Minggu lalu, dua pelaku industri esports mengumumkan kerja sama terbaru mereka. Pertama, Moonton mengumumkan kerja sama mereka dengan Community Gaming. Keduanya akan menggelar seri kompetisi Mobile Legends di Amerika Latin. Kedua, League of Legends European Champonship (LEC) mengungkap bahwa mereka akan menjalin kolaborasi dengan SAP. Sementara itu, Razer ingin menggelar kompetisi esports untuk game-game kasual dan hyper-casual.
Moonton Gandeng Community Gaming untuk Adakan Seri Turnamen Mobile Legends di Amerika Latin
Moonton baru saja mengumumkan kerja sama mereka dengan startup esports, Community Gaming. Melalui kerja sama ini, Moonton dan Community Gaming akan menggelar seri turnamen Mobile Legends: Bang Bang di Amerika Latin. Seri turnamen berjudul Dawn of Heroes itu akan berlangsung selama enam bulan. Setiap bulannya, akan ada dua kompetisi yang digelar di platform Community Gaming: satu turnamen untuk Amerika Latin utara dan satu kompetisi untuk kawasan Amerika Latin selatan.
Kompetisi pertama dari Dawn of Heroes akan dimulai pada akhir Agustus 2021. Gamers yang tertarik bisa mendaftarkan diri dengan gratis. Tim yang menang akan mendapatkan “diamonds”, mata uang dalam Mobile Legends. Menurut laporan Esports Insider, tujuan Moonton menggelar seri turnamen ini adalah untuk menyediakan competitive scene bagi pemain amatir di Amerika Latin serta mencari pemain Mobile Legends berbakat baru.
McLaren Buka Shadow Studio untuk Tempat Latihan Tim Esports
McLaren menjajaki sim racing pada 2017. Pada Juli 2021, mereka mengumumkan keberadaan McLaren Shadow Studio, yang merupakan bukti keseriusan mereka di dunia sim racing. Shadow Studio merupakan bagian dari McLaren Technology Centre, yang terletak di Woking, Inggris. Studio itu akan digunakan sebagai tempat latihan bagi tim esports McLaren Shadow. Selain itu, studio tersebut juga bisa digunakan oleh para brand ambassador McLaren untuk membuat konten, menurut laporan Esports News.
EVO 2022 Bakal Digelar Offline di Las Vegas
EVO 2022 akan kembali diadakan secara offline pada Agustus tahun depan. Untuk lebih tepatnya, kompetisi dari beragam fighting games itu akan diselenggarakan pada 5-7 Agustus 2022. Las Vegas menjadi kota yang dipilih untuk menjadi tuan rumah EVO 2022. Sayangnya, saat ini, belum ada informasi lebih lanjut tentang EVO 2022. Berdasarkan video cuplikan yang diunggah di akun Twitter resmi EVO, EVO 2022 juga akan menyertakan kompetisi Super Smash Bros., yang sempat absen dari EVO 2021 Online, menurut laporan Dot Esports.
We have loved the competition through our online events, but nothing beats live, in-person tournaments between players from around the world.
It has been too long since we have experienced the spirit of the FGC in person together.
Kompetisi EVO 2021 masih digelar secara online. Meskipun begitu, pada 27-28 Agustus 2021, EVO 2021 Showcase akan diadakan di Las Vegas. Event tersebut akan menunjukkan pertandingan antara para pemain terbaik di lima game. Kelima game itu adalah yaitu Guilty Strive, Mortal Kombat 11, Street Fighter V, Tekken 7, dan Skullgirls. Secara total, kompetisi tersebut akan menawarkan hadiah sebesar US$125 ribu. Kompetisi dari masing-masing game akan menawarkan hadiah sebesar US$25 ribu.
Razer Gelar Kompetisi untuk Mobile Game Kasual
Saat ini, popularitas mobile esports tidak kalah dari game esports untuk PC atau konsol. Namun, biasanya, mobile game esports yang populer adalah game MOBA atau battle royale. Padahal, jumlah pemain mobile game kasual juga tidak sedikit. Demi meramaikan competitive scene untuk mobile game kasual, Razer menggelar kompetisi esports khusus untuk game-game kasual dan hyper-casual, yang dinamai Cortex Instant Games Tournament.
Berbeda dengan kebanyakan turnamen esports, di Cortex Tournament, para peserta tidak melawan peserta lain secara langsung. Sebagai gantinya, mereka akan bersaing melalui leaderboards. Semakin besar skor yang Anda dapatkan, semakin tinggi pula peringkat Anda di leaderboard dan semakin besar pula kesempatan Anda untuk menang. Peserta yang menang akan mendapatkan Razer Silvers, lapor Slash Gears.
Sebagai bagian dari Cortex Tournament, Razer akan mengadakan empat sampai enam turnamen secara bersamaan. Durasi masing-masing turnamen beragam, mulai dari satu hari hingga beberapa minggu, tergantung pada game yang dimainkan. Game yang diadu dalam Cortex Tournament akan diganti secara rutin. Game pertama yang akan dipertandingkan di kompetisi itu adalah Sneki Snek Adventure.
LEC Gandeng SAP untuk Summer Playoffs 2021
League of Legends European Championship (LEC) menjalin kerja sama dengan perusahaan software asal Jerman, SAP, untuk 2021 Summer Playoffs. Sebagai bagian dari kerja sama itu, SAP akan mendampingi tim LEC untuk membuat segmen statistik baru di Summer Playoffs. SAP juga akan memberikan informasi tentang performa dari pemain-pemain favorit para penonton, mulai dari kemampuan sang pemain dalam mencapai sebuah objektif sampai rekam jejak pemain.
“Tidak bisa dipungkiri, SAP adalah perusahaan global ternama. Mereka bisa membawa pengetahuan serta pengalaman mereka akan software untuk enterprise ke dunia esports melalui kerja sama ini,” kata Zeynep Gencaga, Senior Manager of Business Development and Partnerships for Europe and MENA, Riot Games, seperti dikutip dari Esports Insider. “Para teknisi SAP telah bekerja keras bersama tim kami untuk membuat inovasi dalam visualisasi statistik di LEC. Dengan begitu, kami akan bisa menyajikan cerita di LEC dengan lebih menarik.”
Moonton organizes the national league of Mobile Legends: Bang Bang in four countries, namely Indonesia, the Philippines, Malaysia, and Singapore. MPL Indonesia and Singapore ended in early May, while Philippines’ and Malaysia’s MPL finished on Sunday, May 30, 2021. With all the MPLs coming to their conclusion, we can compare the four Mobile Legends national leagues and measure their popularities. We will be using data from Esports Charts as our primary benchmark.
MPL League Viewers
Of the four national leagues of Mobile Legends, MPL ID and MPL PH generally accumulates the most spectators. At its peak, the viewership numbers of both these leagues can go over 1 million. More precisely, the peak viewers of MPL ID reached 1.8 million while MPL PH reached 1.4 million. Furthermore, the total watch hours for both leagues also amount to tens of millions of hours: MPL ID has 54.5 million watch hours, and MPL PH has 33.1 million watch hours. In terms of the average number of viewers, MPL ID and MPL PH has around 321 thousand and 201.7 thousand viewers, respectively.
Moving on to Malaysia, MPL MY reached approximately 3.8 million watch hours with an average of 20.7 thousand viewers. At its peak, MPL MY’s viewership number did reach 111.2 thousand. On the other hand, MPL SG underwhelmingly accumulated 213.4 thousand watch hours, 2.6 thousand average viewers, and 22.7 thousand peak viewership numbers. However, 2021 is, after all, the first season of MPL SG. Before 2021, the Malaysian and Singapore MPLs were integrated into one league.
There are several obvious reasons why MPL ID and MPL PH have far more viewers compared to MPL MY or SG. The first factor that comes into play is the larger population of both countries. According to data from Worldometer, Indonesia’s and the Philippines’ population in 2020 will reach over 273 million and 109 million, respectively. In comparison, Malaysia has a total population of 32 million people, while Singapore’s population is only a mere 5.8 million people.
Therefore, comparing raw watch hours and viewership numbers will not paint the correct picture regarding the popularity of each MPL league. Fortunately, Moonton also broadcast MPL in English (other than the usual first language of each country). In an attempt to find the proper benchmark to measure the popularity of each country’s MPL, we can compare the statistics based on English MPL broadcasts.
The MPL English Broadcast Audience
With data from Esports Charts, we compared the number of viewers from MPL ID, MPL PH, MPL MY, and MPL SG English broadcasts. Even though MPL ID, by far, has the highest number of spectators, there are only an average of 28.5 thousand viewers on its English broadcast.
The same trend occurs in both MPL MY, where the viewership numbers differ drastically from 111 thousand to only 10.2 thousand. Although MPL PH also has a decrease in spectators on English broadcasts, it still has a relatively large audience of 146.8 thousand. On the other hand, the number of peak viewers from MPL SG did not change, accumulating 22.7 thousand spectators.
In Indonesia, the matchup between EVOS Legends and Bigetron Alpha in the final round was the match that attracted the most spectators. At its peak, the match gathered as many as 1.84 million viewers, 1.81 million of those viewers were from the Indonesian broadcast. The English broadcast, unfortunately, only merely surpassed a peak of 28.5 thousand spectators.
The trend in MPL MY and MPL PH is somewhat different from MPL ID. In Indonesia, the final round is usually considered the “main event” where it will attract the most audience. This notion applies to both the Indonesian and English broadcast of MPL ID. However, in MPL MY and MPL PH, the popular matches in the English broadcast differ from the popular matches broadcasted in their native language.
So far, the most popular match from MPL PH is the final round match between XctN against Blacklist International, which managed to get an audience of up to 1.4 million people. In the English broadcast of MPL PH, however, NXP.SOLID versus Laus Playbook Esports (LPE) on Week 1, Day 2 was the most viewed match (attracting peak viewership numbers of over 146.8 thousand).
The same thing occurs in MPL MY. The most popular match in the Malay broadcast was between TODAK and RSG on Day 3 of the Playoffs. On the other hand, the most-watched match in the English broadcast was between Still Moving Under Gunfire (SMG) team against the Geek Family on Day 1 of the Playoffs. The two matchups gathered an audience of around 112.2 thousand and 10.2 thousand people, respectively.
With regards to the view count on each platform, YouTube still accounts for the most of the views, followed by NimoTV, and finally, Facebook. As an illustration, the final match between EVOS Legends and BigetronA has around 999 thousand peak viewers on YouTube, while NimoTV only had about 854 thousand peak viewers and Facebook merely reached 146 thousand viewers.
In Indonesia, Moonton broadcasts MPL on the three platforms mentioned above. In the Philippines, apart from these three platforms, MPL PH also broadcasts through TikTok. Both Malaysia and Singapore broadcast MPL on Youtube and TikTok, with the exception that Malaysia also uses the Facebook platform.
The graph above illustrates the contribution of each platform in terms of viewership numbers. In Indonesia, the two most widely used platforms are YouTube and NimoTV. Facebook, interestingly, contributes most of the views in MPL PH, followed by YouTube. In Malaysia, the popularity of YouTube and Facebook almost has the same popularity, accumulating around 60 thousand views. Lastly, YouTube seems to be the most preferred platform to watch MPL by Singaporean fans.
Disclosure: Hybrid is a media partner of Esports Charts. This article is translated by: Ananto Joyoadikusumo
The recent acquisition of Moonton by Bytedance sparks the question about the company’s future and the fate of MLBB’s esports ecosystem. In this article, Aswin Atonie,Brand Manager of Moonton Indonesia, also shared his insights about the direction of the company’s development. Before all of that, however, let’s take a step back into the past and observe the path that Moonton took to reach its success.
Moonton’s Arduous Path in Raising Its Golden Child, Mobile Legends: Bang-Bang
According to Moonton Games’ official LinkedIn page, Shanghai Moonton Co., Ltd was founded in 2014 as a software company and, eventually, shifted its focus into game development. Moonton’s first game was called Magic Rush: Heroes, which has the generic gameplay collecting heroes through gacha.
A year after the release of Magic Rush: Heroes, Moonton released a new game we all know today as Mobile Legends. Back in 2016, the game was released under the name Mobile Legends: 5v5 MOBA, which got renamed to Mobile Legends: Bang Bang soon after.
Competitive mobile games (especially the MOBA genre) are still relatively new and underdeveloped in 2016, prompting many game developers to take the early opportunity to jump into the genre. For example, other than Mobile Legends, Vainglory was released by a new developer called Super Evil Megacorp. Gameloft, a well-established game development company, also created its own version of mobile MOBA called Heroes of Order and Chaos.
Unfortunately, Moonton’s journey in developing Mobile Legends had a rough start, facing a number of controversies in the early years.
In the early versions of Mobile Legends, the game was argued to appear unoriginal and copied ideas from other franchises. For example, back then, Alucard very much looked like Dante from the Devil May Cry series. Akai also appeared as a panda wearing pants and carrying an iron ball, which has a slight resemblance to Po from the Kung Fu Panda movie. Franco also arguably a direct copy of Pudge from Dota 2.
Interestingly, there were no complaints or lawsuits coming from the organizations that owned Dota 2, Kung Fu Panda, or Devil May Cry. However, one particular game developer, Riot Games, does have something to say about Moonton’s growing franchise.
Riot Games launched a lawsuit against Moonton in the central court of California, United States, on June 7, 2017. At that time, Riot Games accused Mobile Legends: 5v5 MOBA and Magic Rush of copying or mimicking League of Legends. In its court documents, Riot provided several screenshots that shows the similarity of the content between League of Legends and Moonton’s games. Here are some examples of the accused plagiarism, taken directly from the official court documents,
According to the Dot Esports article published in 2018, Riot Games’ lawsuit ended in a forum non-conveniens. In these circumstances, the case is dismissed because the California court considers that another area of jurisdiction will be better suited to deal with the action. Since Moonton is based in China, the lawsuit will be adjudicated in the high court of China.
After Riot’s allegations, Moonton faced yet another lawsuit in 2018, which was filed by Tencent against Xu Zhenhua, one of Moonton’s representatives.
Dot Esports claimed that Xu Zhenhua was sued because he was deemed to have violated the non-disclosure (prohibition of submitting confidential information) and non-compete agreement (prohibition of moving to a rival company in the same field). The lawsuit initially ended with Xu Zhenhua being fined 2.6 million Yuan (approximately Rp. 5.5 billion). However, further speculation by Dot Esports’ internal source suggests that the fine got raised to about 19.4 million Yuan (approximately Rp. 42 billion).
Despite all the hard-fought trials and tribulations that Moonton went through to develop MLBB, it eventually rose over its problems and grew to the giant franchise we know of today. However, before discussing the reasons behind MLBB’s success, let’s take a look at the fate of Moonton’s other games.
Other Moonton Games That Did Not Have the Same Degree of Success as MLBB
As I mentioned earlier, Moonton has released other titles in the past. Besides Magic Rush: Heroes, Moonton created Mobile Legends: Adventure and Sweet Crossing: Snake.io.
Mobile Legends: Adventure can be considered to be more of a casual game. Similar to Magic Rush, the gameplay of ML: Adventure is an automated turn-based RPG and also applies the concept of gacha with hero collections. Sweet Crossing: Snake.io is also a game suited for casuals. It has very similar gameplay to Snake.io, which was popular among local streamers, but filled with cute animal characters.
However, these games never reached the same degree of popularity as Mobile Legends, perhaps due to the absence of an esports ecosystem. According to Google Play, Sweet Crossing, ML: Adventure, and Magic Rush, only had around 10 million installs at the time of writing this article. On the other hand, MLBB surpasses all of them by a mile, already reaching more than 100 million installs.
The total downloads per month of the three games are actually quite decent. Using data from Sensor Tower, Sweet Crossing recorded a total of 1 million downloads on the Google Play Store worldwide in February 2021, while Mobile Legends: Adventure and Magic Rush: Heroes accumulated 400 thousand downloads and 20 thousand downloads, respectively. However, these figures are relatively insignificant when compared to MLBB, which has over 5 million worldwide downloads on the Google Play Store in February 2021.
MLBB is arguably already ingrained in the current Indonesian culture. Every day, there is always some news that is somewhat related to MLBB. These news include information about the game, such as new hero releases, Starlight, or the latest skins, to esports content, rumors, and gossip. Furthermore, a great deal of MLBB news is not released by Moonton itself, but rather by local content creators, media, pro players, and Moonton partners.
All the other three games released by Moonton do have some degree of success. After all, reaching 10 million downloads on Google Play Store is not at all an easy feat. However, MLBB is simply on another incomparable level when it comes to success, and the three games will never be able to compete with MLBB despite having decent social media followers. Why is this exactly?
In my opinion, esports is one of the biggest factors that come into play in this matter. Esports makes the discussion of the MLBB ecosystem much more interesting. Without esports, Mobile Legends’ news will only be filled with patch updates, hero releases, tips and tricks, skins, or Starlight membership.
But with the presence of esports, the Mobile Legends game has various engaging topics of discussion, ranging from rumors or gossip, pro player’s opinions (team rivalries, in-game meta), post-match interviews, and so on.
Furthermore, MLBB tournaments in Indonesia have a league format that is routinely held every week. As a result, new content and drama is constantly produced to spice up the ecosystem and the news surrounding MLBB.
On the flip side, the other three games made by Moonton have a more casual and simple gameplay. As a result, there are rarely any competitive aspects or drive that can arise through these games.
Therefore, esports is perhaps the primary reason behind the MLBB’s rise to popularity in Indonesia. If you want to look more into the positive impacts that an esports ecosystem can bring to free-to-play games, you can read the following article.
The Mutualistic Relationship Between MLBB and the Indonesian Esports Ecosystem
MLBB and the Indonesian esports market have benefitted from each other’s existence, hence the mutualistic relationship. To understand why this is the case, we need to take a look at the development of the Indonesian esports ecosystem.
As I have previously stated, the presence of MLBB might have single-handedly resurrected Indonesian esports. One of these “revival” moments was greatly felt during MSC 2017 and MPL Season 1 in 2018, held in Taman Anggrek Mall.
These two tournaments succeeded in showing the huge potential of the gaming and esports market in Indonesia. As an illustration, normal esports events held at Taman Anggrek can usually fill the whole 1st-floor atrium of the mall. However, MSC 2017 and MPL Indonesia Season 1 were able to fill the whole mall with esports enthusiasts. People were watching from the floors above, and some even deliberately stayed in the elevator to watch the tournament. Amazing, isn’t it?
In October 2020, I also briefly discussed why Indonesia was able to overtake other regions and become superior in mobile game esports. According to the Esports Charts, MPL Indonesia was also able to beat several major international tournament in viewership numbers. In February 2021 alone, MPL Indonesia had more viewers than older esports leagues such as the Korean LCK LoL league or the biggest CS:GO tournament, IEM Katowice.
We can clearly see the impact that MLBB and Moonton have brought into Indonesian esports. Although sometimes ML is considered “only popular in Indonesia”, the Indonesian esports community has to inevitably thank Moonton for being the main catalyst of the ecosystem’s growth.
One of the effects of the growth of the Indonesian esports ecosystem is the increasing number of game developers investing in the local market. To my knowledge, there were almost no game developers directly investing in the Indonesian market before the MSC 2017 phenomenon.
However, proceeding the event, Tencent entered the Indonesian market in 2018 with PUBG Mobile. Several years later, in 2020, giants like Riot Games even penetrated directly into the local market through games like VALORANT and Wild Rift. In the case of Wild Rift, Indonesia (and other countries in SEA) even received a “special treatment” through the earlier access to the beta release compared to the Western and East Asian regions.
Moonton also gave way for the massive development of local Indonesian esports teams or organizations. Many local esports organizations, big or small, can grow and thrive thanks to MLBB. Indonesian esports teams are also able to compete and get achievements on the international stage. You can see this example in my discussion about RRQ Hoshi’s position as the most popular and successful MLBB team.
Earlier I mentioned that the relationship between Moonton’s MLBB and Indonesia’s esports scene is mutualistic, which suggests that Moonton also benefited greatly from its penetration into the Indonesian market.
If you frequently follow Hybrid’s discussion about the development of the game industry, you will certainly understand the importance of the Chinese market. In short, China’s rapid development of gaming culture and technological advancements essentially acts as a gold mine for game developers. If you discover more about this topic, you can read the following discussion on Hybrid.co.id conducted by Ellavie.
PUBG Mobile was released globally (including in China) and raised $2.6 billion USD. However, Honor of Kings, which was only released in China, managed to collect revenue of $2.5 billion USD. You read that right, a game released exclusively in China can almost beat an internationally published game when it comes to revenue. Therefore, you can clearly see the scale of profitability and income that the Chinese market can bring.
Because MLBB was not able to be released in China, Moonton had to find another country with a market that can bring the same level of profitability. Eventually, Moonton found Indonesia. We also interviewed Moonton about the story behind Moonton’s market penetration into Indonesia.
Moonton Indonesia, represented by Aswin Atonie as its Brand Manager, replied, “The penetration into the Indonesian market has been carefully meticulously planned for a long time. We did various research and analysis before concluding that Indonesia’s gaming industry is essentially an empty canvas that is vastly open for development.”
Aswin Atonie also revealed a little behind-the-scenes story of MSC 2017. “From our studies, we prepared our breakthrough into the market through MLBB South East Asia Cup (MSC 2017), which actually has been planned since the first launch of MLBB in 2016. As we have expected, the event bore fruit and received great interest from the Indonesian fans.”
Without a doubt, Moonton’s decision to penetrate the Indonesian esports market brought in tremendous success. Through another interview conducted by Hybrid’s editor, Aswin Atonie revealed that Mobile Legends accumulated 1 billion downloads with 100 million active users today. According to an article published by ONE Esports in 2019, 31 million of those active users were from Indonesia.
The mutualistic relationship between Moonton and the Indonesian ecosystem that still holds to this very day has brought them both to the spotlight. If MLBB did not emerge as a phenomenon in 2017, the Indonesian gaming and esports market could stagnate without any skyrocketing developments. Likewise with Moonton, if it failed to realize the potential of the Indonesian gaming market, it may not have achieved the same degree of success today.
Now, the last thing we need to discuss is Moonton’s future ahead. What path of development do you think Moonton will take in the upcoming years? Will it continue to survive and grow only through Mobile Legends? Or will Moonton try to improvise and create new games in new genres?
Bytedance Acquisition, New Games, and Moonton’s Future
With the Moonton’s recent acquisition by Bytedance, this sub-topic is probably the most interesting to discuss today. In terms of MLBB game development, we saw the positive improvements of MLBB through project NEXT. Various elements in the game are improved, old heroes are updated or revamped, and in-game visuals are also upgraded while maintaining the non-graphic-intensive nature of MLBB.
With regards to esports, we can see how the Mobile Legends Professional League continues to grow in Indonesia. There is an ever-growing number of viewers, the commercial side is also constantly improving, and the scene continues to develop the competitive perspective as well. From a business standpoint, we, of course, already knew about the recent buzz of the acquisition of Bytedance (TikTok’s parent company).
With all the achievements that Moonton has achieved at this point, what will be Moonton’s next step? The recent Moonton acquisition has also spawned even more questions.
Although Aswin Atonie did touch upon this topic in our interview, he was not allowed to comment on the changes that will occur after the Bytedance acquisition. Fortunately, he did give us some hints about the direction of Moonton’s future development. Firstly, he discussed the potential of creating a new game. We already knew that Moonton has released other games such as Mobile Legends: Adventure and Sweet Crossing. However, does Moonton have any plans to dive into other competitive genres such as Battle Royale, FPS, or Digital Card Games?
“We always want to be updated with the latest trends in the game industry, but currently our focus won’t be shifting from the MOBA genre. We strongly believe that there are still countless aspects that we can develop in MLBB.” Aswin explained
“In the development of MLBB, we still focus greatly on improving player experience through the implementation various features, in-game updates, and events that we regularly release such as 515 e-Party, Project NEXT, Winter Gala, and so on. Behind the scenes, however, we (Moonton) are also currently developing other games. Information related to this will, of course, only be shared when the game is considered ready.” Aswin continued, explaining Moonton’s next plan in terms of game development.
The next question that comes to mind is the idea of expanding the MLBB market and esports to other countries. As I have explained before, even though MLBB has grown and developed tremendously, the scope of the game is mostly limited in the Southeast Asian region.
“We certainly want to continue to expand the market, and we already have specific plans for each region. Currently, we have two designated teams each responsible for managing the Developed Area, such as Southeast Asia, and Developing Area, such as Europe, the United States, and East Asia.” Aswin answered.
Despite its expansions proposals, Moonton still intends to put much of its resources into the Indonesian ecosystem. “We want to keep developing the esports ecosystem in Indonesia by educating the public perspective when it comes to the negative stigma of gaming, as well as inspiring the younger generation to play with a purpose. I feel that, so far, MLBB has opened up so many job opportunities in the esports sector, such as being an esports athlete, gaming content creator, esports team management, event management, and so on.”
Before closing the discussion with Aswin, I also asked about the possibility of Moonton exploring the world of console games in the future. Aswin answered that “As a business player in the game industry, we believe that PC and console games will continue to develop in the future. But, of course, we still want to capitalize on the current expanding mobile era. Therefore, as of now, Moonton will only be focusing on developing MLBB into a mobile game that provides the best player experience.”
—
That wraps up Moonton’s Cinderella story who had a rocky start followed by a period of exponential growth which propelled it to success. Hopefully, Moonton’s journey can be an inspiration for all of you who are currently looking to invest and grow a business in the esports or gaming industry.
Moonton mengadakan liga nasional dari Mobile Legends: Bang Bang di empat negara, yaitu Indonesia, Filipina, Malaysia, dan Singapura. MPL Indonesia dan Singapura telah berakhir pada awal Mei lalu. Sementara MPL Filipina dan Malaysia baru berakhir pada Minggu, 30 Mei 2021. Dengan berakhirnya MPL Filipina dan Malaysia, kita bisa membandingkan keempat liga nasional Mobile Legends untuk melihat liga mana yang paling populer. Untuk itu, kami menggunakan data versi Pro dari Esports Charts.
Jumlah Penonton Keseluruhan dari 4 MPL
Dari empat liga nasional Mobile Legends, MPL ID dan MPL PH memiliki jumlah penonton paling banyak. Pada puncaknya, jumlah penonton dari MPL ID dan MPL PH mencapai lebih dari satu juta orang. Untuk lebih tepatnya, jumlah peak viewers dari MPL ID menembus 1,8 juta orang dan MPL PH 1,4 juta orang. Sementara total hours watched dari masing-masing liga tersebut mencapai puluhan juta jam: MPL ID mendapatkan 54,5 juta jam dan MPL PH 33,1 juta jam. Dari segi jumlah penonton rata-rata, MPL ID punya sekitar 321 ribu penonton, sementara MPL PH 201,7 ribu orang.
Mari beralih ke Malaysia. Jumlah hours watched dari MPL MY mencapai 3,8 juta jam, dengan jumlah penonton rata-rata 20,7 ribu orang. Pada puncaknya, jumlah penonton MPL MY mencapai 111,2 ribu orang. Sementara itu, MPL SG memiliki total hours watched hingga 213,4 ribu jam dan jumlah penonton rata-rata 2,6 ribu orang. Total peak viewers dari MPL SG hanya mencapai 22,7 ribu orang. Meskipun begitu, tahun 2021 memang menjadi kali pertama Moonton mengadakan liga nasional untuk Singapura. Sebelum ini, mereka menyatukan liga nasional untuk Malaysia dan Singapura.
Sebenarnya, tidak aneh jika jumlah penonton MPL ID dan MPL PH jauh lebih banyak dari MPL MY atau MPL SG. Pasalnya, Indonesia dan Filipina memang memiliki jumlah penduduk yang jauh lebih banyak. Menurut data dari Worldometer, populasi Indonesia pada 2020 mencapai 273 juta orang dan populasi Filipina 109 juta orang. Sebagai perbandingan, jumlah penduduk Malaysia hanyalah 32 juta orang dan Singapura 5,8 juta orang.
Karena itu, rasanya kurang adil jika kita membandingkan jumlah penonton atau hours watched dari empat liga nasional Mobile Legends begitu saja. Kabar baiknya, Moonton tidak hanya menyiarkan MPL dalam bahasa ibu di sebuah negara, tapi juga dalam bahasa Inggris. MPL PH dan MPL MY bahkan juga ditayangkan dalam Bahasa Indonesia. Jadi, untuk mengetahui liga nasional Mobile Legends mana yang paling populer, kami akan membandingkan jumlah peak viewers dari masing-masing MPL berdasarkan siaran berbahasa Inggris.
Jumlah Penonton dari 4 MPL dengan Bahasa Inggris
Dengan data dari Esports Charts, kami membandingkan jumlah penonton dari MPL ID, MPL PH, MPL MY, dan MPL SG pada siaran dalam Bahasa Inggris. Secara keseluruhan, MPL ID memang menjadi liga nasional dengan jumlah penonton terbanyak. Namun, untuk siaran berbahasa Inggris, jumlah peak viewers dari MPL ID hanya mencapai 28,5 ribu penonton.
Sama seperti MPL ID, jumlah penonton dari siaran Bahasa Inggris MPL MY juga menurun drastis, dari 111 ribu orang menjadi 10,2 ribu orang. Begitu juga dengan MPL PH. Hanya saja, jumlah peak viewers dari siaran MPL PH berbahasa Inggris masih jauh lebih baik, mencapai 146,8 ribu orang. Sementara itu, jumlah peak viewers dari MPL SG tidak berubah, tetap mencapai 22,7 ribu orang.
Di Indonesia, pertandingan antara EVOS Legends dan Bigetron Alpha di babak final menjadi pertandingan yang menarik paling banyak penonton. Secara keseluruhan, jumlah peak viewers dari pertandingan itu mencapai 1,84 juta orang; sebanyak 1,81 juta merupakan penonton siaran Bahasa Indonesia. Sementara versi Bahasa Inggris dari pertandingan itu hanya mendapatkan peak viewers 28,5 ribu orang.
Tren di MPL MY dan MPL PH agak berbeda dengan MPL ID. Di Indonesia, babak final tetaplah menjadi suguhan utama, baik dalam siaran berbahasa Indonesia maupun Inggris. Lain halnya dengan MPL MY dan MPL PH. Di kedua liga tersebut, pertandingan paling populer dalam Bahasa Inggris berbeda dengan pertandingan terpopuler dalam bahasa Melayu atau Filipina.
Secara umum, pertandingan paling populer dari MPL PH adalah babak final yang mempertemukan XctN dengan Blacklist International. Pada puncaknya, pertandingan itu berhasil mendapatkan jumlah penonton hingga 1,4 juta orang. Sementara dalam siaran berbahasa Inggris, konten paling populer adalah pertandingan antara NXP.SOLID melawan Laus Playbook Esports (LPE) pada Minggu ke-1, Hari ke-2. Pertandingan itu menarik total peak viewers mencapai 146,8 ribu orang.
Hal serupa juga terjadi di MPL MY. Secara umum, pertandingan antara Todak dan RSG pada babak Playoff, Hari ke-3 merupakan match paling populer. Pertandingan itu menarik 111,2 ribu orang. Sementara itu, dalam siaran Bahasa Inggris, pertandingan terpopuler adalah laga antara tim Still Moving Under Gunfire (SMG) melawan Geek Family pada babak Playoff, Hari ke-1. Jumlah peak viewers dari pertandingan itu mencapai 10,2 ribu orang.
Sementara dari segi platform, YouTube masih menyumbang view paling banyak, diikuti oleh NimoTV, dan terakhir, Facebook. Misalnya, dalam pertandingan final antara EVOS Legends dan BigetronA, peak viewers di YouTube mencapai 999 ribu orang. Sementara di NimoTV, jumlah peak viewers mencapai 854 ribu orang dan di Facebook, hanya 146 ribu orang.
Di Indonesia, Moonton menyiarkan MPL di tiga platform, yaitu YouTube, Facebook, dan NimoTV. Di Filipina, selain ketiga platform tersebut, MPL PH juga disiarkan di TikTok. Sementara di Malaysia, MPL ditayangkan di YouTube, Facebook, dan TikTok. Di Singapura, platform yang Facebook gunakan hanya dua, yaitu YouTube dan TikTok.
Grafik di atas menggambarkan jumlah peak viewers dari masing-masing platform. Di Indonesia, dua platform yang paling banyak digunakan adalah YouTube dan NimoTV. Sementara di Filipina, platform yang paling populer justru Facebook, diikuti oleh YouTube. Di Malaysia, popularitas YouTube dan Facebook hampir sama. Jumlah peak viewers dari YouTube mencapai 62 ribu orang dan Facebook 58,9 ribu orang. Terakhir, para fans Singapura lebih suka menonton menggunakan YouTube.
Disclosure: Hybrid adalah media partner dari Esports Charts
Setelah babak regular season MPL ID Season 7 usai, kita akan melaju ke babak playoff dari MPL Indonesia Season 7 yang akan diadakan mulai tanggal 30 April 2021 mendatang. Sebelum menuju ke pertandingan tersebut, mari kita sedikit melakukan napak tilas terhadap performa dari pemain-pemain MPL Indonesia selama babak regular season secara statistik.
Pada kesempatan ini, saya telah mendaftar 5 pemain carry paling efektif di babak regular season MPL Indonesia Season 7. Lima pemain tersebut dianggap sebagai carry paling efektif berdasarkan besaran statistik damage per minute yang saya kutip dari laman resmi MPL Indonesia. Siapa saja lima pemain tersebut? Berikut daftarnya.
#5 Alberttt – RRQ Hoshi
Muda dan berbahaya. Alberttt merupakan pemain baru RRQ Hoshi yang dibesut dari tim MDL pada Agustus 2020 lalu. Walaupun merupakan pemain muda, Alberttt langsung didapuk menjadi carry bagi tim. Keputusan RRQ Hoshi menjadikan Albertt sebagai carry tim ternyata tidak salah. Pada musim ke-7 MPL Indonesia ini, Alberttt pun berhasil mengisi peringkat ke-5 dari segi catatan statistik damage per minute.
Pemain yang terkenal jago bermain Ling ini berhasil mencatatkan 3514 damage per minutedi babak regular season. Selain statistik DPM, statistik lain yang tak kalah penting dalam menakar efektifitas seorang carry tim adalah gold per minute (GPM) dan kill participation. Selain damage, Albertt sendiri mencatatkan 748 GPM dengan persentase kill participation sebesar 69%.
Catatan statistik tersebut menunjukkan seberapa mengerikannya sosok seorang Albertt sebagai carry bagi tim RRQ Hoshi. Kengerian seorang Alberttt terbukti salah satunya saat dirinya mendapatkan Savage sebagai Ling di laga melawan Alter Ego di week 7 MPL ID.
#4 Branz – Bigetron Alpha
Dari RRQ Hoshi ada Alberttt yang mewakili pemain muda. Di peringkat ke-4, ada Branz selaku jungler tim Bigetron Alpha yang bisa dibilang sebagai perwakilan dari pemain senior. Kita sudah banyak melihat laga Branz di berbagai pertandingan MPL ID Season 7. Namun demikian, seberapa efektif dirinya menjadi carry bagi tim?
Secara statistik, Branz mencatatkan 3574 damage per minute. Torehan tersebut merupakan angka yang besar dan membuatnya ada di peringkat 4 dari daftar ini. Selain itu dirinya memiliki catatan 713 GPM dengan tingkat kill participation sebesar 77%.
Melihat dari statistik yang ia catatkan, mungkin bisa dibilang Branz adalah carry yang tergolong sebagai carry tempur. Dirinya terlihat banyak bergabung di dalam pertempuran dari sisi statistik kill participation. Namun banyak bertarung membuat catatan GPM miliknya cenderung menurun. Namun demikian, Branz tetap berhasil secara efektif memberikan damage kepada musuh-musuhnya. Karena catatan tersebut, jadi tidak heran kalau Granger dengan damage burst jadi hero andalan dari sosok pemain asal Yogyakarta tersebut. Bukti ketajaman lainnya dari seorang Branz juga terlihat salah satunya dari momen Savage perdana yang ia ciptakan saat melawan AURA Esports dengan menggunakan Yi Sun-Shin.
#3 Ferxiic – EVOS Legends
Perdyansyah Kamaruddin atau “Ferxiic” mengisi peringkat ke-3 dari daftar yang satu ini. Seperti Albertt, Ferxiic juga merupakan pemain muda yang bersinar dari tim EVOS Legends. Dirinya bahkan kerap kali disandingkan dengan Alberttt sebagai rival dengan sebutan “Bayi Macan” (Ferxiic) vs “Bayi Alien” (Alberttt).
Secara statistik, dirinya mencatatkan 3634 damage per minute sepanjang babak regular season kemarin. Selain itu, dirinya juga mencatatkan 771 GPM dengan tingkat kill participation sebesar 68%. Melihat dari data statistitk tersebut, terlihat sosok Ferxiic sepertinya adalah tipe carry murni yang mengutamakan farming ketimbang bertarung.
Terlepas dari itu, sosok seorang Ferxiic sebagai pemain muda memang cukup fenomenal di MPL Indonesia. Mulai gabung EVOS Legends sejak MPL ID Season 6, dirinya mendapat banyak sorotan berkat permainan memesona yang ia tampilkan. Ketika itu, KB mengatakan kepada ONE Esports bahwa Ferxiic adalah sosok jungler baru yang agresif tapi punya kalkulasi damage layaknya seorang carry sungguhan. “Mekanik matang dan instingnya jalan, tahu kapan harus masuk dan keluar di dalam pertarungan.” Tutur KB.
#2 SANZ – ONIC Esports
Pada peringkat kedua ada sosok Gilang “SANZ” yang merupakan sosok jungler bagi tim ONIC Esports. Sebagai seorang carry dan jungler bagi tim ONIC Esports, dirinya terkenal sebagai pemain yang punya mekanik dan insting yang tajam. Butts sebagai rekan satu timnya juga sempat mengakui kelihaian seorang SANZ sebagai seorang pemain carry.
Secara statistik, SANZ adalah pemain dengan catatan damage per minute terbesar kedua. Dirinya mencatatkan 3956 damage per minute dengan 785 GPM, dan kill participation sebesar 71%. SANZ mungkin bisa dibilang sebagai pemain yang serba lengkap dari statistik. Selain mencatatkan sebagai pemain dengan damage per minute kedua terbanyak, dirinya juga mencatatkan sebagai pemain dengan torehan gold per minute terbanyak walau torehan kill participation-nya masih kalah cukup jauh ketimbang Rasy.
SANZ bisa dibilang sebagai pemain yang kerap kali bermain konsisten di berbagai pertandingan sebagai ujung tombak bagi tim ONIC Esports. Aksi terakhirnya adalah pada pertandingan melawan Alter Ego di Week 8 kemarin. Ketika itu ia menggunakan Harley, sosok carry yang belakangan sedang jarang digunakan. Terlepas dari itu, SANZ tetap menunjukkan bagaimana Harley sebagai jungler dan carry tim bisa sangat efektif sehingga dia berhasil membawa ONIC Esports menang 2-0 atas Alter Ego.
#1 Celiboy – Alter Ego
Alter Ego mungkin sedang turun performanya belakangan. Walaupun begitu, satu yang tidak bisa dipungkiri adalah bahwa Eldin Rahadian “Celiboy” Putra tetaplah merupakan seorang carry yang kuat bagi tim. Tidak heran kalau pemain ini pun memuncaki data statistik dari segi damage per minute.
Secara data statistik, Celiboy telah mencatatkan 4116 damage per minute dengan 713 GPM dan kill participation sebesar 68%. Catatan data milik Celiboy terbilang cukup menarik, karena dirinya punya gold per minute yang cenderung rendah ketimbang sosok carry tim lainnya, namun bisa menghasilkan besaran damage yang paling besar ketimbang yang lain. Dari catatan data tersebut, kita bisa membayangkan seberapa efektifnya seorang Celiboy menjadi carry bagi tim Alter Ego.
Celiboy sendiri pertama kali debut di MPL Indonesia Season 4 dan langsung menarik perhatian para penonton karena permainannya yang begitu memukau. Celiboy bahkan juga bisa dibilang sebagai salah satu sosok penting dalam mendongkrak performa tim Alter Ego, bahkan sampai memenangkan ONE Esports MPL Invitational. Namun dengan menurunnya performa Alter Ego belakangan, otomatis jadi banyak pertanyaan dan keraguan terhadap performa dari seorang Celiboy.
—
Lima pemain dalam daftar ini sendiri akan turut bertanding di babak playoff dari MPL Indonesia Season 7 pada tanggal 30 April 2021 mendatang. Kira-kira, siapakah pemain yang dapat membuktikan diri sebagai sosok carry yang terbaik dan membawa timnya menjadi juara? Hal tersebut tentunya dapat kita saksikan pada laga final nantinya.
Liga MPL (MLBB) dan PMPL (PUBG Mobile) sudah mencapai penghujung babak regular season pada pekan lalu. MPL Indonesia sudah masuk pertandingan pekan ke-7 dari total 8 pekan pertandingan babak regular season. PMPL Indonesia juga telah mempertandingkan babak regular season terakhirnya di pekan ke-3 kemarin. Kedua liga tersebut menghadirkan laga-laga sengit, berikut rekapnya.
MPL Indonesia Week 7 – Penuh Laga Sengit
Pertandingan pekan ke-7 dari Mobile Legends Profesional League Indonesia Season 7 menjadi semakin intens lagi. Pasalnya empat tim yang menempati peringkat 4 besar memiliki poin yang tipis-tipis. Karenanya pertandingan juga berjalan sengit di pekan ini. Apalagi babak regular season juga tinggal menyisakan satu pekan lagi yaitu week 8 pada tanggal 16 – 18 April 2021.
Pertemuan Bigetron Alpha vs Alter Ego membuka pertandingan pekan pertama. Bigetron Alpha tampil perkasa di pertandingan ini. Branz dan kawan-kawan bermain apik sejak dari game pertama.
Dominasi mereka dapatkan di fase awal game pertama, momentum keunggulannya juga berhasil dipertahankan. Alter Ego menunjukkan perlawanan terbaiknya sehingga permainan berjalan alot, Bigetron RA memenangkan game pertama di menit ke-22 dengan menggunakan dorongan Lord ke-2.
Performa Bigetron Alpha semakin memuncak di game ke-2. Mereka menampilkan pick hero yang kurang meyakinkan, yaitu Gord untuk Renbo. Namun Renbo menunjukkan permainan yang baik, juga menjadi counter bagi hero-hero bermobilitas tinggi yang diambil Alter Ego. Asa tim Alter Ego tak lagi kuat di game ke-2, Bigetron Alpha pun menyelesaikan permainan di menit 10:37. Bigetron Alpha menang 2-0
Pertemuan kedua antara Geek Fam ID vs AURA Fire juga tak kalah seru. AURA Fire menunjukkan permainan yang kuat game pertama. Mereka cukup unggul di fase early, bahkan hampir mendapat kemenangannya setelah satu kali Lord. Namun permainan FACEHUGGER dan kawan-kawan mulai inkonsisten saat fase late-game. Geek Fam ID memanfaatkan hal tersebut dan merebut kemenangan di game pertama.
Game kedua menunjukkan pola yang cenderung mirip. AURA Fire unggul di awal namun Geek Fam ID tetap konsisten sampai late-game. Frzz dengan Vale terbukti menjadi momok bagi AURA Fire. God1va dan teman-teman AURA Fireyang beberapa kali terculik serangan kejut Vale, sehingga memaksa pasukan rubah api melakukan teamfight dengan komposisi yang pincang. AURA Fire berusaha menahan sekuat tenaga, namun Geek Fam ID akhirnya merebut kemenangan di menit 27:06. Geek Fam ID memenangkan pertandingan dengan skor 2-0.
Pertandingan hari kedua jadi tambah seru lagi. Ada pertemuan Bigetron Alpha vs ONIC Esports, EVOS Legends vs Geek Fam ID, dan RRQ Hoshi vs Alter Ego. Pertandingan sudah panas sejak pertandingan pertama. Pertemuan ONIC Esports melawan Bigetron Alpha begitu panas, yang dibuka dengan kemenangan cepat ONIC Esports pada game pertama.
Dengan mengamankan Granger untuk Branz, Bigetron Alpha berusaha bangkit di game kedua. Bigetron Alpha sebenarnya tak unggul di game tersebut, namun mereka tetap sabar sembari fokus menjalankan serangan kombinasi terhadap ONIC Esports.
Serangan kombinasi itu berbuah manis saat ONIC Esports berusaha mengahancurkan base Bigetron Alpha dengan menggunakan Lord. Walau sudah kehabisan turret terdalam, tapi Bigetron Alpha berhasil amankan wipeout yang segera dikonversi menjadi kemenangan.
Masuk game ketiga, Bigetron Alpha menunjukkan draftpick yang kurang meyakinkan dengan Alice, Sylvanna, Roger, Angela, dan Balmond. Benar saja, Bigetron Alpha dilibas habis, sudah kalah skor kill 0-10 di menit ke-7. ONIC Esports tak mau berlama-lama, segera ambil Lord, dan meratakan base Bigetron Alpha di menit ke 10. ONIC Esports menang 2-1.
Pertemuan EVOS Legends melawan Geek Fam ID juga tak kalah menarik, bahkan sejak dari game pertama. EVOS Legends sudah ungguk kill 7-0 di awal game pertama. Namun Geek Fam ID menampilan permainan yang sabar sehingga mereka beberapa kali memenangkan teamfight 5 vs 5, bahkan sampai berhasil mencuri Lord.
Puncak keunggulan Geek Fam terjadi di menit 12, saat mereka sudah berada di mulut base EVOS Legends dan berhasil memorak-porandakan pertahanan AntiMage dan kawan-kawan dengan menggunakan Feathered Airstrike dari Pharsa yang dimainkan Frzz. Geek Fam ID pun amankan game 1.
Sayangnya momentum kemenangan di game pertama tidak dimanfaatkan maksimal oleh mereka. Geek Fam ID bermain berisiko dengan menggunakan line-up tanpa tank di game 2 dan game 3. Alhasil Geek Fam ID pun terlibas cepat di kedua game tersebut, dilibas di menit 10 pada game 2 dan dilibas di menit 12 pada game 3 oleh EVOS Legends. EVOS Legends memenangkan pertandingan dengan skor 2-1.
Pertemuan antara RRQ Hoshi dan Alter Ego juga jadi sesuatu yang ditunggu-tunggu. Pertandingan berjalan imbang pada game pertama, walau Celiboy terus-terusan ditekan oleh ganking dari RRQ Hoshi. Walaupun begitu, RRQ Hoshi menunjukkan permainan yang lebih solid sehingga mereka berhasil memenangkan game pertama setelah wipeout yang didapatkan di menit 17.
Alter Ego tampak seperti kehilangan asa di game kedua dan menunjukkan draft yang kurang meyakinkan lewat percobaan menggunakan Diggie dan Natalia. Pada sisi lain, RRQ Hoshi juga terlihat sedang on-fire, terlihat dari permainan Alberttt yang begitu gemilang sehingga dia mendapatkan savage dengan menggunakan Ling. Pertandingan pun usai setelah Alter Ego ter-wipeout di menit 16. RRQ Hoshi menang 2-0.
RRQ Hoshi tampil lebih dulu di pertandingan hari terakhir menghadapi Genflix Aerowolf. Mental RRQ Hoshi agaknya masih di atas angin hingga hari pertandingan ketiga. RRQ Hoshi pun kembali menunjukkan permainan yang luar biasa saat lawan Genflix Aerowolf, berhasil membungkam sang serigala putih dengan cukup cepat di game pertama. Game kedua pun serupa. Genflix Aerowolf sebenarnya sudah memberikan perlawanan terbaiknya, namun RRQ Hoshi terasa seperti tak tersentuh di game tersebut. Alberttt dan kawan-kawan kembali menyelesaikan game dengan cepat di menit 12.
Pertandingan penutup adalah antara ONIC Esports melawn EVOS Legends. ONIC Esports tampil prima. Walau net-worth cenderung imbang di game pertama, tapi ONIC Esports menang objektif di menit ke-11. Kemenangan dari sisi objektif tersebut dimanfaatkan untuk mengambil Lord. EVOS Legends sempat menahan gelombang serangannya, sehingga ONIC Esports dipaksa mengambil Lord kedua yang akhirnya berhasil meruntuhkan pertahanan EVOS Legends.
Game 2 berjalan alot dengan EVOS Legends tampil lebih dominan namun ONIC Esports juga memberi perlawanan yang kuat. Pertandingan berjalan dengan sengit dengan jual beli serangan yang begitu alot. Namun ONIC Esports tak lagi mampu menahan gelombang serangan setelah EVOS Legends memaksakan kemenangan di menit 19. Game kedua jadi milik EVOS Legends.
ONIC Esports ternyata malah jadi sangar setelah menelan kekalahan di game kedua. Si landak kuning hampir mendominasi total EVOS Legends di game terakhir. Apalagi ditambah juga damage hero Bruno yang dimainkan CW juga sudah tak tertahankan lagi. Dalam satu kali dorongan Lord, ONIC Esports pun berhasil mendapatkan kemenangan di menit ke-11.
PMPL Indonesia Week 3 – Perebutan Kesempatan PMPL SEA yang Sengit
Pertandingan PMPL Indonesia pekan ke-3 merupakan pekan pertandingan terakhir babak Regular Season. Pertandingan pekan ke-3 juga menjadi penentuan tim yang akan melaju langsung ke PMPL tingkat Asia Tenggara. Hanya ada dua slot yang diperebutkan. Karenanya para tim berjuang keras untuk mendapat hal tersebut terutama tim yang berada di empat besar pekan lalu. Sementara tim sisanya fokus memperebutkan slot untuk bertanding di babak final PMPL Indonesia yang akan diselenggarakan tanggal 16 April 2020 mendatang.
Pertandingan pekan ketiga pun jadi berjalan sengit. Babak weekday saja sudah menunjukkan gejolak yang menarik dengan memuncaknya AURA Esports di papan klasemen. Masuk babak Super Weekend, pertandingan jadi semakin menarik lagi. Eagle 365 berhasil mendapatkan WWCD pembuka di pertandingan hari pertama, dilanjut dengan AURA Esports di ronde berikutnya.
Namun demikian sang harimau, EVOS Reborn, tampil memukau setelahnya dengan dua kali Chicken Dinner yang ia dapatkan di ronde 3 dan 4. Bigetron RA yang masih memuncaki klasemen sementara juga tak mau kalah dan merebut peringkat 2 di ronde ke-3.
“Habis Chicken, terbitlah Too Soon”. Peribahasa yang dibuat oleh Riantoro “Pasta” Yogi tersebut ternyata benar kejadian pada EVOS Reborn. Mereka berturut-turut mendapat Too Soon di Ronde 5-8. Namun Mereka kembali konsisten di ronde setelahnya, dengan Bigetron RA yang masih tetap menempel. Pada Ronde 9, ketika EVOS Reborn berhasil mendapat peringkat 2 di kedua ronde tersebut, Bigetron RA menempel di peringkat 3.
Sementara itu 14 tim sisanya yang berada di peringkat 3 sampai 16 mendapat kesempatan untuk melaju ke babak final PMPL Indonesia. Babak final nanti masih akan memperebutkan slot ke PMPL SEA. Dua slot kembali diperebutkan layaknya pada babak Regular Season. Jadi, siapakah tim yang kira-kira akan menemani Bigetron RA dan EVOS Reborn di PMPL SEA nantinya?
Esports Indonesia menjadi semakin panas pekan ini. Selain kehadiran MPL Indonesia (MLBB), akhir pekan ini ada juga PMPL Indonesia (PUBG Mobile) yang sudah memasuki musim ketiganya. Dua liga tersebut memunculkan satu cerita yang mirip pekan ini, tim-tim kuda hitam yang berjaya. MPL ID punya Genflix Aerowolf yang kembali mencuat saat lawan Alter Ego dan kehadiran pertandingan Royal Derby antara RRQ Hoshi vs ONIC Esports. PMPL ID pekan perdana juga menampilkan cerita yang sama. Dimulai dari mencuatnya VOIN V88 dan Genesis Dogma di laga weekdays, sampai BOOM Esports yang kembali mendapatkan permainan terbaiknya di babak Super Weekend.
Rekap MPL Indonesia Season 7 Pekan ke-5
Akhir pekan lalu (26-29 Maret 2021) menjadi pekan ke-5 dari Mobile Legends Profesional League Indonesia Season 7. Hari pertandingan pertama menyajikan pertemuan Bigetron Alpha vs Genflix Aerowolf dan Geek Fam ID vs Alter Ego.
Genflix Aerowolf kembali harus menelan kekalahan 0-2 walau telah mencoba melakukan berbagai hal. Namun memang, apa yang dilakukan Genflix Aerowolf pekan kemarin tergolong eksperimental lewat percobaan strategi “Diggie feeder”.
Pertandingan kedua ada Geek Fam ID menghadapi lawan berat yaitu Alter Ego. Geek Fam ID mungkin memang sedang dapat tempo permainannya sejak pekan lalu, tetapi Alter Ego masih kuat dan konsisten belakangan ini. Geek Fam ID telah mencoba dengan berbagai cara, mulai menggunakan hero andalan tim seperti Uranus untuk RenV sampai melakukan percobaan dengan memainkan Natalia untuk Frzz. Tetapi apa mau dikata, permainan pun berakhir dengan skor 2-0 untuk Alter Ego.
Hari pertandingan kedua dibuka dengan pertemuan ONIC Esports melawan AURA Fire. Chang’e yang dimainkan oleh CW dari ONIC Esports terbukti menjadi momok di dua pertandingan yang terjadi. Pada sisi lain, AURA Fire kali ini juga mencoba sedikit eksperimental dengan memainkan hero Selena. Terlepas dari semua percobaan, AURA Fire kembali harus tertekuk cepat dengan skor 0-2, kali ini oleh ONIC Esports.
Pertandingan kedua adalah antara RRQ Hoshi melawan Bigetron Alpha. Pertemuan yang satu ini agak sulit ditebak, karena keduanya tergolong masih sama-sama meraba line-up dan META terbaiknya. Tetapi RRQ Hoshi tampil kuat pekan ini sehingga mereka berhasil amankan skor 2-0. Pada sisi lain, Bigetron Alpha sepertinya sedang kurang prima pekan ini. Hal tersebut terlihat dari salah satu pemain andalannya yaitu Branz, yang beberapa kali melakukan kesalahan yang terlihat sepele namun penting bagi kemenangan tim.
Pertandingan terakhir di hari kedua adalah antara Genflix Aerowolf melawan Alter Ego. Pertemuan kedua tim tersbut cukup tidak terduga. Genflix Aerowolf memaksa permainan imbang hingga skor jadi 1-1 dari best of 3. Padahal Genflix Aerowolf baru kalah 0-2 di hari sebelumnya sementara Alter Ego menang 2-0. Genflix Aerowolf semakin mengamuk lagi di game ketiga. Keunggulan yang mereka dapat di awal permainan terus menggulung menjadi besar layaknya bola salju sampai base Alter Ego hancur cepat di menit 11:46. Genflix Aerowolf pun memenangkan seri pertandingan melawan Alter Ego dengan skor 2-1.
Pertandingan hari ketiga adalah pertemuan antara AURA Fire vs EVOS Legends dan The Royal Derby antara RRQ Hoshi vs ONIC Esports. Momen unik terjadi di game kedua antara AURA Fire vs EVOS Legends. Entah tidak sengaja atau memang strategi, AURA FIre secara mengejutkan tidak membawa Retribution di game kedua. Tapi terlepas dari percobaan tersebut, EVOS Legends tetap tampil solid dan berhasil mendapat kemenangan penuh dengan skor 2-0.
Royal Derby kali ini adalah pertemuan yang kedua antara ONIC Esports dengan RRQ Hoshi. Terakhir kali, ONIC Esports berhasil menang 2-0. RRQ Hoshi tidak terpengaruh dengan hasil yang didapat sebelumnya dan tetap main lepas di pertandingan kali ini. Game 1 dimenangkan RRQ Hoshi di menit 17:46. Ketika itu RRQ Hoshi amankan keunggulan awal, namun ONIC Esports bertahan dengan kuat. Game 2 kembali berjalan alot, walau RRQ Hoshi lagi yang berhasil amankan kemenangan di menit 23:12. Ketika itu ONIC Esports berhasil amankan keunggulan di fase awal, namun RRQ Hoshi berhasil lepas dari belenggu sehingga mereka bisa membalikkan keadaan.
Rekap PMPL ID Season 3 – Super Weekend 1
Selain pertandingan MPL Indonesia, akhir pekan lalu juga menjadi pertandingan perdana dari PUBG Mobile Pro League Indonesia Season 3 (PMPL ID Season 3). Seperti biasa, pertandingan liga pertandingan dibuka dengan weekdays match di hari Kamis dan Jumat, lalu ditutup dengan match Super Weekend di hari Sabtu dan Minggu.
Pekan pertama PMPL memang kerap menjadi kejutan bagi para penonton. Beberapa tim yang sebelumnya terlihat biasa saja, mencuat memuncaki klasemen sementara. Pada laga weekdays, ada Genesis Dogma GIDS dan VOIN V88 yang muncul ke permukaan.
Dengan nama, logo, dan semangat baru, VOIN V88 berhasil tampil dengan konsisten. Walau cuma mengamankan 2 Chicken Dinner sepanjang laga weekdays, tetapi mereka konsisten berada di 5 besar pada beberapa ronde selanjutnya. Pada sisi lain, GD GIDS yang kini diasuh oleh Bennymozza juga tampil impresif di laga weekdays. Chicken Dinner mereka memang cuma satu, tapi mereka berhasil tiga kali konsisten di posisi runner-up dan beberapa kali bertahan di posisi 5 besar. Pada sisi lain, RRQ Ryu dan MORPH Team yang kini memainkan roster baru ternyata masih belum menemukan tempo terbaiknya. Mereka berdua pun gagal lolos ke Super Weekend bersama 69 Esports dan Geek Fam ID.
Babak Super Weekend pun tidak kalah menarik. Lagi-lagi, tim yang di musim sebelumnya tidak terlalu mendominasi mencuat ke permukaan. Super Weekend kali ini menampilkan BOOM Esports dan Bonafide yang tampil konsisten sehingga berhasil mengamankan peringkat 1 dan 2. BOOM Esports mengamankan 3 kali Chicken Dinner sepanjang 12 ronde pertandingan Super Weekend dengan beberapa kali posisi 4 besar. Sementara Bonafide hanya mengamankan satu kali Chicken Dinner, namun dengan beberapa posisi 5 besar.
Selain dua tim tersebut, EVOS Reborn yang kini diperkuat Microboy, Redfacen, dan kawan-kawan juga berhasil membuktikan kekuatannya. EVOS Reborn finish di peringkat tiga dengan satu kali Chicken Dinner dan beberapa kali konsisten di peringkat 5 besar.
Lalu apa kabar dengan Bigetron RA? Pekan ini sepertinya belum menjadi pekannya Bigetron RA. Sang Red Aliens juga memainkan line-up baru dengan Liquid menggantikan Microboy dan menghadirkan mantan pemainnya terdahulu yaitu Kingzz. Bigetron RA sebenarnya tampil konsisten sepanjang laga weekdays dan Super Weekend. Tetapi dewi fortuna sepertinya masih belum memihak kepada mereka, sehingga mereka finish di peringkat 8 pada laga weekdays dan finish di peringkat 7 di laga Super Weekend.
Berita akuisisi Moonton oleh Bytedance membuat kita bertanya-tanya, akan ke arah mana perkembangan Moonton ke depannya? Bagaimana nasib MLBB dan ekosistem esports di dalamnya? Dalam artikel ini, ada Aswin Atonie selaku Brand Manager Moonton Indonesia membagikan soal arah perkembangan Moonton di masa depan nantinya. Namun sebelum itu, mari kita sedikit melakukan napak tilas, melihat perjalanan macam apa yang harus ditempuh Moonton untuk mencapai titik kesuksesan seperti sekarang.
Jalan Berbatu Moonton Membesarkan Anak Kesayangannya, Mobile Legends: Bang-Bang
Mengutip dari laman LinkedIn resmi milik Moonton Games, dikatakan bahwa Shanghai Moonton Co., Ltd berdiri tahun 2014 lalu sebagai sebuah perusahaan software. Seiring perkembangannya, Moonton berkembang ke arah pengembang game untuk platform mobile. Game pertama mereka adalah Magic Rush: Heroes. Game tersebut punya gameplay seperti kebanyakan game mobile yang ada di pasaraan, yaitu mengumpulkan hero sebanyak-banyaknya dengan melakukan gacha.
Satu tahun berlalu, Moonton merilis game baru. Game tersebut adalah game yang kini menjadi nafas baru bagi perkembangan esports di Indonesia, yaitu Mobile Legends. Kala itu game tersebut dirilis dengan nama Mobile Legends: 5v5 MOBA tahun 2016 silam dan segera berubah menjadi Mobile Legends: Bang Bang setelahnya.
Gamemobile kompetitif (terutama genre MOBA) masih belum berkembang begitu pesat tahun 2016 silam. Namun memang, sudah ada beberapa developer yang mengincar peluang tersebut. Karenanya sudah ada beberapa game MOBA di mobile pada tahun 2016. Contohnya ada Vainglory yang dikembangkan oleh developer baru bernama Super Evil Megacorp. Selain itu ada juga Heroes of Order and Chaos yang dikembangkan oleh developermobilegames kawakan yaitu Gameloft.
Sayangnya, perjalanan Moonton merintis Mobile Legends tidak selalu mulus. Mobile Legends menghadapi sejumlah kontroversi di tahun awal perjalanannya. Namun memang, kontroversi tersebut bukan terjadi tanpa sebab.
Mobile Legends, pada awal masanya, bisa dibilang bukan game yang paling orisinil penampilannya. Alucard pada zaman itu terlihat sangat mirip dengan Dante dari seri Devil May Cry. Akai masih berbentuk binatang panda berjalan dua kaki tanpa pakaian membawa bola besi besar, yang sekilas mirip Po dari film Kung Fu Panda. Franco pada masa itu bahkan punya skill dan bentuk yang sama persis dengan Pudge dari Dota 2.
Walaupun demikian, pihak-pihak terkait yang saya sebut di atas tidak terlalu mempermasalahkan hal tersebut. Tetapi di sisi lain, ada developer game MOBA lain yang merasa game buatannya telah ditiru. Developer tersebut adalah Riot Games yang merupakan pencipta game League of Legends.
Riot Games meluncurkan tuntutan kepada Moonton ke pengadilan pusat California, Amerika Serikat, pada 7 Juni 2017. Kala itu Riot Games menuduh game Mobile Legends: 5v5 MOBA dan Magic Rush buatan Moonton telah meniru League of Legends. Dalam dokumen pengadilannya, Riot Games memberi contoh tangkapan gambar yang menunjukkan seberapa mirip konten yang ada di Magic Rush dan Mobile Legends dengan konten yang ada di League of Legends. Mengutip dari dokumen pengadilannya, berikut beberapa kemiripan Mobile Legends terhadap LoL yang dituduhkan Riot Games kepada Moonton.
Mengutip dari artikel Dot Esports yang terbit tahun 2018, tuntutan dari Riot Games ke pengadilan California berakhir dengan keadaan forum non conviens. Dalam keadaan tersebut, tuntutan dikesampingkan karena pengadilan Kalifornia menganggap kasus tersebut lebih baik diselesaikan di area yuridiksi atau pengadilan lain yang lebih tepat sasaran. Berhubung Moonton berbasis di Tiongkok, maka maksud pengadilan yang lebih tepat sasaran adalah pengadilan tinggi di Tiongkok.
Setelah tuntutan Riot Games ke Moonton selesai tahun 2017, Moonton kembali menghadapi tuntuntan hukum lain pada tahun 2018. Tuntutan kali ini dilayangkan oleh Tencent terhadap Xu Zhenhua yang dikatakan sebagai salah satu perwakilan dari Moonton.
Masih dari Dot Esports, Xu Zhenhua dituntut karena dianggap telah melanggar perjanjian non-disclosure (larangan menyampaikan suatu informasi yang bersifat rahasia) dan non-compete (larangan pindah ke perusahan saingan yang biasanya berada di bidang yang sama). Tuntuntan tersebut awalnya berakhir dengan denda sebesar 2,6 juta Yuan (sekitar Rp5,5 miliar) dikenakan kepada Xu Zhenhua. Tetapi setelahnya dikatakan bahwa denda yang dikenakan menjadi sebesar 19,4 juta Yuan (sekitar Rp42 miliar) tanpa ada penjelasan lebih lanjut berdasarkan dari sumber internal yang tidak disebut namanya oleh Dot Esports.
Terlepas dari segala jalan berbatu yang dilalui Moonton dalam mengasuh anak kesayangannya, MLBB akhirnya berhasil sukses besar sampai seperti sekarang ini. Sebelum membahas alasan kesuksesannya, mari kita lihat dulu nasib “anak-anak” lain Moonton.
Menilik Game-Game Besutan Moonton dan Alasan Gaungnya Tidak Sebesar MLBB
Seperti yang saya sebut di awal, kiprah Moonton di industri mobile games sebenarnya tidak hanya terbatas pada MLBB saja. Moonton masih punya beberapa judul mobile games lain. Selain Magic Rush: Heroes, Moonton juga punya Mobile Legends: Adventure dan Sweet Crossing: Snake.io. Walaupun begitu, tiga game tersebut bisa dikatakan berada di luar dari DNA Moonton yang sukses di MLBB berkat esports.
Mobile Legends: Adventure tergolong sebagai game casual. Mirip seperti Magic Rush, gameplay ML: Adventure berkutat pada turn-based RPG yang bisa diotomasi dan konsep hero-collection dengan metode gacha. Sweet Crossing: Snake.io juga tergolong casual. Game tersebut punya gameplay seperti Snake.io yang sempat populer di antara para streamer lokal, namun dalam visual berupa karakter binatang lucu sebagai kepala ular dengan kue-kue manis sebagai buntut ularnya.
Walaupun punya beberapa game, tapi kesuksesan tiga game tersebut tergolong beda jauh ketimbang MLBB. Mengutip dari laman Google Play, baik Sweet Crossing, ML: Adventure, ataupun Magic Rush, hanya menyentuh angka 10 juta++ install saja pada saat artikel ini ditulis. Pada sisi lain, MLBB telah mencapai 100 juta++ install pada saat artikel ini ditulis.
Total download per bulan dari tiga game tersebut sebenarnya tergolong masih cukup baik. Menggunakan data dari Sensor Tower, Sweet Crossing mencatatkan total 1 juta download di Google Play Store secara worldwide pada bulan Februari 2021 kemarin. Mobile Legends: Adventure mencatatkan total 400 ribu download secara worldwide di Google Play Store pada bulan Februari 2021. Magic Rush: Heroes mencatatkan total 20 ribu download di Google Play Store pada bulan Februari 2021. Namun angka tersebut memang tergolong sangat kecil jika dibandingkan dengan MLBB yang berhasil mencatat total 5 juta download di Google Play Store pada bulan Febaruari 2021.
Dari paparan-paparan saya di atas, Anda bisa lihat sendiri bagaimana angka download Sweet Crossing, Magic Rush, dan ML: Adventure sebenarnya masih cukup baik walau tetap kalah jauh ketimbang MLBB. Ditambah juga, mencapai angka 10 juta ++ install bukanlah sesuatu yang mudah. Jadi sebenarnya terasa tidak adil apabila kita bilang tiga game tersebut kurang sukses. Walau begitu, satu hal yang mungkin bisa saya katakan adalah gaung tiga game tersebut yang kalah ketimbang MLBB.
Seperti yang kita tahu, MLBB sudah hampir layaknya oksigen bagi nafasnya gamers Indonesia. Selalu ada informasi seputar MLBB setiap hari, mulai dari bangun di pagi hari sampai tidur di malam hari. Informasi yang hadir pun berbagai macam. Mulai dari informasi seputar game-nya seperti Hero baru, Starlight Member atau Skin terbaru, sampai konten seputar esports seperti rumor, gosip, ataupun komentar-komentar seputar esports dari para pemainnya. Informasi tidak hanya disajikan pihak Moonton sendiri, tetapi juga oleh konten kreator, media, ataupun partner-partner Moonton.
Lalu kenapa game lainnya kalah gaung ketimbang Mobile Legends, walau angka download ataupun followers media sosial dari masing-masing game sebenarnya tidak sebegitu buruk?
Menurut opini saya, esports menjadi salah satu alasan terbesarnya. Kehadiran esports membuat topik pembahasan game Mobile Legends menjadi lebih lebar. Tanpa esports, pembahasan Mobile Legends mungkin hanya terbatas kepada update patch, hero baru, tips dan trik, Skin baru, ataupun konten Starlight member.
Tetapi dengan kehadiran esports, game Mobile Legends jadi punya berbagai topik pembahasan yang menarik, mulai dari rumor atau gosip, tanggapan pemain atas satu topik (tim yang akan dihadapi, META di dalam game, dan lain sebagainya), wawancara pasca pertandingan, dan berbagai perbincangan lainnya.
Apalagi esports MLBB di Indonesia juga hadir dalam format liga yang rutin dilaksanakan setiap pekan. Karena hal tersebut, perputaran konten seputar MLBB dan esports-nya jadi semakin cepat dan selalu ada topik baru untuk diperbincangkan yang membuat gaung game tersebut terdengar konsisten setiap harinya.
Pada sisi lain, tiga game besutan Moonton lainnya adalah game casual yang punya gameplay cenderung sederhana. Karena gameplay-nya cenderung sederhana, topik yang bisa dibahas atas game tersebut juga jadi lebih sedikit. Karena gameplay-nya sederhana, aspek kompetitif tiga game tersebut juga jadi lebih minim walau tetap bisa dipertandingkan.
Karenanya, aspek esports sebenarnya terbilang jadi hal yang membuat MLBB jadi semakin melejit lagi walau sebenarnya sudah cukup besar berkembang di Indonesia. Apabila Anda masih penasaran dengan dampak positif kehadiran esports bagi gamefree-to-play, saya sempat membahas soal kausalitas game gratis dengan esports yang dapat Anda baca pada tautan berikut ini.
Setelah kita berkelana melihat perjalanan Moonton merintis MLBB dan nasib game besutannya yang lain, kini mari kita beralih ke pembahasan berikutnya soal simbiosis mutualisme antara Moonton dengan MLBB dan perkembangan industri esports Indonesia.
Simbiosis Mutualisme Moonton, MLBB, dan Pasar Gaming Indonesia
Hubungan antara Moonton dengan MLBB dan industri esports Indonesia bisa disebut sebagai simbiosis mutualisme. Keduanya saling memberi keuntungan satu sama lain, bahkan mungkin sudah berada di titik saling ketergantungan hingga saat ini. Kenapa bisa demikian? Mari kita melihat perkembangan esports Indonesia dari perspektif Mobile Legends: Bang-Bang.
Saya mungkin sudah beberapa kali menjelaskan bagaimana esports di Indonesia “bangkit” berkat kehadiran esports MLBB. Salah satu momen kebangkitan tersebut terasa pada MSC 2017 dan MPL Season 1 pada tahun 2018 yang dilaksanakan di Mall Taman Anggrek.
Dua turnamen tersebut berhasil menunjukkan besarnya potensi pasar gaming dan esports di Indonesia. Saya sudah beberapa kali melakukan liputan ke event esports offline pada tahun itu. Karenanya saya bisa menakar bahwa turnamen esports, biasanya cuma akan membuat penuh atrium Mall Taman Anggrek lantai 1 saja.
Namun demikian, MSC 2017 dan MPL Indonesia Season 1 menembus semua perikiraan tersebut. Bukan hanya Atrium Mall Taman Anggrek yang penuh sesak oleh penonton MSC 2017, tapi juga sampai ke lantai-lantai di atasnya. Saking penuhnya, saya ingat perncah diceritakan bahwa ada penonton yang sengaja bertahan di dalam elevator demi mendapat view yang enak untuk menonton turnamen MLBB. Luar biasa bukan?
Beberapa tahun berlalu, saya juga sempat membahas posisi Indonesia yang jadi begitu superior apabila kita bicara esports game mobile. Apabila kita mengutip data dari Esports Charts, sudah berkali-kali kita melihat MPL Indonesia menyalip liga-liga esports besar. Pada Februari 2021 kemarin saja, MPL Indonesia berhasil menyalip viewership liga esports yang lebih tua seperti liga LoL Korea LCK ataupun turnamen CS:GO terakbar, IEM Katowice. Pada bulan Oktober 2020 lalu saya juga sempat membuat pembahasan soal posisi Indonesia yang mungkin akan jadi kiblat esportsmobile di dunia gara-gara Mobile Legends.
Dari perjalanan tersebut kita bisa melihat sedikit fakta soal dampak kehadiran Moonton dan MLBB terhadap pasar esports dan gaming Indonesia. Walaupun sering dicibir “hanya populer di Indonesia saja”, namun ekosistem esports Indonesia mau tidak mau harus berterima kasih kepada Moonton dan MLBB. Berkat penetrasi Moonton ke pasar Indonesia, ekosistem gaming dan esports Indonesia pun jadi berkembang sampai menjadi seperti sekarang.
Berkembang yang bagaimana? Salah satu yang paling terasa menurut saya adalah jumlah game developer yang investasi langsung ke pasar lokal jadi bertambah. Sejauh yang saya tahu dan ingat, hampir tidak ada developer game yang berinvestasi langsung ke pasar Indonesia sebelum fenomena MSC 2017 terjadi walau sudah ada beberapa perusahaan lokal yang berperan sebagai publisher.
Namun setelahnya kita bisa melihat sendiri Tencent hadir melakukan penetrasi langsung di tahun 2018 dengan PUBG Mobile. Beberapa tahun setelahnya, tepatnya pada 2020, perusahaan sebesar Riot Games bahkan juga melakukan penetrasi langsung ke pasar lokal Indonesia lewat game VALORANT dan League of Legends mobile atau Wild Rift. Dalam kasus Wild Rift, pasar Indonesia (dan negara-negara Asia Tenggara) bahkan mendapat perlakuan khusus berupa perilisan beta yang lebih dulu ketimbang negara-negara barat atau Asia timur.
Selain dari sisi investasi, perkembangan tim-tim esports lokal Indonesia juga menjadi salah satu hal yang terasa perubahannya berkat kehadiran Moonton dan MLBB di ekosistem esports Indonesia. Selain jumlahnya yang semakin banyak, beberapa tim yang besar di kancah MLBB saat ini juga sangat bersaing dari segi prestasi dan popularitas dengan tim-tim dari negara lain. Salah satu contohnya mungkin dapat Anda lihat pada pembahasan singkat saya soal posisi RRQ Hoshi sebagai tim MLBB terpopuler.
Tadi kita membahas soal ekosistem esports Indonesia yang diuntungkan dengan kehadiran Moonton dan MLBB. Tetapi tidak bisa dikatakan simbiosis mutualisme apabila pihak lainnya tidak diuntungkan. Pada sisi lain, penetrasi yang sukses tersebut juga sangat menguntungkan Moonton dan MLBB.
Kenapa pasar Indonesia sangat menguntungkan bagi Moonton dan MLBB? Kenapa Moonton dan MLBB juga butuh Indonesia? Salah satunya adalah karena gameMLBB yang tidak rilis di Tiongkok walau Moonton memiliki basis perusahaan di negeri tirai bambu tersebut.
Apabila Anda mengikuti perkembangan industri game melalui pembahasan-pembahasan yang dilakukan oleh Hybrid.co.id, Anda tentu tahu betul pentingnya pasar Tiongkok bagi para publishergame. Alasan kenapa Tiongkok jadi penting, salah satunya adalah karena pesatnya perkembangan budaya gaming dan teknologi di sana. Pembahasan lengkapnya bisa Anda baca pada pembahasan Hybrid.co.id yang dilakukan oleh Ellavie berikut ini.
PUBG Mobile dilirilis secara global (termasuk di Tiongkok) dan berhasil mengumpulkan US$2,6 miliar. Honor of Kingshanya rilis di Tiongkok dan berhasil mengumpulkan pendapatan sebesar US$2,5 miliar. Anda tidak salah baca, ada sebuah game yang cuma rilis di Tiongkok dan jumlah pemasukannya hampir mengalahkan game yang rilis secara internasional. Dari sana, Anda bisa melihat sendiri betapa menggiurkannya pasar game Tiongkok bagi para developer game, terutama game mobile.
Karena tidak rilis di Tiongkok, Moonton harus mencari negara lain yang berpotensi menjadi pasar untuk game besutannya dan Indonesia pun menjadi jawaban. Kami mewawancara pihak Moonton untuk mempertanyakan cerita di balik penetrasi pasar yang dilakukan Moonton ke Indonesia.
Moonton Indonesia diwakili oleh Aswin Atonie selaku Brand Manager menjawab, “penetrasi ke pasar Indonesia merupakan hal yang sudah direncanakan dengan matang. Kami melakukan berbagai riset dan analisa hingga akhirnya memahami bahwa masih banyak yang dapat dikembangkan di Indonesia, terutama dalam bidang gaming.”
Lebih lanjutnya, Aswin Atonie juga menceritakan sedikit cerita di balik layar dari kehadiran MSC 2017. “Dengan persiapan matang tersebut, kami pun mulai mempersiapkan gebrakan berupa MLBB South East Asia Cup (MSC 2017) yang bahkan sudah disiapkan sejak dari MLBB diluncurkan pertama kali yaitu pada tahun 2016 di Indonesia. Karenanya gelaran tersebut jadi mendapatkan animo yang luar biasa dari penggemar di indonesia.”
Akhirnya usaha penetrasi tersebut pun berbuah manis bagi Moonton. Melalui wawancara yang dilakukan redaksi Hybrid.co.id, Aswin Atonie juga mengungkap bahwa Mobile Legends sudah mengumpulkan 1 miliar download dengan 100 juta pengguna aktif. Investasi Moonton ke pasar Indonesia juga berbuah manis. Moonton sempat mengungkap bahwa pemain Mobile Legends di Indonesia adalah sebanyak 31 juta pemain aktif, mengutip dari artikel milik ONE Esports yang terbit tahun 2019 lalu.
Pada akhirnya perjalanan dan perkembangan ekosistem esports Indonesia dengan Moonton menjadi sebuah simbiosis mutualisme yang saling ketergantungan hingga saat ini. Apabila MLBB tidak muncul menjadi fenomena di tahun 2017 lalu, pasar gaming dan esports Indonesia bisa jad stagnan tanpa ada perkembangan yang melejit. Begitupun dengan Moonton. Apabila Moonton tidak berhasil menemukan potensi pasar gaming Indonesia, Moonton dan game MLBB yang dibesutnya mungkin tidak akan berkembang hingga menjadi sebesar seperti sekarang.
Setelah melihat perjalanan dan hubungan antara Moonton dengan Indonesia, berikutnya adalah soal masa depan Moonton nantinya. Kira-kira akan ke arah mana perkembangan Moonton nantinya? Apakah akan bertahan dengan Mobile Legends saja? Atau berkembang lewat game-game baru dari genre yang sedang digandrungi?
Akuisisi Bytedance, Rencana Game Baru, dan Masa Depan Moonton
Topik terkait Moonton yang paling menarik untuk dibahas saat ini mungkin adalah sub-topik ini yaitu nasib masa depan Moonton. Dari sisi pengembangan game MLBB, kita melihat sendiri bagaimana MLBB berkembang secara positif lewat Project NEXT yang dilakukan. Berbagai elemen di dalam game diperbaiki, beberapa hero lama diperbarui jadi lebih modern, grafis game juga perlahan ditingkatkan MLBB sembari tetap mempertahankan sifat alami game-nya yang ringan untuk berbagai smartphone.
Dari sisi esports kita dapat melihat bagaimana Mobile Legends Professional League terus berkembang di Indonesia. Jumlah penontonnya terus meningkat, sisi kompetisinya terus berusaha diperbaiki, sisi komersilnya juga terus berkembang secara positif. Dari sisi bisnis, beberapa waktu Anda juga mungkin sempat membaca berita soal akuisisi Bytedance (perusahaan induk TikTok) terhadap Moonton.
Dengan semua pencapaian yang berhasil didapat Moonton di titik ini, maka pertanyaan berikutnya adalah, ke mana langkah selanjutnya Moonton? Apalagi akuisisi yang terjadi juga semakin menambah pertanyaan kita.
Aswin Atonie banyak bicara soal ini pada saat saya wawancara, walau sayang belum bisa memberikan komentar terkait perubahan yang akan terjadi pasca akuisisi Bytedance. Namun di luar dari itu, Aswin memberi sedikit gambaran soal arah perkembangan Moonton. Pertama adalah soal rencana game baru. Memang seperti yang saya sebut di sub-topik awal, Moonton sebenarnya sudah punya Mobile Legends: Adventure dan Sweet Crossing. Namun demikian, saya sendiri tetap penasaran apakah Moonton punya rencana untuk bersaing di genre game kompetitif lainnya seperti Battle Royale, Digital Card Game, atau mungkin genre Shooter?
Terkait hal tersebut, Aswin menjelaskan. “Kami selalu ingin update dengan tren terkini di industri game, tetapi saat ini fokus kami masih berada di genre game MOBA. Salah satu alasannya adalah karena kami percaya masih banyak hal yang bisa kami kembangkan lewat game MLBB sendiri.”
“Dalam pengembangan game MLBB, fokus kami masih berusaha memberikan experience yang baik bagi semua pemain lewat ragam fitur, pembaruan in-game, dan event yang rutin kami lakukan seperti 515 e-Party, Project NEXT, Winter Gala, dan lain sebagainya. Tetapi di luar dari itu, di belakang layar, kami (Moonton) juga dalam tahap development beberapa game. Informasi terkait hal tersebut tentunya baru akan dibagikan saat game tersebut sudah dianggap siap nantinya.” Lanjut Aswin menjelaskan soal rencana selanjutnya Moonton dari sisi pengembangan game.
Pertanyaan berikutnya adalah soal ekspansi pasar MLBB ke negara-negara lain, baik dari sisi esports ataupun percobaan penetrasi pasar ke negara lain. Seperti yang selalu saya jelaskan sebelumnya, walupun MLBB sudah berkembang begitu luar biasa namun perkembangannya terbilang cukup terbatas di pasar Asia Tenggara saja untuk saat ini.
Aswin pun menjawab. “Kami tentu ingin terus melakukan ekspansi pasar. Karenanya kami telah membuat beberapa rencana untuk beberapa wilayah. Untuk saat ini kami memiliki dua tim besar yang bertanggung jawab untuk mengatur ‘Developed Area’ seperti Asia Tenggara dan ‘Developing Area’ seperti Eropa, Amerika Serikat, dan Asia Timur.”
Lalu, akankah status “anak emas” bagi pasar Indonesia hilang dengan rencana ekspansi tersebut? Aswin pun menambahkan. “Kami masih terus berniat untuk mengembangkan ekosistem esports di Indonesia lewat edukasi kepada masyarakat untuk mengubah stigma negatif gamers, serta memberi inspirasi pada generasi muda untuk bermain dengan sebuah tujuan. Saya merasa sampai saat ini MLBB telah membuka begitu banyak peluang dan lapangan pekerjaan di sektor esports, entah sebagai atlet esports profesional, content creator gaming, esports team management, event management, dan lain sebagainya.”
Menutup perbincangan soal masa depan Moonton, saya pun jadi berandai-andai dan berpikir, “Apa mungkin Moonton akan membuat game PC atau konsol di masa depan?”. Bertanya soal hal tersebut, Aswin pun menjawab. “Sebagai pelaku bisnis industri game, kami percaya bahwa game PC dan konsol masih akan terus berkembang ke depan. Namun kita semua tahu bahwa era digital telah memobilisasi aktivitas kita. Maka dari itu untuk saat ini Moonton masih terus fokus untuk mengembangkan MLBB sebagai gamemobile demi memberikan pengalaman yang terbaik bagi para pemain.”
—
Perjalanan Moonton menjadi sebesar sekarang ibarat seperti kisah Cinderella yang berkembang dari sebuah developer kecil menjadi salah satu developer mobile games raksasa di Asia Tenggara. Semoga kisah kesuksesan Moonton dapat menjadi referensi atau inspirasi bagi Anda yang sedang berkutat atau ingin terjun ke bisnis esports dan gaming saat ini.
Gambar Utama – Moonton Epic Con 2019 (Sumber Gambar – Moonton Official)
MPL Indonesia sudah masuk pekan ke-4. Pertandingan pun semakin seru. Namun pekan ini mungkin jadi pekan mengecewakan bagi penggemar Alter Ego karena hasil yang didapatkan. Di luar dari itu ada juga pertandingan menarik lainnya seperti pertarungan panjang antara Bigetron Alpha vs Geek Fam ID, ataupun Genflix Aerowolf yang menyalak galak ke EVOS Legends. Berikut rekapnya.
Pertandingan Hari Pertama (19 Maret 2021)
Pertandingan antara AURA Fire vs Geek Fam ID menjadi pembuka dari pekan ke-4. Dua tim tersebut masih ingin membuktikan diri lebih bahwa mereka pantas berada di MPL Indonesia. Geek Fam ID sedang panas belakangan, terbukti mereka bisa cukup mendominasi game 1 dan memenangkannya. Pada sisi lain bibit-bibit kebangkitan AURA Fire sepertinya mulai terlihat pekan ini.
God1va dan kawan-kawan berhasil mendapatkan keunggulannya di awal game kedua lewat ganking-ganking efektif berkat Selena yang digunakan. Keunggulan tersebut terus bergulir hingga Lord berhasil diamankan di menit 10. Lord tersebut berhasil membobol Turret atas dan Geek Fam masih sempat memberi perlawanan terbaiknya. Namun pada akhirnya Geek Fam ID tak kuasa lagi menahan setelah Lord kedua didapatkan AURA Fire.
Pertandingan pun dipaksa hingga game ketiga. Kedua tim cenderung bermain santai di fase early game ketiga. Namun memasuki pertengahan permainan, peperangan mulai pecah dengan dominasi dari Geek Fam ID. Dominasi tersebut memuncak sampai Geek Fam ID berhasil mendapatkan Lord dan langsung menyelesaikan permainan setelahnya di menit 11. Geek Fam ID pun memenangkan seri pertandingan 2-1.
Pertandingan kedua adalah ONIC Esports melawan Bigetron Alpha. ONIC Esports nampak kuat sejak dari fase-fase awal game 1. ONIC Esports melakukan ganking agresif yang efektif sehingga mereka unggul skor kill 7-2 dan memukul mundur punggawa Bigetron Alpha. Bigetron Alpha yang sudah kehabisan ruang gerak pun terpaksa memasrahkan Lord begitu saja di menit 10. ONIC Esports tak mau lagi berlama-lama, SANZ dan kawan-kawan pun segera memanfaatkan Lord untuk mengakhiri permainan di menit 11.
Bigetron Alpha mulai mendapatkan tempo permainannya di game kedua. Beda skor kill kedua tim begitu tipis, namun Bigetron Alpha unggul net-worth di menit 10 walau selisihnya =tidak lebar. Keadaaan terus imbang, berbagai perang kecil terjadi, sampai akhirnya peperangan besar pecah di menit 18. Bigetron Alpha kehilangan tiga pemainnya di peperangan besar tersebut sehingga para punggawa ONIC Esports yang masih utuh bisa mengambil Lord pertama dengan leluasa.
Lord pertama ternyata masih belum cukup membungkam Bigetron Alpha. Pertandingan berlanjut hingga akhirnya ONIC Esports kembali memenangkan peperangan di area atas untuk mendapatkan Lord kedua. Bigetron Alpha yang tak punya Turret lagi di dalam Base terpaksa pasrah melihat Lord yang berderap maju. Akhirnya ONIC Esports pun memenangkan pertandingan di menit 25, 2-0 untuk ONIC Esports.
Pertandingan Hari Kedua (20 Maret 2021)
Bigetron Alpha membuka pertandingan hari kedua. Lawan yang dihadapinya adalah Geek Fam ID. Pertandingan sudah sengit sejak Game 1. Geek Fam ID yang sudah unggul sejak awal dipaksa mengambil dua buah Lord untuk dapat menyelesaikan pertandingan. Lord kedua diamankan Geek Fam ID di menit 17 dan mengantarkan kemenangan kepada Geek Fam ID di menit 18.
Game kedua tambah sengit lagi. Lord pertama baru tumbang di menit 17 dengan BTR.Renbo berhasil mencuri Lord dari Geek Fam ID di tengah kemelut pertarungan. Pertarungan terus berlangsung ketat, bahkan Lord ketiga saja baru tumbang di menit 31. Lord tersebut juga menjadi Lord yang mengantarkan Bigetron Alpha memenangkan game 2 di menit 32.
Momentum kemenangan game kedua Bigetron Alpha ternyata terbawa hingga game ketiga. Renbo, Rippo, dan kawan-kawan sudah mengungguli pertandingan sejak awal. Tapi Geek Fam ID terus bertahan sekuat tenaga sampai memaksa Lord kedua keluar. Sayangnya Geek Fam ID tak mampu lagi menahan gempuran Lord kedua. Bigetron Alpha pun memenangkan pertandingan dengan skor 2-1.
Game 2 adalah AURA Fire melawan RRQ Hoshi. AURA Fire kembali mencoba memberi perlawanan terbaiknya di game ini. Namun dewi fortuna sepertinya masih belum berpihak kepada AURA Fire. RRQ Hoshi dengan permainan apiknya berhasil mendapatkan game pertama setelah melakukan Wipeout di menit 16. AURA Fire berusaha sekuat tenaga untuk merebut game kedua. Mereka menahanan RRQ Hoshi sampai menit ke 22, walau akhirnya ter-Wipeout dan harus pasrah dengan keadaan. 2-0 untuk RRQ Hoshi.
Sebagai penutup hari ada EVOS Legends melawan Alter Ego. Pertandingan ini jadi menarik karena Alter Ego merupakan pemuncak klasemen sementara yang masih belum terkalahkan. Tetapi EVOS Legends ternyata membuktikan bahwa Alter Ego masih bisa dikalahkan. EVOS Legends, walau kalah skor kill, berhasil menahan imbang Alter Ego hingga menit 10 dan bahkan merebut Lord di menit tersebut. Lord yang didapatkan menembus Turret dalam Lane atas milik Alter Ego, dilanjut dengan gempuran tanpa henti dari EVOS Legends yang tak terbendung. EVOS Legends amankan game 1.
EVOS Legends segera memanfaatkan momentum mental kemenangannya untuk mengungguli Alter Ego di early game kedua. Pada sisi lain, Alter Ego ternyata tidak berhasil bangkit dari kekalahannya. Alter Ego dilibas dengan skor kill 6-29 oleh EVOS Legends dan permainan diselesaikan cepat di menit 12.
Pertandingan Hari Ketiga (21 Maret 2021)
Pertandingan hari terakhir dibuka dengan EVOS Legends menghadapi Genflix Aerowolf. Walaupun Alter Ego terlibas 0-2, tapi Genflix Aerowolf ternyata menyalak lebih galak ke EVOS Legends. Pertandingan berjalan imbang hingga menit 10 di game 1. Tapi EVOS Legends terus menggerus Turret satu per satu hingga akhirnya Base juga dirobohkan di menit 14.
Kalah di game 1 tidak membuat si serigala putih gentar. Mereka justru lebih ngotot saat game kedua. Mereka bermain agresif, menculik satu demi satu pemain EVOS Legends hingga mereka unggul skor kill dan net-worth di menit 10. Lewat Lord dan gempuran tanpa henti, Genflix Aerowolf berhasil memenangkan game kedua. Sayangnya Genflix Aerowolf justru melunak setelah memenangkan pertandingan. EVOS Legends tampil galak di game ketiga dengan dominasinya yang berakhir dengan kemenangan cepat di menit 12.
Pertandingan terakhir adalah antara Alter Ego vs ONIC Esports. Alter Ego sepertinya masih belum bisa bangkit dari kekalahan kemarin. ONIC Esports pun segera mengungguli dan merebut Lord tanpa perlawanan di menit 10 pada game 1. Tanpa diduga, Lord tersebut memberikan kemenangan cepat kepada ONIC Espsorts di menit 11.
Alter Ego sempat memberi perlawanan sengit di game kedua, namun ONIC Esports tetap perkasa ketika itu. Lord pertama diamankan ONIC Esports setelah melibas 2 pemain Alter Ego di menit 10. Alter Ego kali ini bertahan lebih tangguh, berhasil mengulur permainan hingga menit ke-18. Tetapi ONIC Esports lagi-lagi tampil lebih solid sehingga SANZ dan kawan-kawan pun memenangkan game 2 dan mengamankan skor 2-0.
Liga utama Mobile Legends Bang-Bang Indonesia yaitu MPL sudah memasuki pekan ke-3. Panasnya Genflix Aerowolf pekan ini jadi sesuatu yang tidak terduga, bahkan sampai berhasil mengalahkan RRQ Hoshi. Selain itu ada juga berbagai matchup menarik, termasuk el clasico di pertandingan hari kedua. Berikut rekapnya.
Pertandingan Hari Pertama
Pertandingan hari pertama mempertemukan AURA Fire vs Alter Ego dan EVOS Legends vs ONIC Esports. Pertandingan pertama, game 1, Alter Ego tidak ragu menunjukkan permainan terbaiknya sedari awal. AURA Fire juga memberikan perlawanan dengan beberapa kali gank efektif yang dilakukan. Namun sayang, penetrasi agresif Alter Ego memang sulit dibendung. Ruang gerak God1va dan kawan-kawan semakin terbatas sehingga mereka semakin kalah farming. Tanpa teritori dan pundi-pundi gold yang dibutuhkan AURA Fire, Alter Ego jadi lebih mudah amankan Lord untuk membantu mereka membobol turret-turret. AURA FIre bertahan sebisa mungkin walau akhirnya tak mampu jua, Alter Ego memenangkan game 1.
Game 2, Alter Ego kembali mendapatkan momentumnya untuk melakukan penetrasi agresif ciri khas mereka. Pada sisi lain, AURA Fire juga tergolong coba-coba dengan memberikan hero Bruno kepada Variety yang ternyata berbuah kurang manis. Alter Ego terus menggempur AURA Fire. Gempuran tersebut tak terhentikan sampai Lord didapatkan dan pertandingan diselesaikan dengan kemenangan bagi Alter Ego. Alter Ego memenangkan seri pertandingan dengan skor 2-0.
Pertandingan selanjutnya ada EVOS Legends melawan ONIC Esports. Matchup ini juga jadi menarik karena ada pertemuan EVOS.Antimage dengan mantan timnya. Antimage dengan menggunakan Uranus di game 1 tidak ragu-ragu memberi permainan terbaiknya kepada ONIC Esports. Hal tersebut membuat ONIC Esports cukup kelabakan sehingga game 1 cenderung mudah diamankan oleh EVOS Legends.
ONIC Esports terlihat mulai bangkit di game kedua. Permainan berjalan cukup imbang, bahkan sampai memaksa bertandingan berjalan hingga menit ke-15. Namun momentum berbalik ke arah EVOS Legends setelah REKT secara tidak sengaja menjadi tumbal yang ditukar dengan 3 pemain ONIC Legends. Momen itu dimanfaatkan EVOS Legends untuk mengambil Lord. ONIC Legends tentu berusaha bertahan dengan kemampuan terbaiknya. Walau sempat memukul mundur EVOS Legends, tapi ONIC Esports akhirnya harus mengakui kekalahannya setelah base mereka hancur di menit 24.
Pertandingan Hari Kedua
Pertandingan hari kedua dipenuhi oleh matchup-matchup menarik. Ada Genflix Aerowolf vs AURA Fire, Bigetron Alpha vs Alter Ego, dan el clasico antara RRQ Hoshi vs EVOS Legends.
Pertandingan pertama adalah pertarungan antar dua tim yang masih belum menemukan performa terbaiknya. Walaupun begitu, Genflix Aerowolf memulai game pertamanya dengan nada yang positif. Keunggulan dari early game yang terus bertahan dimanfaatkan Watt dan kawan-kawan untuk mengambil Lord jelang menit 12. AURA Fire sempat menunda kemenangan Genflix Aerowolf, walau akhirnya gempuran Genflix Aerowolf tak lagi tertahan di menit 15.
Game 2 giliran AURA Fire yang mendapat keunggulan di early game. Keunggulan tersebut bertahan, namun Genflix Aerowolf tak pernah gentar. Tarik ulur pertarungan terus terjadi sampai akhirnya Genflix Aerowolf mendapatkan celah untuk mengambil Lord di menit 14. Lord beserta 5 pemain AURA Fire berhasil diamankan sehingga Genflix Aerowolf tak ragu lagi untuk mengakhir pertandingan. Genflix Aerowolf pun memenangkan pertandingan dengan skor 2-0.
Pertandingan Bigetron Alpha melawan Alter Ego juga diharapkan menjadi pertandingan yang menarik. Benar saja, kedua tim menunjukkan pola permainan yang rapih sehingga pertandingan cenderung imbang di awal-awal game 1. Namun pergerakan Alter Ego tampak lebih agresif, terus melakukan penetrasi ke wilayah kekuasaan Bigetron Alpha. Tindakan agresif tersebut berbuah manis, turret demi turret runtuh, Lord pun berhasil diamankan jelang menit 14. Tanpa adanya turret, pertahanan Bigetron Alpha jadi sangat rapuh. Alter Ego pun mengamankan game 1.
Fase awal game kedua mirip seperti game pertama yaitu berupa pertunjukkan permainan yang rapih dari kedua belah tim. Namun Bigetron Alpha terlihat lebih perkasa dengan 3k lebih keunggulan net-worth di menit ke-5. Namun keunggulan tersebut sirna begitu saja setelah Dreams dan Renbo ditumpas jelang menit ke 9. Ditambah lagi, Ahmad juga mendapatkan Shut Down atas Yi Sun Shin dari Branz setelahnya. Kejadian tersebut membalik momentum dengan sangat cepat. Alter Ego memulai agresinya dan meruntuhkan turret demi turret. Ditambah gempuran Lord, Bigetron Alpha tak lagi mampu bertahan dari semua serangan. Alter Ego memenangkan seri pertandingan dengan skor 2-0.
Menutup hari, ada pertandingan El Clasico. Pertandingan ini juga diharapkan menarik. Selain karena sejarahnya, kedua tim juga sama-sama masih sedang mencari line-up terbaiknya di MPL ID Season 7. EVOS Legends memulai pertandingan dengan momentum yang baik. Walau imbang sampai pertengahan permainan, namun Luminaire dan kawan-kawan berhasil mengamankan Lord di menit 10. RRQ Hoshi sebenarnya sudah kehabisan semua turret, namun Albertt dan kawan-kawan masih memberikan perlawanan terbaiknya walau tetap terpukul rata pada akhirnya. EVOS Legends memenangkan game 1.
Game kedua, RRQ Hoshi terus mencoba memberikan gempuran terbaiknya. Kali ini mereka mencoba dengan Pacquito di tangan Psychoo dan Harley di tangan Albert. Walau sempat mendapat momentum positif di awal-awal, tapi EVOS Legends lagi-lagi menunjukkan permainan yang tangguh di game kedua ini. Lord diamankan EVOS Legends yang membantu mereka membobol pertahanan RRQ Hoshi. Kali ini Alberttt dan kawan-kawan agaknya sudah sedikit pasrah dengan keadaan setelah gempuran EVOS Legends tak lagi tertahankan. Turret diruntuhkan, hero demi hero ditumpas, base RRQ Hoshi akhirnya hancur. EVOS Legends memenangkan el clasico dengan skor 2-0.
Pertandingan Hari Ketiga
Matchup hari ketiga terlihat cukup bisa tertebak. Tapi siapa yang bisa menyangka, bahwa setiap pertandingan hari ini malah memberi kejutan menarik. Ada Geek Fam ID vs ONIC Esports dan RRQ Hoshi vs Genflix Aerowolf. Pada pertandingan pertama, Geek Fam ID sebenarnya tergolong kurang diunggulkan. Namun perlahan tapi pasti, Geek Fam ID berusaha membuktikan bahwa tim mereka pantas berlaga di MPL ID.
ONIC Esports cukup mendominasi game 1. CW dan kawan-kawan sudah unggul skor kill 7-2 di menit 10. Keunggulan tersebut dimanfaatkan dengan maksimal sehingga ONIC Esports sudah bisa menjebol sampai ke dalam pada menit 15. Geek Fam ID sempat menahan sekuat mungkin walau akhirnya game tetap dimenangkan ONIC Esports di menit 16:39.
Geek Fam ID menerima kekalahannya di game 1 sebagai pelajaran. Permainan RenV, Babywww, dan kawan-kawan berubah di game 2. Mereka bermain dengan lebih berhati-hati seraya tetap mengumpulkan berbagai objektif penting. Pola permainan tersebut memberi dampak positif, Geek Fam ID pun unggul skor kill serta net-worth di menit 10. Karena unggul, mereka segera mengambil Lord yang juga membantu Geek Fam ID menyelesaikan permainan di menit 11:33.
Sayangnya Geek Fam ID tidak berhasil mempertahankan momentum kemenangannya di game ketiga. Pertandingan berlangsung sengit, sampai-sampai memaksa kedua tim memperebutkan Lord sebanyak 3 kali. Geek Fam ID mengambil Lord yang pertama dan hampir membuat mereka memenangkan pertandingan. ONIC Esports bertahan kuat sampai berhasil mendapat Lord kedua dan ketiga. Geek Fam ID sebenarnya hampir bisa mendapatkan Lord ketiga, tetapi ADAM agak terlalu tergesa-gesa untuk terjun ke dalam pertempuran. Formasi yang terpecah belah segera dimanfaatkan oleh ONIC Esports untuk menyapu Geek Fam ID setelah mengamankan Lord ketiganya. Kondisi tersebut membuat Geek Fam ID tak lagi mampu bertahan sehingga ONIC Esports memenangkan seri pertandingan dengan skor 2-1.
Pertandingan berikutnya, RRQ Hoshi melawan Genflix Aerowolf. Pertandingan tersebut juga secara tidak diduga berjalan imbang nan sengit. Genflix Aerowolf memenangkan game 1 setelah 30 menit durasi game karena beberapa kali hampir kena comeback oleh RRQ. Game 2 giliran RRQ Hoshi yang mendapat kemenangan dengan posisi Genflix Aerowof yang juga beberapa kali berhasil mendapat momentum bagus.
Hal tersebut membuat game penentuan jadi lebih seru lagi. Genflix Aerowolf berhasil unggul net-worth pada 5 menit pertama. RRQ Hoshi pun bertahan sekuat mungkin walau semua Turret terluarnya sudah habis. Sampai akhirnya gempuran Genflix Aerowolf sudah tak tertahan lagi. CLAY dan kawan-kawan pun berhasil memenangkan game ke-3. Genflix Aerowolf memenangkan pertandingan 2-1.
—
Pasca pertandingan di pekan ketiga, RRQ Hoshi kini terancam tidak masuk playoff karena harus turun ke peringkat 7 klasemen sementara. Namun demikian pertandingan masih panjang. Masih tersisa 5 pekan pertandingan lagi di MPL Indonesia season 7. Pertanyaannya, kapan RRQ Hoshi bisa menemukan lineup terbaiknya? Akankah tim papan bawah musim sebelumnya seperti Genflix Aerowolf dan Geek Fam ID menjadi kejutan di musim ini?