Tag Archives: microled

Teknologi Display MicroLED Besutan Samsung Bakal Dipakai dalam Studio Produksi Film

Serial The Mandalorian memopulerkan tren baru di industri perfilman lewat teknik produksi yang mengandalkan studio virtual. Ketimbang menggunakan green screen, tim produksi The Mandalorian justru membangun studio khusus dengan layar LED sebagai dinding sekaligus langit-langitnya, menyederhanakan alur produksi sekaligus memaksimalkan kemampuan akting masing-masing pemeran.

Tren ini membuka peluang bisnis baru bagi produsen panel display seperti Samsung. Baru-baru ini, Samsung mengumumkan kontrak kerja samanya dengan rumah produksi asal Korea Selatan, CJ ENM, untuk membangun studio produksi virtual yang dibekali teknologi MicroLED besutan Samsung.

Diumumkan di tahun 2018, salah satu keunggulan teknologi MicroLED adalah sifatnya yang modular, yang berarti teknologi ini dapat diaplikasikan menjadi display dalam berbagai bentuk dan ukuran. Dalam konteks studio film, MicroLED dapat diaplikasikan ke dinding atau langit-langit studio yang datar, cekung, ataupun cembung, menyesuaikan dengan rancangan internal studio itu sendiri.

Untuk display utamanya, Samsung dan CJ ENM sudah merencanakan display yang berbentuk oval, dengan diameter 20 meter dan tinggi sekitar 7 meter atau lebih. Kalau mau diukur, Samsung bilang panel ini mempunyai ukuran melebihi 1.000 inci, serta mampu menampilkan konten dalam resolusi maksimum 16K dan format HDR10+.

Juga tidak kalah penting adalah pilihan frame rate yang telah dioptimalkan untuk kebutuhan produksi film, termasuk halnya opsi-opsi populer macam 23,976 Hz, 29,97 Hz, maupun 59,94 Hz. Sebelum ini, CJ ENM juga sudah lebih dulu meneken kontrak kerja sama dengan Epic Games untuk memanfaatkan game engine Unreal Engine dalam proses produksinya, sama seperti yang dilakukan oleh tim produksi The Mandalorian.

Pengamat industri dari Göteborg Film Festival memprediksi bahwa proses produksi virtual semacam ini bakal menjadi standar baru di industri perfilman dalam lima tahun ke depan, dan Samsung pun bukan satu-satunya produsen panel display yang terlibat langsung sebagai pemasok teknologi display untuk studio produksi virtual.

Belum lama ini, Sony juga dikabarkan sudah mulai menggunakan teknologi Crystal LED besutannya dalam membangun studio virtual untuk rumah produksi mereka sendiri, Sony Pictures. Sony bahkan juga sempat membeli saham Epic Games senilai $250 juta.

Sumber: Engadget dan Samsung.

Samsung Neo QLED TV dan MicroLED TV, Apa Saja Perbedaannya?

Samsung hari ini (22/4) menggelar konferensi virtual Neo QLED Tech Seminar 2021, dan saya bersama sejumlah awak media lain berkesempatan untuk langsung mengikuti jalannya acara. Dalam acara tersebut, Samsung mempresentasikan secara mendetail fitur-fitur unggulan yang ditawarkan oleh jajaran smart TV yang akan segera mereka jual di tahun 2021 ini, sekaligus mengadakan sesi tanya-jawab bersama timnya di Korea Selatan.

Pada lineup TV utamanya, Samsung menawarkan dua seri yang berbeda: Neo QLED dan MicroLED. Apa perbedaannya? Apakah hanya sebatas diversifikasi branding begitu saja? Tentu tidak, dan di sini saya akan mencoba merangkum keunggulan yang ditawarkan oleh masing-masing TV.

Kita mulai dari Neo QLED terlebih dulu, yang merupakan penerus seri QLED dari generasi sebelumnya. Neo QLED pada dasarnya memakai Mini LED sebagai basis teknologinya, di mana ukuran tiap-tiap unit LED yang tertanam cuma 1/40 dari ukuran LED konvensional. Alhasil, perangkat TV tak hanya bisa dibuat lebih ramping, melainkan juga mampu menyajikan tingkat kontras yang lebih baik, dengan efek blooming yang minimal.

Berhubung ukuran LED-nya jauh lebih kecil, otomatis jumlahnya pun bisa diperbanyak, dan ketika jumlah LED-nya bertambah, local dimming zone-nya juga bisa ikut ditambah, memberikan kontrol cahaya yang lebih presisi lagi daripada sebelumnya. Selain itu, rasio kontrasnya juga bisa ikut ditingkatkan berkat pengaplikasian Quantum Matrix Technology yang memanfaatkan gradasi 12-bit.

Hadir dalam resolusi 4K dan 8K, lini TV Neo QLED turut dilengkapi Neo Quantum Processor yang bertugas meng-upscale resolusi konten dengan kinerja AI yang disempurnakan. Bukan cuma itu, tingkat kontrasnya juga dapat diatur secara real-time berdasarkan frame demi frame.

Bagi para pemilik console PlayStation 5 atau Xbox Series S/X, Neo QLED siap menyuguhkan sesi gaming dalam resolusi 4K 120 Hz. Dukungan terhadap AMD FreeSync Premium Pro pun juga merupakan fitur standar di TV ini. Pada sesi Q&A, perwakilan Samsung bilang bahwa mereka bakal mempertimbangkan untuk menyertakan dukungan G-Sync pada tahun 2022.

Samsung MicroLED TV / Samsung

Selanjutnya, mari kita bahas mengenai MicroLED. Dari perspektif sederhana, cara kerja MicroLED justru lebih mirip OLED karena ia tidak memerlukan lapisan backlight yang terpisah, berbeda dari Neo QLED tadi. Jadi selain menampilkan warna RGB, tiap-tiap pixel MicroLED yang berukuran mikroskopis ini juga mampu memancarkan cahayanya sendiri.

Alhasil, karakteristiknya jadi benar-benar mirip OLED, di mana warna hitam akan tampak begitu pekat, sebab ketika menampilkan gambar berwarna hitam, sebenarnya Micro LED tidak akan memancarkan cahaya apa-apa, alias mati. Yang berbeda adalah, tingkat kecerahan maksimum yang dapat dicapai MicroLED jauh lebih tinggi, maksimum hingga 5.000 nit, bandingkan dengan OLED yang hanya terbatas di kisaran 1.000 nit.

Juga sangat berbeda adalah sifat MicroLED yang non-organik, yang berarti ia tidak akan terdampak oleh efek burn-in seperti OLED. Samsung percaya diri bahwa TV MicroLED-nya mampu menyajikan kualitas gambar yang konsisten sampai paling tidak 100.000 jam, alias lebih dari 11 tahun. Namun pada praktiknya pasti lebih lama dari itu karena tidak mungkin Anda menyalakan TV selama 24 jam setiap harinya, bukan?

Singkat cerita, kalau budget bukan masalah dan kualitas gambar adalah prioritas yang benar-benar tidak dapat dikompromikan, maka MicroLED adalah pilihan yang lebih tepat. Kebetulan jajaran TV MicroLED Samsung juga hadir dalam variasi ukuran yang lebih besar lagi daripada Neo QLED: 88 inci, 99 inci, dan 110 inci, meski nantinya juga akan ada varian berukuran 76 inci.

Samsung Umumkan TV Berteknologi MicroLED, Setara OLED tapi Modular dan Fleksibel

Bicara soal TV OLED, LG adalah pemimpin di segmen ini. Pabrikan asal Korea Selatan itu adalah pemasok panel OLED untuk TV buatan Sony dan Panasonic, dan baru-baru ini mereka juga memamerkan TV OLED terbesar sekaligus tertinggi resolusinya (8K).

Samsung di saat yang sama masih menuai banyak debat perihal kemampuan lini TV QLED-nya dalam menyaingi kualitas gambar TV OLED. Permasalahannya, menurut mereka yang meragukan TV QLED Samsung, adalah panel yang digunakan masih membutuhkan backlight, tidak seperti panel OLED yang tiap-tiap pixel-nya bisa menyala sendiri, yang menjadi rahasia di balik superioritas OLED dalam hal kontras dan reproduksi warna.

Samsung sendiri sebenarnya pernah mengembangkan TV OLED di tahun 2012, tapi mereka gagal memproduksi massalnya. Dari situ mereka bertekad menciptakan teknologi alternatif yang bisa menyaingi OLED, maka lahirlah QLED, yang juga dikenal dengan istilah Quantum Dot.

Samsung MicroLED TV

Tahun ini, Samsung sudah siap dengan alternatif yang lain lagi bernama MicroLED – jangan dipelesetkan jadi “mikrolet”. Namanya diambil dari pixel berukuran mikroskopis di dalamnya, yang hebatnya, bisa menyala dengan sendirinya tanpa bantuan backlight, sama seperti OLED. Lalu apa yang membedakannya dari OLED?

Samsung bilang bahwa MicroLED bersifat modular. Artinya, TV berteknologi ini terdiri dari beberapa modul (panel) terpisah yang disatukan, bukan sebongkah panel utuh seperti pada TV OLED. Keuntungannya, MicroLED begitu fleksibel dan bisa diaplikasikan menjadi TV dalam berbagai macam ukuran, mulai dari yang kecil untuk di kamar tidur sampai yang segede gaban.

Samsung MicroLED TV

Pada kenyataannya, Samsung memamerkan teknologi ini lewat sebuah TV 4K raksasa berukuran 146 inci. Begitu besar dan lebarnya TV ini, Samsung menjulukinya dengan istilah “The Wall”. Menurut pantauan The Verge, warna yang dihasilkannya cukup pekat, dan secara keseluruhan tampak sangat terang. Sambungan antar modulnya pun tidak kelihatan ketika ada konten yang sedang diputar.

Mengingat Samsung sejauh ini masih mengategorikan MicroLED dan The Wall sebagai konsep, membandingkan kualitas gambarnya dengan TV QLED maupun OLED bakal terkesan prematur. Meski demikian, Samsung sudah punya rencana untuk meneruskannya hingga menjadi produk untuk konsumen, dan mereka menarget musim semi tahun ini sebagai jadwal peluncurannya.

Sumber: Samsung.