Satu tahun lebih Moxa, digital venture dari Grup Astra, debut ke publik. Kini mereka memperkuat identitasnya sebagai percontohan dari grup sebagai ekosistem terbuka, maksudnya membuka kesempatan kolaborasi dengan solusi di luar Astra dalam upaya meningkatkan penetrasi literasi keuangan di Indonesia yang masih mini.
Memosisikan tak hanya sebagai platform wealthtech, Moxa ingin membuktikan hipotesis yang sudah disusun di atas, melalui kolaborasi dengan ekosistem Astra Finansial dan non-Astra, mampu membuka akses produk finansial kepada lebih banyak orang.
Bila diibaratkan, posisi Moxa berbeda dengan kebanyakan anak usaha di bawah Astra Financial. Moxa seperti Tokopedia yang tidak punya produk, hanya platform yang menyediakan beragam produk finansial yang disuplai oleh grup dan non-grup. Pun dibandingkan dengan pemain fintech lain, tidak ada yang persis sama. CekAja dan Cermati itu fokus pada situs website dan komparasi produk finansial.
“Di grup sebenarnya sudah open ecosystem, tapi di ritel belum seterbuka itu. Belum ada platform-nya, sementara Moxa sebagai platform finansial yang sangat ritel dan open to collaborate. Platform itu kan menawarkan daya beli, dengan Astra Financial jadinya semua orang punya daya beli dengan kapasitas dan risiko masing-masing. Ini yang akan jadi keunggulan yang berbeda,” kata CEO Moxa Daniel Hartono kepada DailySocial.id.
Terhitung, saat ini ada 27 produk finansial yang tersedia di Moxa, mulai dari asuransi jiwa dan umum, pembiayaan tanpa dan dengan jaminan, pinjaman tunai, rental, pembiayaan mobil dan motor, perjalanan umroh dan haji, dan lainnya.
Mayoritas seluruh produk ini disediakan oleh 12 anak usaha di bawah Astra Financial, seperti FIFGROUP, TAF, ACC, Astra Life, dan Asuransi Astra. Di luar grup, sementara ini bekerja sama dengan Bank Permata, Baznas, Dompet Dhuafa untuk menyediakan fitur Syariah yang tersedia di aplikasi terpisah Moxa Mabroor.
Akan tetapi, dalam rangkaian consumer journey Moxa, pencarian produk finansial sebagai bagian dari gaya hidup sehari-hari bukanlah hal yang lumrah bagi orang Indonesia. Sangat sulit menemukan orang yang mau beli produk asuransi misalnya, sebagai bagian dari gaya hidupnya. Maka pekerjaan Moxa selanjutnya adalah meningkatkan daily usage dari pengguna agar mau terus menerus mengunjungi Moxa, hingga akhirnya siklus kehidupan finansial seseorang berkembang.
Belajar dari kondisi tersebut, Moxa belakangan mulai tweak proposisinya dengan menghadirkan produk-produk pencetak traffic tinggi yang berfungsi untuk meningkatkan daily usage. Beberapa sudah mulai dijalankan dan masih banyak lagi dalam rencana. Salah satunya adalah memasukkan fungsi e-commerce menawarkan produk elektronik dari FIFADA, produk e-commerce cicilan tanpa kartu kredit milik FIFGROUP.
Sejak fitur tersebut dirilis, diklaim mampu mendongkrak jumlah kunjungan di Moxa sampai masuk urutan ketiga, setelah cicilan motor, dan pembukaan rekening digital. Untuk berbelanja di fitur ini, konsumen bisa memanfaatkan fasilitas paylater yang disediakan oleh MauCash, atau bayar dengan e-money AstraPay atau payment gateway sebagai salah satu opsinya.
“Kami ingin meningkatkan daily usage. Saat ini Moxa ada asuransi mobil, motor, yang mana itu bukan daily usage. FIFGROUP yang sudah terintegrasi katalog e-commerce-nya di Moxa. Tapi back-end masih pakai FIF, sedang kami usahakan agar pakai back-end kami agar pengalaman konsumen jadi lebih seamless,” ucap Daniel.
Ke depannya akan merilis fitur produk investasi, mulai dari reksa dana, emas, saham, dan lainnya. Saat ini baru tersedia produk investasi emas yang disediakan oleh AMITRA, perusahaan pembiayaan syariah dari PT Sharia Multifinance Astra dan merupakan bagian dari FIFGROUP. Pihaknya akan mencari mitra-mitra yang kompeten dalam menyediakan produk investasi ini. Produk finansial lainnya juga akan terus ditambah kemitraannya dengan non-Astra.
Pendekatan yang berbeda ini dilandasi oleh data internal perusahaan yang menemukan bahwa para pengguna Moxa datang dari kalangan usia 18-35 tahun. Artinya, kelompok tersebut adalah first jobber, yang baru pertama kali mengakses produk finansial karena ingin mencicil barang pertamanya dari gaji yang diperoleh. Berbeda jauh dengan profil konsumer di Astra Financial yang berusia 35 tahun ke atas, mayoritas pernah mengambil setidaknya cicilan motor dan mobil.
“Jadi untuk capture new consumer, produknya tidak bisa disamakan dengan produk Astra yang ada sekarang karena tidak cocok. Makanya kami fokus ke pembukaan rekening, tabungan, e-commerce, investasi, ketika segmen ini siap financial lifecycle-nya akan naik dan dilayani Astra.”
Diklaim jumlah unduhan aplikasi Moxa mencapai lebih dari 14 juta, dengan pengguna aktif bulanan (MAU) di kisaran 1,3 juta-1,4 juta orang. Lokasi pengguna di dominasi di wilayah Jawa Barat dan Jakarta, sisanya tersebar di seluruh Indonesia.
Masuk ke layanan syariah
Satu hal yang menarik dari Moxa adalah keseriusan untuk menggarap pasar syariah, dengan merilis aplikasi terpisah, Moxa Mabroor sejak awal tahun ini. Sejauh ini aplikasi masih dalam uji coba versi beta, sembari mempersiapkan segala aspek kepatuhan dalam rangka memperoleh izin usaha dengan prinsip syariah dari regulator.
Daniel mengungkapkan, alasan mengapa spesifik menggarap pasar ini karena di Indonesia belum ada aplikasi wealthtech yang benar-benar menyediakan solusi finansial sepenuhnya, alias setengah-setengah. Pun sebelum digarap serius, pihaknya melakukan riset internal dengan konsumennya. Hasilnya disimpulkan bahwa meski persentasenya kurang dari 50%, ternyata konsumen punya ketertarikan terhadap produk syariah, tapi ingin produk ini terpisah dari produk utama Moxa.
Isu utama dari produk finansial berbau syariah ini tidak banyak, juga tercecer. Di Astra Financial itu sendiri, semua lini bisnisnya sudah memiliki produk syariah, kompetensinya juga sudah terbukti. Inilah yang menjadi kesempatan bagi Moxa untuk menggarapnya.
“Tapi tanggung jawab kami tidak boleh pure bisnis, harus bangun literasi syariah. Jadi sebelum launch kita perkuat basis literasinya, baik dari konten dan sebagainya. Masih banyak yang harus kita persiapkan sebelum launch resmi.”
Moxa Mabroor tidak jauh berbeda dengan aplikasi Moxa, sama-sama dilengkapi dengan produk finansial dari Astra Financial dan non-Astra seperti, pembiayaan motor hingga haji, asuransi, dan pembiayaan kurban. Ditambah ada menu islami, seperti pembayaran zakat hasil kerja sama dengan Baznas dan Dompet Dhuafa, masjid terdekat, arah kiblat, doa harian, waktu salat untuk penunjang ibadah sehari-hari, untuk meningkatkan daily usage-nya.
Baru-baru ini perusahaan juga bekerja sama dengan Bank Syariah Indonesia (BSI) untuk solusi BaaS (Banking-as-a-Service). Memungkinkan konsumen Moxa Mabroor dapat membuka rekening BSI secara digital. Solusi yang sama ditawarkan Moxa bersama Bank Permata yang diluncurkan sebelumnya, bisa untuk pembukaan rekening dan tabungan. Bergabungnya Bank Jasa Jakarta ke dalam unit bisnis Astra Financial, juga memungkinkan hadirnya di aplikasi Moxa.
“Moxa punya produk-produk finansial semuanya berbasis API, jadi bayangkan platform mana pun, termasuk banking, kalau mau punya produk non-banking bisa integrasi lewat Moxa. Ini jadi complementary bagi bank itu sendiri karena kita grab pasar yang enggak bisa dilayani oleh bank.”
Berencana galang pendanaan
Daniel menyebut untuk mendukung pertumbuhan Moxa, perusahaan membutuhkan mitra strategis yang punya ekosistem nilai tambah untuk dikawinkan dengan Moxa. Jadi tidak semata-mata menggalang pendanaan untuk dapat dana eksternal saja.
“Misalnya ada partner yang punya ekosistem yang berbeda banget dengan Astra, kenapa tidak dikolaborasikan. Atau mereka punya teknologi yang berbeda dari Astra, itu bisa leveraging juga. Yang kita cari yang punya value, not necessary arah fund enggak terlalu. Poinnya win win-nya dapet.”
Dari internal Moxa kini tengah menyiapkan seluruh nilai lebih dan kurang apabila menggalang dana eksternal, mengingat ada porsi saham yang diambil dari investor nantinya. Begitu sudah dapat formula, baru timnya akan melanjutkan ke induk, yang sebenarnya sudah memberikan tanda sinyal.
“Kami masih beres-beres dapur, sembari cari restu dari Astra. Tapi konsepnya adalah bagaimana Moxa itu open to collaboration, keluar dari ekosistem Astra itu semangat yang kita bawa.”
Jika penggalangan ini berhasil, maka Moxa menjadi startup di bawah Astra Financial pertama yang dapat dana dari eksternal di luar induk. “Kami ini salah satu digital venture yang istilahnya mencoba berbeda dengan apa yang dilakukan Astra selama ini. Open collaboration, culture-nya startup, tidak corporate banget. Treatment-nya beda, tapi harus tetap pada rambu-rambu comply dengan aturan karena brand Astra harus benar-benar dijaga ada unsur trust-nya di situ,” pungkas Daniel.
Tim inti Moxa saat ini ada 16 orang. Meski mini, namun mereka semua dibantu oleh tim terdedikasi dari seluruh anak usaha Astra Financial yang ditotal mencapai 130 orang.