Tag Archives: Migo

Migo mengumumkan telah menyelesaikan penutupan putaran pertama investasi Seri C senilai $20 juta dari investor sebelumnya, MNC Vision Network

MNC Group Kembali Berinvestasi ke Migo Senilai 302 Miliar Rupiah dalam Putaran Seri C1

Migo mengumumkan telah menyelesaikan penutupan putaran pertama investasi seri C1 senilai $20 juta (lebih dari 302,5 miliar Rupiah) dari investor sebelumnya, MNC Vision Network, bagian dari MNC Group. Putaran berikutnya disebutkan bakal rampung dalam beberapa bulan mendatang.

Dalam keterangan pers yang disampaikan Migo hari ini (10/2), dana segar akan didedikasikan untuk memperluas jaringan Migo, mengincar pengguna dengan jumlah setengah dari populasi Indonesia. Kemudian, memperdalam teknologi, dan ekspansi ke negara lain di luar Indonesia.

CEO Migo Indoneesia Dan Connor menyampaikan, konten MNC memiliki daya tarik yang sangat kuat di mata para pengguna Migo dan menjadi kontributor penonton terbesar di antara mitra-mitra lainnya. Konsumen yang sebelumnya hanya mempunyai sedikit kemampuan untuk mengakses konten digital on-demand, sekarang mereka dapat menikmati konten MNC dengan rating tertinggi tanpa bergantung pada koneksi data tradisional yang mahal, lambat, dan tidak dapat diandalkan.

“Kami sudah mempunyai kolaborasi yang bermanfaat dengan MNC sejauh ini dan kami sangat bersemangat untuk memperluas kemitraan itu dengan investasi ini,” papar Connor.

Chairman MNC Group Hary Tanoesoedibjo menambahkan, “Sejak tahu tentang Migo, saya selalu berpikir mereka memiliki konsep yang sangat menarik. Saya memahami keuntungan unik dari platform distribusi mereka, yaitu mengirimkan data, lebih murah, lebih cepat, dan tanpa masalah internet yang biasa terjadi. 18 bulan sejak memulai kolaborasi strategis kami, pandangan kami tidak berubah, bahwa Migo diposisikan secara unik untuk mendigitalkan pemirsa TV tradisional.”

Kerja sama Migo dan MNC

Hubungan Migo dengan MNC Vision Networks dimulai pada saat investasi yang dikucurkan pada September 2021 sebesar $40 juta. Dalam kesepakatan tersebut, sekaligus mengumumkan Presiden Direktur MNC Vision Networks Ade Tjendra dan Marketing Head Presiden Direktur MNC Vision Networks Clarissa Tanoesoedibjo sebagai Dewan Komisaris Migo Indonesia.

Sejak saat itu, kini jangkauan jaringan Migo tembus mencapai 30 juta orang, dengan lebih dari 2 juta pelanggan mendapatkan akses ke konten digital on-demand yang sebelumnya sulit diakses melalui jaringan telekomunikasi tradisional, dan lebih dari 1 juta pelanggan berbayar.

Teknologi distribusi data Migo yang unik mampu mengirimkan data kepada konsumen dengan biaya kurang dari 1% dari biaya jaringan seluler biasa. Hal ini memungkinkan pelanggan Migo untuk mengunduh data gratis tanpa batas dengan super cepat. Ambil contoh, satu film berdurasi panjang dapat diunduh ke perangkat konsumen dalam waktu kurang dari satu menit.

Kerja sama strategis dengan MNC Group, memungkinkan Migo untuk menawarkan konten baru dan terbaik kepada konsumen di mana pun yang memiliki smartphone, sementara kolaborasi marketing yang mendalam diklaim berhasil membawa jutaan pengguna ke ekosistem digital on-demand yang sebelumnya terbatas pada segmen ekonomi kelas atas saja.

Disampaikan lebih lanjut, saat ini perusahaan sedang mengembangkan teknologi baru untuk transfer konten langsung dengan aman, yang akan mengubah setiap perangkat pelanggan menjadi bagian dari jaringan kecepatan tinggi, yang secara efektif memperluas jangkauan Migo ke mana pun pengguna Migo pergi.

“Fitur baru ini memungkinkan pelanggan untuk mentransfer konten secara langsung antar perangkat hanya dalam 30 detik, sama sekali tanpa koneksi ke jaringan eksternal apapun,” tutup Connor.

Migo pertama kali hadir pada 2020, diklaim saat ini memiliki lebih dari 1.700 jaringan yang tersebar di Jakarta, Banten dan Jawa Barat. Produknya adalah paket-paket langganan mikro (saset) yang menyediakan akses bagi pelanggan ke konten hiburan, pendidikan, produk keuangan, dan layanan gaya hidup digital terkait lainnya di cloud lokal (Migo Download Station/MDS) yang tersedia di lokasi ritel.

Di titik jaringan tersebut, menyediakan jaringan Wi-Fi yang dapat dihubungkan dengan perangkat untuk mengunduh konten film sepuasnya. Setiap film yang tersedia di Migo hanya kurang dari 60 detik untuk diunduh. Konten tersebut dapat dinikmati tanpa buffering, makan kuota internet, dan iklan. Pengguna dapat memilih paket seharga Rp3 ribu untuk sehari dan termahal Rp120 ribu untuk satu tahun. Pilihan lainnya mulai dari tujuh hari, 1 bulan, 3 bulan, dan 6 bulan.

Application Information Will Show Up Here
Platform OTT Lionsgate Play bergabung menjadi mitra OTT terbaru yang memanfaatkan jaringan distribusi konten digital milik Migo

Lionsgate Play Gandeng Migo untuk Menjamah Segmen Pengguna Kelas Menengah-Bawah

Platform OTT Lionsgate Play bergabung menjadi mitra baru yang memanfaatkan jaringan distribusi konten digital milik Migo. Lionsgate ingin jangkau pengguna baru di luar target pasar utama yang selama ini terbatas dalam mengakses konten hiburan. Selain Lionsgate, sebelumnya Migo sudah bermitra dengan penyedia OTT lainnya seperti Sushiroll, Genflix, GoPlay, dan Vision+.

“Saya pernah di industri telko, pay TV, ada kesamaan bahwa telko dan dunia entertainment itu adalah kebutuhan semua orang. Saya sudah melihat inovasi ini dari dulu. Inovasi yang diberikan Migo ini sudah memenuhi kebutuhan mass market, yang ingin mencari entertainment tapi tidak boros data,” terang Country Head Lionsgate Play Indonesia Guntur Siboro, Kamis (28/7).

Dia melanjutkan, sejak Lionsgate Play hadir di Indonesia pada tahun lalu, pihaknya sudah bermitra dengan berbagai provider telko dan TV kabel, seperti Telkomsel, First Media, dan Indihome. Namun dari kemitraan tersebut, belum ada yang menjangkau mass market alias di bawah piramida ekonomi terbawah. Solusi tersebut dihadirkan oleh Migo, melalui cloud lokal (Migo Download Station/MDS) yang tersedia di lokasi ritel.

Bersama dengan Migo, kedua perusahaan akan mengurasi konten film yang bakal didistribusikan sesuai dengan target pengguna. Namun Guntur memastikan, konten-konten Hollywood bergenre horor dan komedi menempati posisi tertinggi sebagai konten yang paling banyak ditonton pengguna Migo dalam setahun terakhir.

“Sebenarnya tidak ada batasan [konten mana yang disediakan dari Lionsgate Play], tapi karena di Migo perlu dikurasi mana yang cocok [untuk pengguna Migo] karena beda kalau tayang di platform kita sendiri. Jadi kurasi ini melihat selera penontonnya juga.”

Selama ini masyarakat Indonesia cenderung mengakses konten digital melalui smartphone, namun masih banyak yang memiliki keterbatasan jaringan dan kuota internet. Solusi inilah yang ditawarkan Migo dan dilihat oleh Lionsgate Play sebagai salah satu peluang untuk mencapai lebih banyak lagi lapisan masyarakat di Indonesia untuk menikmati konten hiburan digital tanpa harus berlangganan.

Kondisi tersebut seolah menjustifikasi bahwa para penyedia konten membutuhkan jaringan distribusi Migo yang murah untuk mencakup pasar yang lebih luas. Kenaikan jumlah pengguna Migo diklaim mencapai lebih dari 80% dalam satu tahun terakhir, turut meyakinkan pihaknya untuk bersinergi dengan Migo Indonesia.

Ekspansi jaringan

Secara terpisah, kepada DailySocial.id, Direktur Utama Migo Indonesia Dan Connor menyampaikan pihaknya menargetkan dapat memiliki 10 ribu jaringan yang tersebar di Jawa. Setelahnya, perusahaan akan melebarkan sayap ke luar Jawa dengan mengincar kota-kota di Sumatera dan Sulawesi.

“Sekarang ada 1.400 jaringan yang tersebar di Jawa bagian Barat, seperti Cirebon, Indramayu, Serang. Tapi tahun depan mau ke Sumatera dan Sulawesi.”

Dalam ekspansi jaringan, sambung Connor, pihaknya tidak melihat harus ke kota lapis dua atau tiga, sebab itu hanyalah soal lokasi saja. Yang menjadi perhatian utama perusahaan adalah titik tersebut tidak dilewati oleh orang-orang berekonomi kelas atas, sehingga tidak melihat kota tersebut adalah kota metropolitan atau bukan. Di Jakarta sekalipun tetap memiliki kelompok orang menengah ke bawah.

“Jadi tempat yang kita pilih sebagai warung dengan populasi yang diisi oleh orang-orang ekonomi kelas menengah ke bawah”

Sebutan Warung Migo ini sebetulnya adalah tempat usaha kecil, entah itu berupa warung kelontong, foto kopi, warung kopi, perkantoran, bahkan stasiun kereta, yang dapat ditempatkan cloud lokal MDS dan menjual paket-paket menonton. Connor menyebut, dari 1.400 jaringan yang tersedia, sekitar 80% berbentuk usaha kecil.

Di titik jaringan tersebut, menyediakan jaringan Wi-Fi yang dapat dihubungkan dengan perangkat untuk mengunduh konten film sepuasnya. Setiap film yang tersedia di Migo hanya kurang dari 60 detik untuk diunduh. Konten tersebut dapat dinikmati tanpa buffering, makan kuota internet, dan iklan. Pengguna dapat memilih paket seharga Rp3 ribu untuk sehari dan termahal Rp120 ribu untuk satu tahun. Pilihan lainnya mulai dari tujuh hari, 1 bulan, 3 bulan, dan 6 bulan.

Selain menambah kemitraan dengan pemilik usaha kecil, Migo juga merilis inovasi baru transfer film secara peer-to-peer (P2P). Fitur ini seperti aplikasi Share It yang memungkinkan pengguna dapat membagikan file tanpa memakan jaringan internet.

Connor menjelaskan, file film yang dibagikan ke perangkat lain itu sudah dilisensi dengan jaminan tidak ada virus, rusak (corrupt), dan sebagainya. Selayaknya men-transfer file melalui ShareIt, pengguna dapat berbagi file film yang sudah mereka unduh ke rekan-rekannya yang belum menjadi pengguna Migo.

Inovasi ini selain mendorong strategi akuisisi pengguna baru, juga memungkinkan perangkat smartphone yang dipakai oleh pengguna Migo menjadi titik jaringan MDS baru, sebab membagikan file-nya ke pengguna lain. Tanggapan yang diterima dari pengguna, sambungnya, luar biasa positif.

“Ada pengguna kami yang berkunjung ke Jakarta tapi tempat tinggalnya di Tegal. Ia menjadi pengguna Migo dan mengunduh banyak film dari HP-nya. Begitu pulang, ia membagikan film-film tersebut ke keluarganya. Akhirnya dia menghubungi CS kami untuk di-install-kan MDS agar bisa berbagi dengan yang lain,” pungkasnya.

Sebagai catatan, MNC Vision Networks, pemilik OTT Vision+, merupakan jajaran investor Migo yang mengucurkan investasi senilai $40 juta pada September 2021. Dalam kesepakatan tersebut, sekaligus mengumumkan Presiden Direktur MNC Vision Networks Ade Tjendra dan Marketing Head Presiden Direktur MNC Vision Networks Clarissa Tanoesoedibjo sebagai Dewan Komisaris Migo Indonesia.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Migo Develops Business Maturity in Indonesia, Partnering with Small Shops to Distribute Videos

Migo.tv (Migo) announced the closing of the Series B2 funding round. Participated also some well-known names in the Southeast Asian technology industry, such as Gojek and Lippo Karawaci’s Commissioner Ray Zage, YouTube’s Co-founder & ex-CTO Steve Chen, Agaeti Ventures’ Founder Pandu Sjahrir. One of their plans is to further develop their plans in Indonesia.

Migo’s representative said that its main objective in this round is to gather teams in supporting Migo to develop their plans in Indonesia.

“We are pleased with the quality of Indonesian investors who have joined us in this round, and they have provided strategic advantages for Migo,” one of Migo’s representatives told DailySocial.

Migo will bring their expertise in providing their flagship service in  Indonesia through online to offline (O2O) videos-to-go which allows users to watch offline without buffering.

First developed by Barrett Comiskey, Migo allows app users to download movies and TV shows from Wargo (Warung Migo). In simple terms, users only need to go to the location of the grocery store that works with Migo to download movies or TV shows on the spot, and so they can enjoy the content offline.

“We just started this service in mid-June, we’re still quite an unknown brand [..] Our average customer visits Wargos to download 2 times per week. Average downloads per download day are nearly 800 MB, which is more of 4x the amount of data transmitted by the average mobile operator,” Migo’s representative said.

In particular, Migo’s target market is the mass market segment having issues with data and does not have adequate connectivity at home. Migo is here to solve this problem with global player partners such as Disney +, Netflix, and HBO.

“We are excited to find new investors with experience and expertise in the field when we launch it in Indonesia. With their capital and support, they have allowed us to focus on our core mission of giving everyone smartphone access to premium digital content at affordable prices. reduce the risk of our launch, and take advantage of this favorable environment,” Migo’s Founder and CEO Barret Comiskey said.

Migo’s business

Migo started his journey in Indonesia in March, and finally established in June with a subscription model. Since then, Migo claims to have experienced a quite high increase, especially in the current pandemic condition.

Migo explained that their first product was O2O video-to-go, also included in their plan to present exclusive technology for one-way digital experiences for learning materials, O2O e-commerce, services, finance, and others.

“In 2021 we will expand our network to more than 5000 locations and our active customer base to millions. Based on our current results, we also hope to achieve operating profitability by 2021,” Migo’s representative said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Aplikasi Video Migo Warung

Migo Matangkan Bisnis di Indonesia, Bermitra dengan Warung untuk Distribusi Video

Migo.tv (Migo) mengumumkan penutupan putaran pendanaan seri B2. Beberapa nama tersohor di industri teknologi Asia Tenggara turut serta di dalamnya seperti Komisioner Gojek dan Lippo Karawaci Ray Zage, Co-founder & ex-CTO Youtube Steve Chen, Founder Agaeti Ventures Pandu Sjahrir. Salah satu rencana mereka adalah mengukuhkan rencananya di Indonesia.

Juru bicara Migo menyebutkan, bahwa tujuan utama mereka dalam putaran ini adalah membantu tim yang bisa mendukung Migo dalam mengembangkan upaya-upaya mereka di Indonesia.

“Kami senang dengan kualitas investor Indonesia yang bergabung dengan kami dalam putaran ini, dan mereka telah memberikan keuntungan strategis bagi Migo,” terang salah satu juru bicara Migo kepada DailySocial.

Migo di Indonesia akan membawa keahlian mereka dalam menyediakan layanan andalan mereka berupa online to offline (O2O) videos-to-go yang memungkinkan pengguna menonton secara offline tanpa buffering.

Dikembangkan oleh Barrett Comiskey, Migo memungkinkan pengguna aplikasi untuk mengunduh film dan acara TV dari Wargo (Warung Migo). Secara sederhana pengguna hanya perlu menuju lokasi warung kelontong yang bekerja sama dengan Migo untuk mengunduh film atau acara TV di tempatnya, dan seterusnya bisa menikmati konten secara offline.

“Kami baru saja memulai layanan ini pada pertengahan Juni, jadi kami merek yang relatif belum dikenal luas [..] Rata-rata pelanggan kami mengunjungi Wargos untuk mengunduh 2 kali per minggu. Pengunduhan rata-rata per hari pengunduhan hampir 800 MB, yang lebih dari 4x jumlah data yang dikirimkan oleh operator seluler rata-rata,” jelas juru bicara Migo.

Secara khusus target pasar Migo adalah segmen pasar masal yang memiliki isu  dengan data dan tidak memiliki konektivitas memadai di rumah. Migo hadir untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan mitra pemain global seperti Disney+, Netflix, dan HBO.

“Kami sangat senang bisa mendapatkan investor baru dengan pengalaman dan keahlian di lapangan saat kami meluncurkannya di Indonesia. Dengan modal dan dukungan mereka, mereka mengizinkan kami untuk fokus pada misi inti kami yaitu memberi semua orang akses ponsel cerdas ke konten digital premium di harga terjangkau, kurangi risiko peluncuran kami, dan manfaatkan lingkungan yang menguntungkan ini,” terang Founder dan CEO Migo Barret Comiskey.

Rencana bisnis Migo

Migo mulai menapaki perjalanan di Indonesia sejak Maret, sebelum kemudian meluncur penuh di dunia Juni dengan model berbayar. Sejak saat itu Migo mengklaim mengalami lonjakan cukup tinggi, terlebih di kondisi pandemi seperti sekarang ini.

Pihak Migo menjelaskan, produk pertama mereka adalah O2O video-to-go, kemudian masuk dalam rencana mereka untuk menghadirkan teknologi eksklusif untuk pengalaman digital satu arah untuk materi pembelajaran, O2O e-commerce, layanan, keuangan, dan lainnya.

“Di 2021 kami akan mengembangkan jaringan kami ke lebih dari 5000 lokasi dan basis pelanggan aktif kami menjadi jutaan. Berdasarkan hasil kami saat ini, kami juga berharap dapat mencapai profitabilitas operasi pada tahun 2021,” ujar salah satu juru bicara Migo.

Application Information Will Show Up Here
iflix migo Indonesia

iflix Gandeng Migo untuk Sasar Konsumen Baru yang Miliki Kecepatan Internet Terbatas

Pengembang layanan video on-demand iflix hari ini (10/12) mengumumkan kerja sama strategis dengan Migo untuk meningkatkan penetrasi bisnis di Indonesia.

Migo sendiri merupakan startup digital asal Manlia, Filipina yang menyuguhkan platform untuk distribusi konten digital dengan mekanisme online-to-offline menyasar pengguna dengan konektivitas internet terbatas.

Cara kerja Migo kurang lebih seperti ini. Pertama mereka berperan sebagai kurator konten yang didapat dari rekanan seperti iflix. Kemudian perusahaan menjalin kerja sama dengan mitra di wilayah operasionalnya untuk mendirikan server distribusi khusus.

Migo akan mengirimkan dan memperbarui konten di server tersebut. Aset konten dari server dapat diakses secara langsung melalui sambungan wifi melalui aplikasi Migo oleh pengguna. Karena diakses dari server lokal dengan konektivitas langsung, konten (video) dapat diunduh secara lebih cepat walaupun dengan kualitas tinggi. Pihak Migo turut mengoleksi data penggunaan dari aplikasi untuk dipakai dalam analisis dan bisnis.

Sejak menyelesaikan pendanaan seri B yang dipimpin Temasek pada tahun 2018 lalu, Migo agresif melakukan ekspansi. Selain di negara asalnya, kini mereka sudah miliki kantor perwakilan di Taipei dan Jakarta.

Nota kesepahaman yang baru saja disepakati bersama iflix akan memungkinkan Migo mendistribusikan video premium berbayar kepada konsumen di Indonesia yang memiliki konektivitas terbatas. Diharapkan dapat membuka segmen pasar dari kelas sosio-ekonomi baru yang menikmati konten iflix.

“Bekerja dengan Migo akan memungkinkan iflix untuk memasuki segmen konsumen C/D yang merupakan 60% dari pasar Indonesia. Migo menawarkan saluran baru dan komplementer bagi kami untuk menjangkau konsumen pasar massal yang sulit dilayani ini,” ujar Co-Founder & Direktur Eksekutif iflix Mark Britt.

Nantinya konten iflix juga bisa ditonton di Migo. Rencananya aplikasi akan segera diluncurkan pada kuartal pertama tahun 2020. Merek yang menjadi mitra bisnis iflix juga dapat memanfaatkan saluran Migo untuk memperluas kanal promosi produk mereka.

“iflix memungkinkan Migo untuk fokus pada misi inti kami sebagai platform pengiriman layanan digital independen dan mengurangi risiko investasi kami dalam lisensi konten yang dibeli secara langsung,” sambut Founder & CEO Migo Barrett Comiskey.

Sementara itu Patrick Grove selaku Co-Founder & Chairman Group iflix menyampaikan, “Teknologi Migo bersifat transformatif untuk distribusi data di pasar negara berkembang. Kami melihat kemitraan hari ini di Indonesia hanya sebagai langkah pertama untuk membawa konten iflix ke ratusan juta pelanggan di pasar kritis lainnya, dari Filipina hingga Myanmar hingga Bangladesh dan selanjutnya.”

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here
Legalitas Sepeda Listrik Migo

Polda Metro Jaya Pertanyakan Legalitas Sepeda Listrik di Jalan Raya, Migo Sampaikan Siap Patuhi Aturan

Mulai ramainya sepeda listrik dari Migo di jalan raya Jakarta menjadi perhatian khusus Polda Metro Jaya. Armada Migo dinilai tidak memiliki izin operasional, terutama untuk di jalan raya. Menanggapi hal ini pihak Migo mengeluarkan pernyataan bahwa akan menaati aturan-aturan yang berlaku.

Kepala Sub Direktorat Penegakan Hukum Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya Ajun Komisaris Besar Herman Ruswandi menyampaikan, terkait pelarangan armada Migo di jalan raya akan dibahas dan kemungkinan akan dirazia jika masih beroperasi.

“Ini jadi bahasan yang akan dibahas hari Senin (11/2). Itu nanti akan ditangkap dirazia, dikandangin (sepeda listrik Migo),” terang Herman seperti dikutip dari CNN Indonesia.

Herman menjelaskan bahwa pelarangan tersebut dibuat lantaran pihak kepolisian mempertanyakan apakah armada sepeda listrik Migo itu telah lulus uji layak operasi.

Pihak kepolisian pun rencananya akan menertibkan dulu armada Migo yang masuk ke jalan raya dan akan berdiskusi dengan pihak terkait termasuk Dinas Perhubungan. Karena berdasarkan Undang-undang Pasal 49 Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu lintas dan Angkatan Jalan menyebutkan bahwa setiap kendaraan bermotor yang akan dioperasikan di jalan wajib dilakukan pengujian.

Kendati demikian, armada Migo masih boleh beroperasi di tempat-tempat wisata seperti Ancol, karena Herman menilai armada Migo harusnya digunakan dalam area tertutup bukan di jalan raya.

“Kalau bicara UU, mau sepeda motor itu listrik atau bensin tetap saja motor, harus taat aturan. Seperti bayar pajak, dibolehkan tidak operasional ke jalan raya. Jalan raya punya kelas: satu, dua, dan tiga. Berapa sih kecepatannya, nah ini kan jadi mengganggu pengguna kendaraan lain,” jelas Herman.

Menanggapi kabar ini pihak Migo pun angkat bicara. Manajer Operasional Migo Jakarta Sukamdani menyatakan bahwa pihak Migo saat ini tengah menindaklanjuti hal tersebut. Pihak Migo juga berencana akan melakukan uji tipe ke Kementrian Perhubungan.

“Terakhir kali kami diskusi dengan pihak dinas perhubungan dan kepolisian saat itu memang belum ada izin khusus soal sepeda listrik ini, namun saat ini Migo sendiri akan melakukan uji tipe terdahulu ke Kementrian Perhubungan,” terang Dani.

Menurut Dani pihak Migo juga menyatakan akan selalu patuh dan mengikuti regulasi yang dikeluarkan pemerintah. Migo juga berkomitmen untuk menindak secara tegas para penggunanya jika terbukti menyalahi aturan lalu lintas, mulai dari teguran hingga pemblokiran akun Migo.

“Selama regulasi memperbolehkan sepeda melalui jalan-jalan tersebut, ya kami memperbolehkan para pengguna. Kalau ada larangan, kami sudah menyebutkan dalam ketentuan di aplikasi bahwa pengguna harus menaati setiap peraturan yang berlaku di jalan,” imbuh Dani.

Migo sendiri merupakan penyedia layanan bike sharing. Dengan mengunduh aplikasi dari Migo para pengguna akan diberikan akses untuk menggunakan armada Migo atau ebike hanya dengan melakukan scan QR.

Agar bisa terdaftar di aplikasi Migo, pengguna minimal harus berusia 17 tahun dan harus melengkapi sejumlah informasi seperti nomor HP dan KTP yang berlaku.

Application Information Will Show Up Here
Ebike sharing Migo

Layanan “Ebike Sharing” Migo Siap Ekspansi ke Bandung dan Semarang

Layanan ebike sharing Migo segera perluas jangkauannya ke lokasi baru setelah sebelumnya resmi hadir di Jakarta. Kota yang diperkirakan bakal disambangi selanjutnya adalah Bandung dan Semarang. Tak hanya itu Migo juga melirik pasar luar negeri, yakni ke kota Bangkok. Migo pertama kali hadir di Surabaya sejak Agustus 2017.

“Setelah cukup kuat di Jakarta, rencana kami berikutnya adalah memperluas cakupan ke kota lainnya seperti Bandung dan Semarang,” terang Chairman & Co-Founder Migo Howard Yu, Rabu (5/12).

Untuk memperkuat bisnisnya di Jakarta, Migo menyiapkan 90 station dengan 500 unit ebike (sepeda elektrik). Lokasinya mayoritas ada di bagian selatan dan pusat kota Jakarta.

Pada akhir tahun ini ditargetkan pertumbuhannya bisa mencapai 300 station dengan 2000 unit ebike. Sementara untuk target tahun depan, setidaknya untuk paruh pertama bisa menembus 5000 ribu unit ebike.

Yu mengatakan, banyaknya persediaan ebike Migo dilakukan untuk menyambut tingginya permintaan dari masyarakat. Hal ini turut dianggap sebagai tantangan yang dihadapi Migo. Orang Jakarta dilihat lebih terbuka terhadap teknologi baru dan mau mencobanya.

Beda halnya ketika Migo hadir di Surabaya, isu yang perlu diselesaikan adalah mengenai edukasi ebike kepada masyarakat. Yu melihat masyarakat Surabaya cukup “konservatif” terhadap inovasi baru, sehingga butuh proses edukasi yang lebih ekstra.

Ini berdampak pada suplai unit ebike di Surabaya, meski sudah setahun beroperasi, sampai saat ini baru ada 1000 unit saja. Seluruh sepeda tersebar di 200 station dan diklaim saat ini memiliki 12 ribu konsumen aktif di Surabaya.

Ebike Migo didesain tidak memiliki polusi karena menggunakan daya baterai yang dapat diisi ulang. Ebike dapat dipakai secara terus menerus antara 6 sampai 8 jam dengan kecepatan 40 km per jam berjarak tempuh antara 40 km sampai 60 km.

“Karena ini adalah sepeda, makanya kecepatan hanya sampai 40 km. Sebab kalau di atas itu bukan tergolong sebagai sepeda lagi, tapi sebagai motor. Terlebih kami sangat mengutamakan safety riding.”

Mengutamakan keamanan pengendara

Untuk mitigasi risiko dari segala kemungkinan yang bisa terjadi, Migo hanya menggunakan akses QR untuk mengoperasikan ebike. Itupun hanya bisa digunakan oleh penyewa ebike. Apabila penyewa ingin mengunci sementara waktu, cukup dengan memindai kode QR saja.

“Semua sistem ebike tidak ada yang manual, semua harus pakai kode QR. Tujuannya agar aman dan tidak disalahgunakan.”

Agar dapat menikmati Migo, pengguna cukup mengunduh aplikasi dan melakukan registrasi dengan menggunakan nomor handphone dan KTP yang berlaku. Migo tidak bisa digunakan untuk pengguna yang berusia di bawah 17 tahun.

Setelah berhasil mendaftar, pengguna cukup mencari Migo station terdekat dan menekan tombol “pesan”. Tiba di station, pengguna hanya perlu memindai kode QR ebike sesuai dengan kode yang tertera di aplikasi. Setiap penyewaan ebike, telah dilengkapi dengan helm untuk keselamatan pengendara.

Saat ingin mengembalikan ebike, pengguna hanya perlu mencari station terdekat dan menekan tombol “pengembalian.” Nanti akan tertera biaya yang harus dibayarkan pengguna setelah pengembalian diterima. Pembayaran bisa dengan tunai atau non tunai lewat e-wallet Migo. Biaya yang harus dikeluarkan saat menyewa satu unit Migo adalah 3 ribu Rupiah per 30 menit.

Buka peluang kemitraan

Yu menambahkan, Migo menerapkan konsep kemitraan untuk penempatan fasilitas ebike. Pihak yang ingin bergabung menjadi mitra hanya dipersyaratkan menyediakan area kosong seluas 10 meter persegi untuk menampung sekitar 10-20 sepeda per station.

Di samping itu, mitra perlu menyiapkan smartphone dan satu orang untuk menjaga station setiap harinya mulai dari pukul 6.00 sampai 21.30. Disebutkan tidak ada biaya keanggotaan yang dikenakan kepada mitra yang ingin bergabung. Ada pembagian komisi yang bisa didapat para mitra setiap harinya.

Station akan menjadi tempat untuk pemeliharaan ebike, termasuk melakukan isi ulang daya secara rutin.

Yo mengaku untuk investasi satu unit ebike pihaknya harus merogoh kocek sekitar Rp5 juta sampai Rp6 juta. Proses pembuatan ebike dilakukan di Jakarta, hanya saja komponen diambil dari Tiongkok.

Application Information Will Show Up Here

Migo Offers E-Bike Rental Through Application

The concept of ride sharing is starting to spread around big cities in Indonesia. Many were inspired from there  to make similar services or other innovations. Form of innovation from the ride sharing concept invasion is presented by Migo in Surabaya. With digital technology, Migo provides e-bike rental service. The solution is claimed to be the first in Indonesia.

Migo tries to facilitate users in ordering and payment. For reservations, user can just scan the QR Code on every bike. These things can be done through the Migo app available on Google Play and the App Store.

“Migo has technological advantages different from other transportation. Start from the registration, the top-up process, opening, locking up, until restoring Migo to the station can be done just by a smartphone in hand,” said Migo’s team member, Tony Chandra.

Migo provides approximately 100 points of substation scattered around Surabaya. On these substations, users can rent and return their bikes. For the rent cost, Migo set it based on kilometers at affordable prices to the public.

Migo applies Rp2,000 base rate for the first 2 kilometres. Afterwards, users will be charged Rp.500 per kilometre. Whereas, waiting or stopping charges are set to Rp500 per 15 minutes. Waiting or stopping charges are valid from 06.00 to 20.00.

“Currently Migo has approximately 100 points of substation scattered throughout Surabaya. If you want to know the substation points above, you can directly download Migo app via Play Store or App Store. Substations as Migo partners act as an extension of Migo’s hand in providing electric bike units and ready to serve customers,” said Tony.

Right now Migo has already acquired 2000 registered users with 1000 active user on average. By the end of this year, Migo plans to add 50 new substations to ease the access.


The original article is written in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Migo Tawarkan Penyewaan Sepeda Listrik Melalui Aplikasi

Konsep ride sharing sekarang mulai merambah di kota-kota besar di Indonesia. Tak jarang ada yang terinspirasi dari sana untuk membuat layanan sejenis atau inovasi lainnya. Bentuk inovasi dari merambahnya konsep ride sharing dihadirkan Migo di kota Surabaya. Berbekal teknologi digital, Migo memberikan layanan persewaan sepeda listrik. Solusi Migo ini diklaim menjadi yang pertama di Indonesia.

Migo mencoba memudahkan pengguna dalam melakukan pemesanan dan pembayaran. Untuk pemesanan bahkan pengguna tinggal memindai QR Code yang ada di setiap sepeda. Semua hal tersebut bisa dilakukan melalui aplikasi Migo yang tersedia di Google Play dan App Store.

“Migo memiliki keunggulan teknologi yang berbeda dari transportasi lainnya. Mulai dari awal pendaftaran, proses isi ulang saldo, membuka, mengunci hingga mengembalikan Migo ke stasiun hanya cukup menggunakan satu smartphone saja di tangan, semua kegiatan tersebut bisa dilakukan,” ungkap salah satu tim Migo, Tony Chandra.

Migo saat ini menyediakan kurang lebih 100 titik substation yang tersebar di wilayah Surabaya. Di substation ini pengguna bisa menyewa dan mengembalikan sepeda mereka. Untuk tarif, Migo memberlakukan tarif berdasarkan kilometer dengan harga yang cukup terjangkau bagi masyarakat.

Migo menerapkan tarif dasar sebesar Rp2.000 untuk 2 kilometer pertama. Kemudian untuk kilometer selanjutnya pengguna dikenakan biaya Rp.500 per kilometer. Sedangkan untuk tarif tunggu atau berhenti Migo mematok tarif Rp500 per 15 menit. Biaya tunggu atau berhenti berlaku mulai dari jam 06.00 sampai dengan 20.00.

“Saat ini Migo memiliki kurang lebih 100 titik substation yang tersebar di seluruh penjuru Surabaya. Jika Anda ingin mengetahui titik-titik substation di atas, Anda bisa langsung mendownload aplikasi Migo melalui Play Store atau App Store. Substation sebagai partner Migo berperan sebagai perpanjangan tangan Migo dalam menyediakan unit sepeda listrik dan siap melayani customer,” terang Tony.

Dikutip dari laman Facebook-nya, saat ini Migo telah memiliki 2000 pengguna terdaftar dengan pengguna aktif mencapai 1000 pengguna. Rencananya untuk akhir tahun ini Migo menargetkan ada tambahan 50 tambahan substation baru sehingga bisa semakin memudahkan akses pengguna.

Application Information Will Show Up Here