Tag Archives: moni

Segmen aplikasi pencatatan keuangan pribadi makin disesaki para pemain fintech seiring dengan peningkatan literasi finansial

Alternatif Menuju Kemandirian Finansial Lewat Aplikasi Pencatatan Keuangan Pribadi

Pengetahuan mengelola keuangan dulu memang tidak diajarkan di sekolah, namun memiliki pengetahuan dasar keuangan pribadi, seperti perencanaan keuangan, tabungan dan investasi, dan manajemen utang adalah rangkaian penting menuju keuangan sehat. Setiap orang punya ambisi untuk mencapai hal tersebut, apalagi setiap momentum awal tahun.

Belakangan perangkat berbasis digital membantu pengetahuan dasar tersebut makin banyak bermunculan, seiring meningkatnya penetrasi internet dan literasi finansial. Jumlah pengguna aplikasi wealthtech terus meningkat semenjak pandemi melanda dan berhasil melontarkan Ajaib sebagai startup unicorn.

Kepopuleran wealthtech mendorong kemunculan tren kehadiran aplikasi pencatatan keuangan pribadi. Istilah lain yang sering digunakan untuk mengategorikannya adalah manajemen keuangan pribadi (personal finance) atau budget tracking. Esensinya tetap sama.

Sebelumnya, fitur ini umum hadir sebagai nilai tambah aplikasi wealthtech atau keuangan digital untuk mengatur alokasi investasi dalam mencapai tujuan tertentu, misalnya dana pensiun, dana pendidikan, dana pernikahan, dan sebagainya.

Pendekatan yang diambil para pengembang aplikasi semacam ini adalah mempermudah pengguna melacak pengeluaran dan memantau keuangan mereka di beberapa akun secara sekaligus dengan menautkan akun keuangan. Berikutnya informasi tersebu akan dikategorikan untuk menunjukkan dengan tepat ke mana uang pengguna pergi.

Aplikasi ini juga dikenal sebagai agregator keuangan karena mereka menggabungkan atau menyatukan laporan keuangan, mulai dari tagihan, rekening bank, dan kartu kredit dalam satu tempat. Di tahap lebih lanjut, aplikasi ini dapat mencakup perencanaan keuangan, pajak, analisis portofolio investasi, pemantauan kredit, dan masih banyak lagi.

Contoh terdekat yang populer di pasar global adalah Money Lover, Mint, Goodbudget, YNAB (You Need a Budget), PocketGuard, dan masih banyak lagi. Aplikasi tersebut bahkan sudah merambah untuk kebutuhan yang lebih spesifik, misalnya pengelolaan keuangan untuk melacak pengeluaran, menjaga anggaran, permudah berhemat, keluar dari utang, dan untuk pekerja lepas.

Meski banyak variasi istilah, golnya hanya satu: membantu mengarahkan pengguna menuju kemandirian finansial.

Aplikasi jenis ini mulai bermunculan di Indonesia, di antaranya Finansialku, Sribuu, Pay Ok, PINA, Finoo, Moni, Xettle, Finku, Neu (Fazz Financial Group). Sebagian dari mereka sudah mengantongi kepercayaan dari investor dalam bentuk perolehan dana segar.

Tidak hanya aplikasi pencatatan keuangan UMKM saja yang marak hadir karena menyimpan potensi digitalisasi yang besar. Aplikasi sejenis yang menargetkan perorangan juga punya potensi yang tak bisa dianggap remeh.

Mengutip data OJK, berdasarkan hasil survei nasional literasi dan inklusi keuangan di 2016, baru sekitar 29,7% masyarakat yang paham mengenai keuangan. Sementara itu, hanya 12,6% masyarakat yang telah memiliki perencanaan keuangan. Lebih lanjut, terdapat 67,8% masyarakat yang menggunakan produk dan layanan keuangan, namun hanya 29,7% masyarakat yang well literate.

Hal ini menunjukkan banyak masyarakat yang telah menggunakan produk dan layanan keuangan tanpa dibekali pemahaman keuangan yang memadai. Survei tersebut juga menunjukkan tujuan keuangan masyarakat didominasi dengan tujuan jangka pendek untuk memenuhi kehidupan sehari-hari. Hanya 12,6% yang telah mempersiapkan pendidikan anak dan hanya 6,3% yang memiliki tujuan keuangan untuk persiapan pensiun.

Co-founder dan CEO Moni Ahmad Faiz Nasshor (Faiz) menjelaskan, ada dua hal yang menjadikan aplikasi pengelolaan keuangan pribadi menjadi booming di Indonesia. Pertama, karena pandemi yang mengakibatkan orang semakin mawas diri terhadap pentingnya mengatur keuangan pribadi.

“Hal ini bisa dilihat dengan semakin banyaknya jumlah investor ritel kita dan juga semakin banyaknya jumlah akun-akun di media sosial yang berbagi tentang keuangan pribadi,” ucapnya Faiz saat dihubungi DailySocial.id.

Kedua, didukung adopsi transaksi digital yang meningkat. Dia bilang, lima tahun lalu mayoritas pengeluaran kemungkinan masih menggunakan uang tunai, tetapi hal tersebut mulai bergeser ke transaksi digital seiring dengan munculnya platform digital seperti e-commerce, ride hailing, dan yang paling terpenting adalah e-wallet.

“Adanya pergeseran ini mengakibatkan munculnya potensi untuk pencatatan otomatis, yang sebelumnya masih sangat sulit untuk dilakukan karena pengeluaran masih menggunakan metode cash.”

Moni dirintis untuk memudahkan proses pencatatan keuangan, dengan fitur utama berupa pencatatan transaksi secara otomatis. Agar proses pencatatan otomatis dapat dilakukan, Moni menggunakan tiga sumber data, yakni notifikasi ponsel, notifikasi email, dan sambungan langsung ke akun bank/e-wallet.

Sejauh ini ada 25 daftar produk yang telah Moni dukung beserta dengan sumber data yang digunakan, sebagian besar dari aplikasi perbankan, e-money, dan e-commerce. Beberapa di antaranya adalah BCA Internet Banking (akun bank dan e-wallet), Jenius (notifikasi email), GoPay (akun bank dan e-wallet), Grab (notifikasi email), dan Tokopedia (notifikasi email).

Fitur lainnya yang tersedia di Moni adalah Transfer (permudah top up/tarik tunai/transfer untuk pencatatan yang jadi lebih akurat) dan Saldo (monitor berbagai saldo e-wallet dari aplikasi Moni). Sejauh ini Moni belum melakukan monetisasi. Seluruh fiturnya dapat digunakan secara gratis.

Diklaim Moni memiliki ribuan pengguna dengan pertumbuhan pengguna baru hingga tiga kali per bulan dan jumlah transaksi yang tercatat lebih dari 10 kali lipat.

Di situsnya, pihak Moni mengklaim tidak menyimpan data password akun bank dan e-wallet pengguna. Perusahaan hanya menyimpan data email dari aplikasi yang telah disetujui pengguna. Untuk perlindungan data sensitif, layanannya diklaim terenkripsi dengan menggunakan enkripsi AES 256-bit yang biasa digunakan di perbankan dan militer.  Moni telah terdaftar di PSE Kominfo.

Fitur-fitur yang disediakan aplikasi perencanaan keuangan / DailySocial

Tidak geser peran perencana keuangan

Kendati aplikasi sejenis Moni ramai bermunculan, muncul pertanyaan apakah aplikasi saja cukup untuk menemani perjalanan keuangan pribadi seseorang. Co-founder dan CEO Halofina Adjie Wicaksana menuturkan, kondisi tersebut justru menambah alternatif bagi konsumen dalam mengelola keuangannya.

“Mungkin ada area [aplikasi] budgeting, financial planning, investment, dan sebagainya yang sebenarnya satu sama lain itu saling melengkapi, sebab ada yang kurang atau lebih. Lalu apakah tetap butuh financial planner? Enggak semua orang butuh yang kehadiran personal based [financial planner], yang terpenting adalah implementasi dari financial planning itu sendiri,” terangnya.

Dia melanjutkan, dalam mengimplementasikan perencanaan keuangan itu banyak caranya. Ada yang butuh penasihat, baca-baca dari artikel, atau pakai tools tertentu yang dapat membantu konsumen.

“Jadi secara umum kegiatan managing cash flow, doing financial planning, investment planning, portofolio management adalah unsur-unsur yang tidak hanya di-provide oleh satu perusahaan saja, tapi bisa jadi satu user pakai multiple product at the same time.”

Halofina merupakan salah satu startup yang menyediakan perencanaan keuangan, investasi, dan konsultasi berbasis aplikasi. Terdapat FINADVISOR untuk kemudahan perencanaan keuangan dan investasi dengan pilihan produk investasi terbaik yang telah dikurasi oleh pakar keuangan berpengalaman. Underlying kelas aset yang terdapat di Halofina adalah reksa dana (kerja sama dengan Tanamduit) dan emas dari Indogold.

Kemudian, FINACONSULT untuk konsultasi keuangan langsung dengan konsultan keuangan bersertifikat seputar perencanaan keuangan, pengelolaan uang, pengelolaan utang, atau perencanaan investasi untuk tujuan keuangan jangka panjang. Fitur ini hadir berkat kerja sama dengan ZAP Finance.

Founder dan CEO Finansialku Melvin Mumpuni juga mengutarakan hal yang sama. Ia bilang aplikasi perencanaan keuangan justru membuka segmen pengguna baru, yang masalahnya cukup terselesaikan lewat aplikasi. “Beberapa kasus memang bisa diselesaikan dengan aplikasi, namun kasus-kasus yang cukup complicated, perlu penangan khusus dari financial planner,” kata Melvin.

Untuk menggarap segmen baru tersebut, kini aplikasi Finansialku ditenagai dengan fitur teranyar Brangkas. Fitur ini bertugas membantu pengguna agar semakin disiplin mencatat setiap pemasukan dan pengeluaran dari transaksi bank. Dengan demikian, pengguna dapat rutin melakukan evaluasi setiap bulannya dan mengetahui setiap kebocoran-kebocoran keuangannya. Brangkas hadir berkat kerja sama dengan startup open finance Brankas.

Terhitung, ada empat bank yang telah terintegrasi dengan fitur Brangkas, yakni BCA, BRI, Bank Mandiri, dan BNI. Tak hanya itu, terdapat fitur pendukung lainnya, yakni Financial Check Up dan Perencanaan Keuangan. “Sebagai bukti komitmen Finansialku terhadap perlindungan konsumen, maka Finansialku sudah melakukan sertifikasi ISO27001 yang berkaitan dengan keamanan data,” tambah CTO Finansialku Alvin Augusto Saputra.

Untuk memperkuat pernyataan Adjie dan Melvin, Faiz menambahkan sebenarnya perjalanan dalam merencanaan keuangan bukanlah sesuatu yang bisa dilakukan dalam semalam, karena ada banyak sekali faktor yang mempengaruhi kondisi seseorang. Seorang perencana keuangan dapat memberikan saran yang sangat detail untuk setiap pengguna.

Kehadiran Moni, sambungnya, tidak untuk menggantikan peran perencana keuangan. Justru sebagai pelengkap dan membantu mereka. Aplikasi pencatatan keuangan pribadi dapat membantu pengguna dalam memantau pengeluaran dan aset yang mereka miliki secara lebih mudah untuk mencapai tujuan finansial yang diinginkan.

“Moni saat ini masuk di tahap awal perencanaan keuangan, di mana sebelum melakukan perencanaan keuangan, user seharusnya mengetahui cashflow keuangan mereka. Dengan proses pencatatan keuangan otomatis yang dilakukan Moni, cashflow dapat diketahui dengan lebih mudah, sehingga user dapat mengetahui langkah apa saja yang selanjutnya dapat mereka lanjutkan,” kata Faiz.

Sumber diolah / DailySocial

Sebagai bagian perjalanan edukasi keuangan, perjalanan aplikasi perencanaan keuangan ini masih baru. Adjie bilang, semakin banyaknya pemain di berbagai sektor fintech membuat awareness terhadap alternatif produk keuangan menjadi terus bertumbuh, terutama anak muda yang cenderung eksploratif.

“Tantangannya justru bagaimana meningkatkan literasi dan edukasi itu sendiri agar penggunaan produk-produk tersebut bisa disertai dengan pemahaman terkait fundamental perencanaan keuangan, sehingga mereka bisa mendapat manfaat yang maksimal dari produk tersebut sesuai dengan kebutuhan masing-masing,” ujar Adjie.

Faiz meyakini Moni dapat menyandingi aplikasi sejenis dari luar negeri yang bisa digunakan di Indonesia, bahkan mampu lebih baik. Tantangannya tinggal bagaimana mengubah persepsi orang mengenai hal tersebut.

“Visi kami masih sama, yakni membantu pengguna untuk mengelola keuangan dengan cara yang mudah dan menyenangkan. Untuk itu kami terus menambah produk-produk yang terintegrasi dengan Moni. Selain itu, kami juga sedang melakukan beberapa eksperimen sebagai sumber revenue,” tutupnya.

Finku Bags Pre-Seed Funding, Entering Digital Bookkeeping Service

In recent years, more digital bookkeeping platforms have emerged in Indonesia. Aside from the integration with banking, digital wallets to other fintech platforms; it also leverages the latest data and technology to function as a personal finance application.

One of the platforms launched this year is Finku. This service was founded by three Co-Founders, Shyam Kalairajah, Reinaldo Tendean, and Shylla Estee Pramadhani. Both Shyam and Reinaldo had previously worked at the Boston Consulting Group (BCG), while Shylla had previously worked at Bukalapak.

According to his Linkedin page, Reinaldo mentions Finku’s vision to democratize finance for all Indonesians. He believes that Indonesian people regardless of their background have the same opportunity to make the best financial decisions.

“And we started this journey by providing infrastructure and tools to make simplify financial management, make it faster and more seamless. Indonesians no longer have to spend time manually tracking their expenses, through manual tracking apps, excel, or notes.”

Finku has partnered with KoinWorks and Flip. In addition to providing a reporting tool for various activities by manual input, Finku is also capable to manage user expenses using budget feature. Other favorite features include Timeline & Filter, Financial Target, Centralized Dashboard and Promos, discounts, and cashback. The Finku app is now available for download on Google Play and the App Store.

DailySocial tried to contact Finku’s founding team, but they were unwilling to comment.

In Indonesia, other platforms that provide similar services to Finku include Moni, Sribuu, and PINA.

Pre seed funding

Currently, Finku has been registered and supervised by Kominfo and the Indonesian FinTech Association. Around last August, Finku also received Pre-Seed funding from Global Founders Capital and 500 Startups.

DailySocial noted that  there were 3 digital bookkeping services such as Finku that had received funding from investors during 2021. One of which is Sribuu that receives funding from BEENEXT and several angel investors, while Moni received seed funding from Bukalapak’s Co-Founder, Achmad Zaky. Before the application was launched, PINA had secured seed funding from 1982 Ventures, iSeed Asia, Prasetia Dwidharma, Oberyn Capital, and a series of angel investors.

The pandemic in particular has accelerated the growth of financial record-keeping platforms. The habit of online shopping among the public during the pandemic has encouraged the acceleration and adoption of non-cash transactions.

BI data also recorded an increase in digital transactions that reached 201 trillion Rupiah in 2020, rise 38.62% from 192 trillion Rupiah in 2019. It was also recorded that the use of electronic money reached 24 trillion Rupiah during June 2021, increased by 60% compared to the same period in 2020.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
Selain memberikan sejumlah fitur finansial di aplikasinya, Finku telah menjalin kemitraan dengan KoinWorks dan Flip

Kantongi Pendanaan Pre-Seed, “Finku” Masuki Pasar Layanan Pencatatan Keuangan

Dalam beberapa tahun terakhir makin banyak platform pencatatan keuangan yang hadir d Indonesia. Tidak hanya terintegrasi dengan perbankan, dompet digital hingga platform fintech lainnya; platform tersebut juga memanfaatkan data dan teknologi terkini untuk berfungsi sebagai aplikasi keuangan pribadi.

Salah satu platform yang telah meluncur tahun ini adalah Finku. Layanan ini didirikan oleh tiga Co-Founder, yaitu Shyam Kalairajah, Reinaldo Tendean, dan Shylla Estee Pramadhani. Baik Shyam dan Reinaldo sebelumnya pernah bekerja di Boston Consulting Group (BCG), sementara Shylla pernah bekerja di Bukalapak.

Menurut halaman Linkedin-nya, Reinaldo menyebutkan visi Finku  mendemokratisasi finansial untuk seluruh masyarakat Indonesia. Dirinya percaya bahwa masyarakat Indonesia apapun latar belakangnya memiliki kesempatan yang sama untuk mengambil keputusan keuangan yang terbaik.

“Dan kita memulai perjalanan ini dengan menyediakan infrastruktur dan tools untuk mengelola keuangan menjadi lebih simple, cepat dan menyenangkan. Masyarakat Indonesia tidak lagi harus menghabiskan waktu untuk melacak pengeluaran mereka secara manual apakah melalui manual tracking apps, excel, atau notes.”

Finku sudah menjalin kerja sama dengan KoinWorks dan Flip. Selain menyediakan pencatat berbagai aktivitas by manual input, Finku juga mampu mengelola pengeluaran pengguna dengan fitur budget. Fitur favorit lainnya adalah Timeline & Filter, Target Keuangan, Centralized Dashboard dan Promo, diskon, hingga cashback. Aplikasi Finku sudah bisa diunduh di Google Play dan App Store.

DailySocial mencoba menghubungi tim pendiri Finku, tapi mereka tidak bersedia untuk berkomentar.

Platform yang menghadirkan layanan serupa dengan Finku di Indonesia di antaranya adalah Moni, Sribuu, dan PINA.

Kantongi pendanaan Pre-Seed

Saat ini Finku telah terdaftar dan diawasi oleh Kominfo dan Asosiasi FinTech Indonesia. Sekitar bulan Agustus lalu, Finku juga telah menerima pendanaan tahapan Pre-Seed dari Global Founders Capital dan 500 Startups.

DailySocial mencatat sepanjang tahun 2021 terdapat 3 startup pencatat keuangan seperti Finku yang telah mendapakan pendanaan dari investor. Mereka adalah Sribuu yang memperoleh dana dari BEENEXT dan beberapa angel investor, sementara Moni mendapatkan pendanaan awal dari Co-Founder Bukalapak Achmad Zaky. Sementara PINA, sebelum aplikasinya meluncur, telah mengantongi pendanaan awal dari 1982 Ventures, iSeed Asia, Prasetia Dwidharma, Oberyn Capital, dan sejumlah angel investor.

Pandemi secara khusus telah mempercepat pertumbuhan platform pencatatan keuangan. Kebiasaan belanja secara online dikalangan masyarakat saat pandemi telah mempercepat akselerasi dan adopsi akan transaksi secara nontunai.

Data BI juga mencatatkan kenaikan transaksi digital yang mencapai 201 triliun Rupiah di tahun 2020, naik 38,62% dari 192 triliun Rupiah pada tahun 2019. Tercatat juga dengan penggunaan uang elektronik yang jumlah transaksinya mencapai 24 triliun Rupiah selama bulan Juni 2021, naik 60% dibandingkan periode yang sama di tahun 2020.

Application Information Will Show Up Here
Aplikasi Pencatat Keuangan Moni

Aplikasi Pencatat Keuangan “Moni” Debut, Didukung Achmad Zaky sebagai Investor

Memanfaatkan sumber data yang relevan, platform pencatatan keuangan gaya hidup “Moni” resmi meluncur. Didirikan oleh Ahmad Faiz Nasshor, alumni University of Manchester sekaligus ex-Product Manager Bukalapak, beserta dengan beberapa rekan yang mempunyai pengalaman bekerja di perusahaan unicorn, aplikasi tersebut ingin memberikan kemudahan masyarakat untuk mengelola keuangan.

Versi awal Moni memanfaatkan data dari notifikasi aplikasi dan email — terkait transaksi keuangan. Misalnya pengguna melakukan transaksi di Tokopedia, beli makanan di GrabFood, dan transfer uang melalui Bank Jago, Moni akan mencatat semua transaksi tersebut secara otomatis. Saat ini Moni telah terintegrasi dengan lebih dari 15 produk aplikasi; di akhir tahun nanti targetnya bisa mencapai hingga minimal 25 produk.

“Berbagai macam sumber data yang tersedia diharapkan bisa membantu mencapai visi Moni untuk menjadikan pengelolaan keuangan pribadi menjadi hal yang mudah dan menyenangkan. Ke depannya, Moni bisa menjadi one-stop solution untuk segala topik terkait dengan pengelolaan keuangan pribadi dan pencatatan otomatis merupakan fondasi untuk mencapai impian tersebut,” kata Faiz.

Setelah menerima pendanaan dari angel investor Achmad Zaky, ke depannya Moni juga memiliki rencana untuk melakukan penggalangan dana tahap lanjutan. Saat ini perusahaan masih melakukan penjajakan dengan beberapa investor.

“Ada banyak sekali rencana yang ingin kami capai pada tahun ini, namun secara umum target kami adalah membuat proses pencatatan otomatis Moni menjadi lebih akurat dan mendukung lebih banyak produk,” kata Faiz.

Keunggulan fitur

Untuk saat ini Moni belum melancarkan strategi monetisasi dalam platform. Fokus mereka adalah membuat produk untuk menyelesaikan permasalahan yang dimiliki oleh 60 juta milenial dan middle-class di Indonesia dalam hal pengelolaan keuangan pribadi.

“Ke depannya perusahaan telah mengidentifikasi beberapa potential revenue stream. Salah satunya adalah adanya premium member yang akan memberikan benefit khusus untuk pengguna Moni dalam hal fitur ataupun program lainnya,” kata Faiz.

Berbeda dengan platform serupa lainya, Moni fokus pada pencatatan otomatis gratis. Sebagian besar aplikasi pencatatan keuangan yang tersedia saat ini tidak menyediakan pencatatan secara otomatis.

Moni juga mengedepankan cita rasa lokal. Dari aplikasi yang menyediakan pencatatan otomatis, hanya sedikit sekali integrasi dengan produk lokal. Padahal saat ini di Indonesia telah memiliki banyak sekali produk keuangan baru seperti GoPay dan OVO.

“Variasi sumber data yang digunakan akan membuat data yang dapat disediakan oleh Moni menjadi semakin lengkap. Ke depannya kami akan terus mencari sumber data baru yang digunakan untuk membuat pencatatan otomatis yang dimiliki oleh Moni menjadi semakin akurat,” kata Faiz.

Hingga saat ini sudah ada ribuan pengguna yang terdaftar di Moni dengan growth yang diklaim cukup tinggi. Setelah meluncurkan fitur integrasi dengan email pada akhir Mei 2021, jumlah pengguna baru yang terdaftar naik hingga 3x per bulannya dengan peningkatan jumlah transaksi yang tercatat lebih dari 10x. Hal ini karena dengan adanya integrasi email, Moni bisa mencatat transaksi otomatis dari lebih dari 15 produk yang biasa digunakan pengguna, mulai dari e-commerce hingga ojek online.

“Saat ini Moni baru tersedia dalam versi Android, namun kami sudah memiliki rencana untuk mengembangkan versi iOS. Moni saat ini sudah tersedia di Play Store dan bisa di-download secara bebas,” kata Faiz.

Pandemi dorong pertumbuhan transaksi online

Pandemi memiliki dampak yang signifikan terhadap bisnis Moni. Salah satunya adalah, semakin banyak orang yang mengalihkan transaksinya dari offline menjadi online, termasuk pergeseran mode pembayaran dari tunai menjadi QRIS yang semakin meningkat. Bank Indonesia mencatat tahun 2020 lalu, pertumbuhan penggunaannya semakin meningkat.

Pertumbuhan penggunaan QRIS tahun 2020 / Sumber : Bank Indonesia
Nilai Transaksi Uang Elektronik / Sumber : Katadata

Data dari BI juga mencatatkan kenaikan transaksi digital yang mencapai 201 triliun Rupiah di tahun 2020, naik 38,62% dari 192 triliun Rupiah pada tahun 2019. Perubahan behaviour dari masyarakat tersebut berdampak positif terhadap platform seperti Moni, karena pencatatan otomatis hanya bisa dilakukan dari transaksi yang dilakukan secara digital.

Tercatat juga dengan penggunaan uang elektronik yang jumlah transaksinya mencapai 24 triliun Rupiah selama Juni 2021, naik 60% dibandingkan periode yang sama di tahun 2020.

“Fakta-fakta tersebut menunjukkan bahwa penggunaan Moni sebagai aplikasi pengelolaan keuangan pribadi saat ini menjadi semakin relevan seiring dengan meningkatnya kebutuhan dari masyarakat,” kata Faiz.

Kenaikan adopsi pembayaran digital Indonesia / Sumber : The Asian Banker

Meningkatnya transaksi pembayaran digital mencerminkan perkembangan literasi keuangan digital penduduk Indonesia. Hal ini juga menunjukkan meningkatnya penerimaan layanan fintech dan e-commerce di tanah air. BI memperkirakan bahwa penyerapan transaksi digital akan berlanjut dengan e-commerce dan pembayaran elektronik masing-masing tumbuh 33,2% dan 32,3% pada tahun 2021.

Application Information Will Show Up Here