Tag Archives: Member.id

Tips Validasi Produk Startup

Belajar dari Pengalaman Member.id Membangun dan Memvalidasi Produk

Dalam perjalanannya membangun bisnis, Co-founder & CEO Member.id Marianne Rumantir bercerita tentang bagaimana ekosistem startup di Indonesia berkembang hingga sekarang ini. Dunia startup tak lagi identik dengan pelaku bisnis atau produk berlatar belakang IT, tetapi juga solusi kreatif dan disruptif.

Pada kesempatan kali ini, ia berbagi pengalaman dan cerita seputar pengembangan dan validasi produk/layanan. Selengkapnya, simak paparan Marianne Rumantir pada sesi rangkaian program inkubasi DSLaunchpad ULTRA berikut ini.

Mencari tahu ide bisnis bernilai atau tidak

Pelanggan merupakan metrik validasi yang umum untuk mengetahui apakah produk/layanan yang dikembangkan bernilai atau dapat menyelesaikan masalah mereka. Menurut Marianne, terkadang perlu mengambil langkah besar untuk mengembangkan produk meskipun memakan waktu lama. Tetapi, penting pula untuk melakukan kalkulasi. Produk tidak harus sempurna, tetapi paling tidak dapat memberikan dampak terhadap pelanggan/klien.

“Di situ kami tahu bahwa we are making difference with our solution. Bukan perfect product, at least you are providing or helping them. Jika ada appetite pada produk, ini pertanda ada yang mau pakai,” ujar Marianne.

Dalam konteks pelanggan di segmen B2B, ia juga menyoroti pentingnya komunikasi dua arah serta utilisasi data untuk mengetahui implementasi produk/layanan dapat memberikan perubahan terhadap bisnis klien dan memenuhi kebutuhan mereka.

“Komunikasi secara berkala penting untuk mempertajam alignment. Tujuannya untuk memastikan kebutuhan terpenuhi, apalagi kerja sama untuk jangka panjang,” tambahnya.

Pengalaman saat melakukan product validation

Setiap startup pasti pernah melalui perjalanan berliku saat melakukan product validation. Marianne menceritakan bagaimana ia dan timnya pernah mengalami kegagalan memvalidasi produk karena pandemi Covid-19. Situasi ini membuat permintaan pasar terhadap produknya turun secara drastis.

Diungkapkannya, Member.id pernah meluncurkan aplikasi Madoo yang memungkinkan pengguna mengonversi point dan miles dari merchant, seperti OVO, Gopay, AirAsia, dan Garuda. Ketika perusahaan melakukan soft launch, pandemi pun terjadi dan penerbangan dilarang. Situasi ini menyulitkan proses validasi Madoo mengingat nilai jual aplikasi ini terletak pada tukar point dan miles.

“Padahal kami sudah lakukan riset satu setengah tahun pada R&D untuk membangun produk. Kami juga sudah investasi miliaran Rupiah. Such a bad timing. Akhirnya, kami postpone produk sampai situasinya membaik. Kadang-kadang ada situasi tidak terduga yang membuat demand pasar jatuh,” ungkapnya.

Situasi semacam ini memang tidak terelakkan. Terlepas dari itu, Marianne menyebut bahwa umumnya product validation dapat memakan waktu hingga 1-2 tahun. Ini untuk mengetahui apakah pada periode ini pelaku startup dapat memperoleh customer atau klien yang mau memakai produk/layanannya.

Mencari investor hingga exit plan

Pengembangan produk selalu akan berkaitan dengan kecukupan modal yang dimiliki startup di tahun-tahun pertamanya. Marianne menilai perkembangan industri startup semakin matang. Bagi pelaku startup, ini menjadi momentum yang tepat untuk membangun sebuah produk/layanan. Investor semakin banyak yang berani berinvestasi untuk pendanaan tahap awal (seed round).

“Situasi ini menjadi peluang bagus karena sebetulnya kita tidak perlu big money di awal untuk mengembangkan produk. We just need good amount of money dan konsep produknya untuk satu tahun pertama. Investor juga semakin banyak yang mau berinvestasi di seed,” paparnya.

Ia juga menggarisbawahi tentang beberapa hal lain seputar investor. Pertama, penting untuk mencari investor yang dapat menjadi strategic partner, terutama yang sudah memiliki banyak portofolio investasi. Ini dapat menjadi satu kesempatan bagi startup untuk mencari customer baru/klien dari portofolio milik investor.

Kedua, mencari investor yang dapat memberikan pendampingan dalam membangun produk dan bisnis hingga exit plan. “Kalau di VC, [investasi VC] startup tidak minta balik modal, hanya tutup bisnis yang berarti no longer burning money. Setiap investor punya exit plan yang berbeda. Makanya, cari investor yang dapat kasih konsultasi untuk bangun bisnis.”

Member.id Announces 15,4 Billion Rupiah Worth of Series A Funding

The Member.id loyalty platform has announced series A funding worth of $1.1 million or equivalent to 15.4 billion Rupiah. This round was led by East Ventures and Traveloka. Fresh funds will be focused on strengthening content capabilities on the platform, in line with their mission to create a “creator economy”.

One of the launched initiatives is TS Media as a new content production division in the company. This unit allows brand owners to collaborate with the rapidly growing creator ecosystem in Indonesia through the support of Member.id’s technology and expertise.

Later, Member.id will focus on providing strategic consulting, data analysis, and technology solutions to encourage retention and increase customer acquisition. Meanwhile, TS Media will focus on content creation to increase awareness and activation to drive customer acquisition.

Along with the funding, they also launched “Travel Secret”, a travel content platform pioneered by the actress Luna Maya and Marianne Rumantir (Co-Founder & CEO of Member.id). Luna also joined the company as a Managing Partner.

The presence of Traveloka as an investor is expected to provide added value for the business, especially for connecting Member.id with merchant networks.

“The pandemic has triggered a change in consumer behavior. They spend more time viewing content on social media. By creating content geared towards domestic tourism [via Travel Secret], we can become a significant force in driving additional demand for Traveloka,” Member.id’s Co-Founder & CSO Robert Tedja said.

“The unique strategy driven by Member.id content can open up new opportunities for Traveloka users and our travel and lifestyle business partners,” Traveloka’s Group President, Caesar Indra added.

Apart from Member.id, Traveloka has also invested in three other startups, including KiotViet, PouchNATION, and PasarPolis.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Pendanaan Seri A Member.id

Member.id Umumkan Pendanaan Seri A 15,4 Miliar Rupiah

Pengembang platform loyalty Member.id mengumumkan telah memperoleh pendanaan seri A senilai $1,1 juta atau setara 15,4 miliar Rupiah. Putaran investasi ini dipimpin oleh East Ventures dan Traveloka. Dana segar akan difokuskan untuk memperkuat kapabilitas konten di platform, sejalan dengan misi mereka untuk menciptakan “creator economy”.

Salah satu yang sudah direalisasikan, mereka meluncurkan TS Media sebagai divisi produksi konten baru di perusahaan. Unit ini juga memungkinkan pemilik brand bekerja sama dengan ekosistem kreator yang sedang berkembang pesat di Indonesia melalui dukungan teknologi dan keahlian yang dimiliki Member.id.

Nantinya Member.id akan berfokus pada penyediaan konsultasi strategi, analisis data, dan solusi teknologi untuk mendorong retensi dan peningkatan pelanggan bisnis. Sementara itu, TS Media akan fokus pada pembuatan konten untuk meningkatkan kesadaran dan aktivasi guna mendorong akuisisi pelanggan.

Bersamaan dengan pendanaan tersebut turut diumumkan peluncuran “Travel Secret”, yakni sebuah platform konten perjalanan yang dipelopori aktris Luna Maya dan Marianne Rumantir (Co-Founder & CEO Member.id). Luna juga bergabung ke perusahaan sebagai Managing Partner.

Hadirnya Traveloka di jajaran investor juga diyakini dapat memberikan nilai tambah bagi bisnis, terutama untuk menghubungkan Member.id dengan jaringan merchant.

“Pandemi telah memicu perubahan perilaku konsumen, mereka menghabiskan lebih banyak waktu untuk melihat konten di media sosial. Dengan membuat konten yang diarahkan pada pariwisata domestik [lewat Travel Secret], kami dapat menjadi kekuatan yang signifikan dalam mendorong permintaan tambahan untuk Traveloka,” ujar Co-Founder & CSO Member.id Robert Tedja.

“Strategi unik yang didorong oleh konten Member.id dapat membuka peluang baru bagi pengguna Traveloka dan mitra bisnis perjalanan dan gaya hidup kami,” imbuh Presiden Grup Traveloka Caesar Indra.

Selain Member.id, Traveloka juga sudah berinvestasi ke tiga startup lain, di antaranya KiotViet, PouchNATION, dan PasarPolis.

Pendanaan Member.id 2020

Member.id Dikabarkan Memperoleh Tambahan Pendanaan Baru [UPDATED]

17 Februari 2021 [17.20 WIB]: Kami melakukan pembaruan informasi pendanaan didasarkan pada rilis yang diterima oleh Member.id.

Startup penyedia layanan loyalitas Member.id dikabarkan memperoleh pendanaan baru senilai $1,1 juta. Pendanaan didapat dari East Ventures dan Traveloka.

Berdasarkan catatan kami, Member.id terakhir kali menerima dana pada 2018 lalu. Perusahaan mengantongi pendanaan pra-seri A dari East Ventures, Ace Capital, dan beberapa angel investor dengan nilai yang tidak dapat disebutkan.

DailySocial telah menghubungi Co-Founder & CEO Member.id Marianne Rumantir untuk mengonfirmasi kabar tersebut, tetapi belum ada respons hingga berita ini diturunkan.

Seperti diketahui, Member.id membidik segmen B2B dengan membuat (design), mengembangkan (build), dan mengelola (operate) program loyalitas perusahaan di Indonesia. Beberapa program loyalitas yang dikelola termasuk di antaranya Ismaya Group, Djarum Group, Garuda Indonesia. Per September 2018, Member.id tercatat telah mengantongi transaksi hingga lebih dari 45 juta poin.

Sebelumnya, Marianne sempat mengungkap bahwa pihaknya bakal memperluas segmen bisnisnya ke B2C dengan meluncurkan loyalty wallet. Melalui inovasi ini, pihaknya dapat mengedukasi pasar Indonesia yang dinilai masih minim informasi mengenai cara mengecek hingga menukarkan poin. Di sisi lain, peluang untuk mengembangkan inovasi dan bisnis di industri loyalty Indonesia dinilai masih besar.

Rencana tersebut tampaknya direalisasikan melalui peluncuran aplikasi Madoo pada 2019 lalu. Platform ini merupakan points agregator yang menghubungkan royalty program dari dua atau lebih platform yang berbeda. Tidak diketahui apakah platform ini masih berjalan mengingat aplikasi sudah tidak tersedia di Play Store.

Gambar Header: Depositphotos.com

User Loyalty Program: Between Loyalty and Temptation

When opening the GoPoints feature in Gojek’s app, You’ll no longer find spinner gamification with points that used to be popular. All transactions on Gojek platform will no longer gain points since last January. The remaining points can still be redeemed until 30 June 2020. Gojek is said to develop GoPoints with a different approach.

GoPoints, similar to Ovo Points, TokoPoints, or Shopee Coins. These programs were originally designed to maintain user loyalty, but in the long run, creates comparison variables that influence purchase decisions rather than price.

I tried to talk with several users of digital applications, millennials, and actually care for these points. Some are looking for more benefits such as discounts, some tend to love these points to be used for other things – balance top-up for example.

July Andrian uses and benefits from some loyalty program, such as GoPoint, GrabRewards, Ovo Points, TokoPoint, Shopee Coins, Ponta, and I-Pocket. Everything is collected in order to get other benefits.

“[User loyalty program] This is an advantage for me. Getting some feedback on our loyalty / the amount of money we spend. Therefore, we believe to gain more profit from the purchases we make,” Juli explained.

This opinion is also admitted by others. Including the existence of various points obtained, they become more selective of an item/merchant/service.

“Always, because [I am] very frugal and avoid many losses,” Galuh Intan added.

“[I am] very considering. Whenever I want to buy something, I’ll check which offers the biggest cashback,” Prilita Kamalia said.

Loyal to the points, cashback, and discounts

Indonesians are mostly price-sensitive people. The program should be an answer to loyalty, but vice versa. Most of the users now expecting “bonus” from every transaction they’ve made. Eventually, the brand constantly offers something to gain users.

This is not a very good deal for the sustainability of service/brand/trader. For those which offer no extra benefits for certain users. The benefits become an addictive habit that cannot be avoided to gain users. Being mistaken to implement a loyalty program.

GetPlus, a loyalty service provider program, agreed on this phenomenon. Everyone likes discounts/cashback/rewards/points. However, they still believe people who devoted or loyal to certain brands and traders are exist.

“Consumers [who like certain brands] value recognition, to get loyalty rewards from their purchases and enjoy the shopping experience through the offline store. This is the value proposition of the loyalty program, which is a well-designed program that will be as attractive as a discount offer,” GetPlus’ Co-Founder & COO, Adrian Hoon told DailySocial.

Andrian also explained that Indonesia currently has many loyalty programs by brands or merchants, however, some are not well designed in terms of technology, process, resources, marketing, and other investments. The management is not good enough, followed by poor user experience with a negative impact on the business.

Meanwhile, Co-founder & CEO Member.id Marianne Rumantir said, getting loyal customers is not only from the user loyalty program but through the company’s products and services.

She explained, there are such things as transactional loyalty and emotional loyalty. Transactional loyalty usually exists when a brand provides discounts or offer cheap prices, whereas emotional loyalty is a condition where customers remain loyal to a certain brand even though the price is increasing. It is because customers have trusted the brand, in terms of products and services.

“In terms of discount and cashback programs, this should be considered as an acquisition program, not for a retention program. Regular discounts and cashback usually [and should be] offered to get as many members/users as possible at first attempt, but there is a next customer journey where the loyalty program should be able to provide other benefits to reward its customers beyond discount/cashback. Here [we] offer the loyalty program as a retention program,” Marianne explained.

some loyalty program by platforms in Indonesia
some loyalty program by platforms in Indonesia

How should the loyalty program works

The user loyalty program is a long-term investment program that is related to good relationships between services or brands with users. In the system, besides being able to grow users, this program can be used to capture feedback, view demographics, and track user habits. This program should play an important role in the journey of business growth.

Marianne stated several challenges related to the loyalty programs in Indonesia. Two of them are less comprehensive program socialization and some user loyalty programs without a clear customer journey.

“The best loyalty program is the one with well-designed customer journey. If I were to describe, there are 4 phases, Aspiration, Earnings, Benefits, Rewards. Each phase has elements that must be designed and executed well depending on the brand of each industry,” Marianne said.

The point is, Marianne said, in order for user loyalty program to work well, it must be followed by the on-demand products, competitive price to the market, and well-developed service.

“Loyalty programs should run to complement products and improve existing services, therefore, they can provide consumer appreciation as well as helping brands to understand consumers thoroughly,” Marriane added.

loyalty

Redefining loyalty program

The most noticeable impact of the user’s selective habits on prices and points occurs in the SME business. At first, they intend to provide appreciation and experience for loyal customers but changed the habits of users instead. They become addicted.

Redefining user loyalty programs must be done to prevent misinterpretation. Marriane and Andrian said the key is in the well-designed loyalty program. Not only providing points and cashback, but also a clear system.

A well-designed loyalty program, as for Marriane, is user loyalty programs designed in stages and have their respective phases. Marriane calls it a customer journey or simply a user loyalty initiative built with full consideration of the whole experience.

Each stage is adjusted with its own role in the user relation. It manages time for points, cashback, and other forms of appreciation. The gamification model can also be an alternative, for example for customers who already have certain points.

Adrian took one good example of user loyalty programs in Indonesia. He explained a well-known restaurant group in Indonesia with a well-designed user loyalty program.

“The program they run is designed in such ways as to recognize consumers after making a reservation, reward points earned after making transactions without having to show membership ID, rewards offered based on transaction history, and other restaurant preferences. In addition, there are also occasional rewards. Well, such programs have an influence on brand preference, retention, meanwhile to increase spending driven by extraordinary experience to achieve challenges, bonus rewards, and others,” Adrian said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Program loyalitas pengguna seharusnya menjadi cara layanan mendapatkan kesetiaan pengguna, tapi kenyataan berkata lain

Program Loyalitas: Antara Kesetiaan dan Rayuan Poin

Ketika membuka GoPoints di aplikasi Gojek hari ini, Anda tak lagi menemukan gamifikasi berupa permainan spinner dengan poin yang sempat populer beberapa waktu lalu. Seluruh transaksi Gojek juga sudah tak lagi mendapat poin mulai akhir Januari lalu. Pengguna yang memiliki poin masih bisa menukarkan poinnya hingga 30 Juni 2020. Gojek dikabarkan ingin mengembangkan GoPoints dengan pendekatan berbeda.

GoPoints serupa dengan Ovo Points, TokoPoints, atau Koin Shopee. Program-program ini awalnya dirancang untuk menjaga loyalitas pengguna, tapi pada akhirnya menjadi salah satu variabel pembanding yang menentukan keputusan pembelian selain harga.

Saya mencoba berbincang dengan beberapa pengguna aplikasi digital, semuanya milenial, dan mereka sepakat bahwa mereka sangat mencintai poin-poin ini. Ada yang cinta karena mereka bisa mendapat keuntungan lebih berupa potongan harga, ada pula yang cinta karena poin ini bisa digunakan untuk hal lain–beli pulsa misalnya.

Juli Andrian menggunakan dan memanfaatkan poin dari banyak layanan, seperti GoPoint, GrabRewards, Ovo Point, TokoPoint, Koin Shopee, Ponta, dan I-Saku. Semuanya dikumpulkan sehingga bisa mendapatkan keuntungan lain.

“[Program loyalitas pengguna] Ini menjadi keuntungan buat saya. Dapat timbal balik dari loyalitas kita/banyaknya uang yang kita belanjakan. Jadi merasa dapat keuntungan lebih dari pembelian yang kita lakukan,” terang Juli.

Pendapat Juli ini diamini yang lain. Termasuk dengan adanya berbagai macam poin yang didapat mereka jadi lebih pemilih terhadap sebuah barang/merchant/layanan.

“Selalu, soalnya [saya] anaknya hemat dan ga mau rugi banget,” jelas Galuh Intan.

“[Kalau saya] sangat mempertimbangkan. Bahkan kalau aku mau beli sesuatu cek-cek dulu mana yang cashback paling gede,” timpal Prilita Kamalia.

Lebih setia pada poin, cashback, dan diskon

Masyarakat Indonesia masih sangat sensitif terhadap harga. Kehadiran program loyalitas pengguna seharusnya menjadi jawaban untuk sebuah kesetiaan, tapi justru sebaliknya. Banyak dari pengguna kini juga mempertimbangkan “bonus” dari setiap transaksi yang mereka lakukan. Efeknya, brand harus terus “menawarkan” sesuatu untuk tetap mendapatkan pengguna.

Kondisi ini tidak baik bagi keberlangsungan sebuah layanan/brand/merchant. Mereka yang tak lagi menawarkan benefit bakal keluar dari kelompok pilihan pengguna. Memberikan benefit menjadi sebuah ketergantungan yang tak bisa dihindarkan untuk bisa mendapat pengguna. Menjadi salah kaprah bagi implementasi program loyalitas.

GetPlus, sebuah penyedia layanan program loyalitas, tidak menampik fenomena ini. Mereka percaya bahwa semua konsumen menyukai diskon/cashback/rewards/poin yang diberikan secara gratis. Namun mereka masih percaya bahwa masih ada konsumen yang menyukai atau setia pada beberapa brand dan merchant tertentu.

“Konsumen [yang menyukai beberapa brand tertentu] ini menghargai recognition, bisa memperoleh loyalty rewards dari pembelanjaan mereka dan menikmati pengalaman berbelanja melalui offline store. Hal inilah yang merupakan value proposition dari loyalty program, yaitu sebuah program yang didesain dengan baik dan akan sama menarik layaknya penawaran diskon,” terang Co-Founder & COO GetPlus Adrian Hoon kepada DailySocial.

Adrian juga menjelaskan, saat ini di Indonesia banyak program loyalitas yang diterapkan oleh brand atau merchant, namun sayangnya banyak di antaranya tidak well designed dari segi investasi teknologi, proses, sumber daya, marketing, dan lainnya. Pengelolaannya juga kurang baik sehingga membuat pengalaman pengguna tidak baik dan berdampak negatif pada bisnis.

Sementara itu Co-founder & CEO Member.id Marianne Rumantir menilai, mendapatkan pelanggan yang loyal tak diperoleh dari program loyalitas pengguna, tetapi dari produk dan layanan perusahaan itu sendiri.

Ia menjelaskan, saat ini ada yang namanya transactional loyalty dan emotional loyalty. Transactional loyalty biasanya ada pada saat brand sedang ada diskon atau murah, sedangkan emotional loyalty adalah kondisi di mana pelanggan tetap loyal kepada brand tertentu meskipun harganya naik. Alasannya karena pelangan sudah percaya ke brand itu, dari segi produk dan layanan.

“Untuk program diskon dan cashback misalnya, ini seharusnya dianggap sebagai program akuisisi bukan untuk program retensi. Diskon dan cashback biasa [dan seharusnya] ditawarkan untuk mendapatkan member/user sebanyak-banyaknya di awal, namun setelah itu ada customer journey selanjutnya di mana seharusnya loyalty program bisa menyediakan benefit-benefit lain untuk menghargai konsumennya di luar diskon/cashback. Di sini loyalty program digunakan sebagai retention program,” jelas Marianne.

Beberapa platform dan program loyalitas pengguna
Beberapa platform dan program loyalitas pengguna

Bagaimana seharusnya program loyalitas bekerja

Program loyalitas pengguna merupakan program investasi jangka panjang yang berkaitan dengan hubungan baik layanan atau brand dengan pengguna. Di dalam sistemnya, selain bisa menumbuhkan pengguna, program ini bisa digunakan untuk menangkap feedback, melihat gambaran demografi, dan melacak minat pengguna. Seharusnya program ini mengambil peranan penting dalam perjalanan pertumbuhan bisnis.

Marianne berpendapat, ada beberapa tantangan terkait dengan program loyalitas pengguna yang ada di Indonesia saat ini. Dua di antaranya adalah sosialisasi soal program yang kurang menyeluruh dan banyaknya program loyalitas pengguna yang tidak memiliki customer journey yang jelas.

The best loyalty program is the one that has a well-designed customer journey. Customer journey ini kalo saya gambarkan ada 4 phase, Aspiration. Earning, Benefit, Rewards. Di masing-masing phase ada unsur-unsur yang harus dirancang dan dieksekusi dengan baik tergantung brand dari industri masing-masing,” ujar Marianne.

Pada intinya, menurut Marianne, untuk bekerja dengan baik program loyalitas pengguna harus diikuti dengan produk yang dibutuhkan, harga yang sesuai pasar, dan tingkat layanan.

Loyalty program lalu dijalankan untuk membantu melengkapi produk dan meningkatkan servis yang sudah ada sehingga dapat membantu menyediakan apresiasi kepada konsumen begitu juga membantu brand untuk mengerti konsumen nya lebih dalam,” imbuh Marriane.

Platform penyedia program loyalitas pengguna

Mendefinisikan ulang program loyalitas

Dampak paling kentara dari kebiasaan pengguna yang lebih selektif terhadap harga dan poin terjadi di bisnis UKM. Awalnya berniat memberikan penghargaan dan pengalaman bagi pelanggan setia mereka, tetapi malah mengubah kebiasaan penggunanya. Mereka menjadi ketergantungan.

Mendefinisikan ulang program loyalitas pengguna harus dilakukan untuk mencegah penyalahartiannya. Marriane dan Adrian menyebut kuncinya ada pada well-designed loyalty program. Tidak asal poin dan cashback, tetapi juga memiliki sistem yang jelas.

Well-designed loyalty program, menurut penjelasan Marriane, merupakan program loyalitas pengguna yang dirancang dengan bertahap dan memiliki fase masing-masing. Marriane menyebutnya sebagai customer journey atau secara sederhana sebuah inisiatif loyalitas pengguna yang dibangun dengan memperhatikan perjalanan pengalaman penggunaan.

Setiap tahap disesuaikan dan memiliki peran masing-masing dalam hubungan dengan pengguna. Seperti kapan harus memberikan poin, kapan harus memberikan cashback, dan bentuk penghargaan lainnya. Model gamifikasi juga bisa jadi alternatif, misalnya untuk pelanggan yang sudah memiliki poin tertentu.

Adrian turut mencontohan program loyalitas pengguna yang menurutnya bagus di Indonesia. Ia menjelaskan bahwa ada salah satu grup restoran ternama di Indonesia yang sudah menerapkan program loyalitas pengguna dengan baik.

“Program yang mereka jalankan dirancang sedemikian rupa untuk mengenali consumer setelah melakukan reservasi, reward points didapatkan setelah bertransaksi tanpa harus menunjukkan membership ID, rewards bonus ditawarkan berdasarkan riwayat transaksi, dan preferensi restaurant lainnya. Selain itu, terdapat juga occasional surprise rewards. Nah, program seperti inilah yang memengaruhi preferensi terhadap brand, retention, sekaligus menambah pengeluaran yang didorong oleh experience yang luar biasa untuk mencapai tantangan, rewards bonus, dan lain-lain,” terang Adrian.

Member.id ingin membangun loyalty wallet berbasis blockchain

Raih Pendanaan Pra-Seri A, Member.id Siapkan “Loyalty Wallet” Berbasis Blockchain di Awal 2019

Member.id mengumumkan perolehan dana Pra-Seri A dengan jumlah yang tak bisa disebutkan. Dalam keterangan resminya, perolehan pendanaan ini dipimpin oleh East Ventures, diikuti Ace Capital, dan beberapa angel investor yang tak bisa disebutkan namanya.

Sesuai komitmennya, dana tersebut akan digunakan untuk mengakselerasi pengembangan produk baru dalam meningkatkan pengalaman pelanggan dan membuka peluang bisnis lebih banyak di industri loyalitas Indonesia.

Chief Strategy Officer Member.id Robert Tedja mengatakan, kehadiran big data, machine learning, dan data science kini berpotensi besar dalam menciptakan nilai lebih bagi bisnis dan konsumen melalui program loyalitas kuat.

“Apalagi kemunculan blockchain telah membuka peluang besar dalam mengintegrasi lanskap loyalitas dan menekan inefisiensi pada sistem loyalitas yang sudah ada,” ujar Robert.

Managing Partner East Ventures Willson Cuaca menambahkan, hanya sedikit perusahaan di Indonesia yang investasinya efektif untuk mengetahui preferensi konsumen perilaku. Hal ini juga yang membuat loyalitas konsumen hanya sebatas mitos di Indonesia.

“Kami yakin Member.id telah memikirkan pendekatan yang tepat untuk membantu brand mengonstruksi dan mengeksekusi strategi loyalitas yang efektif untuk keuntungan yang lebih optimum bagi perusahaan dan individual,” tuturnya.

Sesuai rencana, Member.id akan melebarkan sayap bisnisnya ke Business-to-Consumer (B2C) dengan meluncurkan produk e-wallet berbasis blockchain.

Bukan sekadar e-wallet, Co-Founder dan CEO Member.id Marianne Rumantir kepada DailySocial mengungkapkan produk ini akan berfungsi sebagai dompet pengoleksi poin loyalitas yang dikumpulkan pelanggan. Poin-poin tersebut bahkan bisa menjadi “currency” karena dapat langsung ditukarkan.

”Pengguna bisa redeem dan track poin yang mereka kumpulkan dari semua transaksi, mau itu poin dari airline, e-commerce, atau travel. Mereka juga bisa transfer atau convert poin loyalitas dari merchant berbeda,” ujar Marianne.

Menurut Marianne, saat ini Indonesia masih minim informasi mengenai cara mengecek hingga menukarkan poin. Ia menilai saat ini belum ada aplikasi semacam itu di Indonesia. Ia mengklaim produk ini akan menjadi “loyalty wallet” pertama di Asia Tenggara.

Menariknya, wallet ini akan menggunakan teknologi blockchain untuk mendukung proses verifikasi dan restore informasi saat pengguna melakukan transfer atau convert poin ke merchant lain. Teknologi ini dipilih karena efisien dan dapat menekan potensi manipulasi poin pelanggan.

”Misal saya mau transfer poin dari Garuda ke Citibank, it may take five days. Verifikasinya jadi lama. Prosesnya lama karena bank itu tidak saling terkoneksi host-to-host-nya. Dengan blockchain, proses bisa lebih real time dan lebih aman,” jelasnya.

Model bisnisnya adalah setiap transaksi akan dikenakan fee. Sementara itu, pihaknya kini masih melakukan pengembangan produk. Ia menargetkan wallet ini tersedia secara komersial pada awal 2019.

Saat ini portfolio layanan Member.id masih bersifat Business-to-Business (B2B). Member.id membuat (design), mengembangkan (build), dan mengelola (operate) program loyalitas dari perusahaan klien.

Berbagai perusahaan yang ditangani Member.id juga bervariasi, mulai dari perusahaan berskala menengah hingga besar dengan perjanjian jangka panjang 3-5 tahun. Hingga saat ini, total transaksi Member.id kini telah mencapai lebih dari 45 juta poin.

“Sekarang kami juga banyak menarik [klien] dari small medium enterprise karena mereka menganggap loyalitas konsumen itu penting untuk semua ukuran bisnis. Dan ini bisa diraih dengan memiliki program loyalitas yang tepat,” tambah Marianne.

Luncurkan situs edukasi program loyalitas

Lebih lanjut, Marianne mengungkap bahwa tantangan terbesar dalam menjalankan bisnis ini ada pada edukasi pasar. Menurutnya, saat ini masyarakat Indonesia banyak yang belum mengetahui atau memahami keuntungan dan cara kerja program loyalitas pelanggan.

“Solusi dari kami adalah membantu menciptakan sarana dan sumber untuk mengedukasi masyarakat. Maka itu, kami meluncurkan website yang kami sebut bakal menjadi Indonesia’s first points-hacking source,” tuturnya.

Siapa saja dapat berkontribusi untuk menulis di situs tersebut. Tak hanya menulis tips mendapatkan poin, mereka juga dapat menyediakan tips tunggal dari setiap merchant, seperti penerbit kartu kredit dan perbankan di Indonesia.

Dengan kata lain, situs ini akan menjadi situs pertama di Indonesia yang menyediakan beragam informasi lengkap mengenai cara mendapatkan, mengumpulkan, dan menukarkan poin dari berbagai merchant, mulai dari perbankan, penerbangan, e-commerce, hingga penyedia jasa perjalanan.

“Di internet, belum ada (situs) yang menyediakan informasi lengkap seperti ini. Biasanya untuk cari tahu, pelanggan harus telepon ke customer service. Jadi lama dan tidak efisien,” kata Marianne.

Hingga kini, Member.id telah mengelola program loyalitas sejumlah perusahaan, termasuk di antaranya Ismaya Group, Djarum Group, Garuda Indonesia, The Union Group, Syah Establishment, Hotel Monopoli, hingga Artotel Group.

Berawal dari Kegemaran Mengoleksi Poin, Member.id Didirikan

Pada Selasa (15/08) lalu startup penyedia layanan loyalitas Member.id mengumumkan perolehan dana awal dari East Ventures. Kami berkesempatan untuk melakukan wawancara dengan Co-Founder & CEO Member.id Marianne Rumantir untuk mengulas lebih dalam tentang Member.id dan visi yang dimilikinya.

“Sebetulnya saya pada dasarnya mempunyai obsesi dalam mengumpulkan poin, terutama poin airlines, hotel dan poin yang didapat dari transaksi kartu kredit. Gara-gara ini saya jadi jarang bayar pakai cash,” ujar Marianne membuka cerita.

Tepatnya ia menikmati betul manfaatkan dari program loyalitas pelanggan saat tinggal di Amerika Serikat. Menurutnya program semacam itu sudah sangat ‘refined dan benar-benar memudahkan pelanggan, dalam kaitannya dengan proses mendapatkan ataupun mengklaim poin tersebut dalam bentuk reward tertentu.

Marianne sendiri adalah seorang traveller dan pengalamannya dengan poin loyalitas tersebut dirasa sangat memberikan manfaat, terlebih ia mengaku selalu loyal terhadap brand tertentu misal saat memilih hotel. Apa yang ia rasakan –seperti mendapat penginapan gratis dan sebagainya dari poin—sering dituliskan dalam blog travel pribadinya.

“Lalu teman-teman di Indonesia bingung melihat saya bisa liburan enak tapi gratis. Dari situ saya mengembangkan Member.id. Karena saya pikir di Indonesia belum banyak loyalty program yang bisa menawarkan penawaran yang solid yang bisa memudahkan anggotanya untuk stay loyal di brand tertentu,” imbuh Marianne.

Ia pun menyadari betul, bahwa Member.id memulai debutnya saat program loyalitas belum populer di Indonesia dan yang ada selama ini terkesan kurang menarik. Dari situ ia membawa misi untuk mengubah lanskap program loyalitas di Indonesia sehingga menghasilkan “point geek” seperti dirinya.

Secara umum, Member.id menjadi perusahaan teknologi dengan spesialisasi pada implementasi program loyalitas. Mulai dari mempersiapkan desain, membuat kerangka manajemen, analisis data, hingga pemasarannya.

Kustomisasi layanan adalah kunci sukses program loyalitas

Beberapa penyedia layanan loyalitas sudah ada di Indonesia, namun demikian Member.id cukup optimis dengan debutnya yang menawarkan layanan secara end-to-end. Member.id sendiri fokus kepada beberapa sektor industri, yakni transportasi, hotel, gaya hidup, ritel, dan e-commerce. Bagi Marianne sektor tersebut adalah penggerak market dan behavior orang di Indonesia.

“Jadi kami tidak menyediakan standar program loyalitas yang bisa dibeli begitu saja, karena setiap industri dan perusahaan mempunyai kebutuhan dan market yang berbeda-beda. Kami ingin bisa make sure kalau program loyalitas ini benar-benar efektif untuk setiap bisnis dan rewarding, makanya kita menawarkan jasa untuk operasional dan manajemen juga,” jelas Marianne menerangkan strategi bisnisnya.

Member.id juga tengah dalam proses pengembangan platform yang dapat dijadikan sebagai central points bank untuk sektor industri tersebut. Difungsikan untuk memudahkan penikmat reward dalam mengklaim atau mentransfer poin yang didapat. Intinya melalui kanal ini, member akan dimudahkan dalam pengelolaan benefit yang dimiliki.

Di sisi konsumen Indonesia, program loyalitas sebenarnya juga bukan hal yang baru lain. Menurut Marianne di Indonesia kebanyakan orang lebih suka mengumpulkan poin untuk ditukarkan dengan barang atau ditukarkan dengan diskon makan.

“Setiap redemption memang nilainya berbeda-beda, tapi yang saya lihat memang benefit yang ditawarkan ya banyaknya seperti itu, jadi untuk menukar dengan experience-based reward –seperti terbang dengan business class dengan harga yang sangat minim misalnya—masih belum banyak yang melakukan,” ujarnya.

Kondisi tersebut menurutnya membuat orang malah mengejar diskon di tempat yang berbeda-beda, bukannya loyal memakai brand tertentu saja.

Tantangannya pada eksekusi yang baik

Meski bukan hal baru, menerapkan program loyalitas pada sebuah lini industri memiliki tantangan tersendiri. Bagi Member.id, sosialisasi dan mengubah market behavior itu selalu menjadi tantangan apalagi mengenalkan sesuatu yang baru. Tapi menurutnya hal tersebut bisa diubah dengan eksekusi yang benar dan memberikan pengalaman terbaik bagi penggunanya.

Target Member.id adalah mengembangkan kerja sama dan klien di bidang transportasi dan hotel, juga menambah portofolio di sektor gaya hidup –sebagai tambahan kerja samanya yang sedang dijalani bersama Ismaya Group.

Plaform Reward dan Loyalitas Member.id Dapatkan Pendanaan Awal dari East Ventures

Penyedia platform reward dan loyalitas konsumen Member.id mengumumkan pendanaan awal dari East Ventures dengan dukungan Ismaya Group. Tidak diinformasikan besaran pendanaan yang didapat. Pendanaan ini akan difokuskan Member.id untuk memaksimalkan pemasaran, sehingga semakin banyak perusahaan di Indonesia yang menghadirkan program loyalitas pengguna melalui platformnya.

Member.id memungkinkan penggunanya untuk mengubah poin ke berbagai macam bentuk penukaran. Platform yang disediakan end-to-end, mulai dari konsultasi perancangan hingga operasional. Ismaya sebagai salah satu investor kini juga menerapkan platform yang dimiliki Member.id dan pihaknya mengaku mendapatkan efektivitas dari sisi pertumbuhan pelanggan.

“Pengeluaran untuk mempertahankan pelanggan adalah 5 hingga 10 kali lebih terjangkau dibandingkan dengan pengeluaran untuk mendapatkan pelanggan baru. Konsumen di Indonesia mempunyai kecenderungan untuk tunduk kepada diskon daripada setia terhadap suatu brand, karena banyak bisnis ditekan untuk membuat penjualan lebih cepat. Mereka tidak menyadari bahwa hal ini dapat menjadi sebuah persoalan dalam mempertahankan pelanggan dan akan menjadi pengeluaran yang lebih besar dalam jangka panjang,” jelas Co-Founder & CEO Marianne Rumantir.

Dari riset yang dirilis Member.id, 5% peningkatan kesetiaan pelanggan dapat menaikkan keuntungan rata-rata per konsumen sebesar 25% hingga 100%. 55% dari millennial mengaku setia terhadap suatu brand, dibandingkan 39% dari grup berumur 35 ke atas. Dari angka tersebut Member.id melihat adanya kebutuhan brand untuk menanggapi konsumen dengan cara yang lebih efektif.

“Mencari platform loyalty yang holistik susah didapatkan di Indonesia. Setiap merchant berada di dunia mereka sendiri dan konsumen mengalami kesusahan untuk mengingat keuntungan-keuntungan dari setiap program loyalty tersebut. Kami berharap untuk mengubah hal tersebut dan tim Member.id berada di posisi yang tepat untuk ini,” sambut Managing Partner East Venture Willson Cuaca.

Member.id sendiri didirikan oleh Marianne Rumantir, Robert Tedja dan Edy Sulistyo (sebagai informasi Edy merupakan salah satu co-founder dari Loket yang baru-baru ini diakuisisi GO-JEK). Member.id hadir berbarengan dengan tren yang ada di kalangan konsumen Indonesia saat ini, yakni konsumen lebih tertarik kepada penghematan uang daripada mendapatkan penghargaan untuk dapat membangun kesetiaan mereka terhadap sebuah brand. Tetapi untuk mempertahankan konsumen dalam jangka panjang, brand di Indonesia harus mengumpulkan data dari pelanggan, antara lain mengenai tingkah laku target pasar mereka.