Tag Archives: Mitchell Goh

Startup EWA GetPaid yang oleh Mitchell Goh dan Ian Goh terima pendanaan tahap awal $1,15 juta dari Grovey Pay dan Nityo Infotech Service

Ambisi GetPaid Sehatkan Keuangan Karyawan dengan Akses Gaji Lebih Awal

GetPaid turut meramaikan startup earned wage access (EWA) di Indonesia yang memiliki segudang masalah, terutama dari sistem penggajian yang menjadi isu buat sebagian besar pekerja. Menurut data BPS, sekitar 129 juta pekerja menghadapi tekanan dan kesulitan finansial yang disebabkan oleh arus kas yang tidak teratur, jadwal pembayaran bulanan, pengeluaran tak terduga, dan akses finansial yang terbatas. Isu-isu di atas membuat mereka akhirnya “lari” meminjam uang dari lembaga tidak resmi, yang sering menetapkan bunga tinggi dan penagihan yang mencekam.

GetPaid didirikan pada 2020 oleh Mitchell Goh dan Ian Goh. Mitchell yang mengawali karier profesionalnya sebagai pekerja sosial, kemudian melanjutkan menangani tunjangan karyawan dan keuangan. Dari situ, ia melihat bahwa sebagian besar karyawan tidak memiliki metode keuangan yang dapat membantu mereka jika ada keperluan tak terduga. Selang satu tahun, GetPaid melebarkan sayapnya ke Indonesia sejak September 2021 dan menunjuk Joses Tjohjono sebagai pimpinan regional Managing Director GetPaid Indonesia.

Seperti startup EWA lainnya, GetPaid berfokus pada penyediaan akses gaji lebih awal untuk karyawan. Perusahaan bukan memosisikan diri sebagai perusahaan pemberi pinjaman karena tidak ada kerangka waktu pembayaran, biaya bunga, atau biaya keterlambatan. Hanya biaya flat per transaksi yang dibayar karyawan ketika mereka ingin mengakses upah yang mereka peroleh.

“GetPaid hanya akan mengenakan biaya saat karyawan melakukan penarikan. Perbandingan GetPaid dengan perusahaan EWA lainnya, kita akan lebih fleksibel dan memberikan pilihan biaya transaksi untuk kenyamanan perusahaan/karyawan,” ucap Joses saat dihubungi DailySocial.id.

Dilanjutkan lebih jauh, GetPaid memberikan tiga opsi biaya. Pertama, sebesar 4% per transaksi, kemudian Rp36 ribu per transaksi, dan berlangganan Rp72 ribu per bulan. Biaya tersebut dikenakan saat pertama kali melakukan penarikan dan tidak akan ada biaya potongan lagi jika melakukan transaksi di bulan yang sama.

Akses gaji tersebut akan diberikan apabila perusahaan mendaftarkan karyawan mereka yang berhak terhadap akses tersebut melalui GetPaid. Berikutnya, karyawan dapat membuka dan mengakses aplikasi GetPaid untuk menarik gaji. Masing-masing karyawan memiliki limit penarikan dan alokasi perhitungan gaji yang dapat ditarik.

Ambil contoh, karyawan yang sudah bekerja dalam 10 hari, hanya bisa mengakses 10 hari gaji/limit penarikan mereka. Joses menuturkan, perusahaan merekomendasikan akses limit sebesar 50%-80% dari keseluruhan gaji agar karyawan tetap mendapatkan sisa gaji di tanggal seharusnya. “Dan dana yang diperoleh tersebut langsung dari GetPaid. Lalu perusahaan (karyawan) akan membayar kembali kepada GetPaid di saat tanggal gajian perusahaan tersebut.”

Joses tidak merinci secara spesifik target pengguna yang dibidik GetPaid. Ia hanya bilang membidik semua karyawan yang terdaftar di perusahaan untuk menggunakan fasilitas GetPaid. Terhitung, saat ini solusinya telah digunakan oleh 20 perusahaan. “Kami targetkan tahun ini bisa mencapai 50-100 perusahaan yang bergabung dengan kami.”

Ekspansi perusahaan akan didukung lewat perolehan dana tahap awal sebesar $1,15 juta (sekitar Rp16,4 miliar) yang didapat pada Januari kemarin dari Grovey Pay dan Nityo Infotech Service. Investasi ini memungkinkan GetPaid untuk meningkatkan dan memperluas produk EWA ke negara lainnya di Asia Tenggara.

Dorong kurangi pinjaman konsumtif

Joses melanjutkan, semangat yang ingin disampaikan GetPaid adalah mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap pinjaman konsumtif yang dianggap merugikan karena bunganya yang tinggi. Kondisi tersebut benar adanya. Mengutip dari studi Health Living Index oleh AIA, uang adalah sumber utama faktor stres di Indonesia. Keuangan rumah tangga menyebabkan orang Indonesia lebih stres daripada pekerjaan, hubungan, atau bahkan kesehatan fisik mereka.

Survei global lainnya yang diselenggarakan PwC pada 2019 menemukan bahwa sebanyak 67% pekerja melaporkan berjuang pada tekanan finansial, yang berarti lebih dari dua pertiga populasi pekerja rentan terhadap migrain, depresi, dan kecemasan. Banyak penelitian menyoroti efek stres keuangan karyawan terhadap kinerja bisnis.

“GetPaid dapat membantu karyawan yang memerlukan dana darurat tanpa perlu melakukan pinjaman. Rencana kami ke depannya adalah memberantas pinjaman online dengan menggunakan GetPaid, sebab kami bukan pinjaman online.”

Perusahaan akan terus melakukan edukasi kepada masyarakat mengenai solusi EWA yang terbilang masih baru di Indonesia. Terlebih semenjak pandemi, banyak orang yang membutuhkan dana di awal untuk bertahan hidup. EWA dapat menjadi solusi untuk mendapatkan gaji lebih awal dan bukan berbentuk pinjaman karena tidak memiliki bunga atau biaya keterlambatan.

Karena potensi yang luas, ia optimistis bahwa ke depannya EWA akan diminati oleh perusahaan karena menguntungkan. Perusahaan tidak perlu terganggu cash flow-nya untuk memberikan kasbon kepada karyawan. “Kami masih melakukan edukasi kepada masyarakat bahwa jangan takut untuk menggunakan fasilitas yang diberikan GetPaid karena kami adalah solusi keuangan yang sehat untuk keluarga,” pungkas Joses.