Tag Archives: MoEngage

Bagaimana Martech Bantu Startup Meningkatkan Pengalaman Konsumen

Mendekatkan diri dengan konsumen adalah cara terbaik bagi suatu bisnis untuk terus mencari tahu apa yang mereka inginkan. Informasi tersebut dapat digunakan oleh tim penjualan, pengembang , atau pemasaran dalam membuat produk yang lebih dipersonalisasi untuk setiap pelanggan, sehingga tujuan akhir ‘hubungan dengan konsumen yang lebih baik’ dapat tercapai.

Pesatnya perkembangan teknologi digital pun mengubah cara orang berkomunikasi satu sama lain. Beda kanal digital, beda pula cara berkomunikasinya. Itu belum bicara siapa target konsumennya, kapan waktu yang tepat, alat apa yang terbaik di bidangnya, apa kampanye yang tepat, dan lainnya.

Seluruh pekerjaan tersebut harus diselesaikan dalam waktu singkat karena di saat yang bersamaan, pemasar juga dikejar target yang harus dicapai. Alhasil, platform marketing technology begitu dicari.

Marketers harus mengerti bagaimana sih journey consumer-nya apakah di situs atau app, apa yang mereka lakukan di sana. Data-data penting tersebut dianalisis untuk menentukan apa kampanye yang tepat buat dia. Lalu menentukan seperti apa komunikasinya, kapan, dan bagaimana cara berkomunikasinya,” terang Country Manager MoEngage Indonesia Roy Simangunsong kepada DailySocial.id.

Roy melanjutkan, “Bicara mendasar tentang pemasar itu, enggak bisa namanya spray and pray. Tapi harus mensegmenkan konsumen-konsumen berdasarkan bucket-bucket-nya untuk menawarkan produk kita yang tepat apa untuk dia, sehingga potensi untuk konsumen tersebut melakukan tindakan lebih tercapai. At the end, business goals-nya tercapai, revenue achieve, dan lifetime value meningkat.”

Insight-led

Di era ini, pemasar seharusnya melakukan pekerjaan mendasarnya bukan berdasarkan data lagi karena data hanya sebuah informasi angka. Data yang dibantu dengan teknologi AI dan ML jauh lebih memberikan cerita mendetail tentang diri konsumer, sebuah bahan yang penting dalam proses analisis dan segmentasi. Ini adalah pilar pertama dari insight-led consumer engagement yang diusung MoEngage.

MoEngage itu sendiri merupakan consumer engagement platform, sebuah marketing technology yang memungkinkan pemasar bisa engage ke konsumer retain hubungan tersebut secara kontinu, dan menambah konsumer yang sebelumnya belum terlalu aktif untuk mau kembali pakai produk.

MoEngage menyatukan seluruh kebutuhan pemasar yang selama ini solusi-solusinya tersebar apabila mereka ingin melakukan suatu kampanye di suatu channel digital. Pemasar bisa terhubung dengan konsumernya di berbagai kanal pemasaran, terdapat solusi untuk analisis , segmentasi, dan berkomunikasi dengan konsumen secara omnichannel (mobile push, email, SMS, in-app, WhatsApp) dan bisa jangkau lewat aplikasi atau situs klien.

“Saat klien mengimplementasikan MoEngage, mereka taruh SDK kita ke situs atau app-nya. Apa yang didapatkan dari sumber-sumber data tersebut akan memberikan informasi yang lebih rich [misalnya] mengenai Roy itu apa, tanggal lahir, nomor telepon, email, dan atribut-atribut lain yang menceritakan tentang Roy. Jadi di pilar pertama, insight-led itu kita bisa analisa dan segmentasi.”

Pilar kedua adalah meng-engage konsumen. Bagaimana bisa berkomunikasi dengan individu atau kelompok tersebut. Disebut kelompok karena bisa jadi dalam satu cakupan tersebut berisi orang-orang yang punya kesamaan, baik itu kesenangan atau kebiasaan. Sebab, dalam melakukan pemasaran itu tidak bisa spray and pray, harus bisa melakukan segmentasi konsumen berdasarkan bucket-bucket-nya sebelum menawarkan produk/jasa yang tepat buat mereka.

“Setelah tahu cara interaksinya, kita pasti ingin optimalkan kan, ini disebut flywheel effect, yakni lingkaran yang terus-menerus berputar. Setelah MoEngage berikan atribut-atribut informasi, misalnya Roy setelah berkunjung dia senang memasukkan barang ke keranjang, tapi baru checkout saat ada diskon. Ini kan artinya beda cara engage-nya harus dengan apa, kita bisa optimalkan mana channel yang paling optimal buat Roy agar bisa cepat-cepat checkout.”

Dia melanjutkan, “Bila menggunakan data saja tanpa machine learning, tentunya proses tersebut akan lama karena harus dianalisis dulu. Yang kami tawarkan ada machine learning yang membantu pemasar tersebut mempercepat prosesnya untuk engage dengan konsumernya.”

Pilar ketiga, setelah dianalisis, di-engage, dan optimalisasi, siklus berikutnya adalah pemasar kembali bertanya dari seluruh kampanye yang telah dilakukan apa yang harus dilakukan setelahnya. Serta, kembali mendalami konsumernya itu sendiri. Semakin aktif konsumen, maka secara statistik ada cara untuk tetap meningkatkan kegiatan mereka yang pada akhirnya bisa menambah pendapatan perusahaan.

“Kalau challenge-nya bagaimana mau drive active user di aplikasi/situs agar bisa menaikkan revenue, sebagai tools kita harus mengetahui konsumer kita.”

Bila dikaitkan dengan strategi pemasaran di dunia startup, tentunya tidak jauh berbeda. Sebagai founder juga harus mulai melihat konsumen yang datang itu haruslah yang tepat dan tahu bagaimana berkomunikasi dengan mereka dengan menawarkan produk yang tepat.

“Misalnya, Roy bakal lebih aktif kalau ada komunikasi baru yang tepat sesuai behavior dia. Jadi komunikasinya harus seakan-akan dipersonalisasi untuk Roy, sehingga bisa meningkatkan active usage-nya.”

Contoh kasus yang terjadi di salah satu klien OTT MoEngage di Vietnam, mereka dapat meningkatkan angka berlangganan hingga tiga kali lipat dan angka pelanggan berbayar hingga tiga kali lipat.

“Kondisi yang sama juga terjadi di telko. Sebagai pemasar pasti ingin reach ke spesifik target konsumen dan bisa berkomunikasi dengan mereka secara tepat guna. Mereka bisa lihat Roy secara 360 derajat, selalu beli paket data A misalnya karena ada streaming. Potensi sebagai telko bisa drive Roy lebih aktif tawarkan produk yang mirip. Ini yang terjadi di XL Axiata bisa segmentasi pasar based on action yang konsumen lakukan dalam periode tertentu. Ini sukses drive pertumbuhan MAU sampai 98%.”

Tren pemasaran saat ini

Menurut Roy sejumlah tren pemasaran yang perlu diperhatikan para pemasar. Pertama, trennya semakin lama pemasar bisa melakukan engagement ke konsumen berdasarkan insight-led semakin meningkat. Lantaran, pemasar saat ini tidak punya banyak waktu lama untuk meninggu. Sehingga di lokasi di mana konsumen berada harus segera buat kampanye.

“Semakin pendek waktu pemasar untuk berpikir, sehingga dengan adanya situasi ini MoEngage dapat beraksi dan menentukan kampanye apa yang tepat buat konsumen mereka.”

Kedua, kampanye yang dipersonalisasi itu merupakan suatu keharusan. Hal ini bisa dimungkinkan kalau memiliki insight yang melimpah dari consumer engagement platform. Ketiga, touch point konsumen semakin banyak, dari WhatsApp, situs, email, SMS, integrasi dengan iklan di Facebook dan Google, bahkan sudah terintegrasi juga dengan TikTok. Platform omnichannel semakin dibutuhkan untuk pemasar dalam membantu mreka mana channel yang tepat untuk jangkau tipe tertentu konsumen.

Terakhir, berbagai insight dari platform ini hanya bisa terjadi dengan campur tangan teknologi AI dan ML. Pemasar dapat memperpendek waktu analisa dari sebelumnya yang butuh waktu berjam-jam. Dengan kata lain, teknologi tersebut sudah bagian yang terpenting, sudah tidak bisa terpisahkan lagi.

Roy juga menekankan bahwa dalam pemasaran itu, terdapat kombinasi antara teknologi dan seni. Dicontohkan, dalam sekelompok konsumen yang walaupun mereka punya kesamaan, tapi bila dilihat lebih dalam ada yang lebih suka berkomunikasinya dengan channel tertentu. Apalagi untuk generasi muda saat ini, mereka lebih menyukai ada unsur gamifikasi yang buat mereka lebih bersemangat.

“Kita sebagai brand harus memadukan data dan seni untuk berkomunikasi. Jadi ada perubahan dari campaign centric jadi consumer centric karena sekarang inilah yang paling penting.”

MoEngage di Indonesia

Di bawah kepemimpinan Roy, menegaskan komitmen MoEngage untuk menyeriusi pasar marketing technology di Indonesia. Disebutkan bahwa Indonesia adalah negara prioritas kedua setelah di India untuk regional Asia Pasifik. Karena penting, maka perusahaan juga jor-joran investasi dengan merekrut talenta lokal terbaik.

“Investasi yang kita lakukan dengan rekrut orang lokal ini jadi diferensiasi mendasar [dari kompetitor]. Kita pun melihat orang Indonesia itu lebih senang jika ada tim lokal MoEngage yang bisa bantu menjelaskan produk kami ke mereka karena bisa tanya banyak.”

Disebutkan MoEngage memiliki 140 klien dari berbagai skala, mulai dari startup seperti edtech, OTT, e-commerce, hingga perusahaan telekomunikasi. Melimpahnya klien ini membuat posisi Indonesia jadi penting karena makin banyak pengalaman-pengalaman dari sini yang dapat dilanjutkan untuk pengembangan kemampuan produk MoEngage.

“Kita banyak berikan feedback ke tim produk global untuk kasih tahu bahwa ini produk-produk yang bakal works di Asia. Jadi kita bisa memengaruhi produk kita jadi lebih bagus di pasar, sehingga apa yang kita develop itu bisa meaningful buat konsumer bukan sekadar buat kompetisi saja.”

Salah satu pengembangan produk yang baru-baru ini dirilis berkat masukan dari klien Indonesia, yakni web personalization, MoEngage Inform, dan MoEngage Flows versi terbaru.

strategi omnichannel bukalapak tokopedia

Penerapan Strategi “Omnichannel” di Bukalapak dan Tokopedia untuk Tingkatkan Pengalaman Pengguna

Hingga tahun 2023 mendatang, Market Research Future memprediksi pasar platform ritel omnichannel global tumbuh hingga US$11,1 miliar. Dalam 2-3 tahun ke depan, faktor pendorong utamanya peningkatan adopsi layanan e-commerce dan meningkatnya penggunaan smartphone/tablet untuk transaksi jual-beli.

Menurut Chief Strategy Officer Bukalapak Teddy Oetomo, strategi omnichannel di layanan e-commerce dan marketplace dilakukan untuk membuahkan diversifikasi di berbagai lini produk dan program, baik secara online maupun offline.

“Kami ingin menyebut Bukalapak sebagai technology commerce, di mana seluruh kegiatan dagang di platform dan program yang dijalankan memanfaatkan teknologi inovatif sebagai akselerator bisnis para UKM. Namun yang terpenting adalah, apapun bentuknya, Bukalapak akan terus berkomitmen pada visinya  menjadi perusahaan yang mampu memberdayakan UKM Indonesia dan penggerak perekonomian bangsa,” kata Teddy.

Salah satu contoh program online-to-offline mereka adalah Mitra Bukalapak. Perusahaan mencoba merangkul agen individual dan warung tradisional agar  memanfaatkan teknologi dan fitur yang dimiliki Bukalapak, sehingga mereka mendapatkan nilai tambah.

Hal senada juga diungkapkan Head of Brand Tokopedia Nirmala Rahmawati, sesuai dengan DNA perusahaan yaitu “focus on consumer” diharapkan bisa memberikan pengalaman terbaik bagi lebih dari 90 juta pengguna bulanan aktif.

“Kami terus berupaya memahami masyarakat dalam menggunakan berbagai fitur dan layanan kami. Brand harus bisa menggunakan berbagai alat dan solusi untuk membangun pengalaman pelanggan yang mudah dan berkesan di berbagai platform.”

Strategi konten cross-channel

Seiring masifnya pemanfaatan teknologi, pasar global telah melihat perubahan besar dalam perilaku konsumen, termasuk Indonesia. Akibatnya, sebagian besar industri menghadapi tantangan baru untuk memenuhi tersebut. Kebutuhan masyarakat yang berbeda-beda membutuhkan pendekatan dan perspektif kreatif baru untuk menyelesaikan masalah.

Strategi omnichannel juga sering dikaitkan dengan distribusi konten secara cross-channel demi meningkatkan pengalaman pengguna. Hal tersebut mencakup integrasi dari pesan yang ingin dikomunikasikan melalui medium digital dan non-digital.

“Dengan mempelajari perilaku konsumen berdasarkan analisis data menggunakan AI dan machine learningkami dapat mempersonalisasi setiap pesan yang dikirim melalui berbagai kanal untuk memastikan relevansi bagi pengguna Tokopedia. Langkah ini sangat penting dalam menciptakan brand experience yang bermakna. Selain itu, informasi tersebut juga membantu kami menyampaikan berbagai pesan lewat beragam kanal yang sesuai dengan preferensi pengguna kami, sehingga kami dapat mengubah perilaku konsumen untuk melakukan pembelian lewat platform Tokopedia,” kata Nirmala.

Saat ini Tokopedia mengklaim telah memiliki lebih dari 250 juta produk terdaftar dengan harga transparan yang dipasarkan oleh lebih dari 7,2 juta pedagang. Selain itu, mereka juga memiliki 35 produk digital yang melayani berbagai kebutuhan masyarakat Indonesia. Dengan begitu banyak produk dan fitur yang tersedia di Tokopedia untuk memenuhi berbagai jenis kebutuhan konsumen, maka diperlukan pengalaman omnichannel yang semulus mungkin.

Menurut Business Delopment Manager MoEngage Divya Jagwani, brick and mortar telah menjadi pelopor untuk industri ritel sejak dulu, namun dalam beberapa tahun terakhir model pembelian telah bergeser untuk pengguna dan sekarang penjualan online nilainya setara atau bahkan lebih tinggi dibandingkan penjualan secara offline. Salah satu alasannya adalah, makin bertambahnya jumlah konsumen yang mencari kenyamanan sekaligus jaminan yang pasti atas produk yang mereka beli.

“Saya percaya untuk saat ini tidak ada banyak perbedaan di toko offline atau online. Harapan konsumen adalah agar toko offline bisa menjadi perpanjangan dari toko online yang menawarkan pengalaman yang sama kepada mereka di seluruh channel dan sebaliknya,” kata Divya.

Secara khusus pendekatan secara online bisa menargetkan konsumen yang tepat, sesuai dengan segmentasi dan produk yang ditawarkan oleh brand. Contohnya pada penempatan iklan digital seperti display dan video, serta penggunaan homepage banner di berbagai platform digital.

Di sisi lain pendekatan secara offline memungkinkan konsumen untuk melihat dan merasakan secara langsung barang yang menarik minat mereka. Contohnya adalah menggunakan iklan TV, beberapa penempatan billboard dan kegiatan pemasaran out-of-home lainnya seperti , seperti titik spot iklan di MRT Jakarta. Untuk itu dibutuhkan biaya yang cukup besar ketika strategi omnichannel mulai dilakukan.

“Poin yang paling penting untuk bisa dipahami oleh brand adalah, konsumen tidak melihat perbedaan antara situs, smartphone, toko offline, email atau SMS. Bagi mereka, penting bagi brand untuk mengenal mereka, tidak peduli channel apa atau cara komunikasi apa yang dipilih untuk bisa lebih personal. Dengan begitu banyaknya data yang dimiliki brand saat ini, mereka seharusnya tidak lagi memasarkan kepada pelanggan dengan mengirim buletin dan kampanye promosi biasa, tetapi menambah nilai pada kehidupan mereka sehari-hari melalui komunikasi di seluruh channel,” kata Divya.

Personalisasi dan penggunaan data

Personalisasi adalah jantung dan faktor penting dalam dunia digital saat ini. Dikenal sebagai “brand intimacy”, kemampuan untuk menghasilkan emosi positif dengan pelanggan diklaim bisa membantu brand mendorong penjualan dan loyalitas pelanggan.

Pada tahun ini diprediksi makin banyak brand yang mencoba untuk “memanusiakan” titik kontak di seluruh channel yang mereka miliki dengan tujuan membangun hubungan emosional yang kuat. Untuk itu bagi brand yang masih menjalankan bisnis secara konvensional sudah harus mulai mengadopsi teknologi, penjualan langsung ke konsumen dan meningkatkan hiper-personalisasi, analisis perilaku pelanggan, dan kemampuan pembelajaran mesin oleh AI.

“Kami berupaya melakukan personalisasi untuk setiap pengguna Tokopedia berdasarkan berbagai data yang kami kumpulkan saat pengguna berinteraksi dengan platform kami. Seluruh langkah ini kami lakukan dengan tujuan untuk membangun hubungan yang kuat dengan pelanggan kami dan mempermudah masyarakat Indonesia untuk memulai dan menemukan apa pun lewat Tokopedia,” kata Nirmala.

Untuk itu penting bagi brand mulai mengelola dengan baik data yang mereka miliki, untuk mendorong kegiatan pemasaran secara digital. Data ini memungkinkan brand untuk membangun algoritma AI dan machine learning yang secara progresif mempelajari lebih lanjut tentang pengguna, menyajikan analisis yang bermakna dan dapat ditindaklanjuti untuk brand yang pada gilirannya bisa memberikan pengalaman pengguna secara personal.

“Penting untuk memahami data dikumpulkan. Tidak cukup hanya melacak data pengguna, tetapi menyusun dan menemukan wawasan yang bermakna serta dapat ditindaklanjuti. Penting bagi brand untuk kemudian menggunakan data ini untuk mencapai komunikasi dengan pelanggan pada waktu yang tepat, melalui channel yang tepat dengan pesan yang tepat untuk mereka,¨tutup Divya.

India-Based Mobile Analytics Service MoEngage to Enter Indonesian Market

India-based mobile analytic startup MoEngage just announced $4,25 worth Series A funding it received from a group of investors that consists of Helion Venture Partners as the leader, Exfinity Ventures and three angel investors, namely Kunal Bahl, Rohit Bansal, and Raghunandan. Now, MoEngage will soon enter Southeast Asian market, especially Indonesia and the Philippines. Continue reading India-Based Mobile Analytics Service MoEngage to Enter Indonesian Market

Pasca Pendanaan, Layanan Mobile Analytics India MoEngage Bidik Pasar Indonesia

MoEngage ungkap ketertarikan terhadap pasar Indonesia dan Filipina / Shutterstock

Startup mobile analytics yang berbasis India MoEngage baru saja mengumumkan perolehan pendanaan Seri A sebesar $4,25 juta yang dipimpin oleh Helion Venture Partners dengan partisipasi Exfinity Ventures dan Kunal Bahl, Rohit Bansal, dan Raghunandan sebagai angel investor. Seusai pendanaan ini, MoEngage segera menapaki pasar Asia Tenggara, terutama Indonesia dan Filipina. Continue reading Pasca Pendanaan, Layanan Mobile Analytics India MoEngage Bidik Pasar Indonesia