Tag Archives: Michael Liem

Belum ada pemain yang mendominasi pasar Point of Sales, berlomba-lomba memperkuat inisiatif "go digital" bagi UMKM / Deposit Photos

“Point of Sales” Sebagai Pintu Gerbang Digitalisasi UMKM

Siapa yang mendorong laju transformasi digital di Indonesia? COVID-19.

Terdengar seperti lelucon belaka, namun pada kenyataannya itulah yang sedang terjadi selama setahun belakangan setelah pandemi COVID-19 hadir di Indonesia. Semua sektor didorong bergerak ke arah digital, khususnya UMKM Indonesia yang sangat terdampak oleh berbagai keterbatasan di era pandemi ini.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah UMKM mencapai 64 juta atau 99,9 persen dari keseluruhan usaha yang beroperasi di Indonesia. Lebih dari 60% PDB berasal dari UMKM dan lebih dari 90% tenaga kerja diserap oleh UMKM. Hal ini membuat geliat UMKM sangat berpengaruh terhadap ekonomi nasional.

Melalui pidatonya, (16/8), Presiden RI menyebut pemerintah terus mendorong pengembangan ekosistem ekonomi digital untuk meningkatkan produktivitas masyarakat. Digitalisasi UMKM yang masuk ke aplikasi perdangangan eletronik dan lokapasar jumlahnya terus bertambah. Sampai Agustus tahun ini, sudah lebih dari 14 juta UMKM atau 22% dari total UMKM yang sudah bergabung dengan aplikasi perdagangan elektronik.

Menurut data Kominfo, produk domestik bruto (PDB) ekonomi digital pada 2020 mencapai $44 miliar atau tumbuh 11% dari 2019. Mckinsey Global Institute (MGI) memprediksi bahwa ekonomi digital akan mampu menyumbang sebesar $130-150 miliar bagi pertumbuhan PDB Indonesia di 2025. Selanjutnya, dalam jangka panjang, besaran kontribusinya akan dapat mencapai 3%.

Dari sisi teknologi, berbagai inisiatif dilancarkan untuk membantu para penggiat UMKM go-digital, salah satunya adalah solusi point of sales atau juga dikenal dengan kasir online. Pada dasarnya aplikasi point of sales (POS) berfungsi sebagai mesin kasir yang mencatat setiap traksaksi di sebuah bisnis retail. Seiring dengan kemajuan teknologi fungsinya berkembang, mencakup seluk beluk manajemen retail, mulai dari penjualan, tempat penyimpanan data customer, pembukuan, hingga e-commerce.

Lebih dari sekadar mesin kasir

Melihat kembali sejarah perkembangan teknologi POS, sekitar tahun 1800, belum ada sistem khusus untuk mencatat setiap transaksi penjualan di toko. Kebanyakan usaha masih menggunakan cara tradisional dimana uang disimpan dalam sebuah kotak lalu transaksi penjualan dicatat di kertas secara manual.

Seiring waktu berjalan dan jaman semakin berkembang, seorang pedagang bernama James Ritty menggagas terciptanya cash register atau mesin kasir di tahun 1879. Pada tahun 1906, Charles F. Kettering yang saat itu bekerja untuk NCR, mengembangkan mesin kasir pertama yang ditenagai motor listrik.

Memasuki abad ke-21, mesin kasir telah mengalami banyak perubahan. Teknologi teranyar kini memungkinkan mesin kasir berbasis web atau aplikasi yang terhubung dengan internet yang kita kenal dengan istilah Point of Sale (POS). Bisa dibilang, POS adalah mesin kasir dengan versi yang lebih canggih dengan sistem berbasis komputer, menggunakan aplikasi atau software yang memungkinkan pengusaha menyimpan catatan sales, informasi pembeli, daftar inventaris, dan data bisnis lainnya.

Tidak berhenti di situ, memanfaatkan teknologi cloud, mobile point of sale atau mPOS hadir dengan sistem POS yang menggunakan tablet atau perangkat mobile lain. Ia bisa dioperasikan dengan iOS, Android, dan Windows. Tidak hanya memiliki perangkat yang lebih beragam, ukurannya yang kecil juga membuat mPOS lebih mudah disesuaikan dengan layout toko.

Selain pencatatan yang lebih detail dan akurat, teknologi POS juga membaca purchasing behavior pembeli, yang kemudian bisa digunakan apabila pengusaha ingin menawarkan promo spesial yang relevan. Dari awalnya POS hanya diperuntukkan sebagai mesin kasir, solusi ini kini sudah merangkap sebagai retail management yang bisa mengelola bisnis secara menyeluruh.

Mesin Kasir Point of Sales
  • Harga terjangkau
  • Komponen lebih sederhana
  • Fitur laporan standar
  • Tidak memerlukan pembaruan reguler
  • Efisien dan lebih akurat
  • Transparansi kinerja karyawan
  • Memiliki manajemen inventaris
  • Memungkinkan program loyalitas
  • Metode pembayaran lebih luas
  • Transaksi lebih rinci

Di Indonesia, beberapa pemain yang sudah menyediakan solusi POS, termasuk Qasir, MokaPOS, Pawoon, atau yang belum lama meluncurkan layanan teranyarnya, Majoo.

Industri POS di tengah pandemi

Di Indonesia, pandemi COVID-19 telah mengubah perilaku konsumen secara radikal. Pola konsumsi barang dan jasa dari luring (offline) ke daring (online) kian meningkat, hal ini memaksa pelaku usaha untuk menyesuaikan dengan kondisi dan bertransformasi secara digital.

Salah satu tantangan yang banyak ditemukan pada para penggiat UMKM adalah proses pembukuan yang masih manual bahkan ada yang masih belum merasa hal itu penting. Kehadiran layanan POS memberikan sejumlah kemudahan bagi para penggiat usaha. Mereka hanya butuh sebuah sistem untuk mengelola seluruh kegiatannya.

CEO Mandiri Capital Indonesia Eddi Danusaputro mengungkapkan, “Kami melihat bahwa merchants (baik online maupun offline) perlu platform untuk membantu usahanya, tidak hanya sekadar POS tapi juga payment, inventory management, akuntasi, dan lain-lain. Kami merasa POS adalah titik mula dari kebutuhan tersebut.

Tentunya, masih ada sejumlah UMKM yang masih belum familiar dengan solusi ini. Namun, baik pemerintah maupun para pemain industri juga sedang gencar memberikan edukasi go-digital terhadap UMKM di Indonesia.

Tim DailySocial melakukan diskusi singkat dengan Michael Liem, CEO Qasir, terkait pertimbuhan industri POS di Indonesia. Ia mengakui semakin banyak yang mulai menyadari pentingnya layanan POS dalam menjalankan usaha, dapat dilihat dari penambahan 500 ribu merchant dari 250ribu merchant sebelum pandemi.

Dilansir dari Statista, untuk tahun 2020, total nilai transaksi mobile POS adalah $1.017.982 juta dan diproyeksikan mencapai $2.489.471 juta pada tahun 2021.

Point of sale (POS) software market revenue worlwide from 2018 to 2027. Sumber: Statista

Dominasi pemain

Dari segi layanan yang ditawarkan, sebenarnya setiap aplikasi POS memiliki core product yang tidak jauh berbeda. Dengan fitur basic POS seperti akses data penjualan dan riwayat transaksi, pencatatan keuangan, pengelolaan arus kas, juga manajemen inventori, layanan ini bertujuan sama yaitu mempermudah pebisnis untuk mengelola usahanya.

Namun, masing-masing pemain juga mencoba melakukan diferensiasi bisnis dengan berbagai cara. Salah satunya Youtap yang melabeli dirinya sebagai aplikasi teman dagang. Platform yang sedari awal memposisikan diri sebagai merchant-centric ini memiliki tim yang terbagi-bagi khusus untuk melayani merchant yang datang dari skala besar hingga mikro.

Di sisi lain, Qasir yang memiliki misi untuk para pengusaha warung bisa naik level, menawarkan konsep pay as you grow atau berbayar seiring bisnis bertumbuh, artinya fitur-fitur yang disediakan bisa didapatkan secara modular. Dengan begitu, bisnis diharapkan bisa lebih menyesuaikan proses yang dibutuhkan, karena semua kembali pada kebutuhan dan skala usaha.

Di awal tahun ini, salah satu aplikasi wirausaha (mini ERP untuk pelaku UKM) Majoo hadir dengan fitur yang disebut paling lengkap, tidak hanya aplikasi kasir atau point of sales, tetapi juga meliputi pengelolaan inventori, pelanggan, akuntansi, karyawan, analisis bisnis, dan pesanan online.

Aplikasi Mulai beroperasi Jumlah pengguna (merchant)  Total unduhan (Google Play)
Qasir 2015 700.000+ 500.000+
MokaPOS 2014 40.000+ 500.000+
Pawoon 2014 25.000+ 100.000+
Kasir Pintar 2018 30.000+ 500.000+
Majoo 2019 15.000+ 50.000+
OlseraPOS 2015 10.000+ 50.000+
Youtap 2018 150.000+ 100.000+
iSeller 2016 ribuan 10.000+

Di antara beberapa nama yang tengah meramaikan industri POS di tanah air, belum ada pemain yang benar-benar mendominasi. Michael Liem menyebutkan bahwa di tengah pasar yang semakin ramai, POS menawarkan produk yang tidak jauh berbeda. Maka dari itu, masing-masing pemain harus punya inovasi dari sisi model bisnis.

“Dalam industri ini, no winner takes it all. Usaha di Indonesia sangat banyak dan masih akan bertumbuh, tidak ada satu pemain yang bisa mendominasi semuanya,” tambahnya.

ekspansi regional Qasir

Startup POS Qasir Mulai Ekspansi Regional

Startup pengembang layanan point of sales (POS), Qasir mengumumkan ekspansi regional di Asia Tenggara. Inisiatif ini diluncurkan dengan melihat akselerasi adopsi digital di Indonesia yang tengah memiliki momentum, serta pertumbuhan layanan Qasir yang telah mencapai 4x lipat dalam kurun waktu 12 bulan terakhir. Perusahaan juga mengklaim telah mencapai product-market fit di Indonesia dan ingin membawa pencapaian ini ke ranah yang lebih luas.

Dalam keterangannya CEO Qasir Michael Liem mengungkapkan, “Kami melihat ada kesamaan karakter UMKM di Asia Tenggara dan tingkat kematangan dalam adopsi digital yang cukup tinggi. Berangkat dari perusahaan yang berambisi memiliki global footprints, Qasir akan mulai menyediakan aplikasi untuk UMKM di Asia Tenggara.”

Rencana ekspansi ini diakui telah dipersiapkan sejak lama, CTO Qasir Novan Adrian menegaskan bahwa timnya dari awal sudah memiliki target global, karena itu mereka terus berusaha saling membangun secara personal dan profesional. Dari sisi teknologi juga perusahaan telah menggunakan dan menerapkan teknologi berstandar global dalam operasional bisnisnya.

Michael turut mengungkapkan, Vietnam menjadi salah satu pasar yang menyimpan potensi besar. Belum genap satu minggu setelah resmi diluncurkan di sana, pengguna baru di negara ini hampir menembus angka 2 ribu orang. Dalam mencapai hal ini, timnya mengaku belum menggencarkan marketing apa pun, dengan kata lain hasil ini adalah organik.

Berdiri sejak tahun 2015, perusahaan penyedia jasa layanan kasir digital tersebut telah mencatat kenaikan pertumbuhan pengguna sebesar 60% dari 250 ribu menjadi 750 ribu. Michael juga mengungkapkan target perusahaan untuk bisa menjangkau lebih dari 1 juta pengguna di tahun ini, dan diharapkan 8%-nya datang dari regional.

Pandemi dan akselerasi adopsi digital

Tidak bisa dimungkiri bahwa pandemi sangat berperan dalam akeselerasi digital di negara ini. Menurut data We are Social-Hootsuite, per Januari 2021 ini jumlah pengguna internet di Indonesia naik 73,7% dari populasi Indonesia yang 274,9 juta atau menembus 202,6 juta pengguna. Momentum inilah yang tidak ingin dilewatkan oleh Qasir untuk menjangkau pasar yang lebih besar.

Ekspansi regional memiliki tantangan tersendiri untuk bisnis yang menjangkau target pasar UMKM. Selain perbedaan kultur, literasi, dan adopsi digital yang berbeda di tiap negara juga merupakan tantangan yang harus dihadapi oleh Qasir. Namun, Michael tidak menganggap hal itu sebagai tantangan, melainkan sebuah pelajaran yang harus diikuti dalam proses mengembangkan bisnis.

Dalam mengembangkan produk POS-nya, Qasir menggunakan konsep pay as you grow atau berbayar seiring bisnis bertumbuh, artinya fitur-fitur yang disediakan bisa didapatkan secara modular. Fleksibilitas yang tinggi disebut bisa membantu bisnis menyesuaikan proses yang dibutuhkan, karena semua kembali pada kebutuhan dan skala usaha.

Terkait fitur, timnya menyebutkan secara teknologi mungkin tidak akan banyak berbeda, lebih kepada tampilannya. Namun timnya akan terus belajar dan berpatokan pada data terkait pengembangan fitur apa saja yang dibutuhkan regional. Di tahun 2020, dalam kurun waktu dari Maret ke akhir tahun, Qasir disebut telah merilis 24 fitur besar, kurang lebih 2 fitur besar setiap bulannya.

Novan turut menambahkan, “Kita memahami bahwa kondisi market tidak selalu sama, terlebih masing-masing POS punya pasarnya sendiri. Kita mencoba mengisi kekosongan dari sisi mikro, karena yang kita lihat masih belum banyak yang masuk ke segmen ini. Terkait fitur, ke depannya akan ada fitur yang kita kembangkan untuk vertikal tertentu.”

Terkait pendanaan, Michael turut menyampaikan bahwa timnya sedang dalam proses penggalangan dana dan sejauh ini berjalan lancar. Ke depannya, dana tersebut akan digunakan untuk pengembangan produk serta memperluas edukasi digital terhadap UMKM di Asia Tenggara. “Kami percaya marketing yang paling baik adalah produk yang baik,” tambahnya.

Application Information Will Show Up Here
Michael Liem

Qasir Merilis Aplikasi Miqro, Bantu UKM Digitalkan Catatan Transaksi

Selama dua tahun fokus pada pengembangan platform Point of Sales (POS), Qasir semakin memantapkan komitmen UKM di Indonesia dengan meluncurkan aplikasi Miqro. Fokus utama dari pengembangan aplikasi ini adalah untuk mendigitalkan pencatatan transaksi dan menciptakan efisiensi dalam setiap proses turunannya.

“Setelah dua tahun menengembangkan produk untuk UKM kami sadar bahwa mayoritas pengguna yang ingin kami empower berada di golongan usaha mikro. Diberi POS gratis pun belum tentu difungsikan karena pengelolaan usahanya ternyata sangat berbeda. Untuk itu kami kembangkan Miqro mulai dari awal tahun 2019,” ujar Michael Liem selaku CEO Qasir.

Secara gamblang, aplikasi yang dulu bernama Mitra Qasir ini menawarkan solusi end-to-end untuk usaha mikro. Salah satu fitur keunggulan mereka adalah Catat, berperan menyederhanakan proses pencatatan dan juga bisa berfungsi sebagai alat kalkulasi yang terintegrasi (saat ini) dengan Dana dan Ovo.

Selain itu, terdapat fitur lainnya seperti Kasbon untuk mencatat hutang dilengkapi pengingat waktu bayar, Belanja Grosir untuk pembelian barang dari toko grosir, serta Bayar Tempo untuk pendanaan dari mitra institusi finansial Qasir (versi beta).

Platform ini hadir sebagai solusi bagi para usahawan seperti pemilik warung atau toko kopi keliling yang masih menjalankan usaha tanpa karyawan dalam hal pencatatan transaksi. Setelah bisnis mulai berkembang ke skala kecil atau menengah, mereka diharapkan melanjutkan budaya baik ini dengan menggunakan aplikasi POS Qasir.

Qasir sendiri saat ini tengah mengembangkan fitur baru seperti Pajak dan Kelola Bahan Baku yang diperuntukkan bagi usahawan yang ingin mendapatkan laporan usaha secara detail. Pihaknya mengakui sudah melayani lebih dari 170 ribu pengguna dan mencatat lebih dari 1,4 triliun Rupiah transaksi. Dalam hal pengembangan produk, timnya akan lebih fokus pada pengalaman pengguna serta memastikan produknya dapat digunakan oleh macam-macam tipe usaha.

Saat ini, Miqro telah menjangkau area sekitar Jabodetabek, Yogyakarta, Malang, dan Denpasar. Target mereka di tahun 2020 adalah untuk bisa berkembang secara sporadis khususnya di kota tingkat 2 dan 3.

Berangkat dari pengalaman pribadi sebagai anak seorang pedagang kelontong, Mike, sapaan akrab pendiri Qasir, melihat progres usaha mikro selama sepuluh tahun terakhir mulai terkikis oleh kapitalisme. Pasar modern berkembang dari 11% menjadi 18%, membuat perkembangan unit usaha mikro tradisional menurun. Ia percaya bahwa usaha mikro bisa menjadi fokus utama untuk menjadikan Indonesia pemimpin ekonomi dunia, dan Miqro hadir untuk mendukung setiap proses menuju ke sana.

“Aplikasi Miqro akan terus dikembangkan tidak hanya untuk pengelolaan usaha mikro, tim kami terus berusaha untuk mengembangkan produk yang dapat membantu usaha Mikro naik kelas. Harapan kami adalah Miqro dapat berkontribusi dengan baik dalam proses mereka baik kelas menjadi usaha kecil dan menengah,” tutupnya.

Application Information Will Show Up Here
Aplikasi Qasir bantu UMKM mengelola data transaksi secara online dan tak berbayar

Teknologi Qasir Bantu UMKM Mengelola Data Transaksi Secara Online

Manajemen transaksi berperan penting dalam kelancaran sebuah perusahaan. Beragam solusi dihadirkan untuk mempermudah serta mengoptimalkan pengelolaan data, salah satunya adalah Qasir.id, sebuah aplikasi kasir POS (Point of Sales) untuk membantu UMKM atau pedagang yang masih menggunakan metode konvensional.

Berdiri sejak tahun 2015, Qasir menawarkan berbagai fitur untuk UMKM yang bisa digunakan untuk mencatat penjualan, mengelola produk, mengawasi stok, dan memantau laporan transaksi. Sistem POS Qasir berbentuk aplikasi yang kemudian bisa di-install pada tablet atau ponsel, dan hingga saat ini tidak dikenakan biaya apapun alias gratis. Aplikasi ini juga sudah bisa digunakan secara offline sehingga tidak akan mengganggu operasional bisnis perusahaan.

Sampai saat ini, Qasir telah diunduh sebanyak 100.000 kali. Pihaknya mengakui dalam satu tahun, pertumbuhan pengguna bisa mencapai 20x lipat dari hanya sekitar 5000 di tahun 2018.

Selain itu, platform ini juga menyediakan layanan pesan barang yang memungkinkan pengguna memesan berbagai produk dari distributor yang sudah bekerja sama. Saat ini telah bergabung 12 partner di area Jabodetabek. Pelanggan mereka kebanyakan datang dari kalangan pengusaha toko kelontong dan F&B. Meskipun aplikasinya tidak berbayar, bukan berarti bisnis ini menjadi tidak menguntungkan.

“Dari 100.000 pengguna, 30% datang dari F&B, 30% dari toko kelontong. Selama ini telah terjadi 6.000 transaksi belanja grosir di aplikasi, dari sini saja sudah ada margin,” ungkap CEO Qasir Michael Liem.

Model bisnis ini sekilas mirip dengan Mitra Bukalapak atau Tokopedia, namun pihaknya mengakui terdapat perbedaan signifikan dari sisi pemasok. Michael mengungkapkan, alih-alih mengganti rantai pasok yang sudah ada, Qasir memilih bekerja sama dengan toko grosir tradisional serta memberdayakan mereka dengan teknologi untuk meningkatkan sistem manajemen.

“Kembali lagi ke misi utama kita untuk memberdayakan bukan hanya bisnis UMKM, namun semua yang terlibat dalam ekosistem ini,” tambahnya.

Strategi bisnis dan target ke depan

Seiring dengan ekosistem yang masih berkembang, perusahaan menyadari pentingnya edukasi pasar untuk model bisnis ini. Michael mengungkapkan empat strategi yang diterapkan dalam menjalankan perusahaan. Pertama, Ia percaya jika sistem ini bisa mencatat transaksi untuk berbagai macam bisnis, maka semua bisnis di atasnya akan berhasil.

Kedua, Qasir mencoba masuk ke dalam behavior pengguna sehari-hari untuk mencatat transaksi, sekaligus sebagai validasi bisnis. Belum lama ini juga telah bekerjasama dengan Kominfo untuk menjangkau para nelayan yang berada di bagian timur Indonesia agar bisa lebih baik dalam mengelola data transaksi mereka. Hal ini berkaitan dengan validasi sekaligus memudahkan mereka dalam mendapatkan pembiayaan.

This is why we’re focusing so much on transaction recording, karena hal ini adalah kunci dari akses mereka menuju inklusi finansial,” ujar Michael.

Ketiga, berkolaborasi dengan berbagai macam katalis, seperti pemerintah, bisnis franchise dll. Hal ini sekaligus membantu penetrasi pasar, agar lebih banyak ekonomi yang bisa dijangkau.

Terakhir, sebagai ekosistem terbuka, selalu ada kemungkinan untuk integrasi fitur. “Kami percaya kalau bisa menjalani empat hal ini, dalam waktu dua tahun kami akan sampai di tempat yang kami mau.”

Distribusi produk Qasir kini telah sampai ke Jabodetabek, Malang, Yogyakarta, dan Denpasar. Rencananya tahun depan mereka akan menambah daftar ekspansi.

Dari sisi pendanaan, Qasir sudah berada di tahap seri A dan sedang merencanakan untuk menggalang seri B.

“Memasuki tahap Seri B berarti semakin ambisius. Target selanjutnya adalah untuk mencapai paling tidak 5 juta pengguna. Saat ini kami berada di 80 ribu. Karena itu harus agresif,” tutup Michael.

Application Information Will Show Up Here