Kecilin, startup yang fokus membuat solusi penghemat kuota berbasis aplikasi, meresmikan kehadirannya di Indonesia. Startup ini berambisi untuk menjadi pemain global, karena ingin memberikan efisiensi akses internet yang selama ini menjadi masalah tak hanya di Indonesia, juga banyak negara lain.
Founder dan CEO Kecilin Christopher Farrel Millenio Kusuma menjelaskan, perusahaan hadir bukan untuk bersaing dengan operator telekomunikasi karena ingin membantu semua pengguna internet dapat berselancar dengan lancar tanpa menghabiskan kuota yang dibeli secara terbatas.
“Masalah internet sering ditemui pengguna, jaringan yang lemah karena tinggal di pelosok, makanya sering terjadi buffering. Kecilin mampu mengkompresi konsumsi data lebih rendah hingga 10x, [loading] lebih cepat sampai dua kali, tanpa menurunkan kualitasnya,” terang Farrel, Kamis (12/3).
Secara badan hukum, Kecilin resmi beroperasi sejak 2018 di Yogyakarta dengan total tim ada 11 orang. Ferrel sendiri merupakan pemenang Wirausaha Muda Mandiri tahun 2018. Ini adalah program kewirausahaan dari Bank Mandiri yang sudah diinisiasi sejak 2007 untuk menciptakan wirausahawan baru yang memiliki daya saing global.
Ferrel bercerita, sebelum diresmikan, Kecilin sudah melalui proses product market fit selama 1,5 tahun. Status perusahaan sudah mengantongi pendanaan pra seri A dari angel investor dengan detail dirahasiakan.
Namun, Kecilin sudah memiliki jajaran komisioner mulai dari Alexander Rusli, Monovan Sakti Jaya Kusuma, Toto Sugiri dan Hadi Wenas. Keempatnya merupakan para penggiat teknologi dan sudah melalang buana di industrinya.
Model bisnis dan rencana Kecilin
Ferrel menjelaskan, Kecilin memiliki dua model bisnis. Pertama, untuk B2B berupa API (application programming interface) yang dapat digunakan klien perusahaan dalam mengatasi permasalahan storage data yang membengkak, transfer data yang mahal dan durasi lama. API Kecilin dapat memperkecil basis data hingga 99% tanpa perubahan atau kehilangan data, gambar terkompresi hingga 80%, video hingga 75% dan dokumen hingga 50% tanpa mengurangi kualitas.
“Kami tidak menyimpan data klien karena data hanya di-pass through. Server on premis pakai di klien dan pakai ethernet (jaringan area lokal/LAN), tidak terhubung dengan internet luar.”
Monetisasi yang dilakukan berbentuk paket berlangganan atau per project, tergantung kebutuhan klien. Dia menyebut ada dua perusahaan yang memanfaatkan solusi dari Kecilin, ada yang bergerak di perbankan dan penyedia ISP.
Kedua, untuk menyasar konsumen B2C dengan merilis aplikasi Kecilin. Aplikasi ini berbentuk menyerupai in-app browser yang dilengkapi dengan situs populer seperti Instagram, Twitter, Facebook, YouTube, TikTok, Medium, LinkedIn dan Wikipedia. Di dalamnya, pengguna dapat berselancar internet dengan kuota yang lebih hemat hingga 90%, tanpa buffering dan tanpa mengorbankan kualitas yang menurun.
“Sebenarnya pengguna tidak perlu unduh aplikasi native-nya ketika sudah mengunduh Kecilin. Tapi di satu sisi pengalamannya sedikit berbeda karena ini pakai tampilan web based.”
Monetisasi untuk segmen ini, melalui pemasangan iklan. Aplikasi ini juga dilengkapi dengan histori pemakaian data dibandingkan bila melalui non Kecilin. Disertai pula, ilustrasi uang yang berhasil disimpan pengguna. Kecilin mematok kapasitas data 1GB sama dengan harga Rp5 ribu.
Ferrel menegaskan, ke depannya aplikasi Kecilin akan dilengkapi dengan fitur kompresi dokumen, seperti gambar, video dan dokumen. Fitur tersebut sementara ini baru tersedia untuk pengguna dari B2B. Berikutnya, merilis aplikasi untuk versi iOS yang rencananya bakal hadir pada kuartal ketiga tahun depan dan fitur video call yang ramah kuota.
Bahkan dia juga berencana untuk membuat Kecilin dapat bekerja selayaknya VPN. Cukup pencet tombol “On”, penghemat data dapat langsung bekerja saat membuka aplikasi native. “Seluruh inisiatif ini akan secara bertahap kita kerjakan.”
Menjadi aplikasi global
Dalam rangka mewujudkan ambisinya sebagai aplikasi global, saat ini Kecilin sudah mempersiapkan diri dengan menyediakan server di berbagai belahan dunia. Tersebar di Amerika Selatan, Amerika Utara, Afrika, ASEAN dan kontinen lainnya. “Asal ada server, aplikasi sudah bisa dipakai semua orang di dunia bisa mengunduh aplikasi Kecilin.”
Selain menyediakan server, dia mengaku pada tahap awal perusahaan tidak menyiapkan strategi khusus. Dia akan memanfaatkan jaringan organisasi mahasiswa global AIESEC sebagai penyebar informasi terkait manfaat Kecilin.
Aplikasi Kecilin diklaim telah diunduh seribu kali, mayoritas masih terpusat di Indonesia. Namun, negara unduhan mulai terlihat dari Amerika Serikat dan Malaysia. Ferrel menargetkan secara global angka unduhan sampai akhir tahun ini bisa tembus di angka 10 juta.
Ambisi kuantitatif tersebut, untuk menjadi aplikasi yang diunduh pengguna global, sebenarnya pernah tembus oleh startup lainnya seperti PicMix, sebuah aplikasi penyunting foto dengan angka unduhan tembus lebih dari 30 juta kali. Selain itu, aplikasi game yang dibuat developer lokal seringkali tembus pengguna global karena punya game play yang lebih universal. Beberapa di antaranya ada DreadOut, Infectonator, Mini Racing Adventures, Icon Pop Song, dan masih banyak lagi.
Potensi bisnis Kecilin yang bisa digarap tergolong besar dan cukup universal. Menurut Statista, pada 2018 ada 20 negara dengan koneksi internet terlambat. Posisi pertama dipegang oleh Yaman (0,31 Mbps), Timur Tengah (0,49 Mbps), Turkmenistan (0,56 Mbps), kebanyakan negara yang masuk dalam daftar ini berada di Afrika.
Sementara itu, melihat dari biaya internet termahal dipegang oleh Dubai dengan harga $82,2 untuk mendapatkan kecepatan jaringan rata-rata 8 Mbps. Di urutan berikutnya ada Dublin ($52,3), San Francisco ($52), New York City ($52) dan Boston ($50,5).
Selain Kecilin, pemain teknologi global Google, Facebook, Line, Twitter juga turut bermain di segmen ini dengan menyediakan aplikasi dengan kapasitas ringan dalam versi lite untuk mengakomodir pengguna dengan jaringan internet lemah dan kuota terbatas.
Application Information Will Show Up Here