Mode kamera profesional atau manual di smartphone kini tak hanya tersedia untuk pengambilan foto, tetapi juga untuk perekaman video. Kalau saya amati, mode video pro ini baru hadir di smartphone Android flagship terbaru, pengguna ponsel pintar kelas menengah belum tentu menjumpai fitur kamera ini.
Lantas apa yang membuat mode video pro ini istimewa? Alasannya karena kita bisa menggunakan kamera smartphone layaknya seperti kamera digital, teknik video seperti penggunaan shutter speed 2x frame rate dan manual fokus dapat diterapkan dengan lebih baik. Berikut beberapa tips untuk memaksimalkannya.
1. Resolusi Video & Frame Rate
Umumnya resolusi dan frame rate yang bisa dipilih ialah 4K atau 1080p di 30fps atau 60fps. Kalau berfokus pada kualitas, maka rekomendasi saya pilih 4K dan frame rate tinggi 60fps.
Video dengan resolusi tinggi ini memberi manfaat pada saat post processing. Contohnya meski video yang nanti diedit tetap pada resolusi 1080p, footage 4K yang diambil bisa di-crop hingga 50%. Jadi, bila perlu kita bisa gunakan itu untuk reframing atau mendapatkan detail (closeup).
Sementara, penggunaan frame rate tinggi 60fps memungkinkan memperlambat video hingga 40%. Selain untuk mendapatkan efek yang sinematik, juga dapat berfungsi untuk mengisi timeline video lebih banyak.
2. ISO
Untuk mendapatkan kualitas video yang optimal, kita perlu menggunakan nilai ISO yang kecil seperti 50, 100, 200, atau 400, terutama saat syuting di siang hari dan di luar ruangan. Karena ukuran sensor kamera kecil, masalah muncul saat syuting dengan pencahayaan rendah, menggunakan ISO terlalu tinggi akan muncul noise.
Solusinya saat ambil gambar di dalam ruangan, manfaatkan cahaya dari jendela. Biasanya pagi dan menjelang sore, cahaya masuk dari samping. Sementara untuk malam hari, maka harus dekat dengan sumber cahaya misalnya lampu dan sebaiknya gunakan artificial light.
3. Shutter Speed
Setelah menetapkan frame rate yang digunakan, agar gerakan di dalam video terlihat natural, berkat mode video pro di smartphone kita bisa menggunakan rumus shutter speed 2x frame rate atau setidaknya mendekati. Shutter speed ini menentukan seberapa banyak motion blur yang muncul, semakin cepat makin sedikit motion blur yang didapatkan.
Namun meski sudah pakai ISO paling kecil, sangat sulit menerapkan rumus ini saat syuting di kondisi cahaya berlimpah (di bawah matahari). Solusinya ialah menggunakan aksesori tambahan, yaitu ND filter untuk mengurangi cahaya sampai intensitas yang dapat ditangani.
4. White Balance
Selanjutnya pada mode video pro, kita juga bisa mengatur white balance. Fungsinya untuk membuat warna putih tampak putih dengan mengkompensasi pengaruh warna cahaya di bawah lingkungan pengambilan gambar, karena cahaya berbeda memiliki warna dan karakteristik berbeda.
Selain untuk mereproduksi keputihan, fungsi white balance juga bisa digunakan sebagai filter warna untuk menyesuikan rona warna. Kita bisa membuat video yang lebih hangat atau lebih dingin bergantung pada tema yang ingin diekspresikan atau preferensi pribadi.
5. Manual Fokus
Salah satu masalah utama mengandalkan autofocus ketika merekam menggunakan kamera smartphone ialah focus breathing. Di mana video seperti berkedip karena kehilangan fokus dan lensa mencarinya kembali terus-menerus.
Pada mode video pro, masalah tersebut bisa diatasi dengan penggunaan manual fokus. Yang menarik, di perangkat Samsung bahkan dibekali focus peaking untuk membantu memastikan objek utama tajam.
Dengan semua fitur-fitur video di atas, kemampuan perekam video di smartphone memang setingkat lebih baik berkat mode video pro. Meski begitu, menjadikan smartphone sebagai alat utama produksi saya pikir masih kurang tepat. Namun untuk kamera sekunder sebagai solusi multi-kamera sudah dapat diandalkan.