Mobile Legends Professional League 2019 Indonesia Season 4 jadi teramat menarik karena berbagai macam hal yang terjadi. Mulai dari polemik yang terjadi akibat penerapan franchise league, sebuah sistem yang terbilang baru bagi ekosistem esports di Indonesia.
Tetapi bukan soal itu saja, setelah kompetisi berjalan, fase regular season juga berjalan dengan sangat dinamis yang membuat MPL Season 4 jadi selalu menarik dibahas. Mulai dari roster Runner-up MPL ID S3 yang kini lesu sampai Alter Ego yang jadi buas di musim ini, semua terjadi, membuat emosi penonton jadi teraduk-aduk.
Namun, walau dengan segala dinamika yang terjadi, ada satu tema besar yang konsisten terjadi belakangan; yaitu dominasi EVOS sepanjang regular season ini. Terakhir kali, mereka kembali mendominasi pekan ketujuh, dan berhasil menang 2:0 melawan AURA Esports.
Hal menarik lain yang patut disorot adalah bagaimana mereka, EVOS Esports memanfaatkan roster mereka. Kebanyakan dari tim MPL di Season 4 memiiki beberapa cadangan yang biasanya mereka manfaatkan. Namun, walau EVOS memiliki roster 10 pemain, mereka hanya memainkan 5 yang utama saja, yaitu REKT, Oura, Luminaire, Wanna, dan Donkey.
“Chemistry tidak bisa dibeli.” ujar Rekt kepada redaksi Hybrid, saat kami tanyai pada regular season MPL Season 4 week 7. Lalu setelahnya sang pelatih, Bjorn “Zeys” Ong, menjawab lebih lanjut soal ini. “Memang 5 pemain ini memiliki chemistry yang terbaik sejauh ini. Namun selain itu, beberapa pemain yang berada di dalam rotasi juga bukan merupakan pemain full-time, jadi beberapa dari mereka tidak berada di gaming house, dan kalau memaksa untuk dimainkan, akan jadi masalah tentunya.”
Menarik sebenarnya jika bicara soal chemistry ini. Sebab, EVOS sendiri sebetulnya sudah sempat membuktikan ini pada salah satu divisi mereka, yaitu Arena of Valor. Liga utama AOV mungkin tidak punya peraturan yang mewajibkan kehadiran sub, namun EVOS AOV dengan roster yang tak banyak bongkar-pasang, terbukti membawa mereka menjuarai liga utama Arena of Valor sebanyak tiga kali berturut-turut.
Nat, manajer divisi Mobile Legends EVOS Esports juga buka suara seputar hal ini. Ia cerita beberapa hal seputar chemistry dari sudut pandang seorang manajer tim. “kalau buat menjaga chemistry tinggal dan banyak melakukan aktivitas bersama tentunya jadi hal yang penting sih.” ujar Nat. “Dari gue sendiri kadang membantu menjadwalkan team bonding buat tim lewat beberapa kegiatan sederhana, seperti makan bareng, hangout, atau nonton.”
Bicara soal chemistry tim, kata yang satu ini mungkin cukup sering muncul jika bicara tentang tim esports. Namun, benuk chemistry sendiri sebenarnya abstrak dan hanya dapat dirasakan oleh sang pemain itu sendiri. Namun Nat menceritakan sedikit bentuk chemistry antar pemain yang ia rasakan selama ia mengatur kegiatan tim EVOS Mobile Legends.
“Yang paling terasa itu, para pemain memang saling mengerti karakter satu sama lain. Contohnya, kalau ada satu pemain yang terlihat gelisah, yang lain akan membantu menghibur atau mengajak bicara. Atau kalau satu pemain lain lagi emosi, yang lain biasanya mengalah terlebih dahulu agar suasana nggak jadi makin panas.” Nat menceritakan chemistry antar pemain EVOS Mobile Legends.
Pekan ini akan menjadi pekan terakhir dari MPL ID S4. Lawan berat menanti, RRQ siap menghadapi mereka pekan ini. Akankah bersenjatakan chemistry antar pemain, EVOS dapat terus mempertahankan tren performa positif mereka sampai babak Grand Final nantinya?
Tanpa terasa, Mobile Legends: Bang Bang Professional League (MPL) Indonesia Season 4 sudah menyelesaikan pertandingan pada pekan ketujuh. Pada pekan ini, pertandingan berjalan dengan sengit, dengan berbagai kejutan terjadi.
Satu tema besar yang menjelaskan MPL ID S4 pekan ketujuh ini mungkin adalah nasib ONIC Esports yang begitu buruk. Memang saat bertemu Aura, ONIC Esports sedikit melakukan percobaan dengan mengganti Udil dengan Trust, walau sebenarnya Trust menunjukkan permainan yang kurang memuaskan di beberapa pekan terakhir.
Dalam pertandingan tersebut, ONIC berhasil menjaga keseimbangan di awal permainan. Sayangnya ONIC malah jadi loyo ketika pertandingan sudah memasuki fase late game. Pada pertandingan ini, ONIC harus merelakan poin kemenangan mereka, Aura menang dengan skor 2-0 lewat aksi Kaja yang dimainkan oleh Darkness secara memukau.
Jadwal pertandingan berikutnya ONIC adalah melawan Bigetron Esports. Tim berlogokan robot ini sebenarnya merupakan penghuni klasemen papan tengah di pekan ke-5 dan ke-6, bersama dengan Alter Ego dan Aura. Walau pada paruh musim sebelumnya ONIC adalah juara MPL ID S3 dan MLBB Southeast Asia Cup 2019, namun di musim ini mereka seperti ditarik ke bawah dan dibuat “setara” dengan ketiga tim tersebut.
Melawan Bigetron Esports, ONIC harus kembali menerima torehan buruk. Setelah mereka kalah pada game pertama, ONIC melihat secercah harapan setelah Udil turun tahta menggantikan Trust pada game kedua. Namun harapan tersebut langsung direnggut dan dihancurkan oleh Bigetron Esports. Saat ONIC terlalu nekat menginisasi Lord, Bigetron yang dalam kondisi prima segera mengambil kesempatan atas blunder tersebut. Bigetron mendapat Wipe-out, mereka tak lagi ragu, langsung menyerbu lewat tengah dan menghancurkan base milik ONIC dengan bantuan sebuah siege minion.
Nasib buruk ONIC Esports hanya satu hal di MPL ID S4 pekan ketujuh, hal lain yang tak kalah menarik adalah Genflix Aerowolf yang mengalahkan RRQ di pekan ini. Walau mengandalkan roster runner-up MPL ID S3, namun entah kenapa performa Genflix Aerowolf terbilang lesu di musim ini.
Menghadapi RRQ yang merupakan pengisi peringkat 2 di MPL ID S4, mereka akhirnya berhasil mengecap kemenangan yang sudah cukup lama diidam-idamkan. Genflix berhasil mendominasi game pertama, namun Tuturu dan kawan-kawannya sempat menyamakan kedudukan jadi 1-1.
Tapi Genflix akhirnya berhasil menemukan pola permainannya di pekan ini, dan berhasil memenangkan pertandingan melawan RRQ dengan poin 2-1. Kendati demikian, kemenangan ini tak banyak mengubah keadaan. RRQ tetap bertengger di peringkat 2, sementara Genflix juga tidak bergeming di peringkat terbawah.
Hal terakhir yang juga tak kalah menarik disimak di pekan ini adalah penampilan tim Alter Ego. Berhadapan dengan Geek Fam, salah satu tim penghuni papan tengah ini ternyata tampil cukup kesulitan. Pergerakan lihai Celiboy terus diperhitungkan oleh Geek Fam, yang tentu membuat Alter Ego juga jadi kesulitan.
InsticT dengan permainan yang ciamik berbuah hasil yang baik pada permainan. Doyok yang sempat abse selama beberapa pekan juga menunjukkan kualitasnya dengan caranya memainkan Esmeralda. Geek Fam sempat mencuri poin pada game pertama. Sayangnya Alter Ego lagi-lagi menunjukkan permainan mereka yang sesungguhnya.
Sebagai tim yang pernah menundukkan tim-tim favorit juara MPL Indonesia Season 4, permainan Maungzy dan kawan-kawan bukan sembarang permainan. Lewat aksi sang Rising Star, Celiboy, armada Alter Ego memimpin dominasi dan melanjutkan tren positif mereka belakangan ini di pekan ini. Alter Ego memenangkan game melawan Geek Fam, 2-1.
Pekan depan akan menjadi pekan terakhir dari regular season MPL ID Season 4. Akankah tim papan atas tumbang di pekan terakhir? Mampukah Alter Ego merebut tahta tersebut? Akankah ONIC dapat menyelesaikan masalah mereka dan keluar dari kekalahan beruntun yang mereka alami?
Pastikan Anda menyaksikan pekan terakhir Regular Season MPL ID S4 setiap Jumat, Sabtu, dan Minggu. Anda dapat menyaksikannya langsung secara offline di MPL Arena (XO Hall Markas), Tanjung Duren, Jakarta Barat, atau menyaksikannya secara online lewat Mobile Legends: Bang Bang official Facebook Page.
Tahun 2019 menjadi waktu yang menggembirakan bagi para penggemar esports. Esports kini menjadi ajang yang dapat mengharumkan nama negara, karena masuk sebagai salah satu cabang di SEA Games 2019.
Kendati demikian, menuju SEA Games 2019 bukanlah merupakan proses mudah bagi esports Indonesia, terutama bagi cabang Mobile Legends. Dengan banyaknya pemain bintang, seleksi dari puluhan pemain hingga tersisa 7 pemain saja dalam waktu yang singkat, sudah jelas bukan proses mudah.
Jeremy “Tibold” Yulianto, sebagai head coach timnas Mobile Legends untuk SEA Games 2019 adalah sosok yang bertanggung jawab dalam proses ini.
Berkolaborasi dengan LLG, sesi #HybridTalk kali ini membicarakan berbagai hal seputar coaching di dunia esports dan proses Jeremy mempersiapkan timnas Mobile Legends.
Lebih lanjutnya, Anda dapat saksikan sesi #HybridTalk terbaru dari kami lewat video di bawah ini.
Jumat, 23 Agustus 2019 lalu menjadi momentum penting bagi salah satu organisasi esports yang sedang berkembang, Victim Esports. Lewat gelaran konfrensi pers yang diselenggarakan di FX Sudirman, Jakarta, momen tersebut sekaligus menjadi perayaan momen kemenangan Victim Esports di laga latih tanding melawan timnas Mobile Legends untuk SEA Games 2019.
Selain dari selebrasi kemenangan Victim Esports, momen ini juga digunakan manajemen tim untuk mengumumkan berbagai macam hal. Mulai dari visi misi, berbagai divisi yang dimiliki, sampai jajaran brand ambassador yang akan menjadi wajah dari Victim Esports.
Awal Mula Victim Esports
Dalam sesi tersebut, Hafiz Rachman Fauzi, General Manager Victim Esports bercerita banyak soal perjalanan mereka dari awal hingga sekarang. Perjalanan awal Victim Esports mendapatkan nama di esports Indonesia sendiri adalah lewat PUBG PC.
Walaupun namanya mungkin baru mulai naik daun di Mobile Legends belakangan ini, tapi Victim Esports sebenarnya sudah lebih dulu mulai dikenal lewat PUBG, baik PC ataupun Mobile. Lahir sejak 10 September 2018, mereka mulai merintis lewat divisi PUBG PC.
Ketika itu, walaupun status mereka awalnya adalah tim kuda hitam, namun mereka kerap menyaingi nama-nama besar di kancah PUBG PC, seperti Aerowolf ataupun RRQ.
Victim Esports, lewat nama Victim Reality, sempat menjuarai penyisihan Nvidia GeForce PUBG Pacific Cup, dan mewakili Indonesia di tingkat yang lebih tinggi. Begitu juga dengan divisi PUBG Mobile Victim Esports, yang turut mewakili Indonesia di PUBG Mobile Club Open (PMCO) Spring, bersama dengan Bigetron, EVOS, ONIC, dan WaW.
Menjadi Organisasi yang Berkembang Bersama Pemain
Dengan segala prestasi yang sudah dimiliki, Victim Esports pun berkembang sedikit demi sedikit, menjadi memiliki beberapa divisi untuk game-game populer, termasuk juga Mobile Legends. Pada gelaran konfrensi pers, Victim Esports memperkenalkan semua divisi yang mereka miliki, yaitu: PUBG PC (2 Tim), PUBG Mobile, Mobile Legends, Free Fire, dan Auto Chess.
Yang membuat tim ini jadi menarik, manajemen tim menegaskan bahwa Victim Esports adalah organisasi esports yang ingin berkembang bersama pemainnya. Ketika itu ada Rickel Albert, manajer tim MLBB Victim Esports, menceritakan hal ini.
“Kita berawal dari pemain-pemain yang ingin berkembang, lalu bergabung menjadi satu, kita campur semua, sampai akhirnya menjadi seperti sekarang, tim yang berprestasi.” Rickel mengatakan pada sesinya.
Doni Setiawan selaku CEOVictim Esports juga menegaskan hal tersebut. “Kita memang strateginya adalah mencari talenta-talenta baru, ambil dari semi-pro. Lalu kita didik, ajarin attitude dan juga cara bermain, supaya pemain ini menjadi pemain yang matang.”
Penasaran dengan visi ini, kami lalu mencoba mencari tahu lebih lanjut komitmen Victim Esports dalam mewujudkan visi tersebut, dan mencoba mewawancara dan Hafiz Rachman Fauzi, General Manager Victim Esports, . Pertama-tama soal latihan dan program yang disediakan. Victim Esports terbilang punya standar disiplin yang cukup ketat.
“Yang pasti, manajer di masing-masing divisi kita punya kewajiban mengatur jadwal, mulai dari latihan, sampai aspek kehidupan lainnya seperti waktu untuk makan, tidur, dan istirahat. Ucap Hafiz.
“Lalu kalau fasilitas sih seperti kebanyakan tim esports ya, gaming house, gaji yang cukup, dan lain sebagainya.” Hafiz lalu melanjutkan membahas soal fasilitas.
Lebih lanjut soal mencari talenta baru, scouting atau usaha mencari pemain berbakat dari berbagai daerah juga jadi hal lain yang menarik untuk dieksplorasi. Ini lalu menjadi topik berikutnya yang kami bahas.
“Sejauh ini pemain-pemain kami (Victim Esports) domisilinya sudah cukup beragam, kita juga ada pemain asal Sulawesi dan Kalimantan. Karena memang visi kami adalah mengembangkan pemain, jadi kami kerap melakukan scouting ke berbagai daerah. Nanti sekiranya ada pemain yang potensial, kemungkinan besar akan kami rekrut dan kami latih agar menjadi pemain yang lebih matang.” Hafiz bercerita.
Kendati demikian, mereka tetap masih urung untuk mencoba mengembangkan basis operasionalnya ke daerah lain. Tapi ini bukan sepenuhnya tanpa alasan. Alasan Hafiz sebenarnya cukup mirip seperti apa kata Dani Handoko, owner tim Hanz Pro Gaming, tim yang berasal dari warnet di Palembang.
“Kita sempat mendapat tawaran investor untuk membuat cabang di Bali. Tapi gimana juga, nggak bisa bohong bahwa kebanyakan event masih di Jakarta. Daripada nantinya biaya operasional kita jadi membengkak, makanya sementara ini kita fokus di Jakarta dulu.” tukas Hafiz.
Regenerasi, dan Usaha Menjadi From Zero to Hero
Apa yang dilakukan dan menjadi visi bagi Victim Esports ini sebenarnya menarik. Mengapa? Karena hal ini seperti menjadi kompromi antara dua hal. Pertama secara ekosistem, Hybrid sudah beberapa kali membahas soal urgensi regenerasi pemain di scene esports Indonesia. Yohannes P.Siagian, mantan kepala sekolah SMA PSKD 1, menjadi salah satu sosok yang vokal soal hal ini yang juga sempat Hybrid wawancarai.
Lalu di sisi lain adalah soal kepentingan. Selama ini tak banyak entitas esports yang merasa punya kepentingan melakukan hal tersebut. Memang sudah ada JD.ID High School League ataupun Indonesia Esports League University Series. Namun keduanya hanya wadah pertandingan saja.
Untuk regenerasi, saya merasa ekosistem esports Indonesia ini memang masih kekurangan wadah pelatihan. Beberapa tim besar cenderung lebih memilih mengambil pemain yang sudah matang. Tetapi Victim Esports dengan visinya, mungkin bisa menjadi bagian penting dari ekosistem ini.
Apalagi Doni Setiawan sang CEO Victim Esports, juga secara gamblang ingin menciptakan tim yang bisa berjuang dari nol hingga menjadi juara. Secara peluang, Victim Esports sebenarnya bisa saja mencari keuntungan instan, dengan menjual pemain yang sudah dimatangkan oleh manajemen Victim Esports kepada tim yang lebih mapan. Namun, Doni lebih memilih jalan yang terjal untuk menjadi juara.
“Semisal ada pilihan jual pemain demi keuntungan instan, atau menggunakan pemain didikan untuk kompetisi yang belum tentu bisa memenangkan kompetisi, saya lebih memilih tetap menggunakan pemain didikan saya untuk mengikuti kompetisi yang belum tentu jadi juara.” jawab Doni Setiawan, CEO tim Victim Esports.
“Karena begini, saya percaya dengan pemain saya. Mereka yang belum tentu jadi juara tentunya akan belajar. Dari kekalahan tersebut, mereka pasti bakal menemukan pelajaran agar dapat jadi juara di kemudian hari.” Doni melanjutkan.
Keteguhan Doni dalam mengembangkan tim dari nol ini, terutama Mobile Legends, mungkin bisa dibilang ada hubungannya dengan liga franchise MPL Season 4. Mengingat tim Mobile Legends Victim Esports terbilang cukup baru, mereka tidak mengikuti liga franchise MPL Season 4.
Maka dari itu, ini waktu yang tepat untuk mendidik pemain dan membangun kekuatan terlebih dahulu bukan?
Lebih lanjut, Doni juga menjelaskan keinginannya untuk ikut serta pada MPL musim berikutnya. “Kita kemungkinan besar bakal gabung entah di MPL musim kelima atau musim keenam.” Doni membuka pembicaraan.
“Tapi mengingat biaya franchise tersebut (Rp 15 miliar) bukan berarti divisi Mobile Legends adalah prioritas. Hanya saja, untuk pertarungan sekelas MPL, saya merasa Victim Esports wajib turut serta untuk dapat menunjukkan siapa diri kita.” Doni kembali menegaskan.
Lewat visinya, Victim Esports memang secara tidak langsung jadi punya “kewajiban” untuk meregenerasi atlet esport, yang dalam konteks ini adalah atlet esports Mobile Legends. Ini jadi cara yang menarik yang tentunya diharapkan bisa berdampak positif pada ekosistem.
Kendati kekhawatiran terhadap prospek masa depan suatu game akan terus ada, regenerasi pemain tetap menjadi hal yang wajib dilakukan dalam ekosistem esports. Agar ekosistem ini tetap ada untuk bertahan, bukannya hanya menjadi tren sesaat yang lalu hilang ditelan zaman.
Kemarin sore (26 April 2019) adalah momentum puncak bagi gelaran Smartfren 4G Battle. Setelah kualifikasi panjang, kompetisi ini akhirnya menemukan dua tim terbaik untuk bertarung di babak Grand Final Mobile Legends Smartfren 4G Battle.
Diselenggarakan di Highgrounds Indonesia, Pantai Indah Kapuk, pagelaran puncak Smartfren 4G Battle mempertemukan OPi Gaming dan Power Danger Esports. Jalan yang harus dilewati kedua tim ini cukup panjang. Pasalnya, Kompetisi ini diikuti oleh 29.560 peserta dari seluruh penjuru Indonesia.
Mulai digelar sejak 8 Desember 2018 lalu, Smartfren 4G Battle terbagi menjadi tiga musim. Dari 3 musim, ada 5912 tim peserta yang bertarung memperebutkan total hadiah sebesar Rp185 juta. OPi Gaming dan PowerDanger Esports sendiri berhasil lolos ke babak Grand Final setelah menyisihkan para pesaingnya di babak playoff, yang digelar pada 6-7 April 2019 lalu.
Bertanding dalam format best-of-5, OPi Gaming sempat kalah satu kali. Dalam posisi ketinggalan skor, punggawa dari OPi Gaming justru bermain dengan sangat tenang. Mereka tetap berusaha meminimalisir kerugian sambil tetap mencari keuntungan yang bisa mereka dapatkan dari keadaan tersebut. Akhirnya mereka bangkit di game selanjutnya, dan langsung membalikkan keadaan jadi 3-1.
Terkait kompetisi ini, Febrian Anas, selaku Head of Content Smartfren, sempat berbincang-bincang dengan awak media pada gelaran konfrensi pers. Ia menceritakan, bahwa salah satu alasan diadakannya Smartfren 4G Battle adalah untuk merangkul komunitas Mobile Legends di Indonesia. Lebih lanjut Febrian Anas juga bercerita soal keinginan Smartfren, untuk memunculkan bakat-bakat baru di kancah Mobile Legends, mengingat kancah esports game ini yang sedang berkembang pesat.
Kendati Smartfren 4G Battle cukup menarik perhatian komunitas pemain Mobile Legends, lebih lanjut Febrian memberikan komentarnya soal investasi Smartfren di ekosistem esports Indonesia. “Kalau bicara investasi, pastinya kita terus berusaha menyediakan infrastruktur yang mapan, agar para gamers semakin nyaman bermain dengan menggunakan jaringan Smartfren. Tapi kalau bicara soal investasi dalam menyediakan wadah kompetisi yang lebih besar, sejauh ini kami masih belum ada rencana ke arah sana.”
OPi Gaming selaku tim juara berhak mendapatkan hadiah sebesar Rp20 juta, dilanjut dengan Power Danger Esports selaku runner-up berhak mendapatkan Rp15 juta. Terakhir ada tim Ex-Sultan yang berhak menerima hadiah sebesar Rp10 juta sebagai peringkat ketiga.
Selamat bagi para tim juara! Semoga prestasi kalian bisa terus berlanjut sampai ke tingkat nasional maupun internasional!
Jelang acara puncak Piala Presiden Esports 2019, pagi tadi (26 Maret 2019), digelar sebuah konferensi pers membahas soal perkembangan dan pengembangan esports di Indonesia. Konferensi pers ini dihadiri oleh Imam Nahrawi selaku Menpora RI, Triawan Munaf selaku kepala Badan Ekonomi Kreatif, Yanuar Nugroho dari Deputi II KSP dan Giring Ganesha selaku Steering Committee Piala Presiden Esports 2019.
Seperti yang diketahui, Piala Presiden Esports 2019 ini bukan hanya terbatas pada kompetisi biasa. Sebagai bentuk komitmen pemerintah kembangkan esports, kompetisi ini juga mempersiapkan bootcamp pembinaan soft skill bagi para peserta. Tetapi ternyata dukungan pemerintah tidak terbatas sampai situ saja.
Dalam sesi bincang-bincang, Imam Nahrawi mengungkap, bahwa nantinya jawara Piala Presiden Esports 2019 akan digembleng dalam pelatnas persiapan SEA Games 2019. Semua dukungan ini bisa dibilang sebagai buntut dari pencapaian Indonesia di cabang eksibisi esports, dalam gelaran Asian Games 2018.
Melihat prestasi tersebut, Menpora pun berkomitmen untuk lebih mempersiapkan atlet esports Indonesia untuk ajang-ajang besar, termasuk Olimpiade. “Adapun untuk persiapan kita di cabor esports, juara 1 sampai 3 Piala Presiden ini dapat langsung masuk Pelatnas SEA Games,” Menpora menjelaskan mengutip dari laman resmi Kemenpora.
Bicara soal persiapan, tanggal 26-27 Maret 2019 ini juga menjadi sesi bootcamp bagi para peserta Piala Presiden Esports 2019. Tercatat ada enam topik yang menjadi fokus pembinaan ini. Topik tersebut adalah: Pembinaan Ideologi Pancasila dari Ketua BPIP dan Wakil Ketua MPR, Public Speaking oleh Kemal, Team Building Esports dan Bisnis Esports oleh Hartman Harris dan Delwyn, Personal Development oleh Laksmiari Saraswati Widodo, Sportivitas, Nasionalisme, dan Dedikasi kepada Bangsa oleh Liliyana Natsir, dan Healthy Lifestyle oleh Andy Kurniawan, Sp. KO.
Pada gelaran jumpa pers tersebut, Kemenpora juga menjawab isu seputar dampak negatif game yang memang sedang santer belakangan. Terkait hal tersebut, Kemenpora mengatakan bahwa kita semua, ekosistem esports harus lebih fokus pada sisi positif sebuah game. Ia tidak memungkiri bahwa video game bisa saja memberi efek negatif, namun harus dipikirkan juga bahwa kenyataannya kini video game bisa memberikan prestasi, dan mengharumkan nama Indonesia di mata Internasional.
Gelaran final Piala Presiden Esports 2019 akan diselenggarakan pada 30-31 Maret 2019 mendatang di Istora Senayan, jakarta. Kompetisi ini mempertandingkan 16 tim Mobile Legends terbaik se-Indonesia dengan komposisi berupa, 8 tim dari Kualifikasi Regional, dan 8 tim dari Kualifikasi Tertutup. Piala Presiden Esports 2019 memperebutkan total hadiah sebesar Rp1,5 miliar dan tentunya gelar juara Piala Presiden Esports yang pertama di Indonesia.
Riuh rendah esports Indonesia selama ini terbilang terpusat di Jakarta. Walaupun begitu, kini pelaku industri esports sudah mulai sadar bahwa esports di Indonesia bukan cuma Jakarta. Maka, kini banyak penyelenggara yang mencoba melebarkan sayap ke kota besar lain di Indonesia, seperti Piala Presiden, ataupun Bali United, yang pada 15-16 Maret 2019 kemarin menyelesaikan gelaran Bali United E-Sports Championship (BUEC) di Gianyar, Bali.
Anda tidak salah baca, Bali United, sebuah klub sepakbola, kini mulai terjun ke ekosistem esports. Bagi Anda yang bukan penggila bola, Bali United adalah klub sepakbola profesional yang bermarkas di Gianyar Bali. Klub yang satu ini mulai beroperasi pada tahun 2014. Sejak saat itu, klub ini terus konsisten berada di strata tertinggi kompetisi sepakbola Indonesia, yaitu Liga 1.
Merupakan bagian dari Bali United Festival, klub sepakbola ini mencoba melengkapi keseruan acara dengan kompetisi esports BUESC. Kompetisi tersebut mempertandingkan dua game, yaitu Mobile Legends dan PUBG Mobile. Selain itu, gelaran tersebut juga menjadi momen peluncuran organisasi esports milik Bali United yang bernama Island of Gods (IOG).
Dengan ini maka bisa dibilang, Bali United merupakan klub sepakbola pertama di Indonesia, yang memiliki tim esports sendiri. Terkait hal ini, Putri Paramitha Sudali selaku Direktur Bisnis Bali United, sempat mengungkap sedikit pandangannya terhadap ekosistem esports dalam negeri.
“Esports merupakan industri yang berkembang amat pesat, baik di Indonesia maupun dunia. Kami juga baru-baru ini mengamati bahwa banyak penggemar dan komunitas kami merupakan pengamat esports. Dengan peluncuran tim Island of Gods dan Bali United E-Sports Championship, kami ingin menyebarkan jaringan kami dan melayani para penggemar kami di luar sepak bola. Sebagai klub sepak bola Indonesia pertama yang terjun di ekosistem esports, kami juga berharap dapat berkontribusi kepada pertumbuhan industri ini di Indonesia” ujar Putri.
Walaupun Bali United masih baru pertama kali menyelenggarakan sebuah event esports, namun antusiasme para gamers terhadap BUEC ternyata cukup tinggi. Tercatat ada lebih dari 1500 tim dari seluruh negeri terdaftar di turnamen. Dari total peserta sebanyak itu, lalu disaring sampai tersisa 4 tim Mobile Legends dan 14 tim PUBGm yang berhasil mencapai babang final, dan lalu diterbangkan ke Bali untuk bertanding langsung di Bali United Cafe, Gianyar, Bali.
Selama dua hari berjalan, pertandingan berlangsung sangat sengit. Dari Mobile Legends ada beberapa tim besar seperti Flash Wolves, BOOM ID, SFI Omega dan Star8 Esports. Lalu untuk PUBGm, tim seperti Bigetron, RRQ, SFI 4S, bahkan EVOS Burnout dari Thailand turut serta bertanding dalam kompetisi ini. Tak lupa, tim IOG juga turut bertanding di dalam kedua cabang game tersebut.
Setelah pertarungan yang sangat keras dari para tim, akhirnya tim Star8 Esports keluar sebagai juara Mobile Legends, lalu dari PUBGm ada EVOS Burnout keluar sebagai juara. Dengan kemenangan tersebut, Star8 Esports berhak menerima hadiah sebesar Rp50 juta, sementara EVOS Burnout menerima hadiah sebesar Rp 35 juta.
Kehadiran Bali United di ekosistem tentu akan membuat esports di Indonesia semakin meriah. Meriah dalam artian, tambahan saingan yang membuat kancah kompetitif Mobile Legends serta PUBGm makin seru, tambahan investasi di ekosistem yang akan semakin mengembangkan industri esports, dan tentunya pemerataan esports agar tidak hanya terpusat di Jakarta saja.