Tag Archives: mPOS

Meski Gojek dan Moka menolak berkomentar terkait rumor ini, tetapi kombinasi keduanya adalah langkah logis dalam mendominasi pasar UKM

Akuisisi Moka oleh Gojek, Jika Benar, adalah Langkah Logis

Kabar burung Gojek akuisisi Moka pertama kali dibawa oleh KrAsia, kemudian diperkuat DealStreetAsia selang sehari kemudian. Representatif Gojek maupun Moka kompak mengeluarkan pernyataan tidak berkomentar terhadap rumor pasar.

Semua ini bisa jadi hanya strategi atau memang benar-benar sedang berproses. Masih ingat hal yang sama juga terjadi di Tokopedia dan Bridestory? Awalnya sama-sama tegas menolak komentar, meski akhirnya dikonfirmasi langsung oleh CEO Tokopedia William Tanuwijaya.

Mengapa Gojek mengakuisisi Moka? Alasan paling logis adalah sebagai salah satu pemimpin pasar, Moka memiliki akses yang luas ke UKM yang menjadi segmen fokus Gojek, melalui GoBiz.

Ketimbang diakuisisi kompetitor, jelas Gojek berharap Moka menjadi bagian ekosistemnya untuk mendominasi pasar, apalagi Moka baru saja mengakomodasi GoPay sebagai salah satu alat pembayarannya. Gojek dan Moka sama-sama menjadi portofolio investor ternama Sequoia (melalui cabangnya di India).

Yang menarik, sesungguhnya Gojek sejak tahun lalu, menurut sumber terpercaya, telah mengelola layanan POS sendiri melalui akuisisi terhadap Nadipos. Saat ini produk mPOS yang beredar di merchant GoFood itu adalah produk Nadipos, di bawah kelolaan Spots, dengan branding “Powered by Gojek.”

Keunggulan Moka

Moka sendiri bisa dikatakan sebagai pemain mPOS terdepan di Indonesia. Ekosistemnya sudah luas, menerima berbagai opsi pembayaran dari pemain uang elektronik (Ovo, Dana, dan LinkAja) dan bisa mencicil lewat Akulaku dan Kredivo, atau lewat kartu kredit dan debit.

VP Marketing and Brand Moka Bayu Ramadhan sempat mengatakan kerja sama lebih lanjut kemungkinan akan membawa perusahaan masuk dan terhubung dengan merchant GoFood yang selama ini belum menjadi merchant Moka. Ketika semua sistem pembayaran terjadi di dalam Moka, bagi sisi merchant tentunya pembukuan akan jauh lebih mudah memantaunya.

Buat Moka, jika benar terjadi proses akuisisi, keuntungan yang bisa didapat adalah lebih tingginya brand awareness mereka di kalangan UMKM. Dengan nama besar Gojek, GoPay dan luasnya merchant GoFood lebih dari 400 ribu, Moka akan lebih mudah mengembangkan bisnisnya dan terintegrasi dengan berbagai ekosistem Gojek.

Sementara buat Gojek, mereka ingin sebanyak-banyaknya memberikan nilai tambah buat para merchant dan memperkuat eksistensi perusahaan lewat ekosistemnya yang sudah melebar ke berbagai elemen bisnis. Kompetitor terdekatnya bisa dianggap belum sampai ke tahap ini.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here
Tingkat transaksi digital di Moka ternyata masih minim, mayoritas konsumen membayar secara tunai. Masuknya GoPay diharapkan bisa meningkatkan angka ini

GoPay Kini Terintegrasi dengan Mesin Kasir Moka

Startup mesin kasir online Moka mengumumkan bergabungnya GoPay sebagai opsi pembayaran terbaru, melengkapi deretan uang elektronik lainnya yang sudah lebih dahulu bergabung, seperti Ovo, Dana, LinkAja, Akulaku, dan Kredivo.

VP Marketing and Brand Moka Bayu Ramadhan berharap kehadiran GoPay dapat meningkatkan transaksi digital lewat mesin kasir Moka. Pasalnya, secara use case, kini GoPay bisa digunakan untuk membayar apa saja, di luar ekosistem Gojek. Dari berbagai hasil survei pun, menunjukkan penetrasi GoPay sudah cukup dalam dan meluas di seluruh Indonesia.

“GoPay punya banyak use case sehingga stickiness-nya pengguna untuk menggunakan GoPay jauh lebih tinggi karena sudah terbiasa. Kami juga ingin memastikan transaksi nontunai di Moka bisa tumbuh tinggi,” terang Bayu, Kamis (1/8).

Bayu menambahkan, bagi merchant kolaborasi seperti ini memberikan beragam manfaat buat merchant. Misalnya dari segi pencatatan yang sudah satu pintu. Semua transaksi otomatis tercatat dalam sistem dan bisa dilihat kapan saja.

Sejak minggu lalu, merchant Moka sudah bisa mengaktifkan opsi pembayaran GoPay dalam device mereka apabila sudah menjadi pelanggan Moka. Tidak ada biaya tambahan untuk instalasinya.

Moka mencatat ada lebih dari 20 ribu merchant aktif Moka tersebar di 36 kota di seluruh Indonesia. Mayoritas adalah UKM, bergerak di bisnis F&B (64%), jasa (15%), ritel (21%). Adapun, merchant yang sudah mengaktifkan pembayaran digital ada 33% sepanjang Mei 2018-Juni 2019.

Menurut Bayu, semakin banyak opsi pembayaran dalam Moka akan membuat meja kasir tertata lebih rapi karena hanya ada satu sistem dari Moka. Sehingga tidak instalasi banyak mesin EDC dari berbagai pemain.

Sebelum GoPay resmi masuk, sebenarnya Moka sudah bekerja sama dengan pemain fintech lainnya sejak setahun lalu. Akan tetapi, adopsinya baru mencapai 17,77% dari jumlah transaksi yang masuk. Mayoritas konsumen masih memakai tunai 82,23% ketika belanja di merchant Moka.

Untuk itu, dengan brand awareness GoPay yang sudah tinggi diharapkan dapat mendongkrak persentasenya menyentuh angka 40% sampai akhir tahun ini. “Lewat kehadiran GoPay, persentase konsumen yang pakai transaksi digital di Moka bisa naik double jadi 40%.”

Dalam waktu dekat, pihaknya akan terus menambah kemitraan dengan pemain uang elektronik lainnya. Di luar Jawa, seperti Bali, tingkat penetrasi baik GoPay maupun Ovo tidak setinggi di Jakarta. Bayu masih enggan membeberkan lebih detail.

“Di Bali itu pengguna GoPay dan Ovo itu tidak tinggi, untuk itu kami mau masuk ke sana dengan gandeng pemain yang banyak di pakai di lokasi wisata.”

Head of Corporate Communications GoPay Winny Triswandhani menambahkan, pihaknya terbuka dengan peluang kerja sama lebih dalam dengan Moka. Merchant GoPay bakal diajak untuk menggunakan Moka untuk pencatatan yang lebih rapi.

Winny menyebut kemitraan dengan Moka sebenarnya sudah direncanakan sejak lama, namun baru terealisasi sekarang karena proses integrasinya yang memakan waktu. Tak hanya dengan Moka, GoPay juga tersedia sebagai opsi pembayaran di mesin kasir lainnya seperti Spots dan Pawoon.

“Meski kami punya mesin kasir pos sendiri [Spots], tapi kami yakin untuk perbesar market tidak bisa dilakukan sendiri, perlu kerja sama untuk edukasi pembayaran digital. Makanya kami tidak menutup diri, terbuka dengan pemain lainnya,” ujar Winny.

Application Information Will Show Up Here

Cashlez Receives Series A Funding from Sumitomo Corporation

PT Cashlez Worldwide Indonesia (Cashlez) known as mPOS (Mobile Point of Sales) service developer integrated with Indonesia’s payment solution has secured Series A Funding led by Sumitomo Corporation. The previous investor, Mandiri Capital Indonesia also involved in this round.

“We have certain pride to be the first startup in Indonesia that receives funding from Sumitomo Corporation. Along with this support, Cashlez will create more innovations to develop its products and services in order to realize our vision and mission to be the best non-cash payment agregator platform,” Teddy Tee, Cashlez’s CEO said in the funding release.

The latest fund is to expand network, product development and create new feature to facilitate users in running business and to add non-cash payment options in Indonesia.

Regarding the plan, Cashlez is soon to appoint a new management team to contribute in strategy monitoring and and corporate managemant. In addition, they’re expected to provide guidance to all executors for long term evaluation to all shareholders.

“”We’re glad to be Cashlez‘s shareholder. Indonesia is one of the most progressive country to reduce cash flow. We expect payment to take an important role in the future, such as MaaS (Mobility as a Service). Moreover, Cashlez provides mPOS terminal for customers and business players. We do hope Cashlez to be the first unicorn in the payment industry and we’re to keep looking for potential startup for investment,” Suitomo Corporate’s Assistant General Manager, Hajime Terazawa said.

Aside from Java, Cashlez has been expanding to Bali, in 2018. In total, they have 3000 merchants of various backgrounds, such as retails, restaurants, cafes, accommodation, salon, and insurance.

This year, Cashlez may keep making effort to add payment methods. The latest one is they’re reportedly to have partnered up with PT Visionet International to add Ovo’s as their payment options.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
Pendanaan Seri A Cashlez

Cashlez Terima Pendanaan Seri A dari Sumitomo Corporation (UPDATED)

PT Cashlez Worldwide Indonesia (Cashlez) yang dikenal sebagai pengembang layanan mPOS (Mobile Point of Sales) terintegrasi dengan solusi pembayaran di Indonesia baru-baru ini mengumumkan telah mengamankan pendanaan Seri A yang dipimpim oleh Sumitomo Corporation. Investor sebelumnya Mandiri Capital Indonesia turut terlibat dalam pendanaan kali ini.

“Suatu kebanggan tersendiri bagi kami dapat menjadi startup pertama di Indonesia yang menerima pendanaan dari  Sumitomo Corporation. Melalui dukungan ini, Cashlez akan terus berinovasi dalam mengembangkan produk dan layananya guna mewujudkan visi dan misi kami menjadi platform agregatoor pembayaran non tunai bisnis terbaik,” terang CEO Cashlez Teddy Tee dalam rilis pendanaan yang kami dapatkan.

Pendanaan kali ini rencananya akan dimanfaatkan untuk memperluas jaringan, pengembangan produk dan menghadirkan layanan baru untuk memudahkan mitra usaha dalam berbisnis dan menambah pilihan pembayaran non tunai di Indonesia.

Dalam rangka mewujudkan rencana tersebut, pihak Cashlez juga akan menunjuk tim manajemen baru untuk bisa berkontribusi mengawasi arahan strategi dan tata kelola perusahaan. Selain itu harapannya manajemen baru juga dapat memberikan panduan menyeluruh kepada semua tim eksekutor untuk memberikan nilai berkelanjutan dalam jangka panjang kepada pemegang saham.

“Kami sangat senang dapat menjadi shareholder Cashlez. Indonesia merupakan salah satu negara yang sangat progressive dalam mengurangi penggunaan uang tunai. Kami yakin pembayaran akan menjadi bagian penting di masa yang agan datang seperti MaaS (Mobility as a Service). Dalam hal ini Cashlez menyediakan terminal mPOS yang akan memberikan manfaat kepada pemilik usaha dan customer. Kami berharap Cashlez akan menjadi unicorn pertama di industri pembayaran dan kami akan terus mencari startup berpotensi lainnya untuk investasi,” ungkap Asisstant General Manager Suitomo Corporation Hajime Terazawa.

Selain melayani pengguna di wilayah Jawa, saat ini Cashlez sudah berekspansi ke Bali, tepatnya pada akhir 2018 silam. Secara total mereka sudah memiliki 3000 mitra merchant dari berbagai latar belakang usaha, mulai dari toko ritel, restoran, kafe, akomodasi, salon, hingga asuransi.

Tahun ini tampaknya Cashlez masih akan berupaya menambah pilihan pembayaran. Yang terbaru, mereka dikabarkan telah bekerja sama dengan PT Visionet Internasional untuk menambah layanan pembayaran Ovo ke dalam sistem.

Update : Kepada DailySocial pihak Cashlez menyatakan bahwa tahun ini mereka akan fokus pada ekspansi dan penetrasi pasar, utamanya ke kota-kota besar yang menjadi tujuan wisata. Tahun 2019 juga akan dilalui dengan membantun kolaborasi lebih banyak dnegan mitra pembayaran.

Cashlez juga akan mengoptimalkan digital marketing dan pengembangan “Cashlez Care” untuk meningkatkan pelayanan terhadap pelanggan.

 

Application Information Will Show Up Here
Cashlez telah menjalin kemitraan dengan TCASH, Dimo, dan BNI untuk agregator pembayaran berbasis QR

Tak Sekadar “Payment Gateway”, Cashlez Siapkan Perangkat POS untuk Merchant

Cashlez, perusahaan teknologi pembayaran yang menciptakan sistem mPOS (mobile point of sales), yang telah berdiri sejak 2015, kini tengah mengembangkan sejumlah produk yang nantinya bisa dimanfaatkan merchant.

Kepada DailySocial, CEO dan Co-Founder Cashlez Teddy Setiawan mengungkapkan, salah satu fitur terbaru yang nantinya bakal diluncurkan adalah POS (point of sales) yang bisa digunakan secara gratis oleh merchant. Fitur Mini POS ini menyediakan teknologi yang bisa digunakan merchant untuk mencatat dan memproses pembayaran secara nontunai.

“Setelah dikenal sebagai payment gateway memproses pembayaran dengan mPOS, akhirnya kita akan meluncurkan POS, lengkap dengan reader/dongle yang bisa dimanfaatkan oleh merchant untuk transaksi pembayaran nontunai dengan card base atau QR payment,” kata Teddy.

Pengembangan bisnis

Cashlez juga sudah menjalin kemitraan dengan layanan fintech dan perbankan untuk penyediaan QR Payment Aggregator, di antaranya dengan TCASH, DIMO dan BNI. Selain card base, QR Payment Aggregator ini juga menjadi fokus pengembangan produk Cashlez. Cashlez juga berencana untuk mengembangkan layanan e-money dan Mandiri Pay.

“Intinya Cashlez memang sedang fokus untuk mengembangkan beragam produk yang bisa digunakan oleh merchant nantinya,” kata Teddy.

Untuk perluasan wilayah layanan, Cashlez juga akan membuka kantor perwakilan di Bali. Hal ini dilakukan setelah melihat besarnya potensi untuk industri pariwisata, terutama aktivitas wisata atau permainan yang bisa dimanfaatkan turis yang sedang berlibur di Bali.

“Misalnya jika turis tersebut ingin menyewa banana boat atau aktivitas permainan air lainnya, tidak usah lagi menggunakan uang tunai namun dengan teknologi nontunai yang Cashlez miliki,” kata Teddy.

Tahun 2018 ini, Cashlez masih memiliki sejumlah target yang ingin dicapai, termasuk soal akuisisi merchant dan pengembangan sejumlah fitur.

Finalisasi penggalangan dana baru

Tahun 2017 lalu Cashlez memperoleh dana segar Seri A senilai US$2 juta (lebih dari 26 miliar Rupiah) dari Mandiri Capital Indonesia (MCI), Gan Kapital, dan beberapa nama investor individual. Akhir tahun ini Cashlez dikabarkan sedang menggalang dana baru dari investor asing dan segera memfinalisasikannya.

Terkait hal tersebut, Teddy menjawab pihaknya masih belum bisa membenarkan hal tersebut terkait adanya NDA (non-disclosure agreement) antara investor dengan Cashlez.

“Berita tersebut bukan official statement dari Cashlez. [..] Kami akan segera umumkan apabila sudah terjadi kesepakatan dan official statement akan keluar dari kita,” tutup Teddy.

Application Information Will Show Up Here
Aplikasi Kasir SMESS POS Hadir di Indonesia, Terima Pembayaran dari E-Money Pemain Asing / SMESS POS

Aplikasi Kasir SMESS POS Hadir, Terima Pembayaran Melalui Berbagai “Mobile Payment” Asing

Tumbuhnya jumlah pelaku UKM di Indonesia mendorong kebutuhan suatu layanan untuk mencatat dan mengelola transaksi harian yang selama ini masih dilakukan secara manual. SMESS POS hadir meramaikan pasar ini dengan berbagai keunggulannya yang diklaim belum disajikan para kompetitor.

CEO SMESS POS Ari Gunawan mengatakan, perusahaan pertama kali berdiri pada Februari 2018 dengan badan hukum PT Akuiring Pembayaran Elektronis dan produk pertamanya adalah SMESS POS. Dalam layanannya, mesin SMESS POS menerima layanan pembayaran dari sejumlah pemain asing, seperti WeChat Pay, Alipay, dan UnionPay sebagai salah satu alternatifnya.

Dengan kata lain, para turis Tiongkok yang berkunjung ke Indonesia dapat menggunakan aplikasi e-money-nya saat membayar di outlet mitra SMESS POS.

Feedback yang kami dapat, mereka [turis] merasa nyaman karena di Tiongkok sudah baku transaksi menggunakan WeChat Pay di Bali,” ujar Ari.

Pihaknya memastikan ke depannya akan membuka berbagai opsi pembayaran seperti uang tunai, kartu debit dan kredit, layanan e-money lokal dengan menggunakan teknologi QR Code. SMESS POS didesain untuk mengakomodasi kebutuhan pelaku usaha di berbagai lini. Sistemnya juga terintegrasi dengan layanan pemesanan tiket pesawat dan kereta, token PLN, pulsa, dan voucher game, sehingga para mitra outlet dapat menerima penghasilan tambahan.

“Sudah banyak aplikasi sejenis dengan SMESS POS ini, akan tetapi dengan background kami yang sudah menguasai layanan keuangan digial, kami yakin dengan layanan kami yang lebih mengedepankan cara yang mudah dan modern dalam melakukan transaksi,” terang Ari kepada DailySocial.

Ari melanjutkan SMESS POS telah digunakan 400 pelaku UKM dari usaha toko kelontong, bengkel motor, mini restoran, penjual aksesoris, toko pakaian, parkiran dan lainnya. Mereka berada di Jakarta, Tangerang, Bali, Bandung, dan Surabaya. Ditargetkan SMESS POS dapat memiliki tiga ribu merchant sampai akhir tahun ini dan masuk ke kota baru, diantaranya Manado, Yogyakarta, dan Palembang.

Strategi yang akan dilakukan perusahaan, sambungnya, melakukan penjualan langsung ke pelaku usaha yang dijumpai entah itu di mal, pasar, atau pinggir jalan. Tak lupa, mengembangkan pemasaran secara B2B dengan gandeng asosiasi dan korporasi dengan asosiasi UKM, kelompok franchise, bank, koperasi, hingga instansi pemerintah seperti dinas koperasi dan UMKM.

“Target kami adalah melakukan akuisisi merchant sebanyak-banyaknya yang menggunakan aplikasi SMESS POS dengan tujuan menyediakan ekosistem pembayaran offline bagi seluruh digital banking dan juga e-money dan e-wallet.”

Daftar Layanan Manajemen Keuangan untuk UKM Indonesia

Manajemen keuangan yang rapi menjadi tantangan tersendiri bagi pelaku usaha kecil menengah. Sebagai pelaku bisnis dengan skala yang tidak terlalu besar, tak sedikit dari orang-orang di dalamnya menganggap pencatatan keuangan dan tata kelola aktiva tidak terlalu penting. Padahal, untuk berhasil dalam bisnis, dibutuhkan dukungan yang solid dari segala aspek, bukan hanya soal modal, ide dan pemasaran. Tapi juga hal kecil seperti penggajian, pencatatan penjualan, dan aliran kas.

Di era digital sekarang, kita beruntung dipertemukan oleh internet. Di mana kini bermunculan sejumlah layanan manajemen keuangan dalam berbagai skala yang menawarkan solusi pengelolaan finansial khususnya bagi para pelaku UKM. Beberapa di antaranya:

MOKA

42033-Logo-MOKA-Selling-Made-Easy-01

MOKA adalah startup layanan point-of–sale mobile (mPOS) yang telah beroperasi di Indonesia sejak 2014. Menyasar UKM, MOKA menawarkan sistem POS yang lebih modern, lebih murah dan mudah dipergunakan.

Moka menerapkan biaya berlangganan bulanan, tergantung pada jumlah barang. Manfaat lain dari Moka adalah bahwa data transaksi langsung tersimpan di cloud. Hal ini tidak hanya memberikan jaminan keamanan. Teknologi berbasis cloud juga memungkinkan pengguan dapat mengakses data penjualan kapan saja, dan di mana saja.

Application Information Will Show Up Here

 

Olsera

Olsera

Seperti MOKA, Olsera menawarkan solusi manajemen terpadu untuk UKM dengan mengandalkan dukungan teknologi. Bermarkas di Batam, Olsera mempunyai tiga layanan utama, yaitu Point of Sale (POS), Online Store, hingga Mobile Apps untuk Android dan iOS. Olsera hadir untuk memberikan kemudahan dalam mengelola produk, persediaan dan laporan manajemen baik untuk bisnis kecil menengah berbasis offline atau online.

Application Information Will Show Up Here

 

Sleekr

Sleekr

Sleekr adalah startup yang berada di bawah bendera Harnods, agensi yang fokus pada usaha pengembangan solusi digital bagi korporat. Sukses diterapkan di internal Harnods, Sleekr pun dilempar ke publik khusus untuk para pelaku UKM. Menyajikan layanan manajemen sumber daya manusia mulai dari pencatatan data karyawan, kebijakan privasi, gaji, cuti dan absensi berbasis teknologi.

CyberLabs

CyberLabs

CyberLabs mempunyai tiga layanan utama, yaitu Atom, Hydro dan Molecule. Layanan Atom menawarkan solusi pembuatan aplikasi mobile berbasis iOS, Android dan Windows. Sedangkan Hydro untuk UKM yang ingin membuat situs ecommerce. Kemudian Molecule, layanan Point of Sale yang merupakan layanan paling bungsu dari Cyberlabs.

Modalku

Modalku

Modalku yang merupakan perusahaan teknologi pinjam meminjam langsung (peer-to-peer lending) yang berada di bawah PT Mitrausaha Indonesia Group. Diluncurkan pada awal tahun 2016 lalu, Modalku adalah model bisnis pertama di Indonesia yang meluncurkan produk bisnis alternatif dari investasi yang berbasis teknologi digital.

Application Information Will Show Up Here

 

Cashlez
cashlez

PT Cashlez Worldwide Indonesia (Cashlez) ikut meramaikan sektor bisnis kelas menengah dengan menawarkan layanan dongle mPOS (mobile point of sales) yang sudah menyediakanpenggunaan PIN untuk otorisasi kartu debit dan kredit. Layanan yang juga tersedia di platform Android ini menawarkan banyak kemudahan, seperti e-receipt, photo description, dan calculator.

Application Information Will Show Up Here

 

Jurnal.id

jurnalid

Jurnal merupakan startup lokal yang menawarkan layanan piranti lunak akunting berbasis cloud yang menjanjikan kemudahan dan keamanan. Menyasar usaha kecil dan menengah di Indonesia, Jurnal ingin memberikan solusi permasalahan terkait administrasi, operasional, dan perpajakan kepada pelaku usaha.

Zahir

zahir-pos-6

PT Zahir Internasional menghadirkan produk peranti lunak akuntansi yang ditempa oleh pengalaman selama 20 tahun. Beberapa produk yang mereka tawarkan, antara lain Zahir Accounting 6, Zahir Point of Sale (POS) 6, Zahir POS Mobile, Zahir Report Server 6, Zahir Sales Order Mobile, Zahir Enterprise Plus, dan Zahir Online.

Hingga tahun 2016 ini, Zahir telah digunakan oleh lebih dari 30.000 perusahaan berskala kecil, menengah, dan besar dengan 50.000-an pengguna (user/ lisensi) di Indonesia dan juga mancanegara.

Application Information Will Show Up Here

 

Itu dia 8 startup lokal yang menawarkan manajemen keuangan bagi para pelaku bisnis kecil menengah. Masing-masing punya keunggulan dan faktor pembeda. Sebagian berupaya mencakup beberapa layanan lain demi memenuhi kebutuhan di segmen yang lain.

Sumber gambar header Pixabay.

Verifone Resmikan Kantor Baru dan Strateginya Berbisnis di Indonesia

Perusahaan teknologi pembayaran elektronik asal California, Verifone, meresmikan kehadirannya di Indonesia dengan menunjuk Irni Palar sebagai General Manager Verifone Indonesia. Irni sebelumnya pernah bekerja untuk MasterCard sebagai Direktur & Country Manager MasterCard Indonesia.

Verifone memandang Indonesia sebagai salah satu negara dengan pertumbuhan terbesar dan tercepat dalam pembayaran. Tak hanya itu, Verifone ingin ikut terlibat dengan mitra lokal sebagai pihak acquirer untuk membangun industri pembayaran elektronik jadi lebih efisien.

“Dengan tim lokal, kami ingin mengembangkan komitmen Verifone dalam inovasi pembayaran dan memperkuat kemitraan lokal guna mendukung upaya negara membangun perekonomian non tunai yang fleksibel dan aman,” ujar Irni, Rabu (7/12).

Verifone merupakan perusahaan penyedia perangkat Point Of Sales (POS) atau lebih familiar dengan istilah Electronic Data Capture (EDC), resmi beroperasi sejak 30 tahun silam. Per tahun lalu, jumlah pendapatan Verifone secara global mencapai $2 miliar dengan total transaksi yang diproses 5,4 miliar transaksi. Telah resmi buka kantor di 42 negara dengan jumlah karyawan 5.700 dan lebih dari 150 negara sudah jadi mitra.

Sebagai gambaran (dikutip dari Lafferty Report 2015), jumlah mesin EDC yang beredar di Indonesia mencapai 1,05 juta unit, secara persentase perkiraan kenaikannya sebesar 25% secara year-on-year (YOY). Ada dua bank yang menjadi pemilik terbesar EDC yakni BCA dengan porsi 37% sementara Bank Mandiri sebesar 33%. Sisanya, BNI, BRI, dan lainnya.

Dari segi transaksi totalnya mencapai 313 miliar transaksi, porsi transaksi yang disumbangkan dari EDC milik BCA mencapai 37% dan Bank Mandiri sebesar 23%. Sementara dari segi volume transaksi totalnya mencapai Rp 25,98 miliar, dengan porsi dari BCA mencapai 36% dan Bank Mandiri sebesar 22%.

Kendati demikian, sambung Irni, dari hasil survei tersebut memperlihatkan adanya perbandingan hanya 1000 orang yang melihat 4,5 unit EDC bersebaran. Di samping itu, ada tiga tantangan yang masih menghantui pihak acquirer.

Pertama, merchant memiliki kecenderungan untuk bermitra dengan lebih dari satu acquirer sehingga rata-rata mereka memiliki lebih dari satu mesin EDC. Kedua, beberapa pihak acquirer telah menurunkan Merchant Discount Rate (MDR) dan silang subsidi dengan produk perbankan.

Terakhir, akibat menurunnya MDR menyebabkan margin yang didapat acquirer makin tipis. Pasalnya ada biaya Domestic Interchange yang diterapkan pihak penerbit kartu kredit sebesar 1,65%, sementara rata-rata MDR adalah 2,5%. Sehingga margin yang didapat pihak acquirer sebesar 0,85%.

“Artinya, masih ada potensi yang sangat luas untuk segmen pasar ini. Kami paham dengan pasar Indonesia dan ada teknologi yang tepat untuk diajak kerja sama dengan acquire supaya mereka lebih cepat untuk memperluas transaksi elektronik.”

Siap distribusikan mesin mPOS tahun depan

Saat ini, pangsa pasar Verifone di Tanah Air baru mencapai 30%. Kompetitor utama perusahaan adalah Ingenico, berbasis di Perancis yang telah lebih dahulu beroperasi di Indonesia. Pangsa pasar mereka diklaim mencapai 60%.

Untuk memperkuat pangsa pasarnya di Indonesia, rencananya tahun depan Verifone Indonesia akan memperkenalkan mesin EDC terbarunya yakni mPOS, diklaim sangat cocok untuk kondisi pembayaran elektronik di Indonesia. Irni bilang, dari segi harga lebih kompetitif dengan teknologi terkini dan mesin yang andal. Cocok untuk segmen pengguna UKM, logistik, dan layanan e-commerce.

Verifone juga siap menawarkan terobosan baru untuk fasilitas monitoring EDC. Ada kontrol unit yang diberikan oleh Verifone kepada bank untuk melacak kondisi mesin secara real time, sehingga tidak harus menunggu ada laporan dari pihak merchant.

“Harga satu mesin EDC memang tidak seberapa karena harga yang terus tergerus karena depresiasi. Tapi, biaya maintenance EDC-nya yang makin lama terus naik karena dipengaruhi oleh harga BBM dan Upah Minimum Regional (UMR). Makanya, penyebaran EDC belum begitu masif.”

Lagipula, sambung Irni, sudah ada model bisnis untuk penggunaan mPOS yang cukup tepat diterapkan oleh bank dan pemerintah. Salah satunya, untuk agen asuransi yang beredar di kota-kota terpencil di Indonesia dan bundling mPOS untuk setiap rekening bank yang dipergunakan oleh pengusaha UKM.

Sudah ada sejumlah kerja sama dengan perbankan dan operator telekomunikasi yang siap dilaksanakan oleh Verifone Indonesia. Beberapa bank yang mulai melirik potensi dari mPOS dengan Verifone adalah Bank CIMB Niaga, BNI, dan Bank Mandiri. Sementara untuk operator telekomunikasi yakni dengan Telkomsel dalam kaitannya pengembangan penggunaan T-Cash.

“Dengan operator telekomunikasi sudah MoU, targetnya mereka ingin distribusi 40 ribu sampai 50 ribu unit mPOS ke seluruh Indonesia. Ini masih tes trial mereka, tahun depan diharapkan sudah mulai jalan.”

Pihak Verifone Indonesia menargetkan produk mPOS-nya dapat tersebar sebanyak 100 ribu unit pada tahun depan.

Strategi Layanan Pembayaran Cashlez Raih Perhatian Pasar Indonesia

Semakin maraknya perusahaan startup yang bergerak di bidang financial technology (fintech) menjadikan para pemain baru harus melakukan diferensiasi bisnis guna mendapatkan perhatian dari pasar di Tanah Air. Begitupula yang dilakukan PT Cashlez Worldwide Indonesia (Cashlez). Perusahaan fokus mengembangkan dongle mPOS (mobile point of sales) hingga versi terbaru 3.0 yang sudah mengakomodasi penggunaan PIN untuk otorisasi kartu debit dan kredit.

Teddy Setiawan Tee, pendiri dan CEO Cashlez, menjelaskan bahwa Cashlez sendiri baru berdiri pada tahun lalu. Meski masih muda, perusahaan yakin Cashlez dapat menarik perhatian publik. Pasalnya, ada perbedaan yang cukup kontras dengan kompetitor, yakni dari segi bluetooth untuk menyambungkan antara dongle dengan smartphone.

“Asal pengguna sudah mengunduh Cashlez dalam smartphone mereka dan memiliki bluetooth, transaksi pasti berhasil karena dibalik proses yang ringkas itu sudah ada keamanan berlapis, sehingga aman dari cyber crime, merchant pun demikian,” ujarnya saat mengunjungi kantor DailySocial, Selasa (19/7).

Untuk kenyamanan pengguna, perusahaan kini juga menyediakan fitur tambahan yang sudah di tanamkan dalam aplikasi. Yakni, e-receipt, photo description, dan calculator.

Dia melanjutkan, dengan adanya fitur e-receipt, merchant dapat secara langsung menerima tanda terima transaksi secara real time, sekaligus tersimpan secara online ke dalam server Cashlez. Fitur tersebut juga dilengkapi dengan lokasi transaksi terjadi dengan memanfaatkan geo-location information dari smartphone merchant.

Pengguna juga langsung menerima e-receipt yang akan dikirimkan lewat email dan pesan singkat. Fitur lainnya adalah calculator yang dapat memudahkan merchant saat melakukan kalkulasi.

Terakhir, fitur photo description memudahkan merchant saat mengirimkan foto barang atau tanda terima yang telah dibeli oleh konsumen. “Intinya kami terus melakukan inovasi agar dapat menyesuaikan kebutuhan masyarakat Indonesia.”

Produk Cashlez saat ini memiliki irisan dengan Moka POS dan Kartuku. Berbeda dengan Kesles yang bernama mirip, Cashlez tidak menyediakan fasilitas wallet. Ke depannya Cashlez tengah menyiapkan perangkat POS agar UKM yang menggunakannya mendapatkan nilai lebih,

Gencar sosialiasasi

Teddy melanjutkan, tahun ini perusahaan bakal gencar menggaet merchant usaha kecil dan menengah (UKM) sebagai sasaran utama mitra. Terhitung saat ini kurang dari 50 UKM yang sudah menggunakan dongle Cashlez yang berlokasi di sekitar ibukota.

Teddy menargetkan, pada Agustus 2016 sampai akhir tahun ini pihaknya dapat menggandeng sekitar 2.000 UKM dengan fokus lokasi di sekitar Pulau Jawa dan Bali. “Mulai bulan depan [Agustus] kami sudah mulai sosialisasi sekaligus edukasi ke calon mitra UKM.”

Untuk menarik pengguna baru Cashlez, pihaknya memberikan free trial kepada para merchant selama tiga bulan. Apabila ingin menyewanya, merchant akan dikenakan sekitar Rp100.000 per dongle setiap bulannya.

Selain itu, menggandeng mitra UKM, pihaknya juga akan giat menggandeng mitra dari industri perbankan dan industri lainnya yang berkaitan. Saat ini, sudah ada dua bank yang bergabung, yakni PT Bank Mandiri Tbk (Persero) dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (Persero). Tak lama lagi, Cashlez juga bakal tersedia sebagai salah satu pelayanan di PT Citra Van Titipan Kilat (TIKI).

Menurutnya, dengan menggandeng banyak mitra dari perbankan secara langsung turut membantu merealisasikan gerakan nasional non tunai (cashless society) yang dicanangkan pemerintah.

“Perkembangan teknologi terus bergerak, sekarang ini pengguna kartu kredit dan debit sudah banyak. Namun, belum banyak merchant terutama UKM yang menyediakan pembayaran secara online. Padahal potensi jumlah UKM terus bertambah. Nah, kami masuk sebagai third party menjembatani itu semua,” pungkasnya.

Application Information Will Show Up Here

Moka Kantongi Pendanaan Seri A Senilai Rp 25,8 Miliar

Moka sebagai startup penyedia layanan mobile point of sale (mPOS) baru saja mendapatkan pendanaan seri A dengan jumlah tak kurang dari USD 1,9 juta (atau setara dengan Rp 25,8 miliar) dari sekelompok investor yang dipimpin oleh East Ventures. Convergence Ventures, Fenox VC, Northstar Group dan Wavemaker Partners dikabarkan juga turut ambil peran dalam pendanaan kali ini.

Moka dengan mPOS-nya saat ini memang mencoba menyasar para UMKM dengan solusi yang mereka berikan. Ini pula yang membuat Managing Partner East Ventures Willson cuaca meyakini bahwa ke depan Moka akan membantu lebih banyak retailer offline untuk tumbuh.

“UMKM Indonesia adalah salah satu kunci untuk pertumbuhan ekonomi negara ini. Semua perangkat lunak yang membantu UMKM secara tidak langsung akan berkontribusi untuk pertumbuhan ekonomi negara. Moka akan merampingkan proses bisnis, menambah efisiensi dan memberikan pemilik ritel tradisional visibilitas yang lebih baik untuk bisnis mereka. Moka ada di posisi yang baik untuk membantu UMKM memperbarui UMKM menjadi lebih baik dan menjadi data driven business,” terang Wilson.

Sementara itu hal yang serupa juga diungkapkan Managing Partner Northstar Group Patrick Waluyo. Menurutnya mereka ambil bagian dalam pendanaan kali ini karena mereka percaya bahwa Moka akan memberikan pengaruh dan kontribusi yang besar untuk sektor UMKM di Indonesia.

Sejak diluncurkan pertama kali di awal 2015 silam, Moka hingga saat ini telah memiliki lebih dari 1.000 toko yang bergabung. Tahun ini rencananya mereka juga akan memperluas tim penjualan di berbagai kota seperti Bandung, Bali dan Surabaya. Ada beberapa rencana yang sudah disiapkan Moka dengan pendanaan kali ini. Beberapa di antaranya adalah ekspansi, meningkatkan pertumbuhan, perbaikan produk dan menambah tim engineer untuk mengembangkan fitur-fitur yang lebih baik untuk meningkatkan kualitas layanan Moka secara keseluruhan.

“Ada sekitar 60 juta UMKM di Indonesia, mayoritas masih dijalankan secara manual dengan menggunakan pena dan kertas. Kami berencana untuk menggunakan dana investasi ini untuk ekspansi ke kota baru untuk membuat layanan POS dan pembayaran cashless bisa diakses oleh semua pemilik bisnis. Kami sangat senang untuk bekerja dengan pendanaan baru ini untuk mengembangkan bisnis,” ujar CEO Haryanto Tanjo.

Ini bukan kali pertama Moka mendapat pendanaan dari East Ventures. Sebelumnya di putaran pendanaan awal Moka juga mendapat suntikan dana dari East Ventures dengan nominal yang tidak disebutkan.