidak murah; konsumen yang tertarik sudah bisa meminangnya sekarang juga dengan harga $230.

Sumber: Corsair.

Bundel Spesial Resident Evil 2 Versi Remake Datang Bersama Keyboard Bluetooth Antik

Salah satu bintang panggung E3 2018 kemarin adalah Resident Evil 2, remake dari game berjudul sama yang dirilis 20 tahun silam. Capcom pun tidak mau setengah-setengah dalam mengerjakannya. Mereka menggabungkan elemen-elemen unggulan dari seri Resident Evil mereka selama ini, contohnya engine memukau RE 7 serta perspektif kamera RE 5 dan 6.

Tak hanya tahap pengerjaan yang diseriusi Capcom, tahap promosinya pun juga. Di kampung halamannya, Capcom belum lama lini merilis bundel khusus RE 2 Premium Edition. Di dalamnya, terdapat satu benda yang tidak umum, yakni sebuah keyboard Bluetooth.

Namun seperti yang bisa Anda lihat, ini bukan sembarang keyboard Bluetooth. Nuansa RE 2 tampak cukup melekat di perangkat ini, dan Capcom bilang bahwa desainnya terinspirasi dari mesin ketik Lexington yang ada pada game, yang berfungsi untuk menyimpan progress (save game) asalkan pemain memiliki gulungan pitanya (ink ribbon).

Pada kenyataannya, perangkat ini merupakan modifikasi dari keyboard bernama Qwerkywriter S yang memang terinspirasi mesin ketik lawas dan dibanderol $249. Spesifikasinya pun sama, dan kabar baiknya, aspek ini cukup bisa diunggulkan, terbukti dari penggunaan switch mekanis Cherry MX Blue pada masing-masing tombolnya.

Tampilan mesin ketik Lexington dalam game yang dijadikan inspirasi / Capcom
Tampilan mesin ketik Lexington dalam game yang dijadikan inspirasi / Capcom

Gimmick lain yang siap membuat konsumen tersenyum di antaranya adalah kenop di sisi kiri dan kanan atas perangkat yang berfungsi untuk mengatur volume dan scrolling halaman, serta tuas di kiri atas yang bisa dijadikan alternatif tombol Enter. Bagian atasnya pun juga bisa dipakai untuk menyangga smartphone atau tablet yang terhubung.

Produk kolektor biasanya memang dijual cukup mahal, akan tetapi Capcom sepertinya agak melampaui batas di sini. Mereka mematok harga 99.800 yen (± Rp 13,2 juta, bukan typo) untuk RE 2 Premium Edition, atau 75.000 yen (± Rp 9,9 juta) untuk keyboard-nya saja. Padahal, seperti yang saya bilang tadi, keyboard asli yang menjadi basisnya cuma dibanderol $249.

Resident Evil 2 Premium Edition

Sumber: Kotaku dan Variety.

Asus ROG Strix Flare Adalah Keyboard Mekanis dengan Sejumlah Elemen Desain Cerdas

Sebelum Computex dihelat di pertengahan tahun nanti, Asus rupanya tidak mau melewatkan dan menyia-nyiakan ajang CES begitu saja. Dalam salah satu expo teknologi terbesar yang diadakan di Las Vegas itu, Asus mengumumkan sejumlah produk untuk kategori PC gaming.

Yang pertama dan yang paling menarik perhatian saya – karena saya setiap harinya selalu mengetik dan bermain game – adalah sebuah keyboard mekanis bernama ROG Strix Flare. Strix Flare bukanlah keyboard mekanis pertama Asus, tapi ia yang pertama berhasil mengundang ketertarikan lewat desainnya.

Bukan, bukan sistem pencahayaan RGB-nya yang tampak menggoda, melainkan sejumlah keputusan desain yang menurut saya sepele tapi berpengaruh signifikan. Ambil contoh peletakan tombol untuk mengontrol media. Di saat mayoritas pabrikan keyboard menempatkannya di sebelah kanan, Asus memindahnya ke sebelah kiri pada Strix Flare.

Menurut saya ini punya dampak yang cukup krusial. Pasalnya, mengatur volume di tengah-tengah sesi tembak-menembak CS:GO bisa dilakukan tanpa harus melepas mouse sama sekali, terkecuali Anda merupakan pengguna mouse kidal. Hal yang sama juga berlaku untuk mengontrol jalannya musik, menonaktifkan tombol Windows maupun menyetel tingkat kecerahan lampu RGB.

Asus ROG Strix Flare

Elemen desain cerdas yang kedua adalah cekungan kecil di bagian bawah keyboard yang bisa dimanfaatkan untuk menyembunyikan kabel headset (sayang tidak ada gambarnya), mencegah kabel yang tidak sengaja tertarik karena sedang asyik berkonsentrasi mencari headshot. Lebih lanjut, palm rest-nya tampak menipu karena dari depan kelihatan tidak ada celah di antaranya dan keyboard.

Selebihnya, Asus tentu saja tidak lupa akan performa keyboard itu sendiri. Masing-masing tombol Strix Flare mengemas switch Cherry MX RGB – bisa dalam varian Red yang linear, Brown yang tactile atau Blue yang clicky. Asus juga berencana menghadirkan varian MX Speed Silver ke depannya.

Lampu RGB yang ada di balik tiap-tiap tombol Strix Flare dapat dikontrol secara terpisah, atau dengan menerapkan satu dari 13 efek yang tersedia. Strix Flare juga menjadi keyboard pertama yang memanfaatkan software konfigurasi terbaru Asus, yang diklaim lebih optimal dan lebih komprehensif dalam mengakomodasi pengaturan profil, makro dan pencahayaan RGB itu tadi.

Asus menjadwalkan pemasaran ROG Strix Flare di kawasan Amerika Serikat mulai Februari mendatang seharga $180. Semoga saja mereka bisa dengan cepat membawanya ke tanah air.

Sumber: Asus.

ErgoDox EZ, Keyboard Mekanik dengan Opsi Kustomisasi Layout

Selain lebih tahan lama, keyboard mekanik juga terbukti lebih nyaman dipakai mengetik. Pengalaman mengetik akan lebih istimewa lagi ketika keyboard mekanik hadir dalam wujud ergonomis, yang umumnya membentuk huruf “V” untuk menyesuaikan dengan posisi tangan kiri dan kanan secara lebih alami. Continue reading ErgoDox EZ, Keyboard Mekanik dengan Opsi Kustomisasi Layout

Laptop Gaming Ber-Keyboard Mekanik Pertama Dunia, MSI GT80 Titan, Tiba di Indonesia

Setelah menciptakan motherboard pertama yang dapat di-overclock puluhan tahun silam, GT80 Titan boleh dibilang merupakan salah satu pencapaian paling membanggakan bagi MSI. Dengannya, sang produsen PC dan komponen asal Taiwan itu berhasil menyingkirkan klaim lama, bahwa sistem keyboard mekanik tak bisa dibubuhkan dalam notebook. Continue reading Laptop Gaming Ber-Keyboard Mekanik Pertama Dunia, MSI GT80 Titan, Tiba di Indonesia

Keyboard Mekanik dan Mouse Terbaur Sempurna Dalam KeyMouse

Di bidang komputer, duet keyboard dan mouse merupakan penemuan paling mutakhir yang hingga sekarang tidak dapat tergantikan. Nyaman dan akurat, mayoritas software dan hardware saat ini berkiblat ke padanya. Tapi tahukah Anda, dalam satu hari pengguna bisa ratusan hingga sampai ribuan kali memindahkan tangan dari mouse ke keyboard, dan sebaliknya? Continue reading Keyboard Mekanik dan Mouse Terbaur Sempurna Dalam KeyMouse

MSI GT80 Titan, Notebook Gaming Tercanggih Berspesifikasi Monster

Saat pertama diungkap, MSI GT80 Titan ialah sebuah pemandangan tak biasa. Ia anggun namun di satu sisi tampak buruk rupa, ia membawa konsep gaming masa depan tetapi dibuat berbasis dasar ortodoks. Bagaimana tidak, GT80 adalah laptop gaming monster yang menyajikan fitur gila seperti SLI dan keyboard mekanik khusus bagi gamer paling antusias. Continue reading MSI GT80 Titan, Notebook Gaming Tercanggih Berspesifikasi Monster