Bertujuan mendukung transformasi digital bisnis di Indonesia, Telkomsel meluncurkan Mobile Consumer Insight (MSIGHT). Sebagai salah satu operator seluler terbesar berpelanggan 178 juta, Telkomsel mengklaim telah memiliki data komprehensif yang bisa dimanfaatkan oleh pemerintah hingga perusahaan untuk mengembangkan bisnis.
“MSIGHT beroperasi secara business to business (B2B) hadir untuk memberikan nilai tambah bagi lembaga pemerintah dan sektor industri seperti keuangan, transportasi, e-commerce, dan sebagainya,” kata VP Data Insight and Interface Services Development Telkomsel, Mia Melinda.
Nantinya MSIGHT akan menghadirkan sejumlah produk yang bisa dimanfaatkan untuk pengembangan teknologi seperti big data, IoT, robotik, artificial intelligence (AI), blockchain, dan lainnya.
“Produk-produk MSIGHT meliputi Risk insight, Mobility Insight, Lifestyle Insight, dan API marketplace; menawarkan berbagai manfaat bagi pelaku usaha mulai untuk marketing communication, business intelligence, maupun risk assessment,” tambah Mia.
Informasi dari platform tersebut bisa juga digunakan untuk melakukan monitoring perubahan jumlah trafik pengunjung, segmentasi konsumen berdasarkan profil tertentu, mengetahui perilaku digital konsumen, pola pergerakan konsumen antar lokasi, dan perilaku konsumen terhadap produk/servis.
Beberapa layanan MSIGHT tahun ini telah dimanfaatkan instansi pemerintah seperti Badan Pusat Statistik (BPS) dan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) untuk melakukan studi secara lebih efisien dan mendapatkan sudut pandang yang lebih kaya. Aplikasinya diterapkan pada studi dampak makro-ekonomi dari penyelenggaraan Asian Games 2018.
“Informasi big data yang kami peroleh akan dikelola secara anonim, agregat, dan efisien menjadi insight, serta diperbarui secara berkala. Kekuatan Telkomsel dalam menyelenggarakan big data adalah pada basis 178 juta pengguna atau mewakili sebagian besar pengguna data internet di Indonesia,” kata Mia.
Tidak ada yang menyangkal bahwa saat ini industri e-commerce di Indonesia tengah menggeliat. Namun, ada satu temuan menarik dari Telkomsel Msight. Berdasarkan Telkomsel MSight Syndicated Report, pengguna mobile internet Indonesia ternyata gemar mencari berita terlebih dahulu sebelum berbelanja online. Setidaknya lima situs berita ada dalam peringkat sepuluh besar.
Di tengah hangatnya industri e-commerce ini, ada satu temuan menarik dari Telkomsel MSight. Dalam laporan Telkomsel MSight Syndicated Report dipaparkan bahwa pengguna mobile internet Indonesia cenderung mencari berita terlebih dahulu sebelum berbelanja online.
Dapat dilihat juga bahwa empat dari sepuluh situs teratas yang paling sering dikunjungi adalah situs berita. Kelima situs tersebut adalah Detik dengan 9378 kunjungan, Kompas dengan 3020 kunjungan, Kapanlagi dengan 2874 kunjungan, dan Tribunnews dengan 2516 kunjungan.
Bila Anda ingat, UC Browser juga menunjukkan data yang tak jauh berbeda dengan ini. Menurut UC Browser, angka kepemilikan aplikasi belanja online pada perangkat mobile masyarakat cenderung rendah. Paparan tersebut dijabarkan UC Browser dalam laporan “Insights Into Indonesian Mobile Internet”.
Ada banyak faktor yang bisa ditarik mengapa ini bisa terjadi. Beberapa di antaranya yakni, faktor tingkat kepercayaan, intrastruktur, dan pembayaran masih menjadi isu. Bisa juga dihubungkan dengan daya beli masyarakat yang masih rendah, atau cenderung menurun karena imbas perlambatan ekonomi. Perlu diingat juga bahwa Indonesia adalah negara yang unik dengan tingkat ketertarikan yang majemuk.
Meskipun demikian, menurut saya ini sebenarnya adalah hasil yang wajar. Malah baik. Saya justru akan bertanya-tanya bila layanan jual beli online menjadi mayoritas di daftar situs yang paling sering dikunjungi. Bila demikian adanya, bukankah akan menjadi hal yang masuk akal bila saya menarik kesimpulan bahwa masyarakat Indonesia sangat konsumtif. Apakah itu baik?
Dengan melihat paparan ini, satu benang merah yang bisa yang ditarik menurut saya adalah masyarakat Indonesia sangat terbuka akan informasi. Saya rasa sudah menjadi sifat dasar juga bahwa manusia butuh informasi. Itu semua hanya untuk menjawab dahaga keingintahuan manusia itu sendiri.
Temuan lainnya dari MSight Syndicated Report kali ini adalah kata “Internet” nyatanya sangat dekat diasosiakan dengan “banking” di Indonesia. Ini cukup menggelitik, terutama bila melihat kembali hasil riset yang menyebutkan bahwa Facebook lebih populer dari internet itu sendiri.
Namun, dengan melihat paparan data tersebut, saya juga menjadi lebih optimis terhadap masa depan fintech di Indonesia. Sangat mungkin bila ke depannya industri fintech adalah hal berikutnya yang akan naik permukaan. Tentu dengan diikuti pertumbuhan industri lainnya yang signifikan dalam ekosistem industri teknologi di Indonesia.
– Disclosure: Tulisan ini adalah hasil kerja sama DailySocial dan tim Digital Advertising Telkomsel.
Telkomsel MSight adalah bagian dari layanan digital advertising Telkomsel yang memanfaatkan penggunaan teknologi Big Data Analytics. Melalui MSight, Telkomsel mampu memberikan berbagai insight informasi konsumen secara spesifik mulai dari segmentasi konsumen berdasarkan profil demografi dan psikografi tertentu, perilaku digital konsumen, pola pergerakan konsumen antar lokasi, dan perilaku konsumen terhadap produk dan servis.
Implementasi big data dalam berbagai sektor industri di Indonesia saat ini mulai semakin terlihat. Telkomsel adalah salah satu pemain dari sektor telekomunikasi yang menunjukkan dirinya tahun lalu dengan meluncurkan layanan big data bernama MSight. Setahun beroperasi, Telkomsel mengklaim bahwa MSight telah tumbuh secara signifikan. Tahun depan, MSight fokus untuk meningkatkan data quality, merekrut talenta yang sesuai, dan menjalin kemitraan strategis di dalam grup Telkom.
MSight merupakan bagian layanan digital advertising Telkomsel yang memanfaatkan penggunaan teknologi Big Data Analytics. Melalui layanan ini, Telkomsel mampu memberikan berbagai insight informasi konsumen. Insight tersebut di antaranya monitoring perubahan dan penambahan jumlah trafik konsumen, segmentasi konsumen berdasarkan profil demografi dan psikografi tertentu, perilaku digital konsumen, pola pergerakan konsumen antar lokasi, dan perilaku konsumen terhadap produk dan servis.
Lahirnya MSight sendiri merupakan hal yang alami dan tak lepas dari perkembangan tren big data yang kian tampak manfaatnya. Di usianya yang tepat berumur satu tahun ini, Kami berkesempatan berbincang dengang GM Data Insight Sales Telkomsel Stevy Kosasih untuk membahas sudah sejauh apa Telkomsel MSight berkembang selama satu tahun beroperasi.
Perjalanan satu tahun MSight dan bisnisnya
Ditemui di Telkomsel Smart Office, Jakarta Selatan, Stevy menceritakan bahwa untuk sampai ke usia satu tahun ini MSight sebenarnya telah melalui tiga fase awal. Fase pertama adalah tentang kesiapan Telkomsel, baik dari sisi SDM maupun teknis. Fase kedua adalah tentang studi kelayakan untuk “Go to Market”. Fase ketiga adalah fase peluncuran komersial perdana hingga saat ini.
Stevy mengatakan, “Di fase pertama, kami libatkan beberapa data scientist, [baik dari tim] internal maupun eksternal, [tujuannya] untuk bantu buat model yang kami butuhkan dalam bisnis mobile consumer insight ini. Termasuk di dalamnya kami juga membekali diri lah, belajar juga nih dari ilmu-ilmu yang sudah ada di luar.”
“Fase kedua, […] intinya kami ingin [melanjutkan] memonetisasi kepada klien-klien eksternal [dengan memberi solusi yang sesuai]. Di fase terakhir kami launching di bulan November kemarin [tahun lalu -Ed]. Fasenya sekarang adalah fase awareness, [and] we’re trying to penetrate the market. Beberapa konsumen sudah menerima services kami dan kami coba increase value kami terus,” lanjutnya.
Selama satu tahun beroperasi, diakui Stevy bahwa kini sudah ada beberapa industri yang menggunakan layanan MSight, baik secara langsung maupun tidak langsung. Mulai dari Fast Moving Consumer Goods (FMCG), Cigarette (tiga pemain atas), Banking dan Financial Institution, serta Retailer. Meski paling banyak klien datang dari sektor FMCG, tetapi Stevy juga yakin bahwa Banking dan Cigarette memiliki potensi yang bagus juga ke depannya.
Upaya monetisasi Big Data MSight
Produk utama MSight adalah sebuah insight dari perilaku konsumen. Namun, menurut Stevy, itu masih bisa di-breakdown kembali menjadi dua hal, yaitu dukungan terhadap media berkampanye dan consumer insight provider yang dapat dimanfaatkan untuk meramu strategi perusahaan.
Stevy menjamin bahwa MSight akan tetap menghormati privasi pelanggan dalam proses pengumpulan dan penyajian data dalam bentuk perilaku kolektif.
Saat ini pelanggan Telkomsel sudah mencapai 149 juta. Data dari 149 juta pelanggan tersebut lah yang akan dikelola secara anonim, agregat, dan kolektif menjadi insight konsumen, serta diperbarui secara berkala. Informasi yang diberikan biasanya digunakan dalam proses pengambilan keputusan strategis yang dapat digabungkan dengan informasi atau insight lain yang sudah dimiliki klien.
Terkait monetisasi layanan, Stevy mengungkap bahwa hingga saat ini masih belum dapat berbicara harga tertentu. Pun demikian, ada beberapa variabel yang menjadi pertimbangan.
Stevy menjelaskan, “Kami belum bicara harga tertentu karena masih di fase yang sangat awal. […] Sifatnya customize kalau bicara harga, tergantung dari berapa lokasinya, berapa variable-nya, atau analisis [apa saja] yang dibutuhkan.[…] Kami bisa bantu dari sisi mereka punya rencana strategis kah, atau bantu dari sisi tactical. Yang kita tawarkan adalah solusi [Big Data Analytics].”
Rencana dan fokus MSight di tahun depan
Sebagai upaya agar dapat kompetitif dalam ranah big data di pasar Indonesia, diungkap Stevy bahwa dua hal yang menjadi fokus utama. Pertama, meningkatkan kualitas data. Kedua, melakukan strategic partnership dengan layanan OTT dan beberapa partner lainnya di industri.
Stevy menjelaskan, “Investasi yang ditanamkan oleh perusahaan harus bisa menghasilkan return yang sesuai untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Bagaimana kita melakukan itu? Pertama, memastikan data quality kami bagus. Caranya, kita undang data scientist,internal atau external, untuk bikin script atau model yang bisa [men-]capture demografi atau psychographic mereka secara aktual [sesuai dengan kebutuhan pasar].”
“Kedua, lakukan partnership dengan beberapa OTT [dan beberapa partner lainnya]. Kami tidak berkompetisi lah dengan yang lain. Kami tahu kami masih baru di industri ini. […] Jadi, OTT punya data, kami punya data, kami gabungkan. Semakin lebar data, semakin kaya data, harga juga bisa kompetitif,” ujar Stevy.
Bicara mengenai target, Stevy ingin MSight menjadi besar dari sisi atribut data, jumlah klien, maupun dari sisi jumlah timnya sendiri. Maka dari itu, Stevy mengungkapkan fokus MSight tahun depan adalah strategic partnership, merekrut talenta, dan meningkatkan kualitas data.
“Dari sisi timnya sendiri, kami coba rekrut talenta. Kami mau double dari sekarang yang [jumlahnya] masih di bawah sepuluh.[…]. Jadi, [strategic] partnership, merekrut talenta, dan [meningkatkan] data quality adalah fokus MSight tahun depan,” tandas Stevy.
Keputusan Telkomsel memasuki bisnis big data adalah hal yang alami bagi perusahaan telekomunikasi. Redwing sendiri dalam artikelnya setahun yang lalu menjelaskan panjang lebar tentang bagaimana monetisasi big data terhadap insight pelanggan seluler dapat menjadi tambang emas bagi operator.