Tag Archives: Mediatrac

Pemanfaatan Tepat Teknologi Artificial Intelligence, Machine Learning dan Bot

Gelaran Social Media Week Jakarta 2017 hari ini (14/09) menghadirkan Founder & CTO Dattabot Imron Zuhri untuk memaparkan perkembangan teknologi artificial intelligence (AI), machine learning dan bot yang saat ini sudah semakin banyak diadopsi oleh startup secara global. Dalam presentasinya dikemukakan banyak hal menarik, sebagian besar mengerucut kepada bagaimana teknologi AI, machine learning dan bot bakal menggantikan pekerjaan dan peranan dari manusia.

“Dari pengalaman sendiri, saya baru saja memberhentikan pegawai saya yang semua pekerjaannya sudah bisa digantikan dengan mesin dan otomasi. Mereka adalah quality control (QC), server support dan administrator,” kata Imron.

Alasan Imron melakukan pemberhentian tersebut adalah secara pasti, tepat dan akurat teknologi AI, machine learning dan bot sudah mampu melakukan tugasnya dengan baik dan memberikan hasil yang efisien. Bahkan menurutnya hasilnya jauh lebih baik dari pada pekerjaan yang dilakukan oleh manusia.

“Bukan hanya tenaga teknikal seperti itu yang nantinya bakal tergantikan, posisi jurnalis saja saat ini sudah bisa digantikan dengan machine seperti yang telah dilakukan oleh Associated Press dan beberapa media lainnya,” kata Imron.

Cara tepat menerima perubahan cepat dari teknologi

Terdengar cukup miris mendengar fakta bahwa teknologi yang saat ini sudah banyak diadopsi mampu menggantikan pekerjaan rutin manusia, misalnya layanan pelanggan yang digantikan oleh bot. Namun demikian cara terbaik untuk bisa menerima semua perubahan tersebut adalah beradaptasi dan memanfaatkan dengan baik teknologi untuk mempermudah pekerjaan.

“Sisi positifnya adalah teknologi seperti AI, machine learning dan bot terbukti membuat pekerjaan lebih baik dan membantu bisnis untuk berjalan lebih cepat,” ujar Imron.

Perubahan tersebut pada akhirnya bukan hanya memberikan dampak dari sisi fungsi, namun secara organik akan menciptakan lapangan pekerjaan baru dan ekonomi pun akan berubah seiring dengan perubahan dari teknologi tersebut.

“Meskipun sudah terbukti, namun teknologi tersebut tidak akan secara langsung mengubah dan mengambil alih posisi dan fungsi yang ada. Semua akan berjalan secara perlahan dan dibutuhkan waktu yang cukup lama,” kata Imron.

Ditambahkan oleh Imron untuk bisa mengejar dan berdampingan dengan teknologi tersebut, harus sudah diubah mindset saat ini, terutama untuk perusahaan yang masih memperhatikan pemasaran dan bagaimana menjual lebih baik produk mereka ke pasar. Jangan terlalu fokus kepada keyword tapi cobalah untuk memanfaatkan context.

“Manfaatkan teknologi yang ada dengan menerapkan cara-cara baru yang sudah tersedia dan tentunya lebih mudah digunakan, demi mendapatkan result yang lebih optimal,” tutup Imron.

Disclosure: DailySocial merupakan media partner Social Media Week Jakarta 2017. Dapatkan diskon 30% untuk pembelian tiket melalui laman Deals DailySocial.

Siapkah Industri Indonesia Mengadopsi Digital Industrial?

Dunia akan terus berjejaring. Dari tahun ke tahun, kultur digital semakin membaur dan meningkat di kehidupan masyarakat dunia. Pemanfaatan platform digital sudah diadopsi banyak oleh masyarakat, apalagi jika berbicara tentang bagaimana mereka terhubung satu sama lain—seperti messenger dan social networking.

Secara global, potret lanskap digital 2017 menunjukkan jumlah masyarakat Internet yang kini telah menyentuh angka di kisaran 3,7 triliun, dengan penetrasi sebesar 50% serta peningkatan 10% sejak tahun lalu. Penetrasi Internet di Asia Tenggara punya angka yang tak kalah besar, yakni sebesar 53%. Lebih mengerucut, bagaimana dengan Indonesia?

Indonesia punya tingkat penetrasi yang tergolong cukup baik dengan angka 51%, terutama dibandingkan dengan beberapa negara berkembang Asia Tenggara lainnya seperti Myanmar, Laos, dan Kamboja.

Meski boleh dianggap besar secara kuantitas, namun apakah Indonesia benar-benar siap melancarkan digitalisasi? Sebab, yang dipersoalkan di sini bukan hanya dari lingkup masyarakatnya saja, tapi juga industri. Terlebih dengan hadirnya konsep baru yang ditawarkan perusahaan teknologi asal Negeri Paman Sam, GE, dengan nama Digital Industrial, sebuah konsep teknologi yang mengintegrasikan sebuah objek fisik—yang sudah ditanam sensor—dengan jaringan nirkabel.

Terminologi tersebut dikenal sejalan dengan pengembangan teknologi yang telah diluncurkan GE bernama PREDIX, sistem operasi yang diluncurkan sekitar tahun 2015 yang secara khusus ditujukan untuk perindustrian. PREDIX disinyalir dapat memudahkan para engineer dalam menciptakan aplikasi, mengambil data dari teknologi industri dan mengirimnya ke sistem cloud untuk kemudian dianalisis.

Yang menarik adalah GE telah membuka pintu kolaborasi untuk merangkul pihak-pihak dari berbagai lapisan industri Tanah Air untuk ikut serta memajukan dunia perindustrian dan teknologi bangsa. Kerja sama strategis tersebut dilakukan bersama regulator dan pelaku industri (termasuk startup). Tiga startup potensial mendapatkan dukungan langsung dari GE, antara lain Dattabot, Fishare, dan 3i.

Dattabot, Mitra Pertama PREDIX di Dunia untuk Industri Pertanian

Sebagai perusahaan big data analytics, Dattabot turut serta membangun perekonomian Indonesia di sektor pertanian. Perusahaan yang dulunya bernama Mediatrac ini berusaha mengubah pola pikir terhadap dunia pertanian yang masih dianggap tradisional, melalui produk Internet of Things.

Ditandai dengan penandatangan MoU, GE memperlihatkan keseriusannya mendukung IIoT untuk pertanian bersama Dattabot lewat HARA, aplikasi pertanian yang dapat membantu mengembangkan agribisnis dari sisi efisiensi dan profitabilitas.

HARA adalah aplikasi IIoT pertama di Indonesia yang menggunakan platform Predix. “Dengan demikian, Dattabot bisa memahami luas sawah yang digunakan petani, real-time, jadi bisa memahami permasahan langsung meski posisinya sangat jauh lokasi tempat Anda berada,” terang CEO Dattabot Regi Wahyu.

Industrial IoT Startup Anak Bangsa yang Berpotensi Mendisrupsi Pasar

Selain itu, GE turut memperkenalkan startup-startup tanah air di bidang Industrial Internet of Things yang disinyalir mampu membuat terobosan baru di sektor perindustrian dan perikanan.

Fishare
Fishare adalah produk Internet of Things yang fokus pada kemajuan kehidupan petani ikan dengan self-farming module. “Produktivitas budidaya ikan negara kita masih tergolong rendah, dibandingkan dengan Tiongkok,” ujar CEO Fishare Marvinus Arif. Itulah salah satu latar belakang kelahiran Fishare.

Fishare menyajikan fish feeding assistant dengan sensor, di mana para petani ikan akan mendapatkan informasi secara transparan dan objektif mengenai kondisi ikan mereka, yang terlihat di smart dashboard.

3i
Bersama ungkapan “the future of maintenance”, 3i mengembangkan sensor online untuk membantu pabrikan mengurangi downtime tak terencana melalui data analytics dan machine learning. Teknologi sensor pintar 3i memudahkan pabrikan untuk melakukan pemeliharaan preventif dan prediktif; meningkatkan efisiensi, mengurangi biaya operasional, sekaligus meningkatkan keuntungan perusahaan.

“Sensor ini ditanam di dalam mesin dan dihubungkan ke mobile device pengguna agar pengguna dapat melihat keadaan mesin secara real-time,” terang Gimin, CEO 3i.

Mau tidak mau dunia perindustrian Indonesia harus siap dengan digitalisasi dalam operasional mereka. Kita semua bisa melihat bagaimana teknologi dan hal-hal yang dekat dengan kehidupan masyarakat Indonesia (sawah, ikan, dan pabrik) dapat terkoneksi untuk membangun perekonomian negara. Maka, industri yang lebih dipandang “progresif” mestinya juga bisa mengadopsi IIoT, ‘kan?

Disclosure: Artikel ini adalah advertorial yang didukung oleh General Electric.

Di Balik Pergantian Identitas Mediatrac Menjadi Dattabot

Ada yang baru dari salah satu perusahaan Big Data Analytics terkemuka di Indonesia, Mediatrac. Per tanggal 30 Agustus 2016 kemarin yang bertepatan dengan festival Data for Life, nama Mediatrac sudah berganti menjadi Dattabot. Identitas baru tersebut menggambarkan nilai tambah perusahaan bagi klien mereka sebagai asisten cerdas yang membantu proses penanganan dan pengolahan data.

Dalam dunia bisnis, perubahan adalah hal yang wajar terjadi dan yang paling sering dibicarakan adalah ketika perusahaan memutuskan untuk berganti nama, ataupun logo yang menjadi “wajah” mereka di depan khalayak umum.

Jika Anda mau menelusuri, Anda akan menemukan bahwa merek-merek ternama pun melakukannya. Nokia, Nike, Apple, Facebook, Uber, Microsoft, juga Google sudah melakukannya berkali-kali. Itu semua demi beradaptasi dengan perubahan  keadaaan pasar dan permintaannya yang dinamis.

Hal yang sama pun terjadi di Indonesia dan kali ini perubahan itu dilakukan oleh salah satu perusahaan dalam bidang Big Data Analytics yang dahulu bernama Mediatrac. Kini, nama tersebut sudah berganti menjadi Dattabot untuk lebih merefleksikan bisnis mereka di bidang big data.

[Baca jugaMakna Brand Ambassador Bagi Semangat Baru elevenia]

CEO Dattabot Regi Wahyu kepada DailySocial menyampaikan, “Kami memutuskan mengganti nama menjadi Dattabot untuk lebih merefleksikan bisnis kami saat ini, yaitu sebagai perusahaan Big Data Analytics dan visi kami untuk menghubungkan semua data pada tingkat yang paling kecil (granuler).”

“Mediatrac merupakan brand lama yang merefleksikan bisnis awal kami sebagai perusahaan Media Monitoring pada tahun 2003. Seiring berjalannya waktu, kami mulai mengumpulkan data di luar Media Cetak dan Online/Digital, seperti data geo-demografi, Points of Interests, dan lain – lain. Untuk itu kami perlu membangun kapasitas untuk mengelola dan menganalisis data yang semakin besar, bervariasi, dan bertambah dengan cepat. Teknologi Big Data kemudian menjadi jawaban atas kebutuhan kami.”

“Pada tahun 2010 kami melakukan pivot menjadi perusahaan Consulting yang berbasiskan data dan akhirnya pada 2013 menjadi perusahaan Big Data Analytics,” lanjutnya.

Nama Dattabot sendiri juga mewakili ambisi perusahaan untuk menciptakan sebuah platform yang mempunyai kemampuan untuk membersihkan, memperkaya, dan menggabungkan data secara otomatis. Prosesnya rebranding-nya sendiri, disampaikan Regi, mendapat bantuan dari Thinkingroom.

Hal yang menarik dari nama Dattabot adalah arti yang ada di baliknya. Regi mengungkapkan bahwa nama Dattabot sebenarnya terdiri dari tiga elemen, yaitu Data, Bot, dan huruf “T” dalam penulisan Datta.

[Baca jugaBlibli Hadirkan “NIKE Official Store”]

“Data menggambarkan bisnis kami sebagai perusahaan Data Analytics, Bot yang merupakan kependekan robot menggambarkan kemampuan Artificial Intelligence (AI) kami untuk secara otomatis mengolah data, dan penulisan Datta dengan dua ‘T’ untuk melambangkan tiga founding partner kami, karena Datta dalam mitologi Hindu adalah inkarnasi dari tiga dewa utama [Brahma, Wisnu, dan Shiva],” jelas Regi.

Sebagai informasi, tiga founding partner Mediatrac yang kini bernama Dattabot adalah Imron Zuhri, Regi Wahyu, dan Tom Malik.

Meski telah berganti nama, visi yang dibawa oleh Dattabot tidak berbeda dengan sebelumnya, begitu juga dengan nama resmi (legal) perusahaan yang tetap menggunakan nama PT Mediatrac Sistem Komunikasi.

Satu pernyataan yang tersisa, dengan brand baru ini, apa yang ingin dicapai oleh perusahaan ke depannya?

Regi mengatakan, “Ke depannya kami akan fokus ke model bisnis baru kami sebagai platformasaservice [PaaS] yang menawarkan layanan Data Analytics. Kami ingin platform Dattabot bisa bermanfaat tidak saja untuk berbagai sektor bisnis, tapi juga untuk pemerintah dan masyarakat luas.”

Menggali Potensi Big Data untuk Kehidupan di Konferensi “Data for Life 2016”

Akhir bulan Agustus 2016 ditutup dengan manis oleh kabar baik yang datang dari dunia teknologi Indonesia. Selain berita pendanaan untuk para startup yang beroperasi di Indonesia, ada pula dua konferensi besar yang digelar. Konferensi pertama datang dari dunia fintech lewat IFFC 2016 dan konferensi kedua datang dari dunia big data lewat Data for Life 2016 yang digelar oleh Mediatrac pada hari ini (30/8) di Ritz-Carlton, Pacific Place, Jakarta.

Konferensi Data for Life 2016 sendiri adalah festival big data kedua bagi Mediatrac setelah sebelumnya sukses menggelar Big Data Week pada 2015 silam. Melalui konferensi ini, Mediatrac ingin berbagai wawasan akan manfaat big data dalam memajukan kemanusiaan melalui berbagai rangkaian acara untuk semua kalangan. Konferensi Data for Life sendiri merupakan puncak dari rangkaian acara yang telah berlangsung sejak 27 Agustus 2016 dan akan digelar selama dua hari, mulai dari 30-31 Agustus 2016.

Suasana panel diskusi fintech dan big data di Data for Life 2016 / DailySocial
Suasana panel diskusi fintech dan big data di Data for Life 2016 / DailySocial

CEO Mediatrac Regi Wahyu mengatakan, “Festival ini kami adakan untuk membangun sebuah ekosistem kolaborasi yang dapat membantu terbangunnya masa depan yang lebih baik. Kami mengajak berbagai pihak untuk berbagi dan menggali wawasan [big data] dengan para pemikir terbaik dari seluruh dunia dan membuktikan bahwa bangsa kita bisa berinovasi dan bersaing dalam bidang teknologi yang masih baru ini.”

Dalam festival ini, Meditrac menghadirkan beberapa pembicara terkemuka di bidangnya  untuk saling bertukar pikiran mengenai manfaat penerapan big data untuk kehidupan yang lebih baik. Beberapa  yang hadir di hari pertama adalah Marc Goodman (Pengarang Buku Future Crimes), Sangeet Choudary (CEO Platform Thinking Labs), Venzha Christiawan (New Media Artist), Sunita Kaur (Managing Director Spotify Asia), para pelaku startup teknologi Indonesia seperti Aidil Zulkilfi (UangTeman) dan Belva Devara (RuangGuru), hingga Bupati Bojonegoro Drs. H Suyoto, M.Si.

Soyuto sendiri menyampaikan presentasi yang cukup menarik mengenai bagaimana Bojonegoro menerapkan Open Government Process untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakatnya yang kini juga bekerja sama dengan Mediatrac. Mulai dari memanfaatkan platform SMS, Facebook, Radio, hingga Sistem LAPOR dan Open Data untuk mendengar berbagai keluhan masyarakat dan transparasi data.

Roadmap Open Government Process yang disampaikan Suyoto di Data for Life 2016 / DailySocial
Roadmap Open Government Process yang disampaikan Suyoto di Data for Life 2016 / DailySocial

Salah satu dampak yang terasa adalah pertumbuhan ekonomi Bojonegoro yang pada tahun 2015 mencapai 19,47 persen. Bahkan menurut Suyoto pada Agustus tahun lalu lalu World Bank melaporkan hasil studinya yang menyebutkan Bojonegoro termasuk 10 kabupaten yang berkemampuan tercepat mengurangi kemiskinan.

Hal menarik lainnya yang akan hadir dalam festival big data kedua Mediatrac datang dari keterlibatan seni yang memanfaatkan teknologi. Data for Life 2016 sendiri direncanakan akan ditutup dengan Tech-Art Exhibition yang memadukan data, teknologi, dan seni. Pameran akan berlangsung  dari 31 Agustus 2016 hingga 6 September 2016 dengan tema “Visualizing The Invisible” dan menampilkan berbagai karya seniman seperti Mioon (Korea), Hysteria (Indonesia), Angki Purbandono (Indonesia), hingga Sey Min (Korea).

“Kenapa ada komponen art? […] Karena seorang artis tidak ada bedanya dengan data scientist dalam membuat karya. […] Buat saya, antara art dan teknologi itu mempunya hubungan yang sangat erat. Bukan hanya dari sisi visualisasinya saja, tetapi juga dari sisi proses, kedekatan metodologi, dan passion-nya. […] Bikin seni itu tidak bisa sembarangan atau tiba-tiba, ada riset untuk mempelajari background dan referensinya dulu,” ujar Regi.

Booth Showcase karya tiga finalis Sci-Fi Hardware Hackathon di Data for Life 2016 / DailySocial
Booth Showcase karya tiga finalis Sci-Fi Hardware Hackathon di Data for Life 2016 / DailySocial

Selain konferensi dan pameran seni, Data for Life 2016 juga menampilkan karya dari tiga finalis yang telah mengikuti kompetisi Sci-Fi Hardware Hackathon pada 27-28 Agustus 2016 silam. Hackathon ini sendiri diklaim telah diikuti oleh 375 peserta dari berbagai kalangan dengan rentang usia mulai dari 5-40 tahun.

Tim MANTIS (Marine Technology Scientist) yang berhasil keluar sebagai pemenang utama kompetisi hackathon dengan model kubah koloni mengapung adalah tim yang berhak mendapatkan hadiah uang tunai sebesar 15 juta rupiah. Di samping itu, mereka juga akan dikirimkan untuk mengikuti hardware hackathon di LV Prasad Eye Institute Innovation Center di Hyderabad, India. Regi pun berjanji akan menjadi mentor mereka untuk mempersiapkan diri dan juga pengembangan bisnisnya nanti.

_

Disclosure: Dailysocial adalah media partner dari Data for Life 2016

Mediatrac Siap Gelar Festival Data For Life 2016

Big data sudah menjadi pembicaraan hangat dalam industri teknologi selama beberapa tahun belakangan, termasuk di Indonesia. Sebagai salah satu pemainnya di Indonesia, Mediatrac berencana untuk menggelar festival Data For Life 2016 yang akan digelar dari 27-31 Agustus 2016 di Ritz-Carlton, Pacific Place, Jakarta. Ini adalah langkah strategis dari Mediatrac untuk berkolaborasi dengan berbagai institusi lain dalam membangun ekosistem dan membuka wawasan mengenai potensi big data analytics dan Internet of Things dalam memajukan kehidupan manusia.

Teknologi big data sendiri saat ini mulai dimanfaatkan oleh berbagai sektor bisnis sebagai sarana meningkatkan penghasilan,mengoptimalisasi proses, menggali insight untuk membantu dalam mengambil keputusan, dan masih banyak lagi.

Pun demikian, CEO Mediatrac Regi Wahyu menyebutkan bahwa sebenarnya masih banyak yang belum menyadari bahwa teknologi yang sama juga bisa dimanfaatkan untuk aspek kehidupan sehari-hari. Bahkan sudah ada yang menyentuh, seperti dalam pemanfaatan sistem smart city yang tengah digalakkan pemerintah.

Regi mengatakan, “Perkembangan teknologi big data sangat potensial, tidak hanya untuk bisnis tapi juga untuk meningkatkan kehidupan manusia secara umum. Teknologi baru ini memungkinkan Indonesia untuk bisa bersaing setara dengan negara-negara maju karena mereka juga masih belajar. Oleh karena itu kami tergerak mengajak berbagai pihak untuk membuka wawasan mengenai hal ini agar dapat memanfaatkan potensi big data dalam mendorong kemajuan di negara kita.”

“Yang menarik [dalam perhelatan kali ini] adalah kami coba ambil angle bukan hanya dari sisi teknologi. Ini mungkin pertama kalinya di Indonesia digelar International art and technology festival. Kenapa art? […] Karena ternyata proses menghasilkan karya antara art dan teknologi big data tidak jauh berbeda,” lanjut Regi menjelaskan.

Beberapa pembicara yang akan hadir dan berbagi wawasan adalah Marc Goodman (Pakar Cybersecurity dan Pengarang Buku Future Crimes), Sangeet Choudary (CEO Platform Thinking Labs), Sey Min (Data Visualization Artist), Sunita Kaur (Managing Director Spotify Asia), Julie Freeman (Artist & TED Fellow), Venzha Christiawan (Artist & Founder House of Natural Fiber), dan masih banyak lagi.

Rangkaian acara Data for Life 2016 sendiri akan terdiri dari Data for Life Conference, Sci-Fi Hardware Hackathon, Student Session, SETI Symposium, Technology & Business Workshop, dan Tech –Art Exhibition.

Data for Life merupakan festival big data yang digelar oleh Mediatrac sebagai langkah strategis untuk berkolaborasi dalam membangun ekosistem. Festival ini merupakan kelanjutan dari festival Big Data Week yang sukses di gelar pada tahun 2015 silam. Untuk informasi lebih lengkap dan reservasi tiket, Anda bisa mengunjungi tautan ini.

_

Disclosure: Dailysocial adalah media partner dari Data for Life 2016

DScussion #50: Regi Wahyu dan Prediksi Tren Big Data Analytics

Masih bersama Founder dan CEO Mediatrac Regi Wahyu, DScussion kali ini mengupas lebih jauh tentang solusi data integration milik Mediatrac dan inovasi terkini yang rencananya akan segera dirilis oleh Mediatrac dalam waktu dekat. Regi Wahyu juga berbagi prediksi mengenai tren big data analytics secara global ke depannya. Simak wawancara lengkapnya berikut ini.

DScussion #49: Mediatrac dan Industri Big Data Analytics di Indonesia

Big data dan big data analytics adalah dua hal yang menjadi hype dalam tren teknologi korporasi beberapa tahun terakhir ini. Kami berbincang dengan Regi Wahyu, CEO Mediatrac, sebuah layanan big data analytics,: tentang bagaimana industri big data analytics di Indonesia saat ini, bagaimana data ini diperoleh, dan sektor apa saja yang memiliki ketertarikan tinggi terhadap teknologi.

Berikut ini adalah perbincangan DScussion dengan Regi.

Mediatrac Jalin Kemitraan dengan Yello Digital Marketing dan Cloudera

20150728_200732

Perusahaan yang bergerak dalam bidang Big Data Analytics di Indonesia, Mediatrac, malam kemarin (28/7) mengumumkan kerja sama mereka dengan dua rekan barunya, yakni Yello Digital Marketing dan Cloudera. Kerja sama ini bertujuan untuk untuk meningkatkan kapabilitas Big Data Analytics di perusahaan-perusahaan Asia Tenggara. Langkah ini bersifat strategis bagi masing-masing perusahaan dalam upaya memperluas pasarnya di tingkat Asia.

Continue reading Mediatrac Jalin Kemitraan dengan Yello Digital Marketing dan Cloudera

CI-Agriculture Manfaatkan Teknologi Big Data Analytics untuk Bantu Tingkatkan Produktivitas Pertanian

CI-Agriculture Ingin Tingkatkan Kesejahteraan Petani / Shutterstock

Teknologi Big Data Analytics sudah terbukti dapat memberikan banyak manfaat untuk tiap kalangan yang terlibat dalam penggunaannya, bahkan bagi mereka yang biasanya jauh dari teknologi seperti petani.  CI-Agriculture, yang juga merupakan anak perusahaan Mediatrac, mencoba memanfaatkan teknologi big data analytics untuk meningkatkan kesejahteraan petani. Saat ini mereka sedang mengembangkan tiga produk yang nantinya dapat dimanfaatkan oleh berbagai pihak terkait dalam sektor pertanian untuk meningkatkan produktivitas dan efesiensi pertanian.

Continue reading CI-Agriculture Manfaatkan Teknologi Big Data Analytics untuk Bantu Tingkatkan Produktivitas Pertanian

Flow Meter on The Go Jadi Pemenang Kompetisi Hardware Hackathon Nasional Pertama di Indonesia (UPDATED)

Hardware Hackathon / Big Data Week 2015

Kompetisi Hackathon Hardware Nasional pertama dengan tajuk “Indonesia’s First Internet of Things Big Data Innovation Challenge” yang digelar pada 7-8 Maret telah berakhir. Kompetisi ini mempertemukan para maker Indonesia (26 kelompok) untuk menciptakan terobosan dan inovasi dalam bentuk hardware yang digabungkan dengan konsep Internet of Thing (IoT). Lewat acara tersebut, tim juri berhasil menyaring tiga pemenang utama yang karyanya berkesempatan untuk dipresentasikan dalam event Big Data Week 2015 pada 9-10 Maret ini.

Continue reading Flow Meter on The Go Jadi Pemenang Kompetisi Hardware Hackathon Nasional Pertama di Indonesia (UPDATED)