Tag Archives: mobile apps

Aplikasi Tinkerlust

Luncurkan Aplikasi, Tinkerlust Ingin Perluas Area Layanan ke Sumatera dan Sulawesi

Indonesia memiliki pasar yang berkembang untuk preloved luxury brand. Ada sejumlah alasan, pertama seringkali harganya lebih terjangkau daripada membeli produk fesyen desainer baru. Alasan kedua, karena lebih ramah lingkungan. Dengan memilih untuk membeli barang bekas, pembeli mengurangi permintaan akan produk baru dan memperpanjang umur barang yang sudah ada, yang secara langsung membantu mengurangi limbah dan carbon footprint.

Tinkerlust, sebagai salah satu platform yang hingga saat ini masih konsisten menghadirkan pilihan preloved luxury brand dengan mengusung fashion sustainability dan circular economy, mengklaim terus mengalami pertumbuhan yang positif.

Kepada DailySocial.id, Co-founder & CEO Tinkerlust Samira Shihab mengungkapkan rencana perusahaan tahun ini setelah meluncurkan aplikasi untuk pelanggan mereka.

Perluas area layanan

Didirikan sejak 2016, Tinkerlust bercita-cita untuk memperkenalkan cara berbelanja yang lebih ramah lingkungan. Di tahun 2020 Tinkerlust telah mengubah posisi mereka menjadi online marketplace yang mendukung gerakan sustainable fashion dengan mengajak brand lokal yang memiliki nilai yang sama  menjual produknya di platform mereka.

Tinkerlust melihat topik mengenai fashion sustainability dan circular economy di Indonesia memiliki kesempatan untuk berkembang ke depannya. Dengan semakin banyak hadirnya brand atau pelaku bisnis yang memiliki misi untuk menerapkan sustainability termasuk bisnis-bisnis yang bergerak di bidang preloved luxury, tentu secara tidak langsung juga akan mempengaruhi dan mengubah gaya berbelanja pelanggan.

Jika di awal mereka lebih memilih untuk berbelanja pakaian fast fashion dan brand new, kini perlahan-lahan mereka mulai beralih dan mempertimbangkan untuk berbelanja preloved fashion berkualitas baik yang bisa mereka gunakan dalam jangka waktu yang lebih panjang.

“Kami pun yakin akan memiliki peluang yang lebih besar dalam membangun sebuah ekosistem bersama dengan pelaku bisnis lain maupun masyarakat luas agar pada akhirnya, kita bisa bersama-sama mempercepat perkembangan pemahaman mengenai sustainability dan circular economy ke semua kalangan di seluruh Indonesia,” kata Samira.

Indonesia telah memiliki kelas menengah yang besar dan terus berkembang, banyak dari mereka yang tertarik dengan barang-barang mewah tetapi mungkin tidak mampu membelinya dengan harga penuh. Hal ini telah menciptakan permintaan akan barang-barang mewah bekas, yang menawarkan cara yang lebih terjangkau untuk mengakses barang-barang bermerek.

Saat pandemi perusahaan sempat mengalami kendala menjalankan bisnis mereka. Tinkerlust pun sempat berada dalam situasi untuk lebih berhati-hati dalam melakukan kegiatan promosi, sehingga berdampak pada pertumbuhan  bisnis. Namun, di tahun 2022 Tinkerlust mengklaim telah berhasil pulih kembali dari dampak pandemi. Tercatat pada Q4 perusahaan bisa mencapai GMV terbesar sepanjang bisnis Tinkerlust.

Hingga saat ini jumlah pengguna terbesar dari Tinkerlust masih berasal dari pulau Jawa dan Bali. Namun, salah satu misi perusahaan tahun ini ingin melakukan ekspansi yang lebih luas ke pulau-pulau utama lainnya seperti Sumatera dan Sulawesi. Usaha untuk ekspansi ini sudah dimulai dengan membentuk hub di Palembang, agar memudahkan seller melakukan drop-off barang yang ingin mereka jual.

“Ke depannya, dengan melakukan pendekatan secara langsung serta menjalankan kampanye marketing yang memang ditujukan khusus untuk audience di daerah-daerah lainnya, harapannya ekspansi ini dapat sedikit demi sedikit terealisasi,” kata Samira.

Terkait dengan opsi pembayaran, saat ini Tinkerlust sudah menyediakan berbagai macam opsi pembayaran. Termasuk di dalamnya cicilan 0% dari bank partner serta platform cicilan online. Sedangkan untuk logistik, mereka bermitra dengan perusahaan penyedia logistik yang salah satunya sudah dilengkapi dengan add-on asuransi yang dikhususkan untuk pengiriman barang luxury.

Luncurkan aplikasi mobile

Aplikasi mobile Tinkerlust / Tinkerlust

Untuk memudahkan pengguna mengakses produk, baru-baru ini telah diluncurkan aplikasi mobile Tinkerlust. Aplikasi tersebut dilengkapi dengan berbagai fitur, mulai dari fast access, fast filtering, dan chat with seller. Bahkan penjual bisa langsung melakukan penjualan barang mereka lewat fitur snap, upload & sell.

Dengan adanya aplikasi mobile tersebut, salah satu target utama Tinkerlust tahun ini adalah menggaet lebih banyak pengguna, baik penjual dan pelanggan baru di marketplace. Berbagai kemudahan berjualan di aplikasi, harapannya bisa meningkatkan minat pengguna dari seluruh Indonesia untuk berjualan di Tinkerlust. Selain itu, perusahaan juga berkeinginan untuk menyediakan layanan yang lebih personal bagi pasar luxury.

“Kami memutuskan untuk meluncurkan aplikasi tahun ini, karena kami merasa konsumen sekarang lebih ‘melek teknologi’ dan telah terbentuk motivasi untuk menjual barang-barang mereka yang sudah tidak terpakai lagi karena konsep preloved sudah lebih umum di kalangan masyarakat. Dengan adanya aplikasi mobile, para seller akan lebih mudah lagi untuk menjual produknya di marketplace kami dan turut menjadi bagian penting untuk fashion berkelanjutan,” kata Samira.

Disinggung apakah tahun ini perusahaan memiliki rencana untuk melakukan penggalangan dana, Samira menegaskan mereka tidak menutup kemungkinan jika ada investor lain yang ingin bermitra dengan Tinkerlust. Namun tentu hal tersebut perlu dibicarakan terlebih dahulu dengan investor mereka saat ini, yaitu GDP.

“Bagi Tinkerlust yang terpenting adalah bagaimana kita bisa bermitra dengan pihak yang memiliki visi dan misi yang sama dalam membangun Tinkerlust,” kata Samira.

Sebelumnya Tinkerlust telah menerima pendanaan awal tahun 2017 lalu dari dari Merah Putih Inc dan angel investor Danny Oei Wirianto dengan nilai yang tidak disebutkan. Awal tahun 2020 lalu Tinkerlust juga telah membukukan pendanaan. Tidak disebutkan lebih jauh berapa nilai pendanaan tersebut dan siapa saja investor yang terlibat, namun Samira menyebutkan cukup bersyukur pendanaan tersebut rampung sebelum pandemi.

Application Information Will Show Up Here
Aplikasi Mobile Bizhare

Bizhare Meluncurkan Aplikasi Mobile, Bidik Pertumbuhan Pengguna dan Investasi Berulang

Platform securities crowdfunding Bizhare resmi meluncurkan aplikasi mobile miliknya. Dengan kehadiran aplikasi ini, mereka membidik pertumbuhan investornya sebesar 5-10 kali lipat.

Founder & CEO Bizhare Heinrich Vincent mengatakan, Bizhare telah mengantongi traksi dan tingkat investasi berulang yang baik sejak pertama kali berdiri. Aplikasi ini diharapkan dapat terus menjaga tren investasi berulang tersebut. Mereka juga mengatakan ada kebutuhan pendanaan pada 1.200 calon penerbit bisnis UKM sebesar Rp100 triliun dan Rp2,4 triliun kebutuhan pendanaan calon penerbit khusus bisnis berbasis syariah.

“Pertumbuhan penerbit dan calon penerbit Bizhare mendorong kami mengembangkan sistem lebih baik lagi lewat aplikasi. Kami harap inovasi ini dapat memudahkan proses pendanaan bisnis, terlebih minat investasi di usia produktif sedang meningkat di mana 80% di antaranya mengakses mobile,” ungkapnya saat konferensi pers virtual pekan lalu.

Berdiri sejak 2017, Bizhare menawarkan instrumen investasi lengkap mulai dari saham, obligasi, hingga sukuk. Profil pengguna Bizhare juga berasal dari beragam sektor bisnis, yaitu F&B (41,8%), ritel (29,1%), agrikultur (18,2%), dan jasa (9,1%).

Berdasarkan data perusahaan, Bizhare mencatat pertumbuhan investor aktif sebesar 346% dan 166% untuk investor terdaftar. Total omzet yang dihasilkan penerbit UMKM di Bizhare mencapai Rp82 miliar, dengan total dividen sebesar Rp5,4 miliar dividen. Adapun, total investasi di Bizhare mencapai Rp50,6 miliar dari 73.400 investor kepada 57 penerbit.

Dari survei internal yang dilakukannya, CTO Bizhare Giovanni Umboh mengatakan, investor Bizhare lebih banyak mengakses mobile web (79,5%), sedangkan sisanya memakai perangkat dekstop (20,5%). “Sebelum memutuskan upgrade menjadi aplikasi, pertumbuhan investor kami di 2018 sangat signifikan. Maka itu, kami coba mengembangkan aplikasi demi meningkatkan kualitas layanan, fitur, dan keamanan pengguna Bizhare,” tambahnya.

Potensi securities crowdfunding

Hadir dalam kesempatan sama, Managing Director Plug & Play Indonesia Wesley Harjono mengatakan pasar securities crowdfunding di Indonesia dapat dikembangkan lebih besar agar industri fintech tak hanya terpusat pada layanan peer-to-peer (P2P) lending saja.

“Saya melihat banyak potensi dari para founder di Indonesia dalam merealisasikan mindset dan komitmen mereka. Saya pikir securities crowdfunding punya potensi besar, apalagi industri dan inovasinya masih terbilang baru. Regulator pun sangat memberikan dukungan,” ujarnya

Secara umum, pasar SCF di Indonesia masih terlampau jauh dengan P2P lending. Total penyaluran P2P per 31 Juli 2021 mencapai Rp236,47 triliun dengan jumlah lender 709.000 dan jumlah borrower sebanyak 66,7 juta. Adapun, total P2P legal yang terdaftar maupun berizin di OJK sebanyak 124 perusahaan.

Sementara, OJK mencatat total dana yang dihimpun dari securities crowdfunding per 23 Juli 2021 baru sebesar Rp313,56 miliar. Jumlah penyelenggara yang sudah terdaftar maupun mengantongi izin usaha dari OJK masih terhitung jari, antara lain PT Dana Saham Bersama (Dana Saham), PT Santara Daya Inspiratama (Santara), PT Investasi Digital Nusantara (Bizhare), PT Numec Teknologi Indonesia (LandX), PT Crowddana Teknologi Indonusa (Crowddana).

Platform Penerbit Investor Dana Dihimpun
Santara 89 23.445 Rp149,7 miliar
Dana Saham 37 N/A N/A
LandX 15 5.200 Rp84 miliar
Crowddana 9 3.249 Rp35,7 miliar

Mengutip Bisnis.com, Kepala Departemen Pengawasan Pasar Modal 2B OJK Ona Retnesti Swaminingrum sebelumnya mengungkap bahwa pasar semakin antusias terhadap skema penawaran efek lewat layanan urun dana berbasis teknologi atau securities crowdfunding (SCF). Menurutnya, respon positif pasar sejalan dengan diri

Antusiasme ini sejalan dengan dirilisnya peraturan baru terkait SCF karena kini bisa memperluas akses permodalan ke sektor UKM. Peraturan ini juga memperluas jenis efek yang ditawarkan lewat crowdfunding, tak cuma efek saham, ada efek bersifat surat utang dan sukuk (EBUS).

Application Information Will Show Up Here
aplikasi SaaS Smartlink mudahkan manajemen laundry untuk kegiatan operasional, telah digunakan 4 ribu outlet di Jawa dan Bali

Smartlink Ingin Modernkan Pengusaha Laundry dengan Tata Kelola Digital

Jasa laundry seringkali terpinggirkan di dalam gempita digitalisasi, meski tingkat permintaannya selalu tinggi di hampir seluruh lapisan masyarakat. Bila dipantau, sejauh ini jasa laundry yang sudah didigitalkan baru berbentuk layanan on demand untuk memudahkan masyarakat mencari jasa terdekat.

Hal lainnya yang belum tergarap maksimal di bisnis laundry adalah manajemen itu sendiri. Peluang inilah yang dimanfaatkan oleh Fredo Prima Yudha, Hery Kuswandy, Shidqon Alkaaf, dan Iqbal Firmansyah untuk merintis Smartlink mulai pada pertengahan 2016.

Kepada DailySocial, Yudha menerangkan, Smartlink berdiri karena belum ada aplikasi SaaS yang bisa memanajemenkan usaha laundry. “Sebenarnya ada aplikasi untuk bisnis laundry, namun hanya berbentuk aplikasi desktop yang tidak memberikan solusi secara fundamental ke pengusaha laundry,” katanya.

Dengan kata lain, sambungnya, belum ada aplikasi yang menyediakan layanan untuk mengelola seluruh siklus bisnis laundry, mulai dari barang masuk hingga keluar. Sebab kebanyakan hanya di bagian aplikasi kasirnya saja.

Yudha sendiri sebelumnya adalah pelaku usaha laundry. Dibantu oleh Heri yang memiliki kemampuan sebagai software engineering, Smartlink pun mulai dirintis dari awalnya berbentuk web based application hingga menjadi aplikasi untuk Android pada 2017.

“Pada saat itu eranya sudah menginjak ke era aplikasi Android dan akhirnya bertemu dengan co-founder lainnya, Alkaaf dan Iqbal yang latar belakangnya juga seorang software engineering.”

Aplikasi Smartlink mulai resmi dirilis pada awal 2018 dengan fitur yang masih mendasar. Yudha menuturkan saat itu perusahaan sempat kehabisan dana untuk mengembangkan aplikasi untuk Android, namun tetap dipaksakan launching dalam kondisi masih banyak bug.

“Akhirnya pada pertengahan Agustus 2018, baru terlihat pertumbuhan konsumen Smartlink dengan jumlah 400 outlet.”

Model bisnis dan rencana Smartlink berikutnya

Diterangkan lebih jauh, Smartlink memiliki tiga modul aplikasi yang digunakan oleh kasir (Smartlink Kasir), produksi (Smartlink Produksi), dan owner (Smartlink Bos) dilengkapi dengan fitur yang berbeda. Smartlink Bos misalnya, berbentuk website yang digunakan pemilik usaha untuk mengatur dan membaca laporan kegiatan usaha laundry.

Sementara, Smartlink Kasir berbentuk aplikasi yang digunakan oleh kasir untuk melakukan kegiatan operasional transaksi di outlet. Adapun fitur yang disiapkan dari masing-masing modul fokus mendukung empat kegiatan laundry, seperti operasional, manajamen keuangan, performa usaha, dan manajemen konsumen (CRM).

Yudha menuturkan, model bisnis yang digunakan Smartlink adalah berlangganan tapi berdasarkan pemakaian saja, bukan dengan membayar setiap bulan. Dengan demikian, setiap fitur di Smartlink akan di-split, kalau tidak ingin menggunakan fitur tersebut maka tidak perlu membayar.

Biaya terendah yang dibayar pengguna Smartlink adalah biaya per transaksi sebesar Rp100. “Biaya yang sangat murah ini karena tujuan kita saat ini hanya membangun member Smartlink dan mengejar target operasional. Jadi supaya outlet laundry bisa tumbuh dan kita [Smartlink] bisa tetap operasional.”

Pengguna Smartlink diklaim telah tembus ke angka 4 ribu outlet, yang tersebar di sekitar Jawa dan Bali. Ia berencana untuk mengembangkan produk baru, dinamai Londi Loker yang berbentuk keagenan. Produk ini akan membuat loker yang tersebar di beberapa titik dan dikelola oleh beberapa vendor. Loker tersebut membantu pemilik laundry memiliki tambahan transaksi.

“Konsumen datang ke loker, melakukan scan untuk menaruh barang yang akan di laundry ke dalam loker. Kemudian barang tersebut akan diambil oleh vendor dan dikirim kembali oleh vendor dalam waktu 24 jam, nanti konsumen ambil sendiri ke loker dan outlet Londi Loker ini dibuka selama 24 jam.”

Setelah Smartlink, Yudha berencana untuk memosisikan ulang perusahaannya untuk fokus ke aplikasi jasa sehingga tidak bermain di bisnis laundry saja. Ia juga mengklaim sejauh ini Smartlink masih mengandalkan dana sendiri untuk mengembangkan perusahaan.

“Kita enggak pernah buka investasi dan tidak pernah mendapatkan dana dari investor, jadi bisnis murni hidup dan berkembang dari kegiatan usaha kita saja sampai di posisi sekarang ini,” pungkasnya.

Application Information Will Show Up Here
Empat Tahun Beroperasi UrbanHire Mulai Luncurkan Aplikasi

Setelah Empat Tahun Beroperasi, Urbanhire Luncurkan Aplikasi Mobile

Tahun 2020 merupakan tahun ke empat Urbanhire beroperasi. Sebagai salah satu penyedia solusi rekrutmen karyawan, Urbanhire mengklaim sudah berhasil membantu lebih dari 12 ribu perusahaan di Indonesia. Nama-nama besar seperti BPJS Kesehatan, Pertamina EP Cepu, Pegadaian, Angkasa Pura Supports, MRT Jakarta, Kompas, Tiket, diklaim menjadi beberapa klien Urbanhire. Inovasi teranyar mereka hadir dalam bentuk aplikasi mobile.

CEO Urbanhire Benson E. Kawengian menjelaskan, dalam empat tahun perjalanannya mereka sudah dipercaya jutaan pencari kerja untuk menghubungkan mereka dengan perusahaan yang diimpikan.

“Hingga saat ini, total pencari kerja yang menggunakan platform kami sudah mencapai lebih dari 1,5 juta pencari kerja. Dan saat ini kami sudah mengeluarkan dua aplikasi. Yang pertama aplikasi Urbanhire Employer, aplikasi ini hanya untuk klien kami yang sudah berlangganan. Yang kedua aplikasi Urbanhire Jobseeker, bisa di-download di Google Play Store, tujuannya agar para pencari kerja lebih mudah dan praktis mencari pekerjaan,” terang Benson.

Sejauh ini Urbanhire sudah melakukan beberapa inovasi dan langkah strategis sepanjang perjalanannya. Seperti membangun kolaborasi dan integrasi dengan startup lainnya, hingga mengeluarkan fitur Employee Refferal.

Urbanhire juga tercatat pernah mengumumkan pendanaan Pra-Seri A pada tahun 2017 silam yang dipimpin oleh Convergence Ventures dan turut serta pula Social Capital, 500 Startups, Tortola Capital, Denali Capital, dan Intrafood Group.

Di Indonesia sendiri penyedia solusi rekrutmen berbasis teknologi mulai banyak bermunculan. Nama-nama seperti Kalibrr, Ekrut, dan TechinLabs termasuk di dalamnya kendati memiliki fokus masing-masing.

Penggunaan teknologi dalam proses rekrutmen juga tampaknya akan terus tumbuh seiring dengan inovasi yang ada. Salah satu yang jadi banyak pertimbangan adalah penggunaan AI untuk mengoptimalkan proses dan mempersingkat waktu.

Urbanhire di saat pandemi

Diakui Benson, pandemi berdampak pada berkurangnya perusahaan yang membuka lowongan kerja. Kendati demikian, masih ada beberapa perusahaan yang masih membuka lowongan dan aktif membuka kandidat.

“Pandemi ini akan melahirkan kebiasaan baru yaitu rekrutmen virtual berbasis teknologi. Proses rekrutmen dari penilaian sampai wawancara akan dilakukan secara virtual. Rekrutmen virtual berbasis teknologi ini mau tidak mau akan mulai digunakan oleh perusahaan maupun para pencari kerja. Dan Urbanhire bisa mengakomodir kebutuhan rekrutmen virtual berbasis teknologi tersebut,” terang Benson.

Ia juga melanjutkan saat ini fokus Urbanhire adalah untuk membantu para pencari kerja atau mereka yang terimbas PHK untuk bangkit dan kembali mendapat pekerjaan. Termasuk di dalamnya membantu pekerja teknologi informasi untuk mendapatkan pekerjaan remote, khususnya selama masa pandemi.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here
Aplikasi Pesan Dokter SehatQ

Permudah Konsultasi dan Pesan Antrean Dokter, SehatQ Luncurkan Aplikasi

Platform healthtech SehatQ secara resmi telah merilis aplikasi. Sejak didirikan satu tahun yang lalu, mereka mengoperasikan layanan melalui website. Aplikasi tersebut hadir dengan dua fitur utama yakni Chat Dokter dan Booking Dokter, serta tersedia dalam dua versi, Android dan iOS.

Di fase awalnya, SehatQ fokus pada konten kesehatan, mulai dari artikel hingga ensiklopedia penyakit dan obat-obatan. Secara total saat ini ada 1165 direktori penyakit, 2196 konten, 6979 direktori dokter, dan 2127 daftar layanan kesehatan.

“SehatQ menawarkan konsep Sehat dalam genggaman, apapun kebutuhan kesehatan pengguna dapat diakses melalui satu aplikasi. Dimulai dari pencarian informasi kesehatan, chat dengan dokter, hingga layanan booking dokter jika akan berobat ke rumah sakit atau klinik,” kata Founder & CEO SehatQ Linda Wijaya.

Sebelumnya, Chat Dokter SehatQ tersedia di website dengan fitur yang lebih terbatas. Data sepanjang Juni-September 2019 menggambarkan bahwa mayoritas penggunanya memanfaatkan layanan untuk berkonsultasi tentang keluhan-keluhan ringan dan cara mengatasinya. Meski demikian, kelompok pengguna lain, yaitu sebanyak 36%, membutuhkan pemeriksaan fisik langsung oleh dokter.

Kini melalui fitur Chat Dokter di aplikasi, pengguna dapat berkonsultasi secara realtime dengan tim dokter SehatQ yang berpengalaman. Berbeda dengan aplikasi lainnya, SehatQ mengklaim bukan hanya untuk membantu mengatasi keluhan kesehatan, namun untuk mendampingi pengguna menerapkan gaya hidup sehat.

Sementara itu pada fitur Booking Dokter, pengguna dapat memilih dan memesan jadwal kunjungan ke lebih dari 8000 dokter masuk dalam daftar SehatQ. Dari jumlah tersebut SehatQ mencatat baru sekitar 2000 dokter yang sudah menjadi mitra di hampir 300 fasilitas. Target SehatQ ke depannya ingin menambah jumlah jaringan mitra layanan kesehatan.

“Bagi rumah sakit dan klinik, fitur Booking Dokter bisa membantu penjadwalan pasien rawat jalan sehingga layanan untuk pasien lebih baik dan efisien,” kata Linda.

Demografi pengguna

Dari beberapa pembahasan yang ditawarkan kepada pengguna, SehatQ mencatat terdapat 5 topik yang paling banyak dicari. Di antaranya kesehatan kulit, seks dan kesehatan organ reproduksi, gangguan pencernaan, gangguan pernapasan, dan kesehatan mental.

Untuk demografinya, 60% pengguna SehatQ adalah perempuan dan 40% adalah laki-laki. Dari kategori usia kebanyakan adalah kalangan milenial sekitar 77%.

“Berdasarkan temuan-temuan di atas, SehatQ berharap dapat meningkatkan pengalaman pengguna dan menawarkan layanan yang lebih baik ke depannya melalui fitur-fitur yang lebih beragam,” kata Linda.

Application Information Will Show Up Here

Aplikasi Kaget! Diluncurkan, Mungkinkan Pengguna Pesan Video Ucapan dari Selebritas

Mengemban misi menyediakan layanan konten untuk perayaan momentum spesial (platform video-gift), aplikasi Kaget! diluncurkan. Secara sederhana, cara kerja aplikasi ini ialah menjembatani pengguna dengan figur publik pilihan, untuk memberikan ucapan dalam bentuk video singkat. Misalnya untuk memberikan ucapan selamat ulang tahun, kado pernikahan dan sebagainya; direkam oleh selebritas yang dipilih.

Beberapa nama artis yang sudah masuk dalam opsi ada Dira Suganti, Oka Antara, Artika Sari Devi, Dominique Diyose dan sebagainya. Aplikasi ini resmi dirilis oleh 15 Agustus 2019 lalu oleh startup di bawah nama legal PT Tri Lestari Abadi. Agni Pratistha Kuswardono atau dikenal sebagai Puteri Indonesia 2006 adalah salah satu founder-nya.

“Ini merupakan cara baru untuk memberikan kejutan kepada orang yang disayangi, saat ini orang Indonesia harus kreatif mengemas sesuatu yang tidak biasa. Jadi, dalam merayakan momen, harus perlu totalitas agar hal tersebut menjadi kenangan yang indah,” ujar Agni.

Video ucapan yang didapat dari aplikasi Kaget! nantinya dapat diunduh dan disebarkan melalui medium lain –baik media sosial maupun aplikasi pesan. Saat ini perusahaan juga masih terus menjangkau kemitraan dengan para selebriti untuk melengkapi opsi figur di aplikasi. Setiap pembuatan video ucapan akan dikenakan biaya tertentu.

Tampilan aplikasi Kaget!
Tampilan aplikasi Kaget! di platform Android

Sejauh ini memang belum ada aplikasi seperti itu di Indonesia. Harusnya Kaget! mendapatkan momentum di tengah peningkatan pengguna media sosial di Indonesia. Konten video singkat semacam itu memang tengah banyak diminati, khususnya di kalangan muda. Salah satunya berujung pada banyaknya platform media sosial populer merilis fitur Story di aplikasi.

Application Information Will Show Up Here
Pesan Bahan Makanan di Jambi

Aplikasi Kribo Layani Pemesanan dan Pengiriman Bahan Makanan di Kota Jambi

Berangkat dari pengalaman dan pekerjaan sebelumnya sebagai petani, Reza Nugroho mengembangkan aplikasi Kribo. Yakni layanan pemesanan dan pengiriman produk sayuran dan bahan makanan kepada pelanggan. Memanfaatkan pengalaman dan sumber yang ada, Kribo menjual produk sayuran ke hotel, restoran hingga pusat perbelanjaan di kota Jambi. Pengalamannya sebagai pemasok produk sayuran tersebut kemudian mulai dimanfaatkan untuk memperluas target pasar yaitu ibu-ibu rumah tangga di perumahan.

“Karena semakin banyaknya permintaan dari tetangga yang kebanyakan adalah ibu-ibu rumah tangga, akhirnya platform Kribo saya kembangkan dibantu dengan teman. Dengan cara kerja yang mudah dan menggunakan bahasa lokal yaitu bahasa Jambi, Kribo mendapat perhatian dari pelanggan.”

Saat ini Kribo mengklaim telah memiliki sekitar 400 pengguna aktif yang kerap melakukan pembelian produk sayuran di platform. Dengan menawarkan layanan jasa antar, Kribo saat ini memang masih terbatas menyediakan layanan di kota Jambi. Namun ke depannya, Kribo memiliki rencana untuk memperluas area layanan di luar kota Jambi. Kribo memanfaatkan sepenuhnya layanan di aplikasi yang saat ini baru tersedia dalam versi Android.

“Aplikasi kita masih sangat mendasar serupa dengan aplikasi online shopping lainnya. Tapi semua fitur dibuat dalam bahasa lokal melayu Jambi. Hal ini mempermudah pengguna yang rata-rata ibu-ibu rumah tangga,” kata Reza.

Cara kerja Kribo

Di aplikasi Kribo pilihan sayuran dan bahan makanan bisa ditentukan langsung oleh pengguna. Setelah pengguna melakukan pemilihan pesanan, pengguna akan dihubungi oleh tim Kribo untuk konfirmasi pemesanan dan kepastian waktu pengiriman barang. Kribo juga menyediakan bahan makanan siap saji, yang sudah dilengkapi dengan bumbu dan bisa langsung dimasak oleh pengguna. Konsep serupa banyak diterapkan oleh catering online.

Harga yang ditawarkan oleh Kribo juga cukup bervariasi dan terjangkau. Khusus untuk konsumen, Kribo menyediakan harga mulai dari sekitar Rp35 ribu hingga Rp50 ribu untuk bahan makanan hingga sayuran. Saat ini Kribo membuka pesanan mulai jam 9 pagi hingga 9 malam. Sementara untuk pembayaran Kribo masih menyediakan sistem pembayaran COD (Cash on Delivery).

Masih menjalankan bisnis secara bootstrap, saat ini Kribo terpilih oleh Kemenristek Dikti sebagai peserta program PPBT (Pengusaha Pemula Berbasis Teknologi). Dengan prestasi ini, Kribo berhak untuk mengajukan anggaran dan mengikuti workshop yang disediakan. Sementara itu Kribo juga belum memiliki rencana untuk melakukan penggalangan dana dan belum memiliki investor.

“Untuk target 2019 sendiri, Kribo berencana untuk mendirikan gerai offline yang berfungsi sebagai stock keeper. Hal ini tentunya memudahkan orderan secara offline agar bisa kami layani setiap harinya. Kribo juga memiliki rencana untuk menjalin kemitraan dengan warung dan toko tradisional yang menjual sayur di kota Jambi,” kata Reza.

Application Information Will Show Up Here
Aplikasi Akuntansi UKM TemanBisnis

TemanBisnis Hadirkan Aplikasi Akuntansi Berstandar untuk UKM

Aplikasi TemanBisnis (Tebi) memiliki tujuan untuk memudahkan UKM di Indonesia mengelola keuangan. Fitur yang disediakan mulai dari pencatatan hingga laporan keuangan berbasis digital yang berstandar. Harapannya para UMK bisa lebih fokus mengembangkan bisnisnya.

Tebi berawal dari pemikiran Founder & CEO TemanBisnis Abidah yang berlatar belakang akuntansi, mengenai peran sertanya dalam membantu pengusaha UKM.

Abidah mengatakan, “Kalau bisa menjadi akuntan bagi jutaan pebisnis UKM kenapa harus puas dengan membantu satu atau dua pebisnis saja.” Dari sinilah kemudian lahir Tebi dengan berbagai macam fitur yang disematkan dalam aplikasi.

Sejak diluncurkan Oktober 2018, Tebi sudah diunduh lebih dari 35 ribu kali dengan pengguna aktif per hari berkisar 700 hingga 1000 orang. Dengan modal awal dari angel investor dan para co-founder, di tahun pertamanya Tebi fokus pada perluasan pasar dan pengembangan aplikasi; mulai dari desain interface dan beberapa fungsionalitas yang dibutuhkan para pebinsis UKM.

Saat ini beberapa fitur yang sudah ada di aplikasi TemanBisnis antara lain fitur pencatatan keuangan dengan Standar Akuntansi Keuangan Usaha Mikro Kecil Menengah (SAK EMKM), fitur laporan keuangan arus kas dan laba rugi otomatis, dan analisis singkat laporan. Semua dikemas Tebi dengan tampilan yang tidak hanya menarik tetapi juga mudah dipahami.

“Karena berangkat dari mimpi besar untuk menciptakan 10 juta usaha mikro kecil Indonesia yang mandiri pada tahun 2023, kita menekankan pada penggunaan yang mudah, terjangkau, dan menyeluruh bagi semua pebisnis UKM. Secara bisnis model, kita menerapkan tipe belangganan atas fitur advance, sehingga pengguna bisa tetap menggunakan fitur dasar secara gratis, tapi kalau butuh lebih dari itu tinggal berlangganan,” terang CMO TemanBisnis Muhammad Zulfahly yang akrab disapa Zul.

Saat ini untuk terus menggenjot pertumbuhan pengguna, tim Tebi tengah melakukan berbagai macam upaya, salah satunya dengan melakukan kunjungan dan pelatihan literasi keuangan ke komunitas, sekolah bisnis hingga inkubator. Selain itu tim Tebi juga berusaha menemukan tampilan yang efektif dan sesuai dengan banyak pengguna sehingga lebih memudahkan dalam penggunaan.

“Di 2019 kita optimis untuk terus menambah jumlah pengguna aplikasi hingga 500.000 pengguna. Targetnya kami ingin membangun kolaborasi dengan lebih banyak komunitas, sekolah bisnis, inkubator, bahkan pemerintah untuk meningkatkan literasi keuangan dan teknologi bagi pebisnis UKM Indonesia melalui event offline. Selain itu, kita juga terus melakukan pembaruan aplikasi untuk menghadirkan aplikasi akuntansi keuangan yang paling mudah, cepat, dan terjangkau berbasis Android,” ujar Zul.

Application Information Will Show Up Here

Asia Pacific Becomes an Important Market for Google Play’s App Ecosystem

Google Play becomes one of the largest app markets in the world, thanks to the increasing popularity of Android platform in the last five years. The data analysis company, AppAnnie issued a special report welcoming Google Play’s 10 years anniversary. It says, Asia Pacific currently plays and important role in the app ecosystem development.

Looking at Google Play’s download and consumer spend growth from 2012, AppAnnie records a significant improvement, the highest in 2015 and 2017. It’s nearly doubled up. At the end of 2018, Google Play’s consumer spend is predicted to increase by $27 billion, consistently increased by year.

Asia Pacific is the most important region of this increase. Since 2015, they’ve contributed 51% of Google’s total consumer spend. In 2017, the Asia Pacific has injected more than $11 billion of Google Play’s $22 billion revenue, in comparison with $10.1 billion of game category and $0.9 billion app category.

In terms of download, during its operation, India, US, and Brazil are the top three with 6 billion, 55.1 billion, and 25.2 billion downloads. Indonesia is in the fifth rank with 14.6 billion total download.

APAC

Asia Pacific acts as a developer

Asia Pacific, besides being the biggest regional contributor for download and consumer spend, also included in the list of most used app developers. It’s like Puzzle & Dragon (Gungo Online Entertainment) and Monster Strike (mixi) from Japan as the current highest consumer spend game.

In the list of top ten, there are some games, such as Fate / Grand Order (Sony/Japan), Lineage M (NCSOFT / South Korea), Lineage 2 Revolution (Netmarble/South Korea), and Clash of Kings (Elex Technology/China).

It applies to the app category with the highest consumer spend. On the list of top 10 apps, 6 are from Asia Pacific. Those are LINE (Japan), LINE Manga (Japan), KakaoTalk (South Korea), LINE PLAY (Japan), BIGO LIVE (Singapore), and Pokecolo (Japan).


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Aplikasi RegoPantes

Mudahkan Komunikasi dengan Petani, RegoPantes Luncurkan Aplikasi untuk Pengguna

RegoPantes merupakan salah satu lini bisnis 8villages yang berfokus pada transaksi langsung antara petani ke konsumen. Untuk mudahkan akses pengguna, belum lama ini RegoPantes resmi meluncurkan aplikasi di platform Android.

Kepada DailySocial CEO & Co-Founder 8villages Sanny Gaddafi mengungkapkan, dengan diluncurkannya aplikasi ini diharapkan konsumen menjadi lebih mudah dalam bertransaksi dan berinteraksi langsung dengan petani mitra RegoPantes.

“Berbagai fitur di aplikasi RegoPantes saat ini sangat mudah digunakan dan hal ini berarti menunjukkan ada kesempatan besar untuk dapat sama-sama berpartisipasi dalam bertransaksi langsung dan membantu petani.”

Setelah mulai beroperasi akhir September 2017 lalu, RegoPantes sebagai marketplace yang menyasar sektor pertanian telah memperluas layanannya ke area Bodetabek. Sebelumnya RegoPantes hanya melayani wilayah Jakarta saja. Melalui situs resminya, RegoPantes mengklaim telah mendapatkan lebih dari 38.000 pengguna.

Dalam satu tahun berjalan, RegoPantes berfokus pada pengembangan produk, termasuk di dalamnya pengembangan aplikasi untuk petani dan situs untuk konsumen, serta menjangkau calon petani mitra yang memiliki kesiapan dan mampu untuk menggunakan teknologi informasi sebagai saluran pemasaran.

Cara kerja aplikasi RegoPantes

Serupa dengan aplikasi layanan e-commerce lainnya, aplikasi RegoPantes untuk konsumen memiliki berbagai fitur yang memudahkan pembeli berbelanja. Mulai dari kategori produk, notifikasi yang lebih terintegrasi untuk mengetahui promo, hingga sistem pembayaran menggunakan virtual account.

Beberapa keunggulan aplikasi RegoPantes adalah memudahkan konsumen menjangkau tiga value yang ditawarkan. Pertama adalah “Harga Pantas”, membandingkan harga di tingkat petani dan tingkat konsumen. Di setiap produk yang ditampilkan di aplikasi akan ada informasi mengenai social impact petani, yaitu seberapa besar pembelian yang dilakukan konsumen dapat membantu meningkatkan pendapatan petani.

Kedua adalah “Product Traceability”, memungkinkan konsumen mengetahui informasi produk mulai dari siapa petani yang membudidayakannya, ditanam dengan kualitas seperti apa (organik, khusus, atau kualitas biasa), hingga informasi detail mengenai budi daya produk yang dibeli seperti ketinggian tanah, jenis tanah dll.

Value ketiga adalah “Transparansi Proses”, memungkinkan konsumen mengetahui proses pengiriman produk yang dibeli, berapa biaya operasional yang ditanggung petani dan konsumen, serta berapa nilai bersih nominal yang didapatkan petani dari setiap pembelian yang dilakukan.

“Dengan adanya aplikasi RegoPantes untuk konsumen ini diharapkan semakin banyak konsumen yang dapat bertransaksi langsung dengan petani. Dengan semakin banyaknya konsumen yang bertransaksi, semakin banyak petani yang akan berdaya,” kata Sanny.

Fokus 8villages akuisisi konsumen

Hingga saat ini 8villages sedang fokus untuk menjangkau lebih banyak konsumen, dengan berbagai kampanye media sosial yang dibuat agar terasa lebih dekat dengan konsumen. Dengan semakin banyaknya konsumen yang terjangkau, diharapkan jumlah petani yang berdaya juga akan semakin bertambah.

Selain itu 8villages juga ingin mensosialisasikan platform teknologi informasi yang telah dibuat untuk lebih banyak dikenal oleh masyarakat pedesaan. Sesuai dengan komitmen mereka sejak awal, 8villages tetap dengan visinya ingin mempercepat modernisasi desa dengan teknologi informasi agar pemerataan informasi juga dirasakan petani, nelayan, peternak dan masyarakat desa pada umumnya. Dengan keterbukaan jaringan informasi yang luas, kesempatan masyarakat desa untuk lebih berdaya jadi terbuka lebih baik lagi.

“Saat ini dalam upaya untuk mengembangkan produk dan menjalankan visinya 8villages memang membutuhkan fundraising, namun masih belum berfokus pada sisi ini. Fokus 8villages saat ini sedang tertuju pada jangkauan konsumen yang lebih banyak,” tutup Sanny.

Application Information Will Show Up Here