Tag Archives: Mobile World Congress

Infinix Concept Phone 2021 Demonstrasikan Teknologi Fast Charging 160W

Teknologi fast charging merupakan solusi alternatif terhadap terus meningkatnya ketergantungan manusia terhadap smartphone. Ketimbang menggunakan smartphone tebal dengan baterai besar, alternatifnya kita bisa menggunakan smartphone berbodi normal, tapi yang dibekali teknologi fast charging sehingga waktu pengisian ulang baterai yang dibutuhkan dapat dipersingkat.

Fast charging dengan output 30W, 45W, dan 65W saat ini sudah umum kita dapati, namun pabrikan smartphone tentu tidak akan puas dan berhenti sampai di situ saja. Mereka tentu akan terus memutar otak dan mengeksplorasi teknik-teknik baru agar baterai smartphone bikinannya bisa diisi ulang dengan lebih cepat lagi. Contoh terbarunya adalah Infinix.

Di ajang MWC 2021, pabrikan asal Hong Kong tersebut memamerkan Infinix Concept Phone 2021. Keunggulannya? Fast charging 160W. Dengan output sebesar itu, Infinix mengklaim baterai 4.000 mAh yang tertanam dapat terisi penuh dalam waktu hanya 10 menit, dan mereka pun tidak lupa menyertakan video demonstrasinya.

Menurut Infinix, teknologi fast charging 160W ini dapat terwujud berkat penggunaan baterai 8C, yang diklaim mempunyai resistansi internal 18% lebih rendah daripada baterai 6C. Infinix menjelaskan bahwa angka-angka C tersebut mengindikasikan kecepatan charging sekaligus discharging suatu baterai lithium, sedangkan resistansi internal merujuk pada intensitas panas yang dihasilkan.

Juga penting adalah teknologi Super Charge Pump, yang bertugas mengonversi voltase dari port USB-C menjadi voltase yang diterima langsung oleh baterai. Infinix mengklaim tingkat efisiensi konversi sebesar 98,6%. Lebih tinggi angkanya lebih baik, sebab itu berarti sisa daya yang tidak terkonversi — yang berupa panas — bakal lebih sedikit.

Infinix pada dasarnya ingin memastikan bahwa perangkat tetap adem meski menerima output daya listrik yang sangat tinggi. Total ada 20 sensor suhu yang disematkan ke perangkat ini. Semuanya demi menjamin agar suhu perangkat tetap berada di bawah 40° C selama proses charging berlangsung.

Seandainya perangkat melewati suhu tersebut, atau ada interferensi elektromagnetik maupun lonjakan voltase yang berlebih, perangkat bakal mengaktifkan mekanisme perlindungannya secara otomatis guna mencegah terjadinya kerusakan. Secara total, Infinix mengklaim ada 60 mekanisme perlindungan yang mereka tanamkan di perangkat ini.

Tidak kalah menarik adalah kepala charger 160W yang disertakan, yang ukurannya tergolong sangat ringkas berkat penggunaan material semikonduktor Gallium Nitrite (GaN) dan Silicon Carbide (SiC). Alternatifnya, perangkat juga bisa di-charge secara nirkabel dengan output maksimum 50W menggunakan charging pad yang kompatibel.

Infinix tentu bukan satu-satunya yang sibuk mengembangkan teknologi fast charging dengan kecepatan ekstrem. Tahun lalu, OPPO sudah lebih dulu memamerkan teknologi fast charging 125W. Kemudian belum lama ini, Xiaomi juga sempat mendemonstrasikan fast charging 200W. Meski begitu, semuanya belum ada yang bisa dinikmati oleh konsumen secara luas. Infinix bahkan secara terang-terangan menamai perangkat ini Concept Phone.

Namanya perangkat konsep, tentu tersedia pula sejumlah fitur eksperimental lainnya. Yang paling mencuri perhatian mungkin adalah panel belakangnya yang bisa berganti-ganti warna antara silver dan biru dengan memanfaatkan teknik electrochromic dan electroluminescent. Lalu ketika perangkat sedang di-charge, huruf “O”-nya pun akan menyala dalam warna hijau.

Ini juga pertama kalinya Infinix menyematkan kamera periskop pada ponsel bikinannya, dengan opsi optical zoom hingga 10x, atau digital zoom hingga 60x. Perangkat turut dibekali layar AMOLED dengan bagian tepi yang melengkung sampai hampir menutupi seluruh sisi kiri dan kanan ponsel, menyisakan hanya secuil ruang untuk tombol power dan volumenya.

Sumber: GSM Arena.

TCL NXTWEAR G Ibarat Bioskop Pribadi yang Bisa Dikantongi

Setelah melalui berbagai iterasi selama sekitar dua tahun, wearable display besutan TCL akhirnya resmi diperkenalkan ke publik. Dinamai TCL NXTWEAR G, perangkat berwujud seperti kacamata ini dirancang untuk menjadi layar eksternal buat perangkat-perangkat seperti smartphone, tablet, ataupun laptop.

Berbekal dua panel Micro OLED yang masing-masing beresolusi 1080p, NXTWEAR G mampu menyuguhkan sensasi seperti menonton di depan layar seluas 140 inci. Jadi ketimbang sebatas menonton menggunakan smartphone, sambungkan saja ke NXTWEAR G untuk menikmati pengalaman serasa sebuah bioskop pribadi.

Yang mungkin terkesan agak aneh adalah cara menyambungkannya, sebab perangkat ini bukanlah perangkat wireless. Sebagai gantinya, NXTWEAR G mengandalkan kabel USB-C, dan perangkat yang hendak disambungkan harus mendukung output DisplayPort via colokan USB-C. TCL mengklaim ada lebih dari seratus perangkat yang kompatibel dengan NXTWEAR G, mulai dari smartphone Samsung Galaxy S21 sampai iPad Pro dan MacBook.

Ini berarti semua pemrosesan berlangsung di perangkat yang terhubung, dan NXTWEAR G benar-benar cuma bertugas untuk menampilkan konten tanpa perlu dijembatani oleh aplikasi khusus. NXTWEAR G tidak memiliki tracking camera maupun kontrol sentuh. Fungsinya murni sebagai display eksternal ketimbang kacamata AR maupun VR. Ia juga tidak dibekali modul baterai. Alhasil, fisiknya bisa dibuat seringkas mungkin oleh TCL. Bobotnya berada di kisaran 100 gram, atau 130 gram bersama kabelnya.

Kegunaan utamanya tentu adalah untuk kebutuhan hiburan. Anda bahkan bisa memutar konten 4K 3D jika perlu, dan perangkat juga telah dibekali speaker stereonya sendiri seandainya pengguna kelupaan membawa headphone atau TWS. Guna meningkatkan kenyamanan, TCL turut menyertakan tiga penumpu hidung dalam ukuran yang berbeda pada paket penjualannya. Juga tersedia adalah semacam adaptor agar perangkat dapat dikenakan oleh pengguna berkacamata.

Selain untuk keperluan hiburan, NXTWEAR G tentu juga cocok menjadi alat penunjang produktivitas. Buat para pengguna smartphone TCL, mereka bahkan bisa menyambungkan NXTWEAR G dan menikmati tampilan ala perangkat desktop. Dalam mode tersebut, ponselnya dapat dialihfungsikan menjadi trackpad.

Rencananya, TCL NXTWEAR G akan segera dipasarkan di Australia mulai bulan Juli mendatang, sebelum akhirnya menyusul ke kawasan-kawasan lain. Sayang sejauh ini belum ada informasi soal harga jual resminya.

Sumber: Engadget dan New Atlas.

Deretan Produk Baru yang Lenovo Umumkan di MWC 2021

Menyambut gelaran MWC 2021, Lenovo memperkenalkan seabrek produk baru dari beragam kategori. Mulai dari sejumlah laptop dan Chromebook anyar, sampai monitor portabel dan beragam aksesori nirkabel, semuanya dirancang untuk menunjang tren bekerja secara hybrid.

Kita mulai dari bintang utamanya terlebih dulu, yakni ThinkPad X1 Extreme Gen 4. Mobile workstation kelas kakap ini menawarkan spesifikasi kelas atas dalam kemasan yang ringkas sekaligus kokoh.

Bodi berlapis serat karbonnya memiliki ketebalan hanya 17,7 mm dan bobot kurang dari 1,81 kg, tapi di saat yang sama pilihan prosesornya mencakup Intel Core i7 atau Core i9 H-series generasi ke-11, dan konfigurasi termahalnya mengandalkan GPU Nvidia GeForce RTX 3080 16 GB GDDR6.

Komponen-komponen kelas atas ini tidak akan bisa bekerja secara optimal tanpa sistem pendingin yang efektif, dan Lenovo sudah memikirkan hal itu baik-baik. Satu hal yang sangat unik dari sistem pendinginnya adalah bagaimana aliran udara bisa masuk melalui keyboard-nya, memberikan tambahan asupan udara segar untuk membantu mendinginkan prosesor dan GPU, tapi di saat yang sama keyboard-nya masih diklaim tahan tumpahan air.

Melengkapi spesifikasinya adalah RAM 64 GB dan dua SSD NVMe, masing-masing dengan kapasitas 2 TB (kalau memang Anda punya budget-nya). Meski berbodi tipis, ThinkPad X1 Extreme Gen 4 masih mampu mengusung baterai berkapasitas 90 Wh. Lenovo juga tidak lupa menyertakan konektivitas 5G bagi konsumen yang membutuhkan.

Untuk layarnya, ThinkPad X1 Extreme Gen 4 mengemas panel 16 inci dengan pilihan resolusi QHD atau 4K. Untuk varian 4K-nya, tingkat kecerahan maksimumnya diklaim mencapai angka 600 nit. Seperti yang bisa dilihat dari gambarnya, layarnya ini kelihatan lebih tinggi dari biasanya, sebab aspect ratio-nya memang 16:10, bukan 16:9.

Lenovo percaya ke depannya 16:10 bakal menjadi standar baru untuk laptop komersial. Terkait ukurannya, Lenovo bilang bahwa sejauh ini ada lebih banyak supplier yang menawarkan panel display 16:10 dalam ukuran 16 inci ketimbang 15 inci. Mungkin inilah yang menjadi alasan mengapa laptop 16 inci belakangan semakin menjamur. Rencananya, ThinkPad X1 Extreme Gen 4 akan dijual mulai bulan Agustus dengan harga mulai €2.099.

Lenovo ThinkPad L13 Yoga Gen 2 / Lenovo

Produk yang selanjutnya adalah ThinkPad L13 dan L13 Yoga Gen 2. Keduanya merupakan perangkat yang identik, dengan perbedaan hanya pada engsel layar, sehingga konsumen bebas memilih laptop yang berjenis convertible atau standar. Keduanya bisa menjadi pilihan bagi yang tengah mengincar laptop kelas menengah dengan prosesor AMD Ryzen 5000-series. Produk ini akan dipasarkan masing-masing dengan harga mulai €649 dan €749.

Lenovo IdeaPad 5i Chromebook / Lenovo

Beralih ke Chromebook, Lenovo turut memberikan pilihan antara model standar dan model convertible lewat IdeaPad 5i Chromebook dan IdeaPad Flex 5i Chromebook. Sekali lagi spesifikasi keduanya identik terkecuali layarnya, dengan pilihan prosesor Core i5-1135G7, RAM 8 GB, dan SSD 512 GB pada varian termahalnya. Keduanya akan segera dipasarkan dengan banderol mulai €399.

Lenovo L15 Mobile Monitor / Lenovo

Sejumlah pilihan monitor turut diperkenalkan, termasuk halnya ThinkVision M15 Mobile Monitor dan Lenovo L15 Mobile Monitor. Terlepas dari perbedaan namanya, keduanya sebenarnya identik, hanya saja satu ditujukan untuk pasar komersial, dan satu lagi untuk pasar konsumen umum.

Masing-masing perangkat dibekali panel 15,6 inci beresolusi FHD, serta dilengkapi kaki yang adjustable sehingga tingginya bisa disamakan dengan laptop demi menghadirkan posisi yang lebih nyaman. Lenovo bakal menjual monitor portabel ini dengan harga mulai €229.

Lenovo LC50 Modular Webcam / Lenovo

Masa-masa WFH seperti sekarang tidak akan lengkap tanpa webcam, dan Lenovo pun menyadari hal tersebut. Buat pekerja kantoran, Lenovo punya ThinkVision MC50 Monitor Webcam, sedangkan konsumen di rumah bisa melirik Lenovo LC50 Modular Webcam. Keduanya merupakan webcam 1080p dengan sepasang mikrofon noise cancelling, dan harganya pun sama-sama €99.

Khusus untuk LC50, label Modular pada namanya merujuk pada mekanisme pemasangannya yang mengandalkan magnet, sehingga pengguna di rumah bisa dengan mudah menggunakannya secara bergantian di beberapa perangkat yang berbeda. Untuk MC50, ada fitur unik berupa lampu indikator yang akan menyala merah ketika pengguna tengah menjalani sesi video call, menginformasikan kepada kolega bahwa sang pengguna sedang sibuk dan sebaiknya tidak diganggu.

Lineup aksesori Lenovo Go / Lenovo

Dalam kesempatan yang sama, Lenovo juga memperkenalkan sederet aksesori nirkabel yang tergabung dalam sub-brand Lenovo Go. Lenovo memfokuskan pada tiga kategori, yakni input, power, dan audio, jadi jangan heran kalau produk-produknya meliputi beragam model mouse, keyboard, power bank, dan headset.

Satu aksesori yang cukup unik adalah Lenovo Go Wireless Charging Kit, yang pada dasarnya mampu mengisi ulang laptop 13 inci atau 14 inci secara nirkabel. Rahasianya terletak pada modul khusus yang diselipkan ke bagian bawah laptop, lalu tersambung via USB-C. Modul itulah yang menyalurkan daya dari charging base menuju ke laptop.

Lenovo Yoga Tab 11 dan Yoga Tab 13 / Lenovo

Di kategori tablet, Lenovo pun mempunyai sejumlah penawaran baru, mulai dari yang berharga terjangkau dan ditujukan kepada anak-anak seperti Lenovo Tab M7 3rd Gen dan Tab M8 3rd Gen, sampai yang berukuran besar seperti Lenovo Yoga Tab 11, Tab P11 Plus, dan Yoga Tab 13.

Model yang terakhir ini menarik karena selain mengemas layar 13 inci yang mendukung Dolby Vision, ia turut ditenagai chipset Qualcomm Snapdragon 870 yang mumpuni. Desainnya sesuai ciri khas Lenovo selama ini, dengan salah satu sisi yang lebih tebal yang menjadi rumah baterai sekaligus bagian untuk digenggam. Kesan mewah pun tersirat berkat panel belakangnya yang berlapis bahan Alcantara versi vegan. Tablet ini akan segera dijual dengan harga mulai €799.

Usung Snapdragon 865 dan Layar Istimewa, OPPO Find X2 Siap Sajikan Pengalaman Sinematik

OPPO Find Series punya reputasi sebagai seri yang paling inovatif dari seluruh portofolio smartphone OPPO. Mulai dari OPPO Find pertama yang dirilis di tahun 2011 sampai OPPO Find X yang diluncurkan di tahun 2018, Find Series selalu kebagian jatah pertama atas pencapaian teknologi terbaru yang OPPO kembangkan.

Tradisi tersebut masih terus dipertahankan dan bakal segera diulangi oleh OPPO Find X2, ponsel flagship OPPO yang dijadwalkan meluncur pada kuartal pertama tahun ini. Belum lama ini, Vice President OPPO, Brian Shen, sudah menyinggung potensi Find X2 untuk menjadi game changer berkat layar istimewanya yang beresolusi 2K dan memiliki refresh rate setinggi 120 Hz.

Berdasarkan informasi terbaru yang OPPO berikan, panel layar Find X2 ini ternyata juga merupakan panel 10-bit, yang berarti ia sanggup menampilkan hingga 1,073 miliar warna yang berbeda. Lebih lanjut, Find X2 pun disebut juga telah mendukung pemutaran konten dengan standar format HDR10 dan HDR10+.

Dengan bekal seperti ini, OPPO cukup percaya diri Find X2 mampu menyuguhkan pengalaman yang sinematik ke dalam genggaman konsumen. Kesan sinematik itu pun tidak melulu visual, tapi juga lewat teknologi audio Dolby Atmos, yang sebelumnya sudah hadir lebih dulu pada OPPO A Series maupun Reno Series.

Display spesial ini tidak akan bisa terwujud tanpa dukungan performa kelas atas. Find X2 bakal mengusung chipset Qualcomm Snapdragon 865 yang mendukung 5G, sesuai dengan janji yang OPPO lontarkan pada ajang Snapdragon Tech Summit menjelang akhir tahun kemarin, dan sesuai dengan tradisi Find Series yang selalu menggunakan prosesor tercanggih Qualcomm.

Disclosure: Artikel ini adalah advertorial yang didukung oleh OPPO.

OPPO Find X2 Siap Menjadi Game Changer Berkat Inovasi Layarnya

24 sampai 27 Februari mendatang, perhatian industri teknologi bakal tertuju pada event Mobile World Congress (MWC). Seperti di tahun-tahun sebelumnya, sejumlah pabrikan bakal menyingkap smartphone flagship-nya di ajang tahunan yang selalu dihelat di kota Barcelona tersebut.

Tidak terkecuali OPPO, yang tengah bersiap meluncurkan salah satu flagship-nya untuk tahun ini, Find X2. Melalui Twitter, Brian Shen selaku Vice President OPPO menyebut bahwa Find X2 bakal menjadi “game changer“, terutama berkat inovasi pada layarnya.

Inovasi layar sendiri memang banyak diprediksi bakal menjadi salah satu tren utama di industri smartphone tahun ini di samping konektivitas 5G. Indikasinya sebenarnya sudah bisa kita lihat sejak tahun lalu; beberapa smartphone, macam OPPO Reno Ace, hadir mengusung layar dengan refresh rate 90 Hz.

Find X2 siap membawa tren tersebut ke level yang lebih tinggi lagi. Brian bilang bahwa Find X2 bakal mengusung layar dengan resolusi 2K dan refresh rate 120 Hz. Angka refresh rate sendiri mengacu pada berapa kali tampilan layar berkedip setiap detiknya, dan ini berarti layar Find X2 sanggup berkedip dua kali lebih banyak daripada layar ponsel pada umumnya.

Ilustrasi Perangkat OPPO
Ilustrasi Perangkat OPPO

Lantas apa manfaatnya buat konsumen? Refresh rate setinggi ini bakal membuat tampilan layar kelihatan lebih mulus, terutama saat sedang menggulirkan teks atau timeline di media sosial. Lebih lanjut, dampaknya bakal semakin terasa ketika perangkat sedang dipakai untuk menonton video maupun bermain game dengan frame rate yang tinggi.

Selain layar 120 Hz, OPPO Find X2 juga akan mengunggulkan teknologi fast charging SuperVOOC 65 watt, yang dirancang untuk mengisi penuh baterai milik perangkat dalam waktu 30 menit saja. Ini penting mengingat layar dengan refresh rate tinggi cenderung boros konsumsi dayanya, namun OPPO memastikan ini bukan masalah mengingat Find X2 turut dibekali ColorOS versi terbaru yang manajemen pengaturan dayanya lebih baik dari sebelumnya.

Disclosure: Artikel ini adalah advertorial yang didukung oleh OPPO.

Vivo Berpeluang Menjadi Pabrikan Pertama yang Menelurkan Smartphone dengan Teknologi Over-the-Air Wireless Charging

Kita semua mengenal Vivo sebagai salah satu pabrikan smartphone yang paling berani berinovasi, setidaknya dalam beberapa tahun terakhir ini. Mereka adalah salah satu yang pertama merealisasikan teknologi in-display fingerprint scanner, tidak ketinggalan juga kamera selfie pop-up sebagai solusi alternatif terhadap notch.

Belum lama ini, Vivo diam-diam telah meneken kontrak kerja sama dengan Energous, perusahaan yang selama beberapa tahun terakhir ini mengembangkan teknologi over-the-air wireless charging. Teknologi garapan mereka yang dijuluki WattUp memungkinkan perangkat untuk diisi ulang baterainya benar-benar secara nirkabel, tanpa harus diletakkan di atas charging pad seperti yang kita kenal selama ini.

Asalkan perangkatnya berada tidak lebih dari sekitar 4,5 meter dari base station WattUp, baterainya akan terisi, dan selama itu perangkat juga masih bisa kita gunakan seperti biasa. Kecepatannya mungkin lebih terbatas ketimbang Qi wireless charging, namun baru-baru ini Energous juga telah mendemonstrasikan versi baru WattUp dengan kapasitas 20 watt di ajang MWC di Barcelona.

Singkat cerita, apa yang dikerjakan Energous bisa dianggap sebagai bentuk paling sempurna dari teknologi wireless charging. Selama beberapa tahun Energous sibuk mematangkan teknologinya sekaligus mengurus berbagai perizinan demi membuktikan bahwa teknologi besutan mereka aman dipakai untuk skenario sehari-hari.

Buat Vivo, kemitraan ini merupakan kesempatan bagi mereka untuk mengeksplorasi teknologi WattUp, tentunya dengan maksud supaya suatu saat teknologi ini dapat mereka integrasikan ke smartphone bikinannya. Kapan itu bakal terealisasi? Belum ada yang tahu, tapi kalau melihat rekam jejak Vivo, mereka termasuk tipe yang tidak ingin berlama-lama dalam mempersembahkan terobosan terbaru kepada konsumen.

Sumber: Digital Trends dan Energous.

Oppo Pamerkan Prototipe Foldable Smartphone Rancangannya

Foldable smartphone menjadi salah satu topik pembicaraan terhangat di tengah perhelatan Mobile World Congress tahun ini berkat peluncuran Samsung Galaxy Fold dan Huawei Mate X. Lalu siapa lagi yang bakal menyusul? Oppo, meski yang mereka umumkan baru sebatas prototipe.

Oppo juga tidak memamerkan perangkat ini di hadapan para jurnalis, melainkan hanya melalui foto-foto yang diunggah ke Weibo oleh Brian Shen selaku vice president-nya. Tanpa perlu kita amati secara teliti, tampak jelas bahwa foldable phone bikinan Oppo ini mirip sekali dengan Huawei Mate X, mulai dari mekanisme lipatnya sampai ke bagian samping yang dihuni oleh kamera sekaligus berfungsi sebagai grip ketika perangkat dalam posisi layar terbuka lebar.

Oppo foldable phone prototype

Apakah ini berarti Oppo terang-terangan menyontek Huawei sehingga mereka belum berani memperkenalkan foldable phone-nya secara resmi? Kita boleh saja berasumsi demikian, akan tetapi Brian punya penjelasan yang berbeda.

Berdasarkan pantauan Engadget di kolom komentar post yang diunggah Brian, beliau menjelaskan bahwa awalnya Oppo berniat menyingkap perangkat ini di sesi keynote mereka di MWC 2019, namun pada akhirnya rencana tersebut dibatalkan.

Alasannya, menurut Brian, foldable phone kurang bisa meningkatkan user experience secara drastis. Namun itu bukan berarti Oppo bakal selamanya menyimpan prototipe ini di labnya. Seandainya ada demand yang cukup tinggi, dilihat dari seberapa banyak retweet yang didapat oleh unggahan Shen, maka ada kemungkinan Oppo bakal memproduksinya secara massal.

Oppo foldable phone prototype

Menurut saya pribadi, dalih terkait user experience itu cukup mudah untuk disangkal. Pasalnya, notch yang membanjiri smartphonesmartphone terkini juga bisa dibilang kurang efektif dalam meningkatkan user experience.

Baik penggunaan notch maupun konsep foldable seperti ini menurut saya tujuan utamanya adalah untuk menambah screen real estate. Malahan kalau konsep foldable semestinya bisa mengubah user experience secara drastis mengingat yang dihadapi konsumen bukan lagi tampilan smartphone saja, melainkan smartphone + tablet dalam satu kemasan.

Sumber: Engadget via The Verge.

Microsoft HoloLens 2 Resmi Diluncurkan, Unggulkan Penyempurnaan di Sektor Kenyamanan dan Immersion

Rumor mengenai Microsoft HoloLens 2 yang sempat berseliweran bulan lalu sama sekali tidak meleset. Di hadapan para pengunjung Mobile World Congress 2019, Microsoft resmi menyingkap generasi kedua dari mixed reality headset andalannya tersebut.

Sepintas wujud HoloLens 2 kelihatan mirip seperti pendahulunya, akan tetapi Microsoft sebenarnya sudah menerapkan sejumlah penyempurnaan di sektor desain. Secara keseluruhan, dimensi perangkat kini lebih kecil, dan bobotnya pun lebih ringan berkat penggunaan material serat karbon yang menyeluruh.

Juga berbeda adalah mayoritas komponen elektronik yang kini diposisikan di bagian belakang, sehingga perangkat tidak terasa berat sebelah saat digunakan. Bagian belakangnya ini dilengkapi sebuah kenop yang dapat diputar untuk mengencangkan atau merenggangkan strap yang mengikat kepala pengguna.

Masih seputar fisiknya, bagian depannya kini bisa dilipat ke atas saat sedang tidak digunakan, tidak perlu melepas perangkat sepenuhnya. Pengguna berkacamata pun kini juga bisa mengenakan HoloLens 2 dengan nyaman. Namun tentu saja ergonomi baru sebagian dari cerita utuhnya, sebab Microsoft juga telah menyempurnakan HoloLens 2 dari segi performa.

Microsoft HoloLens 2

Pada HoloLens orisinal, keluhan terbanyak yang disampaikan para reviewer adalah field of view yang begitu kecil (hanya sekitar 30 derajat secara horizontal). Dampaknya, hologram sering sirna dari pandangan meski pengguna hanya menoleh sedikit.

Problem tersebut sudah dibenahi. Field of view HoloLens 2 kini diklaim lebih dari dua kali lebih luas ketimbang pendahulunya, dan itu tanpa berkompromi soal resolusi – masih setara dengan resolusi 2K per mata. Bicara soal mata, Microsoft rupanya juga sudah menyematkan sistem eye tracking pada HoloLens 2, sehingga interaksi bisa berjalan secara lebih alami.

Kelebihan dalam hal interaksi ini turut didukung oleh pengenalan gesture yang lebih komplet. Pada HoloLens 2, memanipulasi objek hologram menggunakan tangan jauh lebih menyerupai di dunia nyata, dan itu menumbuhkan kesan bahwa versi pertamanya sangatlah terbatas dalam hal pengenalan gesture.

Microsoft HoloLens 2

Tidak seperti sebelumnya, Microsoft sudah mantap dengan posisi HoloLens 2 sebagai produk enterprise, sebab potensinya memang akan jauh lebih terasa di tangan para profesional ketimbang konsumen secara umum. Itulah mengapa Microsoft tak segan mematok harga $3.500 untuk HoloLens 2, lebih mahal $500 ketimbang pendahulunya.

Ini ternyata berlawanan dengan yang dirumorkan selama ini, di mana Microsoft disebut bakal menyiapkan solusi supaya harga jual HoloLens 2 tidak melambung. Terlepas dari itu, $3.500 untuk ukuran produk enterprise masih tergolong wajar. Untuk pengguna kasual, mungkin Magic Leap One bisa menjadi pilihan yang lebih bijak.

Sumber: VentureBeat dan Microsoft.

Huawei Mate X Siap Tantang Samsung Galaxy Fold di Segmen Baru Foldable Smartphone

2019 resmi menjadi tahunnya foldable smartphone alias ponsel yang layarnya bisa ditekuk. Belum lama berselang setelah Samsung memperkenalkan Galaxy Fold, Huawei sudah langsung tancap gas menyingkap bakal rivalnya, yaitu Mate X.

Meski sama-sama mengusung premis foldable, kedua ponsel ini dieksekusi secara sangat berbeda. Perbedaan yang paling kentara adalah, Huawei menempatkan semua layar Mate X pada bagian luarnya, sedangkan Samsung memilih menanamkan layar kecil di bagian luar, lalu yang besar di bagian dalam.

Huawei Mate X

Hasilnya, kalau buat saya pribadi, punya Huawei terkesan jauh lebih menarik. Dalam posisi normal (terlipat), Mate X tampak lebih menyerupai smartphone pada umumnya, dengan layar yang membentang dari ujung ke ujung. Tidak demikian untuk Galaxy Fold, sebab layarnya pada posisi normal tampak begitu imut-imut.

Juga berbeda adalah bagaimana Galaxy Fold kelihatan begitu tebal ketika dalam posisi terlipat, sedangkan Mate X masih masuk dalam batas wajar dengan tebal cuma 11 mm. Ini berkat solusi pintar yang diterapkan Huawei: menempatkan kamera, tombol pengunci beserta port USB-C pada satu sisi samping.

Huawei Mate X

Lebih menarik lagi, bagian samping itu juga berfungsi sebagai grip ketika ponsel sedang dalam keadaan terbuka lebar layarnya. Rancangan seperti ini langsung mengingatkan saya pada Amazon Kindle Oasis, dan bagusnya, sisanya bisa dibuat setipis mungkin. Dalam kasus Huawei, tebal perangkat (kecuali bagian grip itu tadi) hanya berkisar 5,4 mm saja dalam posisi terbuka.

Layarnya sendiri merupakan panel OLED berdimensi 8 inci dengan resolusi 2480 x 2200 (nyaris berbentuk persegi). Saat ditutup dan kembali ke posisi normal, layarnya pun otomatis ‘terbagi’ menjadi dua: 6,6 inci beresolusi 2480 x 1148 di depan, 6,4 inci beresolusi 2480 x 892 di belakang (persis di sebelah tiga kamera berlogo Leica).

Huawei Mate X

Lagi-lagi saya terkesima dengan arahan desain Huawei yang begitu cerdas. Seperti yang bisa Anda lihat, layar depannya sama sekali tidak dilengkapi notch. Lalu bagaimana ketika pengguna hendak mengambil selfie atau melakukan panggilan video? Balik saja ponselnya, dan gunakan layar belakangnya. Simpel, efektif.

Beralih ke spesifikasi, Mate X juga sama sekali tidak mengecewakan. Perangkat diotaki chipset 7 nm Kirin 980, lengkap beserta RAM 8 GB dan kapasitas penyimpanan 512 GB. Kirin 980 adalah chipset yang sama persis seperti yang terdapat pada Mate 20 Pro, sehingga performa Mate X semestinya setara dengan salah satu flagship terkini Huawei tersebut.

Untuk spesifikasi kameranya, Huawei masih enggan membeberkan. Kendati demikian, perwakilan Huawei menyampaikan kepada The Verge bahwa kualitas kameranya juga bakal setara dengan Mate 20 Pro.

Ada sensor sidik jari terintegrasi pada tombol power-nya / Huawei
Ada sensor sidik jari terintegrasi pada tombol power-nya / Huawei

Soal baterai, Mate X juga dibekali sepasang baterai layaknya Galaxy Fold, dengan total kapasitas 4.500 mAh, dan baterai ini dapat diisi ulang hingga mencapai 85% kapasitasnya dalam waktu 30 menit saja. Kejutan yang terakhir, Mate X juga merupakan salah satu dari segelintir ponsel yang sudah 5G-ready.

Semua itu harus ditebus dengan harga yang sama sekali tidak murah, sama kasusnya seperti Galaxy Fold. Untuk Mate X dengan konfigurasi spesifikasi seperti yang saya jabarkan di atas, Huawei mematok harga 2.299 euro saat dipasarkan mulai pertengahan tahun nanti.

Sumber: The Verge.

Deretan Inovasi Teknologi OPPO di Ajang MWC Sejak 2013 Hingga 2019

Seperti di tahun-tahun sebelumnya, ajang MWC kerap menjadi ajang bagi sederet pabrikan perangkat untuk memamerkan teknologi barunya kepada publik. Menunjukkan seberapa baik mereka berkembang setiap tahunnya. OPPO, salah satu pabrikan kenamaan asal Tiongkok yang ambil bagian sejak enam tahun silam, telah mempersiapkan sejumlah kejutan untuk MWC 2019 tahun ini.

Lima tahun menjadi bagian MWC di Barcelona – tahun 2018 absen, OPPO sukses menghadirkan sesuatu yang berbeda, menegaskan komitmennya untuk terus memberikan inovasi-inovasi terbaik. Ini adalah deretan teknologi inovatif yang pernah dihadirkan oleh OPPO di ajang MWC dalam lima tahun kesertaannya.

Dalam debutnya di Barcelona, OPPO membawa Find 5 sebagai suguhan utamanya. OPPO Find 5 datang dengan sejumlah fitur unggulan di kelas menengah kala itu, di antaranya layar full HD dengan kerapatan piksel yang tinggi di kelasnya, yaitu 441 ppi.

OPPO find 5

Setahun kemudian OPPO kembali meramaikan MWC 2014, kala itu mereka memamerkan OPPO N1 yang menjadi terobosan dalam industri mobile, di mana ia menjadi smartphone pertama yang mempunyai kamera putar. Pasca kemunculan N1, ia menjadi kiblat bagi sejumlah pabrikan sehingga muncullah kamera dalam bentuk dan mekanisme yang hampir menyerupai.

OPPO N1

Belum lagi era kamera putar pudar, OPPO kembali menggebrak dengan punggawa baru bernama R5 yang sukses menarik perhatian pengunjung MWC 2015. Daya tarik R5 tidak pada komponen kamera seperti di N1, melainkan ketebalannya yang hanya 4,85mm menempatkan dirinya sebagai smartphone tertipis di dunia kala itu. Tentu setelahnya mulai bermunculan smartphonesmartphone peniru. Era ini juga menjadi titik balik bagi audio jack 3,5mm yang perlahan mulai ditinggalkan.

Terus bergerak, tren industri mobile beralih ke sektor baterai di mana banyak pabrikan mulai mengembangkan perangkat dengan suplai daya yang lebih besar. Baik rantai yang terkait, baterai yang besar juga membutuhkan pemasok daya yang cepat untuk memberikan kompensasi terhadap kebutuhan waktu untuk mengisi baterai dengan kapasitas tak biasa.

Maka di tahun 2016, OPPO lagi-lagi membuat gebrakan dengan dua teknologi baru bernama Super VOOC dan Smart Sensor.

SuperVOOC

Super VOOC adalah teknologi pengisian ulang baterai yang mampu memberikan suntikan daya dalam waktu yang paling cepat di antara teknolgoi serupa yang ada kala itu. Untuk mendapatkan kembali daya yang hilang dari baterai sebesar 2500mAh, Super VOOC hanya butuh waktu 15 menit.

OIS

Sedangkan teknologi Smart Sensor ditujukan untuk komponen kamera, di mana ia menggunakan penstabil 3 sumbu yang mampu mengompensasi getarakn hingga 15ms. Cara kerja Smart Sensor diklaim tiga kali lebih cepat ketimbang teknologi OIS yang banyak diadopsi brand-brand besar dunia.

Setahun berikutnya, di MWC 2017 OPPO kembali ambil bagian. Dalam event itu, OPPO memperkenalkan teknologi 5X Dual Camera Zoom. Teknologi ini menggunakan desain baru yang terinspirasi dari struktur gaya periskop, menyimpan ruang yang membuat kamera zoom optical pada smartphone dapat tampil ramping.

World_s first periscope-style dual camera technology

Absen di MWC 2018, OPPO tahun ini ambil bagian dan telah mempersiapkan sesuatu yang baru. Yang pertama, OPPO menyambut antusias datangnya era 5G yang diyakini sudah ada di depan mata. Untuk itu, mereka telah melakukan uji coba dari pengujian 3D video calling hingga panggilan multiparty pertama dengan jaringan 5G.

Berikutnya, OPPO juga akan memperkenalkan teknologi 10x losseless Zoom sebagai penyempurnaan dari 5X Dual Camera Zoom yang diperkenalkan dua tahun lalu di ajang yang sama. OPPO menjamin bahwa gambar yang dihasilkan dengan teknologi ini tetap tajam karena menggunakan zoom berjenis optical bukan perbesaran secara digital.

Mari kita tunggu tanggal 25 Februari mendatang, tanggal MWC akan mulai digelar. Menarik tentunya melihat inovasi yang akan hadir oleh OPPO.

Disclosure: Artikel ini adalah advertorial yang didukung oleh OPPO.