Tag Archives: melvin sumapung

Justika Legaltech Indonesia

Justika Ungkapkan Potensi Pertumbuhan Legaltech Selama Pandemi

Ada beberapa catatan menarik yang dibagikan oleh Co-Founder dan CEO Justika Melvin Sumapung dalam sesi #SelasaStartup DailySocial.id bertajuk “The Potential of Legaltech in Indonesia”. Pertama, ia melihat pandemi telah mendorong lebih banyak masyarakat untuk melek terhadap persoalan hukum.

Selain itu konsultasi legal secara online juga semakin meningkat permintaannya. Topik yang banyak dicari adalah persoalan hukum dan regulasi yang bersinggungan dengan tren platform pinjaman online. Banyaknya kasus pinjol bodong saat ini di kalangan masyarakat menjadi perhatian tersendiri bagi mereka untuk mencari tahu dan tentunya lebih berhati-hati lagi dalam hal pemilihan platform finansial yang tepat.

Pemahaman legal

Justika’s CEO and Co-founder, Melvin Sumapung with CTO dan Co-founder, Husein / Justika

Meskipun secara traksi sebelum sepopuler platform lain seperti telemedis, namun kanal konsultasi legal berbasis teknologi dinilai memiliki tren yang menjanjikan. Sebagai platform yang menyediakan layanan tersebut Justika mencatat, kebanyakan persoalan hukum atau konsultasi yang banyak ditanyakan kepada mereka adalah persoalan keluarga. Mulai dari waris, perceraian, dan lainnya.

Saat ini, Justika fokus pada tiga bidang hukum yang sering dihadapi masyarakat, yakni hukum keluarga, hukum yang melibatkan UMKM, dan hukum properti. Perusahaan berencana untuk memperluas dan memberikan akses layanan hukum lainnya yang dibutuhkan masyarakat.

Sebagai platform yang menjembatani advokat dengan pengguna, mereka juga ingin memudahkan proses tersebut dengan biaya terjangkau. salah satu caranya adalah memberikan opsi layanan yang bisa dipilih di platform. Hal ini menurut mereka cukup efektif untuk menghindari legal action yang melibatkan pengacara.

“Kebanyakan jika sudah melibatkan pengacara dan semua berjalan secara offline, akan menghabiskan waktu dan biaya yang sangat besar. Memanfaatkan platform seperti Justika, semua persoalan bisa di mediasi secara kekeluargaan,” kata Melvin.

Untuk memberikan informasi yang lebih akurat seputar waris, Justika telah menjalin kerja sama strategis dengan platform CariUstadz guna meluncurkan Kalkulator Waris Islam. Diharapkan Kalkulator Waris Islam menjadi sebuah solusi bagi masyarakat yang mengalami kesulitan dalam hal perhitungan harta waris dan pendampingan dalam pembagian harta waris tersebut sesuai dengan hukum Islam.

Teknologi juga telah memudahkan Justika untuk menghubungkan advokat yang relevan dengan pengguna. Menerapkan Natural language processing (NLP), pertanyaan yang sudah disaring sejak awal, kemudian bisa menentukan kebutuhan pengguna dengan advokat yang tepat. Dalam proses kurasi ini, Justika mengklaim melakukan monitor langsung.

Pandemi dan pertumbuhan platform legaltech

Selama pandemi tercatat ada beberapa persoalan hukum lain yang kemudian banyak ditanyakan oleh pengguna Justika. Di antaranya adalah persoalan ketenagakerjaan. Mulai dari proses untuk merumahkan pegawai, kontrak kerja, hingga memberikan adjustment yang tepat untuk gaji pegawai.

Selain persoalan ketenagakerjaan, mereka juga banyak menerima permintaan dan pertanyaan seputar utang piutang usaha, kredit macet, persoalan keterlambatan pembayaran klien dan masih banyak lagi. Persoalan ini mulai banyak muncul saat pandemi.

Dalam Global Legal Tech Report yang disusun Australian Legal Technology Association dan Alpha Creates, pandemi COVID-19 adalah tantangan teratas bagi perusahaan legaltech di seluruh dunia.

Meskipun masih banyak yang dilakukan secara konvensional, namun jasa hukum berbasis teknologi hingga saat ini sudah makin banyak jumlahnya. Pandemi secara langsung telah membantu platform seperti Justika untuk bisa mempercepat pertumbuhan bisnis, menawarkan jasa hukum hingga konsultasi secara digital.

Bulan Juni lalu Justika telah mengantongi pendanaan tahap awal dengan nominal dirahasiakan yang dipimpin oleh East Ventures, dengan partisipasi dari Skystar Capital.

“Salah satu cara yang kemudian secara agresif kami terus lakukan adalah edukasi. Apakah itu dalam bentuk konten, webinar dan masih banyak lagi,” kata Melvin.

Gambar Header: Depositphotos.com

Justika Receives Seed Funding from East Ventures and Skystar Capital, Expanding Legal Services for Public

A marketplace for legal services, Justika announced an undisclosed seed funding led by East Ventures, with participation from Skystar Capital. The fresh funds will be used for product development, marketing and talent recruitment to provide added value to users.

East Ventures’ Co-Founder & Managing Partner, Willson Cuaca said the access to legal justice is still a big problem in Indonesia. This is due to the complex procedures and the lack of information about legal access.

Justika has built a platform that can connect lawyers and clients, where they can use various available features. We believe that Justika will democratize legal access and help millions of Indonesians to better understand the law,” he said in an official statement, Tuesday (22/6).

Supporting Willson’s statement with a quote from the “Research Report on Access to Justice in Indonesia 2019” released by the Indonesian Judicial Research Society, Indonesian Legal Roundtable, and the Indonesian Legal Aid Foundation, around 110 million Indonesians have experienced significant legal problems in the last two years.

As many as 71% of them give up on finding solutions because the difficulty to gain access, either because they don’t know what to do or don’t know where to go. Despite these challenges, Justika believes that there is great potential in this industry. With the legal market estimated to be worth $7.5 billion, Justika plans to expand the user base and its product line.

Currently, Justika focuses on three legal areas often faced by the community,  family law, law involving small and medium enterprises, and property law. The company plans to expand and provide access to other legal services the community needs.

“We plan to double our revenue by targeting 7,000 unique monthly paying users next year,” Justika’s Co-Founder and CEO Melvin Sumapung said.

Justika is a digital platform created to connect people who need legal services with lawyers and other support services, such as company establishment agents and translators. The Justika platform is not only innovating how people find lawyers, but also how lawyers work.

Justika uses natural language processing technology or NLP to match clients with attorneys based on service specialties. Once matched, clients can consult a lawyer and get a reply in less than five minutes.

Furthermore, lawyers can also provide other services depending on the client’s needs, such as review or drafting of documents, telephone consultations, negotiations, and advocacy in court. On the other hand, lawyers can easily establish connection with clients through Justika.

Justika is part of Hukumonline legal portal founded by Ahmad Fikri Assegaf, a senior partner at the firm AHP (Assegaf Hamzah & Partners). Ahmad also acts as a co-founder at Justika. Hukumonline now plays an important role in providing better access to justice through online databases, legal analysis, legal clinics, and news.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
Pendanaan Awal Justika

Justika Raih Pendanaan Awal dari East Ventures dan Skystar Capital, Perluas Akses Layanan Legal untuk Masyarakat

Platform marketplace layanan legal Justika mengumumkan pendanaan tahap awal dengan nominal dirahasiakan yang dipimpin oleh East Ventures, dengan partisipasi dari Skystar Capital. Dana segar akan digunakan untuk pengembangan produk, pemasaran, dan perekrutan talenta untuk memberikan nilai tambah kepada pengguna.

Co-Founder & Managing Partner East Ventures Willson Cuaca menyampaikan, akses yang masih rendah terhadap keadilan hukum merupakan masalah serius di Indonesia. Hal ini terjadi karena rumitnya prosedur yang harus dilewati masyarakat dan minimnya informasi tentang akses hukum.

Justika telah membangun platform yang dapat menghubungkan pengacara dan klien, di mana mereka dapat menggunakan berbagai fitur berguna yang tersedia. Kami percaya bahwa Justika akan mendemokratisasi akses hukum dan membantu jutaan masyarakat Indonesia untuk lebih memahami aturan hukum,” ucapnya dalam keterangan resmi, Selasa (22/6).

Untuk mendukung pernyataan Willson, mengutip dari “Research Report on Access to Justice in Indonesia 2019” yang dirilis Indonesian Judicial Research Society, Indonesian Legal Rountable, dan Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia, sekitar 110 juta orang Indonesia mengalami masalah hukum yang signifikan dalam dua tahun terakhir.

Sebanyak 71% dari mereka menyerah dalam mencari solusi karena akses yang sulit, baik karena mereka tidak tahu apa yang harus dilakukan atau tidak tahu ke mana mereka harus pergi. Terlepas dari tantangan tersebut, Justika percaya bahwa ada potensi besar di industri ini. Dengan pasar legal yang belum tersentuh diestimasi bernilai $7,5 miliar, Justika berencana untuk memperluas basis pengguna mereka dan meningkatkan lini produknya.

Saat ini, Justika fokus pada tiga bidang hukum yang sering dihadapi masyarakat, yakni hukum keluarga, hukum yang melibatkan usaha kecil dan menengah, dan hukum properti. Perusahaan berencana untuk memperluas dan memberikan akses layanan hukum lainnya yang dibutuhkan masyarakat.

“Kami berencana untuk menggandakan pendapatan dengan menargetkan 7 ribu pengguna unik yang membayar per bulan pada tahun depan,” tutur Co-Founder dan CEO Justika Melvin Sumapung.

Justika adalah platform digital yang dibuat untuk menghubungkan masyarakat yang membutuhkan layanan hukum dengan pengacara dan layanan pendukung lainnya, seperti agen pendirian perusahaan dan penerjemah. Platform Justika tidak hanya melakukan inovasi dalam cara masyarakat mencari pengacara, tetapi juga bagaimana pengacara bekerja.

Justika menggunakan teknologi pengolahan bahasa natural atau NLP untuk mencocokkan klien dengan pengacara berdasarkan spesialisasi layanan. Setelah cocok, klien dapat berkonsultasi dengan pengacara dan mendapatkan balasan dalam waktu kurang dari lima menit.

Selanjutnya, pengacara juga dapat memberikan layanan lain tergantung kebutuhan klien, seperti tinjauan atau penyusunan dokumen, konsultasi telepon, negosiasi, dan advokasi di pengadilan. Di sisi lain, pengacara bisa menjalin hubungan dengan klien secara mudah melalui Justika.

Justika sendiri adalah bagian dari portal hukum Hukumonline yang didirikan oleh Ahmad Fikri Assegaf, seorang mitra senior di firma AHP (Assegaf Hamzah & Partners). Ahmad juga bertindak sebagai salah satu pendiri di Justika. Hukumonline kini memainkan peran penting dalam memberikan akses keadilan yang lebih baik melalui database daring, analisa hukum, klinik hukum, dan berita.

Application Information Will Show Up Here
Kalkulator Waris Islam

Gandeng CariUstadz, Justika Hadirkan Kalkulator Waris Islam

Bertujuan untuk memudahkan umat Islam mengetahui lebih jelas informasi tentang waris, platform marketplace jasa hukum Justika menjalin kerja sama strategis dengan platform CariUstadz guna meluncurkan “Kalkulator Waris Islam”.

Kepada DailySocial, Co-Founder & CEO Justika Melvin Sumapung mengungkapkan, berdasarkan riset yang dilakukan internal terungkap bahwa masyarakat umumnya sulit mendapatkan sumber informasi terpercaya mengenai pembagian waris. Karena dasar hukumnya yang tidak jelas, belum ada sumber terpercaya, serta tidak ada informasi mengenai langkah lanjutan yang harus dilakukan.

Selain itu, menurut pendapat ahli, dengan mengetahui perhitungan dari awal kemungkinan adanya konflik saat pembagian waris menjadi lebih kecil.

Diharapkan Kalkulator Waris Islam menjadi sebuah solusi bagi masyarakat yang mengalami kesulitan dalam hal perhitungan harta waris dan pendampingan dalam pembagian harta waris tersebut sesuai dengan hukum Islam.

“Bulan ramadan adalah momen yang tepat untuk berkumpul bersama keluarga dan mempererat silaturahmi. Meski begitu, sebagian besar keluarga biasanya sungkan untuk mengangkat topik atau masalah yang ada di dalam keluarga secara bersama-sama. Melalui kalkulator waris, diharapkan para keluarga di Indonesia bisa menyelesaikan permasalahan yang ada dengan mudah dan transparan tanpa menyudutkan pihak mana pun.”

Secara khusus kalkulator ini menggunakan dasar hukum yang berlaku di Indonesia dan utamanya digunakan di pengadilan agama, yaitu Kompilasi Hukum Islam (KHI). Selain itu, kalkulator sudah melalui pengujian oleh ahli, yaitu ustaz, advokat, dan hakim pengadilan agama.

“Kalkulator waris Islam yang dipersembahkan Justika dan CariUstadz adalah solusi untuk membuka lembaran baru di keluarga Anda. Kalkulator ini dapat menghitung pembagian waris secara transparan, akurat, dan sesuai dengan syariat dan undang-undang yang berlaku di Indonesia,” kata Pimpinan CariUstadz Ali Nurdin.

CariUstadz merupakan platform untuk menghubungkan umat dengan ustaz/ustazah secara online. Selain itu, CariUstadz juga menyajikan berbagai kurikulum kajian yang terstruktur dan sistematis untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Platform ini juga menyediakan fitur tanya jawab. Hingga saat ini sudah ada sekitar 350 ustaz/ustazah yang bergabung dalam platform. Untuk jumlah pengguna, tahun lalu CariUstadz telah memiliki sebanyak 115.588 pengguna, sementara di Q1 2021 berjumlah sekitar 54.885 di luar pengguna korporasi.

Cara kerja dan strategi monetisasi

Untuk menggunakan fitur ini, pengguna bisa langsung mengunjungi situs khusus. Setelah mengisi beberapa data terkait harta dan kondisi ahli warisnya, kemudian secara otomatis akan muncul hasil perhitungan pembagian harta waris. Bagi pengguna yang ingin berdiskusi lebih jauh terkait pembagian harta waris dan mendapatkan saran langsung dari konsultan hukum maupun ustaz maka dapat mengakses fitur konsultasi dengan klik tombol yang akan muncul di website. Kalkulator saat ini bisa digunakan di seluruh Indonesia.

Melalui fitur ini, pengguna dengan mudah dapat menghitung secara otomatis pembagian harta waris secara gratis. Selain itu, terdapat fitur tambahannya yakni konsultasi dengan para ahli di bidang waris, yaitu konsultan hukum maupun ustaz secara online. Saat ini kalkulator bisa diakses secara gratis. Namun, setelah pengguna menggunakan kalkulator dan butuh saran lanjutan dapat konsultasi dengan ustaz atau advokat. Konsultasi dengan advokat akan diarahkan ke advokat Justika dengan biaya tersendiri.

“Melalui fitur terbaru ini, diharapkan bisa menjangkau pengguna Justika dan khususnya CariUstadz untuk melakukan perhitungan waris yang akurat. Dengan demikian ke depannya semakin banyak keluarga yang bisa menyelesaikan konflik warisnya secara damai. Lalu, kalkulator ini dapat dijadikan referensi yang terpercaya dan mudah digunakan untuk pembagian waris,” kata Melvin.

Gambar Header: Depositphotos.com

ASEAN LegalTech Officially Introduced in Indonesia, an Association for Legal Tech Startups

ASEAN LegalTech officially introduced in Indonesia. It is the first association in Southeast Asia to connect legaltech ecosystem or legal-based digital startups in the region.

Justika‘s CEO, Melvin Sumapung is one of the ASEAN LegalTech representatives for Indonesia. He explained the purpose of introducing this association to the public as the voice of communities, further the ecosystem and the bridge for Southeast Asia’s stakeholders.

“This advocacy emphasized more on promotion to various kinds of stakeholders. For legaltech happened not only from startup or law firm but the combination of various parties. Therefore, on the side of the founding board, there are law firms, legaltech startups, and others,” he told DailySocial

ASEAN LegalTech was founded by 6 people from different countries. Those are Eric Chin from Alpha Creates, Hanim Hamzah from ZICO Law, Cherilyn Tan from Interstellar Group, Thomas Thoppil from Hewlett Packard Enterprise, Michael Law from Rajah & Tann Technologies, and Andrew Stoutley from Tilleke & Gibbins.

The association has representatives in almost all Southeast Asia;s countries. Along with Melvin, there is also Hukumonline’s CTO, Arkka Dhiratara who is also appointed as ASEAN LegalTech representative for Indonesia.

LegalTech potential in Southeast Asia

Legaltech market in Southeast Asia still leaves great space to develop further. ASEAN LegalTech research has found 88 registered legaltech in Southeast Asia. Dominated by Singapore and Indonesia for 25 and 21 startups.

It is bigger than the number mentioned on Codex Techindex on legaltech startup worldwide. It is said in the index, only 16 startup listed in Southeast Asia.

However, the market share available in the region consists of 645 million population, 3,825 registered company on the exchange and 650 million SMEs. While the lawyer population in Southeast Asia just reached 248 thousand.

“ASEAN LegalTech aims to connect Indonesia, Singapore, Malaysia, Vietnam with other countries, and it’s not only 16 but 88 players unnoticed by the whole universe while they exist,” Sumapung added.

He also said to target 21 legaltech in Indonesia joined the association. Other institutions, such as law firms and regulators might be a member of this network.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

ASEAN LegalTech

ASEAN LegalTech Diperkenalkan di Indonesia, Asosiasi yang Menaungi Startup di Bidang Hukum

ASEAN LegalTech resmi memperkenalkan keberadaannya di Indonesia. Mereka adalah asosiasi pertama di Asia Tenggara yang menghubungkan ekosistem legaltech atau startup digital yang bergerak di bidang hukum di seluruh kawasan.

Melvin Sumapung, CEO Justika, merupakan salah satu duta ASEAN LegalTech untuk Indonesia. Melvin menjelaskan bahwa asosiasi yang ia perkenalkan ke publik hari ini bertujuan menjadi suara komunitas, membangun ekosistem, dan menghubungkan para pemangku kepentingan dalam di Asia Tenggara.

“Advokasi ini lebih ke promosi ke berbagai macam stakeholder. Karena legaltech ini tidak bisa hanya dari startup atau law firm saja, harus ada penggabungan dari berbagai pihak. Makanya kalau dilihat dari founding board-nya itu ada law firm, legaltech startup, dan lain-lain,” ujar Melvin kepada Dailysocial.

ASEAN LegalTech digagas oleh 6 orang dari berbagai negara. Mereka adalah Eric Chin dari Alpha Creates, Hanim Hamzah dari ZICO Law, Cherilyn Tan dari Interstellar Group, Thomas Thoppil dari Hewlett Packard Enterprise, Michael Law dari Rajah & Tann Technologies, dan Andrew Stoutley dari Tilleke & Gibbins.

Asosiasi juga memiliki duta di hampir semua negara di Asia Tenggara. Selain Melvin, ada CTO Hukumonline Arkka Dhiratara yang juga ditunjuk sebagai duta ASEAN LegalTech di Indonesia.

Potensi LegalTech di Asia Tenggara

Potensi pasar legaltech di Asia Tenggara saat ini dinilai punya ruang yang begitu luas untuk berkembang. Riset dari ASEAN LegalTech menemukan ada 88 startup legaltech di seluruh Asia Tenggara. Singapura dan Indonesia merupakan paling dominan di kawasan dengan masing-masing 25 dan 21 startup.

Angka itu terbilang jauh lebih besar ketimbang indeks dari Codex Techindex yang memetakan pasar legaltech di seluruh dunia. Dalam indeks tersebut, Asia Tenggara tercatat hanya memiliki 16 startup.

Adapun pasar yang dapat digarap di seluruh kawasan terdiri dari 645 juta orang, 3.825 perusahaan yang terdaftar di bursa efek, 650 juta UKM. Sementara jumlah pengacara di Asia Tenggara saat ini sekitar 248 ribu.

“ASEAN LegalTech mencoba menghubungkan Indonesia, Singapura, Malaysia, Vietnam, dan lainnya, dan ini bukan hanya 16 tapi ada 88 pemain yang tidak pernah terdengar di dunia sedangkan di seluruh dunia sudah ada (asosiasi),” imbuh Melvin.

Melvin mengatakan pihaknya menargetkan 21 legaltech di Indonesia turut bergabung ke dalam asosiasi tersebut. Ia pun mempersilakan institusi lain seperti firma hukum hingga regulator untuk turut bergabung ke dalam jejaring tersebut.

Justika Legal Service Marketplace Releases a Lawyer App

Justika law service marketplace releases Justika Lawyer Connect to accommodate the partnered advocates with clients. This app is limited to selected advocates.

This app is a part of product series by Justika post receiving Pra Series A funding with undisclosed value from one of the large firm in Indonesia, Assegaf Hamzah & Partners (AHP) in the late January 2019.

“We want to wrap up the product development. Since going live in June 2018, we only have consulting service through phone. A good problem comes from our user that they’re eager to request for further services, such as document issuance, live consulting, and companionship, it’s our to-be-finalized products,” Justika’s CEO, Melvin Sumapung said to DailySocial.

Melvin explained the special app will connect all orders from clients requesting for specific advocate. It intends to facilitate advocate with high-mobility that afraid to ruin the operational hours.

Justika Lawyer Connect App / Justika
Justika Lawyer Connect App / Justika

The app will give notification to the advocate related to the issue and the system will automatically manage the conference room. When the advocate entered the conference room, the system will detect and connect the client to start the consulting session.

There will be automatic reminder and recorder when the conversation begin.

“Timer works to make sure everything is within 30 minutes, the cost is Rp299 thousand. Recorder is for revisiting, in case something happened, which previously accepted by both parties.”

Justika development

He said Justika is currently has 900 registered advocate in its platform. However, only 11 of them already put in charge of clients. Sumapung said the decision was taken because the team should filter the client’s demand with the advocate skill.

The subsidiary of Hukum Online deals with many issues concerning family, individuals and SMEs. Therefore, advocates registered to Justika are expected to have expertise in this field. This year, the plan is for advocates in charge to be increased by 20-30 people.

“We want to make sure that we didn’t only provide curated advocates, but the skill can follow the user’s demand. Therefore, user can use lawyer for the specific case.”

Advocate can partnered up with Justika after getting through Justika’s internal and verification process. The company will ask for more information about the skills, experience, advocate license, network, and the career journey.

Regarding Justika’s plan with AHP, Sumapung said the team will make the only investor as a strategic partner for product knowledge. AHP is considered as great partner not only in law, but also in building the firm from zero to this point.

He added, although there’s no talk about AHP’s advocates to join as Justika’s partners, they expect to receive the support.

“We have so much to learn from them [AHP] because the expertise, including to build a lawfirm,” he said.

Since established in June 2018, Justika has managed to serve clients in various locations, such as Gresik, Sumatera, Lombok, and Papua. Most of them are in middle class. To date, users are claimed to have increased by 10 times.

We target the middle class consumers, because the high society are the bigger law firm’s clients, while the low level is supported by LBH,” Justika’s CPO, Hafidz Kalamullah said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Marketplace jasa hukum Justika rilis aplikasi Justika Lawyer Connect pasca pendanaan Pra Seri A dari Assegaf Hamzah & Partner pada akhir Januari 2019

Marketplace Jasa Hukum Justika Rilis Aplikasi Khusus Pengacara

Marketplace jasa hukum Justika merilis aplikasi Justika Lawyer Connect untuk mengakomodasi advokat yang telah bermitra dengan Justika dan terhubung langsung dengan para klien. Aplikasi ini masih terbatas tersedia untuk kalangan advokat terpilih saja.

Kehadiran aplikasi ini adalah bagian dari rangkaian produk yang bakal digencarkan Justika pasca menerima pendanaan Pra Seri A dengan nilai yang tidak disebutkan dari salah satu firma hukum besar di Indonesia, Assegaf Hamzah & Partners (AHP) pada akhir Januari 2019.

“Kami mau menyelesaikan pengembangan produk. Sejak live di Juni 2018, kita baru ada layanan konsultasi via telepon. Ada good problem dari user kita ternyata mereka eager untuk minta layanan lebih lanjut seperti pembuatan dokumen, konsultasi tatap muka, sampai pendampingan, Itu produk yang sedang kami selesaikan,” ucap CEO Justika Melvin Sumapung kepada DailySocial.

Melvin menjelaskan aplikasi khusus advokat ini akan menjembatani seluruh pemesanan dari klien yang ingin terhubung dengan advokat tertentu. Kehadiran aplikasi ini dimaksudkan untuk memudahkan advokat dengan mobilitas yang tinggi, sehingga dikhawatirkan akan mengganggu waktu operasionalnya.

Aplikasi Justika Lawyer Connect / Justika
Aplikasi Justika Lawyer Connect / Justika

Nanti aplikasi akan memberi notifikasi kepada advokat terkait permintaan tersebut dan secara otomatis sistem akan mengatur conference room. Ketika advokat sudah masuk ke dalam conference room tersebut, sistem akan mendeteksi dan menghubungi klien untuk memulai sesi konsultasi via telepon.
Ada waktu pengingat dan alat perekam yang secara otomatis menyala ketika percakapan dimulai.

“Timer itu untuk memastikan semuanya tepat 30 menit, biayanya Rp299 ribu. Recorder itu maksudnya untuk kebutuhan revisit kalau ada apa-apa, yang sebelumnya sudah berdasarkan persetujuan dari kedua belah pihak.”

Perkembangan Justika

Dia menuturkan saat ini Justika telah memiliki 900 advokat terdaftar di dalam platformnya. Namun advokat yang benar-benar sudah melayani kebutuhan klien hanya 11 orang. Melvin berujar, keputusan ini diambil karena pihaknya ingin memfilter antara kebutuhan klien dengan spesifikasi keahlian para advokat.

Anak usaha dari media online Hukum Online ini banyak menangani permasalahan mengenai soal keluarga, individu, dan bisnis skala UKM. Oleh karena itu, advokat yang bergabung ke Justika diharapkan memiliki keahlian di bidang tersebut. Rencananya tahun ini advokat yang bisa melayani klien akan ditingkatkan jadi 20-30 orang.

“Kita ingin make sure apa yang kita berikan ke user tidak hanya advokat yang terkurasi saja, tapi keahlian advokat itu bisa mengikuti kebutuhan user. Jadi user butuh untuk menganani kasus apa, lawyer-nya harus yang sesuai.”

Advokat dapat bermitra dengan Justika setelah melalui proses verifikasi dari internal Justika. Perusahaan akan menanyakan lebih lanjut bagaimana bidang keahliannya, pengalaman, apakah punya lisensi advokat, jaringannya seperti apa, dan sepak terjangnya selama berkarier.

Terkait rencana Justika dengan AHP berikutnya, Melvin mengatakan pihaknya menjadikan investor tunggalnya tersebut sebagai mitra strategis untuk product knowledge. AHP dianggap sebagai mitra yang piawai tidak hanya dalam bidang hukum saja, tapi juga membangun firma dari nol sampai besar seperti sekarang.

Melvin menyebutkan, meski belum ada pembicaraan apakah advokat dari AHP bakal tergabung sebagai mitra Justika, mereka berharap AHP bisa memberikan bantuannya.

“Kita perlu banyak belajar ke mereka [AHP] karena pengalamannya sudah banyak, termasuk membangun bisnis firma hukum,” pungkasnya.

Sejak berdiri di Juni 2018, Justika telah melayani klien yang berada di berbagai lokasi, seperti Gresik, Sumatera, Lombok, hingga Papua. Kebanyakan mereka berada di level ekonomi menengah. Diklaim hingga kini terjadi peningkatan pengguna hingga 10 kali lipat.

“Kami menyasar konsumen yang ada di level ekonomi menengah karena yang level atas itu sudah jadi kliennya law firm besar, sementara yang level bawah itu dibantu oleh LBH,” kata CPO Justika Hafidz Kalamullah.