Tag Archives: mel bj

Startup edtech Kiddu resmi hadir membawa misi ingin memenuhi pengembangan skill EQ dan personal development anak usia golden age

Startup Edtech “Kiddu” Fokus pada Pengembangan Diri dan EQ Anak di Usia Emas

Startup edtech Kiddu meresmikan kehadirannya ke publik pada Kamis (1/12). Startup ini berupaya menjembatani orang tua dengan anaknya dalam memenuhi pengembangan skill EQ (emotional intelligence) dan pengembangan diri (personal development) yang sangat berguna dari kehidupan dini hingga dewasa.

“Kebanyakan edtech fokus pada IQ yang erat kaitannya dengan peringkat dan sebagainya. Bukan berarti ini salah, tapi kadang yang terpenting begitu anak beranjak dewasa adalah EQ dan personal development. Saat ini, hal itu masih jomplang dan belum diajarkan di sekolah,” ucap Co-founder dan CEO Kiddu Mel Bj saat konferensi pers virtual.

Menurut Mel, kepintaran akademis semata (IQ) tidak menjamin kebahagiaan dan kesuksesan dalam kehidupan, karier, dan hubungan dengan antarmanusia. Kondisi ini dialami oleh orang dewasa saat ini di tengah kesibukannya bekerja, seperti kurang dalam mengelola emosi, menjaga kesehatan mental, percaya diri, mencintai diri sendiri, manner, dan kemampuan komunikasi yang baik.

“Terutama di era digital saat ini, banyak anak-anak yang sudah biasa bermain dengan internet dan gadget dan terekspos banyak informasi setiap harinya. Sangat penting membekali mereka dengan mindset positif dan critical thinking untuk melindungi mereka dari informasi yang tidak baik dan membuat keputusan yang tepat untuk hidup mereka sendiri sejak kecil,” ujarnya.

Oleh karenanya, EQ adalah penentu karakter dan perilaku anak yang sebenarnya punya dampak sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, tetapi masih terlupakan. Selain itu, belum ada buku panduan atau sekolah yang mengajarkan bagaimana cara menjadi orang tua yang luar biasa. Biasanya orang tua berusaha melakukan yang terbaik dari pengalaman mereka dibesarkan oleh orang tua mereka sejak kecil. Bagi orang tua, mungkin saja itu cukup.

Namun, tidak sedikit juga dari orang tua yang merasa mereka hanya menggunakan insting, tanpa benar-benar tahu bagaimana cara yang tepat untuk mengajarkan anak-anak mereka skill kehidupan, seperti cara mengontrol emosi, berkomunikasi yang tepat, menghadapi konflik, dan lebih percaya diri.

“Maka perlu diajarkan dari masa anak-anak, ketika watak dan perilaku mereka masih dalam masa pembentukan, yaitu pada usia emas (0-7 tahun). Ini adalah saat yang tepat untuk mengajarkan moral, etika, emosi, kepercayaan diri, disiplin, dan skill EQ lainnya,” kata Mel.

Co-founder dan CMO Kiddu Fanny Lara Ambadar menambahkan, “EQ dan personal development itu penting karena di masa golden age, otaknya baru terbentuk dari sisi mindset. Jadi secara alam sadar atau di bawah sadar, ini akan jadi inner child sampai dia besar, yang mana self-esteem, dan manner itu misalnya, sangat penting untuk ditanamkan sejak dini.”

Solusi Kiddu

Menurut Mel, Kiddu ingin menjadi bagian dalam aksi perbaikan dan pengembangan EQ di masyarakat Indonesia, dimulai sejak dini. Solusi yang ditawarkan Kiddu adalah web app yang dapat diakses melalui browser di smartphone atau PC.

Karakter KidduSaurus / Kiddu

Aplikasi tersebut dirancang khusus menggunakan metode NLP, Neuroscience & Cognitive Behavior Psychology, dan didesain berbentuk gamifikasi yang menyenangkan untuk anak berusia 4-8 tahun. Konten-kontennya berisi video animasi, kuis, menggambar dan mewarnai, dan metode bermain sambil belajar lainnya. Seluruh konten ini masih berbahasa Indonesia, tetapi rencananya akan dikembangkan dengan terjemahan bahasa Inggris.

Proses belajarnya dimulai dari menonton video yang seru dan dapat dipilih orang tua. Setelah itu, akan ada kuis yang perlu diselesaikan, dan terakhir, mendapat tantangan seru yang bisa diunduh dan dikerjakan di rumah. Orang tua akan mendapat ulasan dari setiap pelajaran yang telah diambil terkait perkembangan anak.

“Kiddu bukan menggeser klinik anak yang ada, tapi sebagai penambah aktivitas anak di rumah yang sehari-harinya sudah terpapar dengan gadget. Kalau klinik itu tidak setiap hari belajarnya. Tapi di Kiddu mereka bisa belajar setiap hari dengan dibatasi maksimal dua pelajaran sehari,” lanjut Fanny.

Saat ini model bisnis yang digunakan Kiddu adalah berlangganan dengan memilih berbagai opsi durasi, mulai dari tiga bulan hingga paling lama setahun. Biayanya mulai dari Rp495 ribu untuk berlangganan selama tiga bulan hingga Rp1,18 juta untuk berlangganan selama setahun.

Mel berencana mempermudah akses para orang tua untuk memperkenalkan Kiddu dengan mode trial selama 7 hari atau 14 hari sebelum memutuskan untuk berlangganan penuh. Aplikasi Kiddu sendiri sudah dirilis untuk publik per (28/11), setelah melakukan berbagai testing selama tiga bulan dengan mewawancarai para orang tua sebagai responden untuk meminta masukan.

“Perkembangan awalnya kami memang masuk ke web app, bukan mobile app. Tapi memang ada agenda di 2023 bakal improve supaya user experience-nya bisa ditingkatkan. Kita juga mau tambah fitur yang lebih advanced untuk gamifikasi dan ada komunitas agar app ini bisa lebih fun.”

Tidak hanya meningkatkan awareness orang tua melalui aplikasi, ke depannya Kiddu berencana untuk melakukan kerja sama dengan ratusan sekolah di Jakarta dan Kemendikbud Ristek, menggaet psikolog influencer, dan melakukan aktivitas offline dengan menggelar Kiddu Offline Center untuk mempertemukan komunitas dan melakukan aktivitas bersama yang berkaitan dengan peningkatan kemampuan EQ anak.

Menurut Mel, sejauh ini perusahaan masih dalam tahap product-market fit, mencari solusi yang tepat di pasar sembari melihat model bisnis yang dipakai sudah tepat atau belum, sehingga belum aktif mencari penggalangan dari investor luar. “Kami open tapi tidak actively looking, kemarin sudah ada investor yang sudah menghubungi. Kemungkinan kebutuhan baru ada sekitar pertengahan atau akhir tahun depan.”

SuperHelper Arrives as an On Demand Application for Various Services

The potential of on-demand services remains interesting to be explored. From the consumer side, this application helps to speed up and facilitate the process of ordering service transactions quickly. Starting from a personal experience with difficulty in getting information and service assistance, Mel BJ then launched an on-demand service called SuperHelper.

“After experiencing some of these moments, I did market trials about this demand and got responses from thousands of people regarding similar problems. That’s when I was sure and started forming SuperHelper, which could be a platform for this kind of demand and other demands,” Mel said.

Even though it is recently launched and only available in Jakarta, it is said to experience quite good business development, especially during the pandemic. SuperHelper has launched the app and hired teams to help grow the business. The current number of partners (Helper) is nearly 1000 people, which they managed to recruit within a few weeks.

In Indonesia alone, there are lots of on-demand platform model that provides similar services. In Jakarta, there is JD Life from JD.id with options for various needs. In addition, there are other applications such as Help Indonesia. Outside Jabodetabek, there are also regional startups trying to develop similar services to reach the local market, such as TukangBersih in Bali.

Monetizing strategy

Currently, SuperHelper’s monetization strategy is through commission fees for each transaction. Partners will get 80% of the total bids received by users (Posters) on the assignment. While 20% is for SuperHelper. Previously, SuperHelper held all transactions from users to be given to partners when the transaction completed.

“At this time, Poster can pay via the application using GoPay and bank transfer virtual accounts. In the future, Poster will be able to pay using other favorite payment methods such as OVO, DANA, and others,” Mel added.

Regarding subscription options, SuperHelper plans to apply a subscription/membership model for Helper who demands many additional benefits. For instance, more exposure on the application and media, a special badge that makes the Helper profile more reliable, direct purchase of services (without bargaining), and others.

“The bottom line is, we will help member-type Helper to get more jobs in the future and to have a higher income,” said Mel.

This membership is optional, Helper can still have an account and proceed with offers as usual without paying anything (except commission fees), without any additional benefits when you join as a member. In order to access SuperHelper services, users can download the app on the Play Store. There are various options, starting from the driver, cleaning staff, letter management, repair, delivery to design and photography.

Regarding the differentiation from other similar services, SuperHelper is said to be the first mobile application in Indonesia that makes it easy to ask for any help without being limited by categories that sometimes limited to unique and unusual needs.

The partner selection system is also claimed to be very strict, thus increasing the number of quality and trusted partners. In addition, SuperHelper also provides a feature for users to determine how much they can afford for any assistance they need.

“Every partner in SuperHelper has the ability to offer prices that match their expertise. Every partner in SuperHelper also doesn’t have to spend any upfront money to get assignments from Poster (SuperHelper customers),” Mel said.

Business plan in 2021

The shutdown of Go-Life has not discouraged SuperHelper to targeting services that are quite difficult to be scalable until now. The usual size for regional expansion and the low commitment from partners makes it difficult for on-demand services to produce dominating players in this sector.

“Regarding the recent shutdown of a big brand, this does not mean that the existing industry is not promising. We have to see the positive side, in times of a pandemic, many businesses are prioritizing the most profitable business models. Therefore, they may have to cut back. secondary business model,” Mel said.

SuperHelper has several targets to achieve this year, including to launch the application on the App Store, extending coverage outside Jakarta, expanding the business model, and added new features such as Helper Membership and others that will make it easier for Helper to get offers.

“We will also continue to develop new features that will make it easier for Posters to get helpers in a much faster and cheaper way. Currently, we are not actively looking for investment because our focus is still developing business models, user experience, and user base. The fundraising plan will be revised in the middle or end of 2021,” Mel said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
CEO SuperHelper Mel BJ / SuperHelper

SuperHelper Hadir sebagai Aplikasi “On-Demand” untuk Pemesanan Berbagai Layanan Jasa

Potensi layanan on-demand hingga kini masih menarik untuk dijajaki. Dari sisi konsumen, aplikasi tersebut membantu untuk mempercepat dan memudahkan proses transaksi pemesanan jasa secara cepat. Berawal dari pengalaman pribadi yang kesulitan untuk mendapatkan informasi dan bantuan jasa, Mel BJ kemudian meluncurkan layanan on-demand bernama SuperHelper.

“Setelah mengalami beberapa momen tersebut, saya melakukan uji coba pasar soal demand ini dan mendapat respons dari ribuan orang mengenai problem yang serupa. Saat itulah saya yakin dan mulai membentuk SuperHelper, yang bisa menjadi wadah untuk demand seperti ini dan juga demand lainnya,” kata Mel.

Meskipun baru diluncurkan dan hanya tersedia di Jakarta saja, mereka mengklaim saat ini telah mengalami perkembangan bisnis yang cukup baik, terutama saat pandemi. SuperHelper telah meluncurkan aplikasi dan menambah lebih banyak tim untuk membantu perkembangan usaha. Jumlah mitra (Helper) saat ini totalnya sudah hampir 1000 orang, yang berhasil mereka rekrut dalam waktu beberapa minggu.

Di Indonesia sendiri, model platform on-demand yang suguhkan layanan jasa seperti itu sudah cukup banyak. Untuk area Jakarta sendiri ada JD Life dari JD.id juga yang memiliki opsi berbagai pemesanan kebutuhan tersebut. Selain itu ada aplikasi lain seperti Help Indonesia. Di luar Jabodetabek banyak juga startup daerah yang coba mengembangkan layanan serupa untuk merangkul pasar lokal, seperti TukangBersih untuk area Bali.

Strategi monetisasi

Untuk saat ini strategi monetisasi yang dilancarkan oleh SuperHelper adalah melalui commission fee dari setiap transaksi. Mitra mendapatkan 80% dari total penawaran yang diterima pengguna (Poster) di tugas tersebut. Sementara 20% adalah untuk SuperHelper. Sebelumnya SuperHelper menampung semua transaksi dari pengguna untuk kemudian diberikan kepada para mitra ketika pekerjaan telah rampung.

“Pada saat ini, Poster bisa membayar melalui aplikasi menggunakan GoPay dan bank transfer virtual account. Ke depannya, Poster akan bisa membayar menggunakan metode pembayaran favorit lainnya seperti OVO, Dana dan lainnya,” kata Mel.

Terkait dengan pilihan subscription kepada mitra, ke depannya SuperHelper memiliki rencana untuk memberlakukan subscription/membership model untuk Helper yang menginginkan dengan banyak benefit tambahan. Di antaranya lebih banyak exposure di aplikasi dan media SuperHelper, special badge yang membuat profil Helper lebih terpercaya, pembelian jasa secara langsung (tanpa tawar-menawar) dan lainnya

“Intinya adalah, kami akan bantu Helper tipe member untuk mendapatkan lebih banyak pekerjaan ke depannya dan agar memiliki penghasilan yang lebih tinggi.” kata Mel.

Keanggotaan ini sifatnya opsional, Helper akan tetap bisa memiliki akun dan tetap bisa memberikan penawaran seperti biasa tanpa membayar apapun (kecuali commission fee), tanpa keuntungan tambahan yang akan didapat jika bergabung sebagai anggota. Untuk bisa mengakses layanan yang ditawarkan oleh SuperHelper, saat ini pengguna bisa mengunduh aplikasi mereka di Play Store. terdapat berbagai macam pilihan jasa yang dihadirkan. Mulai dari supir, tenaga kebersihan, pengurusan surat, perbaikan, pengiriman hingga desain dan fotografi.

Disinggung apa yang membedakan SuperHelper dengan layanan serupa lainnya, disebutkan SuperHelper merupakan aplikasi mobile pertama di Indonesia yang memberikan kemudahan pada pengguna untuk meminta bantuan apa saja tanpa dibatasi oleh kategori yang kadang membatasi kebutuhan-kebutuhan unik dan tidak biasa.

Sistem seleksi mitra yang diterapkan di SuperHelper juga diklaim sangat ketat, sehingga meningkatkan jumlah mitra yang berkualitas dan terpercaya. Selain itu SuperHelper juga memberikan fitur pada pengguna untuk menentukan sendiri berapa kemampuan biaya dalam setiap bantuan yang dibutuhkan.

“Setiap mitra di SuperHelper memiliki kemampuan untuk memberikan penawaran dengan harga yang sesuai dengan keahlian yang dimiliki. Setiap mitra di SuperHelper juga tidak perlu mengeluarkan uang apa pun di awal untuk mendapatkan tugas dari Poster (pelanggan SuperHelper),” kata Mel.

Rencana bisnis tahun 2021

Penutupan Go-Life beberapa waktu yang lalu ternyata tidak menurunkan semangat SuperHelper untuk menyasar layanan yang hingga kini terbilang cukup sulit untuk scalable. Besarnya biasa untuk perluasan wilayah hingga rendahnya komitmen dari mitra, menjadikan layanan on-demand masih sulit untuk melahirkan pemain yang mendominasi di sektor ini.

“Mengenai tutupnya brand besar akhir-akhir ini, ini bukan berarti industri yang ada tidak menjanjikan. Yang harus dilihat juga adalah, di saat pandemi seperti ini, banyak bisnis yang mengutamakan model bisnis yang paling menguntungkan. Oleh karena itu, bisa jadi mereka harus memangkas business model yang secondary,” kata Mel.

Tahun ini ada beberapa target yang ingin dicapai oleh SuperHelper, di antaranya adalah meluncurkan aplikasi di App Store dalam waktu dekat, segera melakukan ekspansi ke luar Jakarta, memperluas model bisnisl yang ada, untuk mencakup area baru seperti Helper Membership dan lainnya yang akan membantu Helper untuk lebih mudah mendapat banyak tugas.

“Kami juga akan terus mengembangkan fitur-fitur baru yang akan memudahkan Poster untuk mendapat Helper dengan cara jauh lebih cepat dan murah. Untuk saat ini kami belum secara aktif mencari investasi karena fokus kami saat ini adalah masih di pengembangan model bisnis, user experience dan user base. Rencana penggalangan dana akan di revisit di pertengahan atau akhir tahun 2021,” kata Mel.

Application Information Will Show Up Here