Tag Archives: mesh networking

OPPO Umumkan MeshTalk, Teknologi Komunikasi Tanpa Koneksi Seluler, Wi-Fi Ataupun Bluetooth

Ajang MWC Shanghai tahun ini sangat pantas untuk dipantau berkat teaser smartphone dengan kamera depan di balik layar yang dipamerkan oleh OPPO. Namun ternyata itu bukan satu-satunya inovasi menarik yang tengah OPPO kerjakan. Dalam kesempatan yang sama, mereka turut menyingkap teknologi komunikasi bertajuk MeshTalk.

Dijelaskan bahwa MeshTalk merupakan teknologi komunikasi terdesentralisasi yang mendukung banyak medium, baik itu pesan teks, pesan suara, atau bahkan panggilan telepon antar sesama perangkat bikinan OPPO. Yang istimewa, semua ini tanpa mengandalkan koneksi seluler, Wi-Fi ataupun Bluetooth.

Untuk memahami cara kerja MeshTalk, kita sebenarnya bisa mengacu pada teknologi mesh networking, di mana satu perangkat dan yang lainnya bisa langsung tersambung tanpa adanya semacam perantara. Jangkauan MeshTalk sendiri disebut bisa mencapai 3 kilometer, dan ini dapat diperluas lagi dengan memanfaatkan signal relay antar perangkat.

OPPO melihat ada cukup banyak potensi pengaplikasian MeshTalk, namun kalau dilihat dari sudut pandang konsumen yang paling sederhana, MeshTalk bisa sangat membantu memfasilitasi komunikasi di lokasi-lokasi yang ramai yang kerap mengalami problem jaringan, semisal di area konser atau bandar udara.

Sayangnya sejauh ini OPPO belum bisa memastikan kapan MeshTalk bakal tersedia untuk publik, dan ponsel OPPO apa saja yang bakal kebagian jatah dukungannya juga belum dirincikan. Saat ini fokus OPPO adalah mematangkan teknologinya, spesifiknya menekan konsumsi energi MeshTalk semaksimal mungkin sekaligus meningkatkan kekuatan sinyalnya.

Sumber: Android Authority.

Bowers & Wilkins Formation Adalah Lini Perangkat Audio Multi-Room Berteknologi Mesh Networking

Mungkin tidak banyak yang tahu, akan tetapi di pertengahan tahun 2016, Bowers & Wilkins dibeli oleh sebuah startup kecil bernama Eva Automation, yang didirikan oleh Gideon Yu, mantan CFO Facebook. Kala itu, tidak ada yang tahu produk apa yang dikembangkan oleh Eva, dan apa yang mendasari keputusan B&W untuk menjual perusahaannya ke mereka.

Sinergi antara dua perusahaan itu baru terdengar masuk akal ketika B&W baru-baru ini meluncurkan lineup produk audio wireless anyar dengan nama Formation. Lineup-nya berisikan lima produk, dan kelimanya mendukung sistem multi-room layaknya produk-produk Sonos. Namun yang perlu dicatat, sistem multi-room yang dimaksud bukan sembarangan.

Formation Duo / B&W
Formation Duo / B&W

Sistem ini mengandalkan teknologi mesh networking rancangan Eva Automation sendiri, dengan klaim bahwa proses sinkronisasinya dapat berjalan secepat satu mikrodetik. Secara keseluruhan, sistem multi-room ini mereka kembangkan 100% sendiri tanpa meminjam rancangan pabrikan lain via lisensi.

Dampak positifnya, B&W jadi sanggup untuk tidak berkompromi dengan kualitas audio lini Formation meskipun konteksnya wireless. Formation mendukung streaming audio dengan resolusi 24-bit/96kHz, atau hampir dua kali lipat resolusi yang didukung produk-produk Sonos.

Formation Bar / B&W
Formation Bar / B&W

Apa saja perangkat yang tergabung dalam lini Formation? Yang pertama ada Formation Bar, sebuah soundbar yang mengemas tiga unit tweeter 25 mm dan enam woofer 65 mm. Bluetooth, Spotify Connect, dan Apple AirPlay 2 merupakan fitur standarnya, namun yang cukup disayangkan, ia tak dilengkapi port HDMI, yang berarti Anda tak bisa memanfaatkan port HDMI-ARC yang terdapat di TV Anda.

Produk yang kedua adalah Formation Duo, sepasang bookshelf speaker dengan desain yang amat seksi menurut saya. Bentuk dasarnya sengaja dibuat mirip seperti speaker klasik B&W, dan mereka pun mengklaim kualitas suaranya juga cukup identik.

Formation Wedge / B&W
Formation Wedge / B&W

Namun yang berpotensi lebih mencuri perhatian adalah Formation Wedge, yang bisa dibilang merupakan generasi penerus B&W Zeppelin. Bentuk dasarnya sama-sama oval, tapi tampak Wedge lebih modern. Performanya pun ditunjang oleh sepasang tweeter 25 mm, sepasang woofer 90 mm, dan satu subwoofer 150 mm.

Selanjutnya, ada Formation Bass yang berbentuk seperti gendang dan siap mendampingi perangkat lain di lineup ini demi menyuguhkan dentuman bass yang lebih mantap. Terakhir, ada Formation Audio yang berfungsi untuk menyajikan kapabilitas streaming pada hardware lawas, semisal turntable, sehingga output suaranya dapat disalurkan ke speakerspeaker Formation secara wireless, atau ke speaker lain via kabel audio-out.

Formation Bass / B&W
Formation Bass / B&W

Yang cukup mengejutkan, B&W tidak terhanyutkan oleh tren integrasi smart assistant. Formation benar-benar ditujukan bagi para enthusiast sekaligus audiophile, dan itulah mengapa harganya tergolong premium:

  • Formation Bar $1.199
  • Formation Duo $3.999
  • Formation Wedge $899
  • Formation Bass $999
  • Formation Audio $699

Sumber: Engadget.

Razer Luncurkan Gaming Router Perdananya, Sila

Kalau melihat daftar gaming router terpopuler di Amazon, hampir semuanya punya penampilan yang tergolong sangar. Namun Razer rupanya menolak untuk mengikuti tren tersebut, dan memilih jalur minimalis dalam mengembangkan gaming router perdananya, Razer Sila.

Sila hanya berwujud balok hitam biasa tanpa ada satu pun antena di bagian luarnya. Kendati demikian, Sila benar-benar didedikasikan bagi para gamer yang menuntut performa jaringan Wi-Fi yang paling optimal, baik untuk laptop, smartphone maupun gaming console.

Rahasianya, menurut Razer, adalah software bernama Razer FasTrack yang terdapat pada Sila, yang berfungsi untuk memprioritaskan bandwith berdasarkan jenis perangkat maupun aplikasi. Sederhananya, ketika Sila mendeteksi pengguna sedang memainkan game online, ia bakal memastikan bandwith yang tersalurkan ke perangkat yang digunakan tidak sampai kekurangan.

Razer Sila

Anda boleh skeptis dengan sesumbar Razer, tapi setidaknya mereka sadar bahwa teknologi jaringan bukanlah spesialisasinya, sehingga mereka memutuskan untuk menggandeng Ignition Design Labs dalam menggarap Sila. Ignition sendiri sudah memproduksi router pintar bernama Portal sejak tahun 2016.

Sila sebenarnya juga merupakan mesh router, yang berarti pengguna dapat menyambungkan lebih dari satu unit untuk mencakup area yang lebih luas. Razer bilang bahwa tiga unit Sila dapat mencakup area seluas 836 m².

Lalu untuk siapa perangkat ini ditujukan? Tentu saja buat mereka yang perangkatnya tidak bisa tersambung ke router via ethernet, pemilik game console misalnya, dan Razer memang mengklaim Sila dapat mendeteksi PlayStation, Xbox maupun Switch secara otomatis. Razer Sila saat ini sudah dipasarkan seharga $250.

Sumber: Razer.

Netgear Orbi Voice Adalah Smart Speaker yang Dapat Memperluas Jangkauan Jaringan Wi-Fi

Agustus lalu, Samsung merilis mesh router yang juga merangkap sebagai smart home hub. Kini giliran Netgear yang memperkenalkan produk serupa, hanya saja bikinan mereka ini merupakan Wi-Fi extender ketimbang router, dan peran sebagai hub-nya malah sudah dikonsolidasikan menjadi smart speaker berintegrasi Alexa.

Perangkat bernama Orbi Voice ini merupakan bagian dari sistem mesh networking Netgear Orbi. Ini sekaligus menjadi kelemahan utamanya: ia hanya kompatibel dengan router Orbi, memperluas jaringan mesh Wi-Fi ke sudut-sudut kediaman selagi menunggu instruksi maupun pertanyaan dari pengguna via integrasi Alexa-nya.

Netgear Orbi Voice

Wi-Fi extender sekaligus smart speaker sejatinya merupakan ide yang sangat menjanjikan. Daripada perangkat itu hanya duduk diam di suatu sudut ruangan, bukankah lebih baik apabila ia juga bisa digunakan untuk memutar musik sekaligus membantu pengguna dalam berbagai hal lewat integrasi voice assistant-nya?

Sebagai speaker, Orbi Voice pun terkesan cukup berpotensi. Indikasinya? Coba perhatikan label “Harman Kardon” di salah satu sisinya yang berlapis fabric. Ya, jeroannya merupakan garapan sang pabrikan audio kenamaan, termasuk subwoofer berdiameter 3,5 incinya – ia bahkan dilengkapi sebuah bass port ala speaker premium.

Netgear Orbi Voice

Layanan streaming yang kompatibel pun beragam, mulai dari Spotify, Deezer sampai pusat audiobook Audible, dan itu semua memang bergantung pada platform Alexa yang digunakan. Sekali lagi, Anda tinggal menganggapnya sebagai smart speaker biasa, cuma kebetulan saja ia juga dapat memperluas jangkauan jaringan Wi-Fi.

Di Amerika Serikat, Netgear Orbi Voice akan dipasarkan mulai bulan September ini juga seharga $300. Berhubung kompatibilitasnya terbatas, Netgear juga akan menawarkan bundel Orbi Voice bersama router Orbi RBK50 seharga $430.

Sumber: Engadget.

Samsung SmartThings Wifi Adalah Mesh Router Sekaligus Smart Home Hub

Samsung mengawali debutnya di segmen router Wi-Fi berteknologi mesh networking pada bulan Maret tahun lalu lewat sebuah produk bernama Samsung Connect Home. Lompat satu setengah tahun, Samsung telah menyiapkan mesh router generasi keduanya yang diklaim lebih mumpuni.

Kini dijuluki SmartThings Wifi, letak keunggulannya ada pada teknologi jaringan yang dipinjam dari startup bernama Plume. Plume pada dasarnya memanfaatkan AI untuk memonitor penggunaan internet dan mengalokasikan bandwith secara optimal ke masing-masing perangkat yang membutuhkan.

Di Amerika Serikat, reputasi Plume ini terbilang mengesankan. Salah satu penyedia jaringan internet terbesar di sana, Comcast, juga meminjam teknologi berbasis AI besutan Plume untuk digunakan pada produk-produknya sendiri, sekaligus menjadi salah satu investornya.

Keunggulan lain teknologi garapan Plume adalah soal manajemen, baik untuk parental control maupun akses para tamu. Untuk akses tamu misalnya, pengguna dapat menentukan perangkat-perangkat terkoneksi apa saja yang bisa diakses oleh para tamu, sangat cocok bagi mereka yang sering menyewakan kediamannya via platform seperti Airbnb.

Samsung SmartThings Wifi

Paket penjualan SmartThings Wifi terdiri dari tiga unit router. Masing-masing unit memiliki jangkauan seluas 140 m², yang berarti kombinasi tiga unit bisa meng-cover rumah besar sekalipun. Seperti halnya mesh router lain, konsumen tentu bisa menambahkan unit ekstra untuk semakin memperluas jangkauan jaringannya.

Sama seperti pendahulunya, SmartThings Wifi juga berfungsi sebagai smart home hub untuk berbagai perangkat yang kompatibel dengan ekosistem SmartThings. Itulah mengapa router ini telah dibekali spesifikasi yang mumpuni macam prosesor quad-core bikinan Qualcomm, RAM 512 GB serta penyimpanan sebesar 8 GB. Semua dikemas dalam dimensi 12 x 12 x 3 cm saja.

Samsung saat ini telah memasarkan SmartThings Wifi di pasar AS seharga $280 untuk bundel isi tiga unit, sedangkan satu unitnya dihargai $120 jika dibeli secara terpisah.

Sumber: SlashGear dan VentureBeat.

Asus Lyra Ramaikan Pasar Router Wi-Fi Berteknologi Mesh Networking

Asus bukan lagi nama yang asing saat membicarakan mengenai router Wi-Fi. Namun berkat kemunculan produk seperti Eero yang mengandalkan teknologi mesh networking, persaingan di ranah ini tak lagi didominasi oleh pabrikan-pabrikan besar. Asus pun memutuskan sudah saatnya bagi mereka untuk ikut mengadopsi tren mesh networking.

Dari situ lahirlah Asus Lyra. Seperti halnya Google Wifi, Lyra datang dalam bundel berisi tiga unit. Cara kerjanya pun sama: satu unit tersambung langsung ke kabel Ethernet, lalu dua unit lainnya bertugas memperluas cakupan satu jaringan Wi-Fi tersebut sehingga pengguna dapat menikmati akses internet di segala sudut kediamannya.

Lyra merupakan router 802.11ac, tapi yang lebih menarik adalah bagaimana masing-masing unitnya menggunakan tiga frequency band terpisah guna memaksimalkan performa: satu band sebagai medium komunikasi antar unit Lyra, dan dua sisanya ditujukan sepenuhnya untuk semua perangkat yang tersambung.

Asus Lyra

Fitur lain Lyra mencakup aplikasi pendamping untuk iOS dan Android yang memungkinkan pengguna untuk mengakses semua pengaturan router tanpa memerlukan PC sama sekali – bahkan untuk setup awalnya. Dari aplikasi yang sama, pengguna juga bisa memblokir situs atau aplikasi tertentu, membatasi penggunaan pengguna lain atau menyetop koneksi internet sepenuhnya ketika sudah waktunya untuk berkumpul bersama keluarga.

Terakhir, Lyra juga dibekali fitur keamanan untuk semua perangkat yang tersambung bernama AiProtection, yang merupakan hasil kolaborasi Asus dengan Trend Micro, dan ini bisa dinikmati tanpa membutuhkan biaya berlangganan. Pun begitu, harga Asus Lyra sendiri tidak murah; bundel tiga unitnya dipatok $399.

Sumber: The Verge dan Asus.

Bluetooth Mesh Diproyeksikan Sebagai Standar Baru di Ranah Smart Home

Bluetooth yang kita kenal sekarang hanya bisa beroperasi dalam radius kurang dari 10 meter. Namun ke depannya batasan jarak ini bisa sirna dengan diperkenalkannya standar baru bernama Bluetooth Mesh oleh Bluetooth SIG, organisasi di balik semua penetapan spesifikasi Bluetooth sebagai standar dalam teknologi wireless.

Bluetooth Mesh bukanlah pengganti Bluetooth 5.0, melainkan merupakan mekanisme baru supaya Bluetooth bisa beroperasi dalam sebuah mesh networking (topologi jala). Singkat cerita, standar baru ini memungkinkan berbagai macam perangkat Bluetooth untuk saling terhubung dan membentuk sebuah mesh network.

Mesh networking sendiri punya banyak keuntungan. Salah satu fungsinya adalah memungkinkan transmisi data untuk ‘melompat’ dari perangkat ke perangkat, sehingga pada akhirnya data atau sinyal bisa menempuh jarak yang lebih jauh dari sebatas 10 meter.

Ilustrasi Bluetooth Mesh

Bluetooth Mesh juga tidak berniat menggantikan Wi-Fi mesh networking, sebab implementasinya hanya akan terdengar relevan pada perangkat-perangkat yang mengonsumsi daya dalam jumlah kecil saja, seperti bohlam pintar misalnya. Berkat Bluetooth Mesh, bohlam pintar yang tersebar di satu gedung perkantoran bisa saling terhubung satu sama lain, dari lantai 1 sampai lantai 30 sekalipun.

Lalu ketika Anda perlu mematikan lampu di lantai teratas, Anda bisa melakukannya via smartphone meski sedang berada di lobi karena data yang ditransmisikan akan melompat dari satu bohlam ke yang lain, lantai demi lantai.

Bluetooth Mesh bakal mempunyai peran penting di ranah smart home. Pasalnya, Anda jadi tidak memerlukan sebuah unit smart home hub untuk mengonfigurasikan dan mengendalikan Bluetooth mesh network sebab komunikasinya bisa mengandalkan semua perangkat yang mendukung standar Bluetooth.

Menurut Bluetooth SIG, perangkat yang mendukung Bluetooth Mesh akan hadir mulai tahun ini juga, tapi baru di kawasan komersial dan industrial saja.

Sumber: CNET dan Bluetooth SIG.

Perusahaan Antivirus AVG Ciptakan Router Wi-Fi Berteknologi Canggih

Kelemahan utama router Wi-Fi adalah menjangkau seluruh sudut ruangan dalam rumah, apalagi kalau rumahnya begitu luas. Sejauh ini, solusi yang paling umum adalah memasang router tambahan atau Wi-Fi extender. Sayang, prosesnya tergolong ribet buat khalayak umum dan ada sederet kompromi yang harus diterima – penurunan kecepatan, koneksi putus saat berpindah dari satu zona ke zona router lain.

Solusi lain yang jauh lebih efektif adalah dengan teknologi mesh networking. Sederhananya, teknologi ini memungkinkan satu router untuk berkomunikasi dengan router lainnya, membentuk jaringan Wi-Fi tunggal yang bisa diakses dari seluruh sudut rumah.

Teknologi ini sebenarnya bukan barang baru, dan sudah diterapkan di bandar udara, mall maupun kantor perusahan-perusahaan besar. Namun kini AVG – ya, AVG si pembuat antivirus itu – ingin menghadirkannya ke ranah rumahan lewat Chime Router.

Chime tidak lain merupakan sebuah router Wi-Fi. Bedanya, Chime memanfaatkan teknologi mesh networking tadi untuk membentuk jaringan Wi-Fi yang luas dari sejumlah router sekaligus. Harapannya, tidak ada satu bagian pun dalam rumah Anda yang tidak ter-cover sinyal Wi-Fi yang stabil.

Chime dilengkapi dengan antena dual-band, yang berarti ia dapat memancarkan sinyal Wi-Fi dalam frekuensi 2,4 GHz atau 5 GHz. Biasanya, router dual-band akan menciptakan dua jaringan berbeda untuk masing-masing frekuensi. Tidak demikian untuk Chime. Semuanya berjalan di balik layar, dan hanya ada satu jaringan Wi-Fi yang dibuat untuk semua perangkat.

Chime Router

Satu unit Chime diklaim bisa mengakomodasi hingga 50 perangkat yang tersambung. Tambahkan unit lain, makanya jumlahnya pun berlipat ganda. Masing-masing Chime mengemas sepasang port Ethernet dan sebuah port USB 2.0. Fisiknya cukup elegan untuk ukuran router.

Namun bukan ciptaan AVG namanya kalau perangkat ini tidak menawarkan fitur keamanan. Jaringan Wi-Fi yang diciptakan Chime Router akan dilindungi oleh sistem AVG AntiVirus Free. Tersedia pula fitur VPN dan Tor buat pengguna yang hendak mengakses internet secara anonim, alias tidak meninggalkan jejak bahkan di mata penyedia layanan internet – tapi masih bisa dimonitor oleh AVG sendiri.

Chime pun turut didampingi oleh sebuah aplikasi smartphone. Melalui aplikasi ini, pengguna bisa memonitor sekaligus mengontrol apa saja yang sedang terjadi dalam jaringan rumahnya, termasuk halnya memblokir situs-situs tertentu – krusial ketika ada anak-anak di rumah yang memiliki akses ke perangkat.

Sekarang ini Chime Router sudah bisa dipesan melalui situs crowdfunding Indiegogo seharga $125 per unit. Sayang sekali mereka hanya menerima pengiriman menuju benua Amerika dan Eropa saja. Karena itu, pastikan Anda punya saudara atau rekan yang ada di sana sebelum memesannya.

Sumber: Engadget.

Alat Ini Dapat Menjadi Chatroom Lokal Saat Tidak Ada Akses Internet

Bertukar pesan lewat SMS atau aplikasi instant messaging adalah cara berkomunikasi yang efektif di saat suara tidak memungkinkan untuk didengar. Salah satu contohnya adalah ketika berada di konser musik seperti Java Jazz Festival, dimana suasana di sekitar kita selalu bising dan panggilan telepon pun menjadi tidak ideal sama sekali. Continue reading Alat Ini Dapat Menjadi Chatroom Lokal Saat Tidak Ada Akses Internet