Tag Archives: Mobile Marketplace

Marketplace Fesyen Asia Tenggara Zilingo Resmikan Kehadiran di Indonesia

Zilingo, pemain marketplace fesyen Asia Tenggara, meresmikan kehadirannya di Indonesia dengan badan hukum PT Zillion Tech Indonesia yang berlokasi di Jakarta. Co-Founder dan CEO Zilingo Ankiti Bose menjelaskan sementara ini Zilingo baru bisa diakses lewat situs resminya. Untuk aplikasi mobile dalam waktu dekat akan segera dirilis, baik untuk platform Android maupun iOS.

Hadirnya Zilingo di Indonesia merupakan bagian ekspansi pasca perolehan dana Seri A tahun lalu. Saat ini Zilingo melayani konsumen yang berlokasi di Jabodetabek saja, namun rencananya pada Maret 2017 mendatang akan menjangkau seluruh konsumen di seluruh Pulau Jawa. Adapun dari sisi penjual, jumlahnya telah mencapai lebih dari 2700 penjual dengan total 100 merek lokal.

Tak hanya itu, para penjual dari Tiongkok, Thailand, dan Taiwan telah menunjukkan keseriusannya untuk ikut berjualan lewat platform Zilingo Indonesia.

“Proses pembuatan situs Zilingo Indonesia lebih cepat dari negara lainnya, kurang dari seminggu sebelum jadwal peluncuran. Kami juga telah menjaring lebih dari 100 pesanan tiap harinya. Sampai akhir tahun ini, kami menargetkan dapat menjadi pemain marketplace fesyen nomor satu di Indonesia,” kata Ankiti.

Menerapkan strategi pelokalan

Bersaing dengan kompetitor, seperti Sale Stock dan Shopee, Zilingo memiliki kiat tersendiri dalam menjalani bisnisnya di Indonesia. Ankiti menerangkan, kunci utamanya adalah melakukan pelokalan untuk seluruh lini. Dia mengaku Zilingo tidak akan berjalan sukses tanpa adanya model pernikahan integrasi sistem teknologi dari Singapura dan India untuk menciptakan nuansa pasar Indonesia.

Untuk menyeriusi bisnis Zilingo di Indonesia, pihaknya telah menempatkan tim lokal mulai dari posisi Country Manager, penjualan, pemasaran, operasional, dan customer care. Beberapa lainnya berasal dari tim pusat tinggal di Indonesia guna memahami dan mengintegrasikan proses bisnis Zilingo dan menciptakan fitur-fitur yang inovatif.

Mengingat Indonesia adalah negara kepulauan, Zilingo telah melakukan kerja sama dengan perusahaan logistik untuk metode pengirimannya. Tak hanya itu, untuk menyesuaikan dengan budaya orang Indonesia, Zilingo juga menyediakan opsi pembayaran lewat transfer ATM dan kolom khusus untuk koleksi Batik.

“Pelokalan telah menjadi kekuatan inti kami sejak pertama kali ekspansi di 2015 untuk menciptakan platfom sesuai kebutuhan lokal. Ekspansi akan kami lakukan bertahap, dengan menciptakan basis bisnis yang kuat di Jabodetabek sebelum ekspansi ke daerah lainnya.”

Ankiti mengklaim kebanyakan pemain e-commerce fesyen di Indonesia bermain di segmen horizontal. Mereka hanya menjual produk dari barang bermerek atau label pribadi. Zilingo menawarkan product discovery yang lebih mudah bagi para penjual. Mereka berharap bisa mendorong pemain fesyen yang sudah lama dikenal masyarakat untuk go online.

Konsep yang dianut Zilingo adalah membantu penjual UKM offline dapat berjualan secara online. Mereka menyediakan dukungan back end secara penuh untuk para penjual, mencakup pusat penjual online dan aplikasi yang dapat digunakan untuk mengunduh daftar produk, mengelola inventaris, jadwal pickup dan melakukan layanan pelanggan dan pemasaran.

“Seperti penawaran kami di Zilingo Singapura dan Thailand, kami berencana untuk memperkenalkan layanan lintas-batas di Indonesia. Konsumen dapat berbelanja di platform Zilingo di seluruh Asia Tenggara dan penjual dapat menjual produknya di sana,” pungkas Ankiti.

Tren Belanja Online dan Rencana Shopee di Indonesia Tahun Ini

Persaingan e-commerce di Indonesia semakin ramai. Shopee, salah satu bisnis e-commerce yang memiliki konsep marketplace, memandang bahwa persaingan yang terjadi di pasar Indonesia saat ini merupakan upaya bisnis e-commerce mengambil kesempatan pasar Indonesia yang sedang tumbuh. Shopee telah merencanakan sejumlah strategi untuk mengarungi tahun 2017.

Sebagai marketplace yang mengandalkan pendekatan mobile, Shopee melihat ketatnya kompetisi bisnis e-commerce di Indonesia saat ini sebagai pendorong untuk secara konsisten menghadirkan solusi terbaik untuk masyarakat. Salah satu yang ditawarkan Shopee adalah menghadirkan fitur media sosial yang sudah dekat dengan masyarakat untuk mengambil peluang dari tingginya penetrasi penggunaan perangkat mobile di Indonesia.

Selain itu Shopee, yang didukung Garena yang berbasis di Singapura, juga percaya bahwa hadirnya roadmap e-commerce yang dikeluarkan pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika tahun lalu akan memberikan dampak positif bagi industri e-commerce secara nasional. Utamanya untuk menguatkan industri e-commerce dan mengatur industri yang sedang berkembang ini.

“Shopee percaya bahwa industri e-commerce di Indonesia akan mendapatkan perhatian yang lebih luas lagi di tahun 2017, khususnya dengan diperkenalkannya E-Commerce Roadmap Nasional melalui Kementerian Komunikasi dan Informasi tahun lalu. Dengan adanya peraturan pemerintah tersebut, diharapkan struktur ekosistem industri ini dapat lebih kuat dan teratur, guna mendukung bisnis perusahaan e-commerce di Indonesia,” ujar Regional Managing Director Shopee Rainal Lu kepada DailySocial.

Rencana Shopee di tahun 2017

Di tahun 2017 Shopee melihat peluang cukup menjanjikan di sektor e-commerce, utamanya mobile-first. Segmen mobile selama ini coba dieksplorasi Shopee dengan pendekatan fitur atau layanan yang diberikan. Shopee memperkirakan pengguna perangkat mobile di Indoensia akan terus berkembang dan tren e-commerce lambat laun akan mengarah ke mobile commerce.

Dari hasil internal Shopee disebutkan bahwa tak kurang dari 70% pengguna Shopee lebih memilih melakukan transaksi via mobile app karena kemudahan dan fleksibilitas yang ditawarkan. Dengan semakin membudaya belanja online via mobile app ini, Shopee berharap bisa meningkatkan jumlah transaksi yang ada.

Mengenai inovasi di tahun ini, tidak banyak yang bisa dibagikan Shopee. Yang jelas Shopee merencanakan perbaikan kualitas layanan mulai dari menambahkan metode pembayaran yang ada, kerja sama dengan brand, dan mempermudah mekanisme pendaftaran. Termasuk memperkuat jaringan e-commerce degan menjalin kerja sama dengan penyedia logistik third-party. Selain itu peningkatan pengalaman pengguna juga tak luput dari fokus Shopee tahun ini, meski belum dijelaskan secara rinci.

“Shopee secara konsisten berupaya untuk menghadirkan beragam solusi untuk memastikan pengguna kami mendapatkan pengalaman berbelanja menggunakan ponsel yang nyaman dan menyenangkan. Di masa mendatang, kami berkomitmen untuk secara konsisten melaksanakan beberapa program yang kami rasa memberikan keuntungan langsung bagi pengguna,” ujar Lu.

Application Information Will Show Up Here

Penutupan Jade dan Terhentinya Coral, Tanda Persaingan Industri E-commerce Indonesia Semakin Ketat

Vertikal startup paling riuh persaingannya di Indonesia adalah e-commerce. Sejak pertama kali hype startup terdengar di Indonesia, sektor ini seolah tidak kehabisan peminat. Banyak sekali model-model startup e-commerce bermunculan, baik dengan konsep yang serupa maupun yang berbeda. Tak jarang perusahaan besar turut masuk ke industri ini dengan alasan mengembangkan bisnisnya ke arah digital.

Salah satu imbas ketatnya persaingan e-commerce adalah banyak startup yang layu, tutup bahkan sebelum dikenal masyarakat. Tahun ini, Jade, sebuah layanan e-commerce yang kabarnya siap memanaskan persaingan industri e-commerce di Indonesia dengan konsep anggota premium mengumumkan penutupan layanannya dalam waktu yang tidak ditentukan. Belum jelas apa yang sedang terjadi, sejauh ini pihak Jade belum bisa dikonfirmasi.

Selain itu ada juga Coral, sebuah layanan mobile marketplace yang mencoba memanfaatkan tren sosial dan mobile ke dalam pengalaman belanja. Bersaing dengan sejumlah pemain seperti Lyke, Shopee, dan Carousell, beberapa waktu ini situs Coral tidak dapat diakses dan aplikasi Coral sudah ditarik dari Google Play. Kami berusaha menghubungi pihak Coral untuk memastikan hal ini. Ada yang mengabarkan bahwa Coral saat ini sedang melakukan rebranding untuk layanannya, meski belum terkonfirmasi.

Dua layanan tersebut melengkapi jajaran startup e-commerce yang menghentikan layanannya di Indonesia tahun ini. Sebelumnya sudah ada Ensogo dan Rakuten yang menutup semua layanannya di Asia Tenggara. PinkEmma, yang sebelumnya juga menimbulkan tanda tanya, tampaknya sudah kembali beroperasi.

Menghentikan layanan kadang menjadi pilihan terbaik

Dalam setiap keputusan penutupan pasti ada isu-isu yang melatarbelakanginya. Entah itu kehabisan modal, tidak bisa bersaing dengan pemain yang ada, hingga sedang mempersiapkan turn over bisnis ke bentuk, pasar, atau pengguna yang lebih potensial. Demikian juga pertanyaan yang menghinggap soal Jade dan Coral. Keduanya masih belum berumur 6 bulan sejak peluncuran.

Industri e-commerce di Indonesia sekarang semakin ketat dan keras. Ketat untuk menggambarkan begitu sesaknya industri ini dan keras untuk menggambarkan siapa pun harus bersiap untuk gulung tikar atau diakuisisi.  Jika sokongan dana tidak begitu besar, sulit untuk bisa bersaing dengan pemain yang sudah ada. Yang ada malah layu sebelum berkembang, ecuali jika memposisikan diri sebagai niche player.

Jika menengok pemain e-commerce di Indonesia yang masih bertahan macam Lazada, Bukalapak, Tokopedia, Mataharimall, Alfacart, Blanja, Bhinneka, dan lain-lain, mereka memiliki dukungan modal yang sangat besar untuk bisa terus berinovasi dan mempromosikan dirinya ke masyarakat. Dengan belum ada “pemenang” di sektor ini, bahan bakar pendanaan investor menjadi hal yang krusial. Mereka yang kehabisan bensin, bakal berhenti di tengah jalan.


Randi Eka Yonida berkontribusi dalam penulisan artikel ini.

Indonesia Menyumbang 40 Persen Pertumbuhan Bisnis Shopee di Asia Tenggara

Layanan mobile marketplace C2C Shopee menyebutkan bahwa 40% kontribusi pertumbuhan bisnis di negara-negara Asia Tenggara tempatnya beroperasi saat ini berasal dari Indonesia. Shopee juga mengklaim kini aplikasinya telah diunduh 20 juta kali di seluruh Asia Tenggara dan menerima lebih dari 250 ribu pesanan tiap harinya. Di samping itu, Shopee juga mengumumkan akan menggelar Mobile Shoping Day pada tanggal 10 Oktober 2016 nanti yang rangkaian acaranya akan dimulai sejak tanggal 1 Oktober 2016.

Berdasarkan data Kementrian Komunikasi dan Telekomuniasi, pembelian barang secara daring yang dilakukan melalui perangkat mobile mengalami pertumbuhan hingga 164% dari 2014 hingga 2015. Sedangkan pembelian melalui website atau desktop hanya mengalami peningkatan sebesar 32%.

Shopee yang berada di bawah payung Garena pun mengklaim kini telah mengalami peningkatan bisnis yang signifikan di ketujuh negara tempatnya beroperasi, termasuk Indonesia. Berdasarkan data internal, pada Agustus 2016 Shoppe telah diunduh 20 juta di seluruh Asia Tenggara dan menerima pesanan lebih dari 250 ribu tiap hari.

Indonesia disebut sebagai negara yang memberikan kontribusi paling besar, sebesar 40% dari bisnis Shopee secara keseluruhan. Shopee sendiri saat ini sudah beroperasi di Singapura, Malaysia, Indonesia, Thailand, Vietnam, Filipina dan Taiwan.

CEO Shopee Chris Feng mengatakan, “Dengan pengalaman serta pemahaman yang kami miliki terkait pasar Indoensia, kami percaya dapat bertahan di sini. Kami juga terus mempercepat hubungan dengan rekan bisnis dan memeperbaiki diri agar sesuai dengan kebutuhan konsumen di Indonesia. […] Secara umum kami juga kini tumbuh sekitar 50-60 persen tiap bulannya. Pertumbuhan ini untuk trafik dan transaksi. Saya rasa transaksi akan tumbuh bersamaan dengan trafik.”

Sebagai informasi, Garena, perusahaan induk yang menaungi Shopee juga telah mendapatkan pendanaan seri D sebesar $ 170 juta pada Maret 2016 silam yang dipimpin oleh Khazanah Nasional Berhard. Menurut Chris, pendanaan tersebut juga secara tidak langsung telah memperkuat kemampuan finansial Shopee. Salah satu investasi yang dilakuan adalah di sektor edukasi dengan menggelar program Young Entrepreneur Program dan Shopee University. Melalui kedua program tersebut, Shopee mencoba untuk memberikan edukasi kepada para sellers mereka tentang berbisnis jual beli secara online.

Mobile Shoping Day

Di samping mengumumkan pertumbuhan bisnis, Shopee juga mengumumkan akan menggelar kampanye Mobile Shopping Day, kegiatan belanja online via mobile yang menawarkan berbagai penawaran menarik. Kegiatan ini direncanakan untuk digelar selama 10 hari mulai dari tanggal 1 Oktober 2016 dan puncaknya pada tanggal 10 Oktober 2016 nanti. Harapannya, festival belanja mobile tersebut bisa menjadi festival belanja mobile terbesar yang pernah ada.

“Shopee ingin menandakan tanggal 10 Oktober sebagai sebuah pencapaian penting yang memperlihatkan awal dari sebuah era baru dimana kita dapat berbelanja online secara bebas kapan saja melalui perangkat mobile. Kami juga ingin mengundang semua pihak untuk dapat merayakan hari istimewa ini bersama kami di Shopee,” ujar Chris.

Pun begitu, Chris juga menyampaikan bahwa pihaknya tidak akan memasang target untuk kampanye ini. Tujuan utama yang ingin dicapai adalah edukasi kepada konsumen bahwa kini sudah terjadi pergeseran perilaku di masyarakat untuk berbelanja, yang semula melalui desktop kini sudah bisa dilakukan melalui perangkat mobile.

Berdasarkan survei Criteo di tahun 2015, Indonesia adalah negara penyumbang tren m-commerce tertinggi di Asia Tenggara. Angkanya mencapai 34% yang diikuti oleh Taiwan di posisi kedua dengan 31% dan Singapura di posisi ketiga dengan 29%.

Selain Shopee, konsep serupa juga ditawarkan oleh Carousell yang sama-sama berbasis di Singapura. Lalu masih ada juga Lyke, Tokopoket, dan Coral yang saat ini beroperasi di Indonesia dan meramaikan ranah mobile marketplace.

Application Information Will Show Up Here

Carousell Acquihire Pegawai WatchOverMe, Tiga Di Antaranya Orang Indonesia

Carousell, layanan mobile classified app asal Singapura, melakukan berbagai langkah strategis untuk mendukung pertumbuhan bisnis pasca mendapatkan pendanaan seri B sebesar $35 juta baru-baru ini dengan penguatan produk dan menambah tim teknis (engineer). Carousell mengakuisisi penuh perusahaan aplikasi asal Malaysia, WatchOverMe, meng-acquihire karyawannya, dan merelokasi mereka ke kantor pusat Carousell di Singapura.

[Baca juga: Carousell Bukukan Pendanaan Seri B Sebesar $ 35 Juta]

Quek Siu Riu, Co-Founder Carousell, menjelaskan dari total sembilan orang tim aplikasi WatchOverMe, tidak seluruhnya memilih untuk bergabung. Lima orang dari tim produk dan teknis, yang datang dari berbagai latar belakang, bergabung dengan Carousell.

Menariknya, lanjutnya, tiga orang dari mereka yang bergabung adalah berkebangsaan Indonesia, satu orang dari berasal Malaysia, dan satu lagi dari Ukraina.

Bila ditotal kini tim engineer Carousell memiliki delapan kewarganegaraan yang berbeda. Sebelumnya mereka sudah memiliki karyawan berkebangsaan Lithuania, India, Taiwan, dan Singapura. Salah satu engineer baru tersebut adalah lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB), Abraham Krisnanda.

“Hal inilah yang membuat dia [Abraham] dan tim teknis lainnya sangat bernilai, karena track record kinerjanya sudah cukup dikenal di Singapura. Mereka itu punya passion yang tinggi di IT, problem solver, dan menyukai tantangan,” terang Quek, Rabu (31/8).

Carousell memiliki ambisi untuk membangun tim berkelas dunia yang terdiri dari designer dan engineer. Menurutnya, dengan keragaman kewarganegaraan menjadi hal penting dalam melayani komunitas global, sekaligus memberikan kebutuhan masing-masing.

“Melalui acquihire ataupun perekrutan individual, mereka sangat penting dalam mendorong Carousell ke tahap selanjutnya.”

Tim teknis tersebut, sambungnya, akan bertugas dalam perbaikan produk Carousell dari peningkatan user experience. Fokusnya untuk memudahkan proses penjualan barang dan menarik pengguna untuk menjual dan membeli barang.

Carousell juga menambah satu orang senior di industri teknologi yang bergabung ke dalam tim, yakni Andrius Baranaukas sebagai Director of Product. Berbekal pengalamannya selama di Vinted, marketplace untuk barang preloved, seperti membangun layanan komunitas Vinted, chat, dan logistik, Adrius diharapkan bisa meningkatkan kemampuan produk Carousell sebagai pemimpin di industri mobile classified.

Penambahan anggota baru tim membuat Carousell memiliki lebih dari 90 karyawan di seluruh dunia. Quek menjelaskan tim produk dan teknis Carousell yang berjumlah lebih dari 20 orang berasal dari 8 negara.

Sampai akhir tahun, Quek menargetkan ingin menggandakan jumlah tim dari posisi saat ini. Artinya jumlah karyawan yang ingin dipekerjakan Carousell bisa hampir mencapai 200 orang.

“Kami senang dapat bicara dengan tim ataupun mereka yang tertarik dalam memecahkan masalah penting tentang teknologi, terutama bagian seperti machine learning, data science, dan Al untuk memperbarui pencarian dan community engagement.”

Perlu diketahui, sebelumnya WatchOverMe adalah aplikasi yang diciptakan untuk membantu perempuan merasa aman dengan mengirimkan notifikasi ke kontak darurat saat dalam keadaan bahaya. Teknologi ini fokus pada keamanan dan menyampaikan kebutuhan komunitas. Hal ini dipercaya menjadi landasan kuat bagi kesuksesan Carousell.

Dalam situsnya, pihak WatchOverMe mengumumkan pembubaran diri per 31 Agustus 2016. Seluruh layanan yang dimiliki aplikasi tersebut akan menjadi open source sehingga bisa dimanfaatkan dan didistribusikan banyak pihak. Pengguna WatchOverMe sudah mencapai 250 ribu di seluruh dunia.

Fokus Carousell

Indonesia tetap menjadi negara utama yang paling menarik bagi Carousell, terutama dengan jumlah penduduk sebanyak lebih dari 250 juta orang. Quek mengungkapkan pihaknya melakukan beberapa penyesuaian fitur lokal mulai dari penggunaan bahasa dan mata uang. Selain itu, interface aplikasi pun juga dibuat lebih simpel dan mudah dimengerti.

Carousell juga akan terus melakukan edukasi ke komunitas di Indonesia dan memasarkan kemudahan berjualan barang preloved.

“Kami banyak berinvestasi untuk pasar Indonesia dibandingkan dengan negara lainnya, karena Indonesia punya potensi besar yang bisa kami capai.”

Carousell saat ini sudah beroperasi di 13 negara di seluruh dunia, termasuk di Singapura, Taiwan, Hong Kong, dan Australia. Pihaknya  mengklaim sudah memiliki lebih dari 35 juta listing secara global. Secara pertumbuhan bisnis, Carousell tumbuh lebih dari 20 kali lipat sejak Desember 2014.

Untuk rencana negara berikutnya yang akan dibidik Carousell, menurut Quek, masih dalam pertimbangan. “Kami masih mempelajari negara berikutnya yang akan kami bidik, untuk sementara ini kami baru menambah Hong Kong pada Juli kemarin,” pungkasnya.

Application Information Will Show Up Here
Ensogo ungkap peningkatan usai luncurkan mobile marketplace / Pixabay

Selepas Luncurkan Mobile Marketplace Transaksi Ensogo di Indonesia Melonjak

Indonesia digadang-gadang akan mengalami lonjakan pengguna smartphone yang cukup tinggi di tahun-tahun mendatang. Bagi para penyedia layanan teknologi ini adalah peluang. Salah satu pendekatan yang masuk akal adalah mendekat ke pengguna mobile dengan menghadirkan aplikasi mobile. Strategi ini pula yang dipakai Ensogo untuk menangkap peluang. Menyuguhkan mobile marketplace Ensogo.

Pasca peluncuran mobile marketplace jumlah transaksi Ensogo Indonesia mengalami pertumbuhan. CEO Ensogo Kris Marszalek tidak menyebutkan angka pasti pertumbuhan tersebut. Yang jelas menurutnya tiap bulan transaksi di Ensogo terus mengalami pertumbuhan.

“Sebagai salah satu mobile-first dan pasar yang berkembang pesat Indonesia menawarkan kondisi pasar yang sempurna dan peluang terbaik untuk Ensogo menumbuhkan mobile marketplace di negara tersebut (Indonesia). Dengan peluncuran mobile marketplace kami, kami melihat transaksi dari aplikasi mobile Ensogo. Kami percaya diri dengan tanggapan awal para pelanggan kami, saat ini kami telah berhasil mengubah bisnis kami dan mengubah revenue kami dari layanan deals ke marketplace,” terang Kris kepada Dailysocial.

Kris lebih jauh mengungkapkan bahwa ia melihat pertumbuhan Ensogo di Indonesia sebagian besar didorong dengan beraneka ragam produk yang mereka tawarkan dengan harga yang menarik. Dengan teknologi personalisasi yang disematkan di aplikasi mobile Ensogo berharap bisa benar-benar menyajikan yang pelanggan inginkan.

Saat ini dengan lebih dari 860.000 produk di berbagai kategori yang ada Ensogo melalui aplikasi mobile-nya berusaha memfasilitasi proses menemukan barang yang diinginkan yang mudah termasuk dengan proses pembelian.

Meski sudah menunjukkan pertumbuhan yang baik, Ensogo tetap merencanakan strategi untuk terus dapat mengakuisisi pelanggan lebih banyak lagi. Salah satu caranya adalah dengan aktif di media sosial, mengingat Indonesia sebagai salah satu negara dengan pengguna media sosial terbanyak di dunia.

“Kami beruntung brand kami adalah sangat dicintai oleh masyarakat media sosial dan influencer yang bersemangat untuk menceritakan kisah Ensogo, dan berbagi pengalaman belanja pribadi mereka,” tutup Kris.

Carousell Perkenalkan Chai Jia Jih Sebagai VP of International

Layanan mobile marketplace C2C Carousell yang berbasis di Singapura memperkenalkan Chai Jia Jih sebagai VP of International. Jia Jih bertanggung jawab memperluas pasar Carousell secara internasional, termasuk di Indonesia yang merupakan pasar yang sangat potensial untuk segmen mobile commerce. Jia Jih sendiri percaya bahwa strategi viral marketing adalah cara paling tepat mengakuisisi lebih banyak pelanggan di Indonesia.

Jia Jih memilih Indonesia sebagai negara pertama yang dikunjunginya setelah dua minggu menjabat sebagai VP Carousell. Jia Jih sebelumnya membawa pengalaman selama lebih dari 12 tahun di bidang teknologi, termasuk menjadi Managing Director Asia Tenggara dan Head of APAC Host Operations Airbnb selama 3,5 tahun terakhir.

Ketika ditanya tentang alasan memilih Carousell dan meninggalkan Airbnb, Jia Jih kepada media mengatakan “tantangan” adalah kata kuncinya. Menurutnya sangat menantang untuk membantu sebuah startup Asia mengglobal.

Carousell sendiri dirumorkan mendapatkan pendanaan besar untuk berekspansi di Asia, meskipun pihak Carousell sampai sekarang tidak mengkonfirmasinya, dan Jia Jih adalah eksekutif yang dipilih untuk memimpin usaha ini. Secara total, berdasarkan dua putaran pendanaan, Carousell sudah memperoleh pendanaan mendekati $7 juta (mendekati 90 miliar Rupiah).

Tentang pasar Indonesia bagi Carousell, meski tak mau memberikan statistik yang detil, Jia Jih mengatakan mereka mengalami pertumbuhan 10 kali lipat dibanding tahun lalu. Meskipun belum memiliki target khusus untuk perkembangan Carousell di Indonesia, Jia Jih memastikan mereka akan fokus untuk membantu menyelesaikan masalah, dalam hal jual beli produk dan tidak akan terlalu fokus terhadap kompetisi di segmen C2C. Carousell sendiri secara global telah memiliki lebih dari 26 juta produk yang terdaftar di situsnya.

[Baca juga: Carousell Selenggarakan Curated Garage Sale Sebagai Strategi C2C]

Di Indonesia sendiri ada sejumlah layanan marketplace yang menyasar C2C, sementara pasar mobile marketplace mulai memanas dengan masuknya Carousell, Shopee, Lyke, dan Sale Stock. Seperti halnya para pesaing, jenis barang yang paling banyak diperjualbelikan di Carousell adalah produk fashion, furnitur, dan produk bayi. Jia Jih mengkonfirmasi segmen pasarnya, meskipun bervariasi, paling banyak adalah perempuan di rentang usia 18-35 tahun.

Tentang operasionalnya di Indonesia, Carousell sendiri telah merektur 3 orang lokal dengan fungsi menjadi Community Manager. Ia tidak menutup peluang untuk merekrut lebih banyak pegawai, termasuk seorang Country Manager, tergantung bagaimana perkembangan bisnisnya di Indonesia. Untuk hal ini, dia memastikan perekrutan orang-orang lokal diutamakan karena mereka lebih mengerti soal pasar Indonesia ketimbang orang asing.

Jia Jih percaya bahwa Carousell bisa bertahan lama jika pengguna memang benar-benar suka menggunakan layanannya dan menyebarkan informasi ini ke teman-teman di sekitarnya. Untuk itulah Carousell mencoba menitikberatkan penggalangan komunitas dan campus ambassador sebagai usaha mendukung viral marketing. Pendekatan ini tidak berbeda jauh dengan strategi yang diusung para Co-Founder Carousell saat mulai mengembangkan pasar di Indonesia.

Application Information Will Show Up Here

Coral Ramaikan Persaingan Mobile Marketplace di Indonesia

Gagasan mobile marketplace di pasar Indonesia sangatlah menarik. Tak hanya mampu memanfaatkan tren e-commerce yang terus meluas, tetapi juga mengandalkan jumlah adopsi pengguna mobile yang mana terbilang cukup tinggi. Kita sudah pernah mendengar tentang Shopee, Lyke, juga Carousell, cukup aktif dalam setahun belakangan ini. Kini giliran Coral yang mulai menapaki persaingan lingkup nasional.

Seakan dua faktor di atas kurang kuat, Coral menyematkan aspek sosial yang menjadikan platformnya sebagai social commerce memanfaatkan keakraban masyarakat Indonesia tentang media sosial. Tidak hanya aktif berjejaring, masyarakat kerap berdagang secara online memanfaatkan platform media sosial.

“Coral adalah aplikasi mobile yang memudahkan penjual online (Sellers) untuk berjualan dan berinteraksi dengan pembeli. Kami menyediakan fitur-fitur yang memudahkan Sellers seperti upload produk yang semudah upload ke social media, chat dengan pembeli, dan order di dalam chat. Misi kami adalah membantu Social Sellers, Seller-seller yang selama ini berjualan di social media, untuk dapat menjalankan usaha mereka lebih mudah,” ucap Co-Founder dan COO Coral Dharma Utomo kepada DailySocial.

Coral berfokus pada segmen pasar woman’s interest, seperti fashion, produk kecantikan, produk kesehatan, dan segalanya yang terkait dengan wanita. Belum banyak aktivitas kampanye pemasaran sejauh ini, Dharma mengakui baru memulainya melalui akun Instagram di @coralshopid saja.

Coral sendiri didirikan oleh Dharma, Batista Harahap, dan Andreas Fendri yang sudah cukup lama berkecimpung di ekosistem startup teknologi. Batista pernah bergabung dengan Urbanesia dan Ardent Labs, sementara Dharma da Andreas sebelumnya berkarya di platform pembayaran Veritrans.

“Kami memfasilitasi Sellers untuk dapat membangun relasi mereka dengan Buyers melalui chatting dan transaksi di dalam aplikasi Coral. Kami membantu Sellers dengan memudahkan proses order, memberikan notifikasi pembayaran real-time, serta menyediakan laporan transaksi. Kami juga memberikan kemudahan Buyers untuk dapat order dan transaksi langsung melalui chat,” tambah Dharma.

Tidak disebutkan nilai pendanaan yang menjadi modal persiapan Coral merebut pasar Indonesia, namun Dharma mengklaim pihaknya berkecukupan dari sisi modal untuk mengakselerasi produk dan platform-nya.

Saat ini aplikasi Coral masih pada versi 0.7.2.1. Pihaknya akan terus menerima feedback dari initial Sellers dan mengembangkan aplikasi Coral. Saat ini Coral hanya tersedia untuk platform Android saja. Ke depannya Coral siap merekrut ribuan penjual dalam tahun pertamanya mereka beroperasi.

“Tahun ini kami menargetkan Coral untuk dapat aktif digunakan oleh 3 ribu Sellers yang juga aktif berjualan di Instagram dan social media lainnya,” tutupnya.

Application Information Will Show Up Here

Fitur Style Set di Aplikasi Stylefeed Mungkinkan Pengguna Menyusun Outfit Pakaian

Aplikasi mobile marketplace yang mewadahi brand fashion lokal Stylefeed meluncurkan fitur terbaru untuk aplikasinya. Fitur terbaru tersebut bernama Style Set. Fitur ini memfasilitasi pengguna untuk secara kreatif menyusun setelan pakaian, mirip dengan apa yang ditawarkan oleh Polyvore yang lebih dikenal. Selain itu Stylefeed juga melakukan pembaruan tampilan menghadirkan pengalaman pengguna yang lebih segar.

Untuk membuat sebuah setelan pakaian (fashion set), pengguna harus mengumpulkan atau membeli produk dengan Stylefeed Coin yang dimiliki pengguna. Dengan fitur ini, Stylefeed mengharapkan pengguna tidak hanya dapat merekomendasikan produk pakaian tertentu secara terpisah, tetapi juga dapat merekomendasikan dalam model setelan pakaian.

Stylefeed Coin sendiri bisa didapat pengguna dengan melakukan berbagai aktivitas di aplikasi, seperti melakukan share, like, hingga berkreasi membuat style set. Ketika pengguna pertama kali mendaftar, kredit koin yang diperoleh dapat dimanfaatkan untuk mengakses fitur tersebut.

Stylefeed Style SetSetiap Minggu Stylefeed juga akan menilai style set yang ada untuk menyusun peringkat berdasarkan yang terbaik. Bagi peraih ranking terbaik setiap minggunya juga akan mendapatkan kredit koin untuk melakukan aktivitas di aplikasi Stylefeed.

Pada mulanya Stylefeed ingin menjadi “Instagram-nya” brand fashion lokal. Stylefeed ingin mewadahi industri fashion lokal, termasuk desainer indie lokal untuk meraup pangsa pasar yang lebih luas. Saat ini Stylefeed sudah tersedia untuk platform Android di Google Play dan dapat diunduh secara gratis.

Sebagai aplikasi marketplace berbasis sosial konsep yang digunakan tak jauh beda dengan Instagram atau Twitter, pengguna dapat mem-follow sebuah toko untuk mendapatkan notifikasi terkait informasi promo dan diskon.

Terkait  proses pembeliannya, Stylefeed tidak menjadi perantara. Pembeli akan di-redirect langsung ke portal e-commerce atau website yang dimiliki toko tersebut.

Carousell sediakan platform web untuk jangkau lebih banyak pengguna / Shutterstock

Carousell Akhirnya Sediakan Web Platform

Tersedianya banyak platform yang bisa digunakan masyarakat untuk berbelanja memaksa marketplace untuk mengakomodir semuanya. Berawal dari mobile marketplace kali ini Carousell mengumumkan hadirnya web platform mereka. Dengan hadirnya web platform ini diharapkan pengguna mereka lebih dimanjakan dengan pilihan berbelanja yang kian beragam. Continue reading Carousell Akhirnya Sediakan Web Platform