Salah satu faktor untuk membantu kesuksesan bisnis UKM adalah dukungan dari layanan logistik, pembayaran, hingga manajemen pengelolaan bisnis mereka. Dalam waktu dua tahun terakhir, sudah banyak platform yang kemudian mencoba memudahkan para pelaku UKM mengelola bisnis mereka. Salah satu platform yang kemudian mencoba untuk menyasar sektor tersebut adalah majoo.
majoo didirikan oleh tiga founder, meliputi Adi W. Rahadi (CEO), Audia R. Harahap (COO), dan Bayu Indriarko (VP Engineering). Sebelumnya ketiga para pendiri tersebut merupakan pelaku bisnis ritel yang juga melayani pelanggan UKM, sehingga mereka cukup memahami berbagai kesulitan yang ditemui di lapangan.
Kepada DailySocial Adi mengungkapkan, majoo merupakan aplikasi wirausaha (mini ERP untuk pelaku UKM) dengan fitur lengkap, tidak hanya aplikasi kasir atau point of sales, tetapi juga meliputi pengelolaan inventori, pelanggan, akuntansi, karyawan, analisis bisnis, dan pesanan online.
“majoo percaya bahwa UKM memainkan peran penting dalam mendukung perekonomian Indonesia. majoo juga percaya bahwa setiap UKM harus memiliki kesempatan yang sama untuk mengakses teknologi dan ekonomi digital yang dapat membantu UKM untuk tumbuh.”
Ditambahkan olehnya, UKM memiliki kesenjangan dalam pencatatan keuangan, membuat pengelolaannya tidak efisien, sehingga potensi durasi bertahan bisnis menjadi pendek, serta membatasi akses terhadap permodalan yang diperlukan pengembangan usaha untuk bisa naik kelas.
Kondisi ini menjadi tantangan UMKM untuk tumbuh melampaui potensi mereka yang sebenarnya. Untuk itu, majoo hadir dengan menyediakan sistem pendukung bisnis yang membantu mereka mengoptimalkan potensi bisnisnya.
“Misi majoo yaitu memajukan UKM dengan inovasi financial technology untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi digital Indonesia. Mendukung UKM naik kelas dan dapat membuka akses pasar ke dunia digital,” kata Adi.
Model bisnis dan strategi monetisasi
Solusi bisnis dari majoo merupakan aplikasi dengan biaya berlanggan secara bulanan atau SaaS. majoo saat ini telah memiliki pengguna berbayar lebih dari 15 ribu wirausaha tersebar di lebih dari 600 kota di Indonesia dengan berbagai jenis usaha. Mulai dari F&B, ritel, jasa, dan jenis wirausaha lainnya.
“Yang membedakan majoo dengan platform lainnya adalah, sebagai aplikasi wirausaha (mini ERP untuk pelaku UKM) dengan fitur lengkap, majoo juga telah terintegrasi dengan marketplace terbesar di Indonesia seperti Tokopedia, Shopee, Blibli, serta Grabfood, untuk meningkatkan penjualan melalui berbagai macam channel online. Semua didapat dengan satu paket langganan dengan harga terjangkau tanpa adanya biaya tambahan (add-ons),” kata Adi.
Pandemi dan pertumbuhan bisnis
Saat masa awal pandemi, segmen retail merupakan bisnis yang paling terdampak dengan penurunan penjualan sampai dengan 70%. Namun dalam waktu tiga bulan, bisnis kembali mengalami tren kenaikan normal dan lebih memiliki ketahanan. Sehingga saat PSBB yang kedua tidak banyak berdampak dibandingkan PSBB pertama yaitu hanya mengalami penurunan sebesar 10%.
“Karena retail merupakan segmen utama majoo, sehingga kami langsung melakukan perubahan strategi growth menjadi efisiensi dan mengembangkan fitur yang menambah value wirausaha dimasa pandemi untuk meningkatkan penjualan dari channel online. Mulai dari order online, webmenu, WhatsApp struk dan pembayaran online, integrasi dengan Grabfood, Tokopedia, dan layanan e-commerce lainnya,” kata Adi.
Saat ini kinerja bisnis majoo mulai mengalami pertumbuhan lebih tinggi dibandingkan sebelum masa pandemi. Perusahaan yakin bahwa krisis merupakan katalis tumbuhnya wirausaha baru yang akan mengakselerasi digitalisasi sehingga ke depannya akan mendorong pertumbuhan bisnis majoo.
“Distribusi vaksin yang diperluas mulai tahun 2021 akan membuat retail kembali normal. Dengan performance bisnis majoo yang kuat pada tahun 2020 lalu, kita menargetkan untuk meraih profitability pada akhir tahun 2021, serta kembali merencanakan penggalangan dana pada Q2 tahun ini yang sempat tertunda tahun lalu saat awal pandemi,” kata Adi.