Tag Archives: Mobile Marketing Association

MMA Impact Indonesia 2019

Pembaruan Strategi Pemasaran Daring di Ponsel akan Jadi Bahasan Utama di Forum MMA Impact Indonesia 2019

Forum Mobile Marketing Association (MMA) Impact Indonesia 2019 akan segera diselenggarakan untuk mendiskusikan secara detail mengenai masa depan pemasaran digital. Acara akan berlangsung pada 3 Oktober 2019 di Ritz-Carlton Mega Kuningan, Jakarta.

Dengan tema “Build The Future”, MMA Impact Indonesia 2019 akan menyoroti seputar bagaimana pemasaran dalam ponsel didefinisikan ulang – serta akan menyoroti tren-tren digital yang berkembang dengan pesat sehingga para pelaku pemasaran dan periklanan dapat meningkatkan efektivitas dalam menyampaikan pesan komunikasi dan unggul dalam kompetisi dalam menjangkau konsumen di media digital.

Country Manager MMA Indonesia Shanti Tolani dan Managing Director MMA Asia Pacifik Rohit Dadwal juga akan bergabung menyampaikan pembahasan mengenai hasil penelitian kognisi dari Amerika Serikat terkait dengan pemasaran digital dan lanskap penipuan iklan digital di Indonesia. Selain itu, 30 pemimpin perusahaan terkemuka di Indonesia dijadwalkan turut berbagi pengetahuan mereka mengenai seluk beluk dan peluang pemasaran digital di Indonesia.

“MMA telah melakukan penelitian Cognition Neuroscience untuk memahami bagaimana konsumen memproses informasi ketika terpapar iklan di ponsel. Hasil riset ini sangat menarik bahwa iklan di ponsel ternyata sudah memicu reaksi emosi dalam waktu kurang dari satu menit. Ini merupakan pengetahuan baru di dunia pemasaran, sebagaimana dipaparkan oleh Wall Street Journal dan akan kami paparkan untuk pertama kalinya di Indonesia,” ujar Shanti Tolani.

Selain yang sudah disebutkan, pembicara lainnya di forum MMA Impact Indonesia 2019 adalah Umesh Phadke (President Director L’Oreal Indonesia), Hemant Bakshi (President Director Unilever Indonesia), Noerman Taufik (CEO Infomo Indonesia), Lucjan Exner (Global Sales Manager Opera), Krishna Nugraha (Internet Marketing Lead Tokopedia), Sutanto Hartono (Managing Director of EMTEK), Surayot Aimlaor (Head of Marketing TikTok SEA), Gautam Kotwal (Chief Data Officer Gojek), dan masih banyak lainnya.

Rangkaian acara akan diikuti oleh penghargaan tahunan SMARTIES Indonesia Awards 2019. SMARTIES Awards merupakan pengakuan global untuk komunitas pemasaran digital di seluruh dunia yang dapat menggabungkan pemikiran terbaik mengenai pemasaran di dalam satu platform setiap tahunnya untuk mengenali dan merayakan bakat, kreativitas dan inovasi teknologi dalam industri pemasaran. Informasi lebih lanjut mengenai MMA Indonesia SMARTIES Award 2019 dapat diakses di laman https://www.mmaglobal.com/indonesia.

Disclosure: DailySocial merupakan media partner Mobile Marketing Association (MMA) Impact Indonesia 2019

Mobile Marketing Association (MMA) dan Integral Ad Science (IAS) mengestimasi potensi ad fraud di Indonesia mencapai Rp1,7 triliun sepanjang tahun ini

“Ad Fraud” di Indonesia Bisa Rugikan 1,7 Triliun Rupiah Sepanjang Tahun 2019

Mobile Marketing Association (MMA), bersama Integral Ad Science (IAS) merilis hasil survei bertajuk “Ad Fraud, Brand Safety & Viewability Whitapaper”, mengestimasi potensi ad fraud (penipuan iklan) di sisi pemasaran digital di Indonesia akan mencapai $120 juta (Rp1,7 triliun) sepanjang tahun ini.

Angka estimasi ini berasal dari gabungan data antara IAS dan eMarketer. Indonesia menjadi negara target kedua untuk penipuan iklan di ASEAN, setelah Thailand, lantaran skala dan volume pembelanjaan iklan yang signifikan. Disebutkan belanja iklan digital di Indonesia bakal menyentuh angka $639,9 juta. Satu per lima dari angka ini akan masuk ke kanal pemasaran iklan digital.

Secara global, potensi penipuan iklan diestimasi mencapai $42 miliar dari pengeluaran iklan, di Asia Pasifik sendiri sebesar $17 juta. Adapun anggaran belanja iklan digital akan meningkat dari $280 miliar di 2018 menjadi $330 miliar di 2019.

“Di negara ini, industri yang menjadi target penipuan iklan adalah para pengguna terbesar dalam pemasaran digital dan seluler. Mereka adalah pemain e-commerce, fintech, FMCG, dan gaming,” terang Country Manager MMA Indonesia Shanti Tolani, Kamis (8/8).

Angka taksiran ini pertama kalinya muncul di Indonesia. MMA akan membawa survei yang sama untuk negara lainnya di mana MMA beroperasi, setelah diklaim sukses di India. Tujuannya untuk meningkatkan kesadaran para stakeholder (pengiklan, publisher, agensi) tentang penipuan iklan dan mencari solusinya untuk mengurangi dampak kerugian.

Managing Director Asia Tenggara IAS Laura Quigley menjelaskan, ad fraud adalah segala aktivitas yang disengaja untuk mencegah iklan tersampaikan untuk orang, waktu, dan tempat yang tepat.

Teknik penipuan iklan ini bermacam-macam, ada yang berupa pixel stuffing, ad stacking, location fraud, cookie stuffing, user-agent spoofing, domain spoofing, dan lain-lain. Namun yang paling umum adalah nonhuman traffic dan domain spoofing.

“Hacker menciptakan bot untuk menjelajahi situs, mengklik iklan, memutar video dan melakukan pencarian, yang semuanya untuk meningkatkan traffic agar menghasilkan lebih banyak uang. Bot ini adalah virus yang dipasang tanpa sadar di komputer dengan cara yang tidak diketahui pengguna,” terangnya.

Ad fraud merupakan fenomena kompleks yang melibatkan hacker, pasar gelap software, traffic brokers, dan publisher yang belum teredukasi dengan baik mengenai apa yang terjadi. Biasanya kejadian ini terjadi di negara dengan penegakan kejahatan siber yang lemah.

Akibatnya, harus ada langkah proaktif untuk menghindari penipuan ini daripada mengandalkan hukum pidana. Solusi yang bisa dipakai adalah analisis perilaku dan jaringan dengan menggunakan data science untuk mempelajari user, analisis perangkat, dan pengintaian yang ditargetkan.

Setelah melakukan mitigasi pun, penipuan iklan ini tidak bisa semata-mata hilang sampai 0%. Tolak ukurnya sekitar 0,4%-0,5% mewakili kesuksesan campaign yang dijalankan dengan strategi mitigasi penipuan. Dibandingkan campaign yang tidak didukung tindakan mitigasi, risiko terkena penipuan berkisar di angka 9,5%-14,9%. Ini mencerminkan rata-rata di global.

Kesadaran stakeholder di Indonesia masih minim

Dalam whitepaper ini juga diterangkan bahwa kesadaran para stakeholder di Indonesia mengenai penipuan iklan masih minim. Dari survei yang dilakukan pada kuartal pertama 2019, sebanyak 33% pemasar masih rendah pengertiannya terhadap penipuan iklan untuk pembelanjaan iklan mereka.

Maksudnya, pengetahuan ini mencakup sistem monitoring dari cara brand ditayangkan di media dan bagaimana penayangan tersebut diukur masih rendah. Dengan demikian, ada kebutuhan untuk meningkatkan transparansi dari mitra media mereka.

“Hal ini penting bagi masing-masing pemangku kepentingan pada ekosistem ini untuk mengedukasi dan terus berusaha mengatasi isu tersebut. Di situlah MMA memberikan kontribusi pada industri periklanan, terkait penipuan iklan dan brand safety, Indonesia baru saja memulai perjalanannya,” ujar Shanti.

Pasalnya, penipuan iklan ini bisa berujung pada terancamnya keamanan nama brand (brand safety) itu sendiri ketika beriklan di konten-konten yang selaras dengan gambar, nilai, dan pesan brand. Halaman situs yang aman buat brand sebenarnya membantu pengiklan mencapai tujuan mereka dalam mengakuisisi konsumen.

Kesalahan tempat beriklan di laman yang tidak patut akan menggangu citra brand, bahkan makin parahnya sampai diboikot oleh konsumen. Kejadian ini biasanya terjadi ketika brand membayar media placement yang tidak sengaja disajikan disamping konten yang kontroversial.

Ada 11 kategori konten utama, menurut Interactive Advertising Bureau (IAB) yang diidentifikasi berisiko buat brand dan perlu dihindari. Mereka diantaranya konten dewasa, memfasilitasi aktifitas ilegal, subjek kontroversial, obat-obatan terlarang, memuat kebencian, dan lainnya.

Perlu ditekankan di sini, dampak dari penipuan iklan ini sebenarnya mengarah langsung kepada para stakeholder, mulai dari brand, publisher, dan agensi. Belanja iklan yang mereka gelontorkan tidak setara dengan hasil yang didapat karena angka impresi yang didapat tidak murni sama sekali.

End user pada umumnya tidak merasakan dampak ini sama sekali. Hanya saja, kemungkinan besar terganggunya perputaran siklus konsumen yang mencakup akuisisi dan engagament/re-engagement. Seringkali, brand hanya fokus pada akuisisi pelanggan saja tanpa memperhatikan cara retensi yang efektif.

Mengutip data Nielsen, MMA Indonesia menyebut belanja iklan di Indonesia sebesar Rp40,7 triliun di 2018. Iklan digital baru menyentuh 6% atau Rp2,4 triliun

Porsi Iklan Digital di Indonesia Baru Rp2,4 Triliun Sepanjang 2018

Mengutip data Nielsen, The Mobile Marketing Association (MMA) Indonesia Chapter menyebut belanja iklan di Indonesia sebesar Rp40,7 triliun di 2018. Namun iklan digital baru menyentuh 6% dari total tersebut atau sekitar Rp2,4 triliun.

Spending digital ini kebanyakan lari ke platform mobile. Ke depannya, potensi peningkatan belanja iklan digital akan terus membesar karena bertambahnya jumlah pengguna smartphone di Indonesia,” sebut Program Director MMA Asia Pacific Azalea Aina, kemarin (28/2).

Dia menambahkan, cara konsumen mengonsumsi iklan lambat laun akan bergeser ke arah mobile. Pasalnya, sebanyak 97% pengguna internet di Indonesia menggunakan smartphone sebagai akses utama mendapatkan informasi. Dari total tersebut, 89% di antaranya menggunakan smartphone Android.

Fakta lainnya, banyak orang Indonesia yang mengonsumsi konten dari smartphone bersamaan dengan saat menonton acara di televisi. Untuk itu, dia melihat beriklan ke media tersebut adalah komplementer dari keseluruhan strategi iklan, bukan dianggap sebagai sampingan saja.

“Kreatif dalam beriklan itu harus menyesuaikan dengan tren yang dikonsumsi masyarakat sekarang, bentuknya perlu menarik karena konsumen cenderung cepat dalam mengambil keputusan saat melihat iklan lewat smartphone mereka.”

Mengutip data lainnya, situs mobile yang paling banyak dikunjungi orang Indonesia adalah Google.com, Facebook, media daring Tribunnews, blogger.com, dan Google.co.id. Sementara lama kunjungan didominasi oleh Facebook dan Google.com.

Untuk aplikasi mobile, yang paling banyak dikunjungi adalah Google Play, disusul WhatsApp, YouTube, Google Search, Gmail, dan Google Maps. Sementara untuk lama kunjungan, statistik ini dikuasai Facebook Lite, WhatsApp, Facebook, dan YouTube.

Tren iklan digital tahun 2019

Sehubungan fakta di atas, konsumsi video dari perangkat smartphone diprediksi akan terus meningkat. Cara mengonsumsinya pun berbentuk vertikal, seperti layaknya menggunakan smartphone dalam keseharian.

Mengutip data Telkomsel, video adalah kategori yang paling dominan di konsumsi oleh para pelanggan. Volumenya mencapai 33% dari total konsumsi data. Bahkan diprediksi volume konsumsi data per pelanggan akan meningkat sampai 59% secara YTD.

Telkomsel mencatat pelanggan secara rerata mengonsumsi data video sebanyak 1,05 Gigabyte per bulannya. Perusahaan telekomunikasi tersebut memprediksi konsumsi data mencapai lebih dari 120 Petabyte pada 2020 mendatang.

“Implikasi dari tayangan video vertikal ini mempengaruhi brand untuk mengikuti tren tersebut karena sekarang cara konsumsi masyarakatnya sudah berubah.”

Tren lainnya yang berhubungan dengan iklan digital adalah meningkatnya aksi iklan penipuan. Indonesia disebut-sebut sebagai negara kedua dengan tingkat iklan penipuan tertinggi di dunia, setelah India.

Iklan penipuan ini masih belum bisa ditangani dengan baik oleh para pengiklan, sehingga banyak iklan yang muncul di tempat yang tidak semestinya. Di Asia Pasifik, iklan penipuan ini diprediksi merugikan pengiklan sampai US$56 miliar pada 2022, naik US$19 miliar dari tahun 2018.

Dilihat dari opsi beriklan, pengiklan bisa memanfaatkan kehadiran aplikasi game yang kini kian digandrungi oleh orang Indonesia. Secara industri, pemain game didominasi kaum perempuan 58%, sementara laki-laki 55%. Usia pemain game dikuasai oleh golongan 25-34 tahun (65%), 16-24 tahun (64%), 35-44 tahun (63%), dan terakhir 45-64 tahun (47%).

Menurut Azalea, buat para pengiklan aplikasi game ini bisa menjadi media iklan yang menarik karena memiliki pangsa pasar yang luas. Industrinya pun semakin terdukung oleh berbagai kompetisi skala nasional maupun regional.

“Brand itu belum banyak yang mau beriklan ke game, mungkin tahun ini akan semakin tinggi didukung oleh faktor pendukungnya. Dari kami akan ada workshop khusus terkait ini, kita mau edukasi semua pihak apa plus minusnya,” pungkasnya.

Resmikan cabang di Indonesia

Seiring dengan meningkatnya jumlah pengguna smartphone, MMA secara resmi membuka cabangnya di Indonesia. MMA Indonesia Chapter resmi dibentuk pada 19 Desember 2018. Kehadiran MMA diharapkan mempercepat transformasi dan inovasi pemasaran melalui seluler.

Sebagai salah satu dari 10 negara yang aktif berinternet seluler, Indonesia dianggap memiliki potensi pasar yang paling menarik di industri pemasaran seluler. MMA mengklaim sebagai satu-satunya asosiasi perdagangan global yang menyatukan seluruh ekosistem pemasar, agensi iklan, dan penjual teknologi.

Dalam asosiasi ini terpilih sembilan pemimpin yang mewakili masing-masing industri, termasuk Hemant Bakshi (Unilever Indonesia), Sri Widowati (Facebook Indonesia), Dharnesh Gordhon (Nestle Indonesia), Steve Christian (KLY), dan Hellen Katherina (Nielsen).

“MMA hadir untuk membantu menciptakan lanskap pemasaran seluler yang berkelanjutan di Indonesia,” terang Country Manager MMA Indonesia Shanti Tolani.

MMA Forum Indonesia 2018

MMA Forum Indonesia 2018 Akan Bahas Potensi dan Masa Depan “Mobile Marketing”

Mobile Marketing Association (MMA) Forum Indonesia 2018 akan kembali diselenggarakan untuk kelima kalinya pada 17 Oktober 2018 mendatang, bertempat di The Ritz-Carlton Jakarta. Tahun ini, MMA Forum akan mengambil tema #ShapetheFuture untuk menunjukkan bagaimana pemasaran melalui mobile akan menentukan masa depan sebuah bisnis.

Dalam sesi yang diselenggarakan, akan hadir 25 pembicara bergengsi. Para pemateri akan memberikan insight tentang bagaimana teknologi, mulai dari 5G hingga artificial intelligence (AI), akan menjadi alat ampuh bagi perusahaan dan agensi dalam memperkuat hubungan dengan konsumen, terutama anak muda, yang semakin piawai menggunakan teknologi.

Beberapa pemateri yang akan diundang termasuk Erick Thohir (President Commissioner Mahaka Group), Hemant Bakshi (President Director Unilever Indonesia), Dharnesh Gordhon (President Director Nestlé Indonesia), dan Axton Salim (Director Indofood). Turut hadir juga pemateri dari lanksap digital di antaranya Morden Chen (General Manager UC Ads), Aske Østergård (Founder Decision Lab), Pravin Shetty (Vice President POKKT APAC), Dale Kim (Country Manager LINE Indonesia), Edi Taslim (CEO Kaskus), dan Irzan Raditya (CEO and Co-Founder Kata.ai)

“Para pembicara juga akan berbagi wawasan tentang bagaimana perusahaan-perusahaan bisa meningkatkan pendapatan dengan mengintegrasikan teknologi mobile di dalam proses bisnis mereka. Melalui teknologi mobile, perusahaan bisa memahami keinginan dan kebutuhan para konsumen. Pemahaman ini kemudian bisa dipenuhi melalui pemakaian teknologi secara inovatif,” kata CEO MMA, Greg Stuart.

Peserta Forum bisa mendengarkan para pembicara saat diskusi panel tentang menjalankan strategi di antara lanskap pemasaran yang kompleks, cara untuk unggul dalam penggunaan mobile, dan solusi mobile untuk bertumbuh secara berkelanjutan.

“Di MMA Forum, pemateri dan peserta berkumpul untuk bertukar wawasan tentang tren industri terbaru dan meramalkan tren yang akan datang. Isi dari Forum ini akan menjadi bahan untuk menciptkan strategi mobile marketing, baik itu meningkatkan kesadaran atas sebuah merek tertentu atau memanfaatkan keampuhan video,” kata Managing Director MMA APAC, Rohit Dadwal.

Forum MMA Indonesia 2018 akan dilanjutkan dengan penghargaan tahunan MMA SMARTIES ™ Indonesia 2018 yang keempat. SMARTIES adalah program penghargaan global yang menghormati dan merayakan prestasi karya terbaik di industri mobile marketing.

Untuk pendaftaran dan informasi lebih lanjut tentang Forum MMA Indonesia 2018, termasuk agenda terbaru dan profil pembicara, silakan kunjungi: https://www.mmaglobal.com/forumindonesia2018.

Disclosure: DailySocial merupakan media partner Mobile Marketing Association Forum Indonesia 2018

Mencermati Masa Depan Aplikasi Chat Message dan Popularitas Voice Assistant untuk Kegiatan Pemasaran

Dalam gelaran Mobile Marketing Association (MMA) Forum 2017, banyak hal menarik yang disampaikan oleh panelis. Sebagian besar mengerucut kepada perkembangan teknologi dan penerapan kegiatan pemasaran yang saat ini sudah mulai bergeser kepada mobile.

Popularitas Voice Search dan Voice Assistant

Dalam presentasi-nya Chairman dan CEO AMEA, Russia/CIS Mindshare Ashutosh Srivastana menyebutkan, sudah waktunya publisher dan brand mulai meninggalkan cara-cara lama dan mulai memanfaatkan secara menyeluruh platform mobile untuk beriklan.

“Saat ini secara global sebanyak 1,4 miliar pengguna smartphone, dan Tiongkok masih memberikan kontribusi yang besar dari sisi pengguna, hal tersebut sudah menegaskan masif-nya penetrasi smartphone saat ini.”

Untuk memudahkan brand melakukan kegiatan pemasaran dengan tepat, ada 4cara yang bisa diterapkan dan diklaim mampu meningkatkan kegiatan pemasaran secara mobile. Tiga tahap tersebut adalah implikasi, interaktif, intelligence dan imersif.

“Ketiga tahap tersebut memiliki fungsi yang berkaitan dan jika diterapkan secara tepat bisa memberikan hasil yang optimal terkait dengan kegiatan pemasaran.

Definisi implikasi, interaktif, intelligence dan imersif

Saat ini sudah banyak teknologi mobile yang mengedepankan interaktif untuk menarik perhatian konsumen dan tentunya memberikan pengalaman pengguna yang lebih baik. Salah satu kegiatan pemasaran interaktif yang sudah dilancarkan oleh brand adalah Alibaba dengan promosi supermarket dengan skema online-to-offline.

Hal selanjutnya yang juga dibahas dalam presentasi tersebut adalah penerapan teknologi Artificial Intelligence (AI), machine learning yang saat ini sudah semakin banyak digunakan oleh brand.

Salah satu produk AI yang juga mulai berkembang dan cepat pertumbuhannya adalah Voice Assistant. Kehadiran Alexa, Google Assistant, Watson IBM sudah membantu brand untuk memanfaatkan teknologi tersebut untuk melakukan kegiatan pemasaran.

“Di Amerika Serikat sendiri saat ini sebanyak 47% millennial memanfaatkan Voice Search dan Voice Assistant untuk melakukan pencarian produk. Voice Integration juga sudah digunakan oleh perbankan untuk berinteraksi dengan nasabahnya,” kata Srivastana.

Terkait dengan imersif, beberapa pendekatan yang terbukti telah berhasil menarik perhatian konsumen adalah penerapan Augmented Reality (AR) untuk beriklan. Dengan konten yang menarik brand mampu mendapatkan hasil yang positif dari jumlah konsumen hingga revenue.

Evolusi dan masa depan aplikasi chat message

Dalam kesempatan tersebut turut hadir CEO BBM Matthew Talbot menyampaikan presentasi-nya tentang evolusi chat yang saat ini semakin cepat pertumbuhannya. Bukan lagi mengandalkan SMS, chat message sudah didominasi oleh aplikasi yang sudah menjelma bukan hanya sebagai platform untuk mengirimkan pesan, namun juga sebagai platform untuk pembayaran, beriklan dan konten lainnya.

“Tercatat saat ini 130 menit orang menghabiskan waktu di aplikasi chat message, dan dari berbagai aplikasi chat yang beredar saat ini sebanyak 3-4 aplikasi chat digunakan oleh orang” kata Talbot.

Hal tersebut membuktikan bahwa aplikasi chat message sudah bukan lagi bersifat personal, namun sudah menjadi bagian dari rutinitas yang sudah di semati dengan berbagai fitur menarik hingga peluang bagi brand untuk beriklan.

“Aplikasi chat message juga sudah menjadi enabler layanan e-commerce sebagai media pembayaran untuk memudahkan pengguna,” kata Talbot.

Ditambahkan juga oleh Talbot sudah waktunya bagi brand untuk mulai meninggalkan cara-cara lama saat melakukan kegiatan pemasaran dan mulai beralih ke smartphone.

“Saat ini sudah banyak aplikasi chat message yang menyediakan berbagai fitur terpadu untuk brand hingga layanan e-commerce melakukan engagement kepada konsumen, untuk saat ini dan selanjutnya sudah waktunya aplikasi chat message digunakan lebih menyeluruh untuk kegiatan pemasaran dan lainnya,” kata Talbot.

Iklan Mobile Sebagai Jalur Pelengkap Media Beriklan Masa Kini

Pesatnya perkembangan dunia digital turut membuat perubahan tren gaya hidup, tak terkecuali gaya beriklan yang dilakukan oleh berbagai perusahaan untuk mendapatkan konsumennya. Untuk region Asia Pasifik, tiap tahunnya pertumbuhan belanja iklan mobile terus merangkak naik. Namun porsinya diperkirakan belum mendominasi iklan konvensional.

Menurut Rohid Dadwal, Managing Director of Mobile Marketing Association, kebanyakan perusahaan masih menerapkan pemasaran lewat mobile sebagai jalur trial untuk mempelajari pasar dan testing keefektivitasannya. Sehingga, cenderung masih lebih mengandalkan pemasaran iklan lewat jalur konvensional, seperti televisi, radio, billboard, media cetak, dan media online.

Hal ini terlihat dari besaran porsi antar keduanya masih berbanding jauh. Dia memperkirakan, saat ini secara persentase masih berada di kisaran 7%-10%. Menurutnya, iklan mobile ke depannya bakal menjadi bahan pelengkap dari jalur iklan konvensional.

“Perlu diketahui, iklan mobile itu bukan kompetitor bagi iklan konvensional. Justru menjadi pelengkap yang sudah ada. Ada tambahan channel marketing yang tingkat efektivitasnya bisa terukur dengan tepat,” ujarnya di sela-sela acara Mobile Marketing Association Forum, Kamis (22/9).

Dia mengungkapkan, pihaknya belum mengetahui secara detil berapa besaran bujet iklan mobile yang diterapkan di Indonesia. Menurutnya, porsinya masih sangat kecil. Untuk itu, lewat acara ini dia berharap bisa memajukan channel marketing yang baru ini.

Mobile is everything. Sedangkan perusahaan butuh strategi marketing, dan strategi itu adalah mobile. Sebab, mobile bisa terintegrasi dengan berbagai hal, seperti media sosial.”

Facebook sebagai platform iklan mobile

Secara terpisah, di sela-sela sesi diskusi panel. Sri Widowati, Country Director Facebook Indonesia, menerangkan Facebook dapat menjadi salah satu media beriklan yang bisa menjangkau target konsumen secara spesifik, sehingga lebih tepat sasaran. Terlebih, tersedianya kostumisasi bahasa yang bisa disesuaikan dengan target konsumen.

Namun, dia tidak bisa memungkiri fakta bahwa beriklan di televisi memang dinilai lebih tepat untuk meningkatkan awareness konsumen. Terlebih, dengan jumlah populasi 250 juta orang Indonesia bakal lebih cepat bila memasarkan iklan di televisi.

“Iklan di televisi memang lebih banyak menyasar target konsumen, namun karena banyaknya itu jadi tidak bisa menjangkau target secara spesifik.”

Facebook memiliki data dan bisa membaca kebiasaan penggunanya. Dengan demikian, pengiklan bisa mengetahui dengan jelas siapa target konsumennya. Bujet investasi yang akan dikucurkan pun akan jauh lebih efisien.

“Facebook bisa meningkatkan jangkauan iklan. Dengan menggabungkan iklan televisi dengan Facebook, maka jangkauan akan lebih dalam dan investasi akan lebih bagus.”

BlackBerry Messenger mulai bertransformasi

Tak hanya media sosial Facebook yang bisa dipilih pengiklan untuk iklan mobile, BlackBerry Messenger (BBM) pun juga mulai bertransformasi memberikan layanan iklan mobile. Krishnadeep Baruah, Vice President Sales BlackBerry Messenger (BBM) APAC, mengatakan sejumlah perubahan yang lebih friendly dalam ekosistem BBM mulai dari fitur banner, native ads, push messages, dan tombol buy now.

Berbagai pengiklan dari berbagai sektor pun bisa memilih BBM sebagai alternatif, misalnya perusahaan game, marketplace, berita online, dan video. Dia membeberkan data pengguna BBM dari smartphone yang terdaftar di Indonesia mencapai 110 juta orang. Sementara dari segi pengunjung BBM Shop sebesar 172 juta orang, pengiklan BBM per harinya menyentuh angka 1,5 miliar, BBM channel yang sudah tersebar mencapai 670 ribu channel, dan jumlah pesan yang terkirim di BBM per harinya mencapai 16,7 miliar pesan.

“Perubahan aplikasi messaging bakal melesat ke depannya. Di BBM kami memulai transformasi mulai dari perubahan konten, menambahkan fitur stiker, subscription, top picks, games, music, dan voucher. Tujuan akhirnya ingin menjadikan BBM sebagai jalur alternatif iklan mobile, sebab kami memiliki database pengguna BBM yang lengkap sesuai perilaku mereka,” pungkas Baruah.

Indonesia MMA Smarties Awards Kedua Jadi Bagian MMA Forum Indonesia 2016

Mobile Marketing Association (MMA) akan kembali menggelar MMA Forum Indonesia untuk ketiga kalinya pada 22 September 2016 nanti di Ritz Carlton Hotel Kuningan, Jakarta. Bersamaan dengan perhelatan ketiga ini, Indonesia MMA Smarties Awards yang kedua juga akan kembali digelar. Ada sekitar 45 nominasi kampanye untuk lebih dari 20 kategori mulai dari strategi marketing, media, teknologi, kreativitas, dan penghargaan industri yang akan meramaikan ajang Indonesia MMA Smarties Awards kali ini.

MMA Smarties Awards adalah satu-satunya penghargaan mobile marketing dunia yang menjunjung inovasi, kreativitas, dan kesuksesan. Kualitas yang dimiliki oleh peserta dalam perhelatannya yang kudua untuk Indonesia ini akan memperlihatkan peningkatan kepedulian terhadap mobile marketing dan potensinya di Indonesia.

Di tahun keduanya, ada kecenderungan pertumbuhan dari sisi sektor e-commerce yang memang tumbuh dari tahun ke tahun. Dampaknya, pemain seperti Lazada dan Zalora kali ini menerima lebih dari satu nominasi. Pun begitu, Unilever disebutkan kembali memimpin dalam daftar nominasi MMA Smarties Awards 2016 di Indonesia dengan meraih 20 nominasi.

Managing Director MMA Asia Pasifik Rohit Dadwal menyampaikan, “Kami bangga dapat membawa kembali Indonesia Smarties Award. […] Setiap tahun, berbagai brand dan agensi telah membuat kami terkesan dengan kreativitas baru dan kemampuan mereka untuk menjangkau khalayak yang memiliki konsumsi unik dan pola perilaku yang terus berkembang.”

“Tahun ini, kami menerima entri yang lebih menarik dan para juri menitikberatkan penilaiannya pada kampanye yang menempatkan mobile marketing sebagai inti dalam strategi komunikasi serta menggunakan teknologi dan data untuk memberikan real time advertising,” lanjut Rohit.

Beberapa juri dan narasumber yang akan hadir dalam MMA Forum Indonesia dan Indonesia MMA Smarties Awards adalah Erik Meijer (Telkomtelstra), Devi Attamimi (Hakuhodo Network Indonesia), Rohit Dadwal (MMA), Juhi Kalia (Facebook), Daniel Tumiwa (OLX Indonesia), dan Danny Wirianto (GDP Venture).

Tahun ini, MMA Forum Indonesia akan membawa tema “Winning at Mobile, Winning at Business”. Melalui berbagai sesi panel diskusi dengan pembicara berpengalaman di bidangnya, MMA Forum Indonesia 2016 ingin dapat menginisiasi dialog tentang bagaimana menyoroti praktek terbaik dari mobile marketing, mitos-mitos yang ada, dan membahas tuntas dari studi kasus nyata brand. Diharapkan, para peserta MMA Forum Indonesia akan mendapatkan informasi menyeluruh dan memanfaatkannya dalam strategi pemasarannya.

MMA Forum Indonesia 2016 akan digelar pada 22 September 2016 di Ritz Carlton Hotel Kuningan, Jakarta melalui kerja sama dengan BBM, Appsflyer, POKKT, Indonesian Digital Association (IDA), Mobile Monday Indonesia, dan Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia DKI Jaya.

Untuk pendaftaran dan informasi lebih lanjut mengenai MMA Forum Indonesia 2016, termasuk agenda terbaru dan profil pembicara, Anda dapat mengunjungi tautan berikut.

Bagi pembaca DailySocial, ada 10 tiket MMA Forum Indonesia yang akan dibagikan melalui kuis di Facebook dan Twitter yang akan ditutup pada 20 September. Syaratnya, Anda hanya perlu follow akun Instagram DailySocial dan mention jawaban via Twitter atau Facebook dengan hashtag #inikuisds. Selain itu, masih ada potongan harga 15% dengan memasukkan kode DailySocial untuk MMA Forum Indonesia 2016.

_
Disclosure: DailySocial adalah media partner MMA Forum Indonesia 2016

Lancarkan Gerakan “Mobile Only”, Mobile Marketing Association Gelar Acara MMA Forum dan Penghargaan Smarties

Mobile Is The King! Itulah gambaran yang saya dapatkan ketika mengikuti brunch session dengan Managing Director Mobile Marketing Association Asia Pasifik Rohit Dadwal di Branche Jakarta (02/10). MMA dengan visi dan misinya berusaha untuk mengedukasi para pelaku industri periklanan untuk merubah mindset agar mulai bergerak ke dunia mobile.

Continue reading Lancarkan Gerakan “Mobile Only”, Mobile Marketing Association Gelar Acara MMA Forum dan Penghargaan Smarties