Tag Archives: muhamad fajrin rasyid

Leap-Cara-Telkom-Wujudkan-Akselerasi-Digital-Indonesia

Leap, Cara Telkom Wujudkan Akselerasi Digitalisasi Indonesia

Perusahaan BUMN yang bergerak di jasa Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dan jaringan telekomunikasi, Telkom Indonesia, kini mulai bertransformasi menuju Digital Telco demi memenuhi perkembangan industri dan komitmennya mempercepat digitalisasi berbagai sektor di Indonesia.

Untuk mewujudkannya, Telkom Indonesia belum lama ini resmi mengenalkan Leap sebagai wajah baru sekaligus umbrella brand yang merepresentasikan Telkom Digital Business, pada Maret 2022 lalu. 

Mengenai misi Leap sendiri, Direktur Digital Business Telkom, Muhamad Fajrin Rasyid menyebutkan Leap mendukung pertumbuhan ekosistem digital di Indonesia dan potensi Leap ke depannya sangat besar sebagai motor penggerak mendukung percepatan dan kedaulatan digital tanah air.

“Potensinya sangat besar dan luar biasa untuk itu. Leap Telkom mengakselerasi ekosistem digital, digitalisasi dilakukan dari hilir sampai hulu terutama dalam sektor-sektor kritikal di Indonesia,” terangnya.

Hadirkan inovasi produk digital

Leap siap membantu akselerasi digital dengan menyiapkan sebuah ekosistem inklusif yang membawahi beragam produk unggulan solusi inovatif di sektor kritikal seperti agrikultur, UMKM, big data, pendidikan, dan logistik. Cukup banyak produk digital yang meramaikan ekosistem digital Leap. Delapan produk yang menjadi unggulan yakni Agree, Antares IoT, BigBox, Logee, MyIndihomeX, MySooltan, PaDi UMKM, dan Pijar Mahir. 

Produk digital Pijar Mahir sendiri menjadi salah satu platform utama resmi yang dipercaya pemerintah RI dalam mendukung program Kartu Prakerja untuk untuk mengembangkan keahlian masyarakat. Sejauh ini platform digital tersebut memiliki lebih dari 9000 pengguna yang tersebar di seluruh Indonesia. 

Hadirnya produk digital tersebut memang diharapkan menjadi agen untuk memperluas peran Telkom Indonesia dalam membantu mempermudah layanan ke masyarakat di seluruh kawasan Indonesia.  

Merealisasikan digitalisasi melalui berbagai inovasi dan akselerasi digital, Leap juga akan mengakselerasi ekosistem digital Indonesia melalui kolaborasi dengan pemerintah, local champion dan perusahaan raksasa teknologi global.

Dipimpin Eks Co-Founder dan Presiden Bukalapak

Visi Leap mendorong tercapainya kedaulatan digital Indonesia tidak terlepas dari tangan dingin Muhammad Fajrin Rasyid selaku Direktur Digital Business Telkom. Telah lama berkecimpung di dunia digital, Fajrin Rasyid banyak dikenal karena sepak terjangnya dalam delapan tahun lebih mendirikan dan membesarkan e-commerce Bukalapak bersama dengan Ahmad Zacky.  

Atas pengalamannya selama ini, nama Fajrin Rasyid bahkan masuk dalam Majalah Fortune Indonesia 2022 Fortune 40 Under 40, daftar tokoh Indonesia yang mampu menjadi agen perubahan. Ditambah tahun ini pun Ia memborong penghargaan sebagai Best Chief Digital Business Officer dari Digitech Awards, 2022.

Di bawah kepemimpinannya, Leap memiliki cita-cita optimis tak hanya untuk di dalam negeri tetapi juga mampu setingkat dengan negara maju.

“Leap adalah core engine untuk transformasi Telkom demi mewujudkan kedaulatan digital Indonesia. Melalui berbagai inovasi yang dimiliki Leap, ke depannya akan ada lebih banyak lagi solusi digital untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia. Kehadiran Leap akan membawa dampak besar bagi Indonesia untuk bersaing dan melakukan leapfrog agar sejajar dengan negara-negara maju lain di dunia dalam waktu singkat,” jelas Fajrin

Langkah Leap ini patut untuk diapresiasi lebih lanjut karena bagaimanapun juga ekosistem digital membutuhkan dukungan dari berbagai pihak baik itu korporasi hingga pemerintah.   

Diharapkan melalui berbagai inovasi yang dimiliki Leap, kedepannya akan ada lebih banyak lagi solusi digital untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia dan terwujudnya kedaulatan digital nasional serta menciptakan perekonomian digital yang kuat di kancah global, sejalan dengan target pemerintah dalam beberapa tahun mendatang.

Bukalapak ingin membidik pasar di lwilayah-wilayah terkecil / Bukalapak

Bukalapak Berniat Melantai di Bursa AS dengan IPO Lokal sebagai Pendahulu

Tampaknya 2021 akan banyak diramaikan oleh rencana IPO dari sejumlah startup Indonesia. Setelah GoTo dan Tiket.com, baru-baru ini Bukalapak dikabarkan telah mengajukan permohonan untuk melakukan penawaran saham perdananya di Jakarta.

Berita ini sekaligus mengonfirmasi kabar Bukalapak yang sempat mempertimbangkan IPO beberapa waktu lalu. Namun, perwakilan Bukalapak, seperti diberitakan SCMP, menyebut pihaknya belum membuat keputusan apapun terkait hal ini.

Menurutnya, saat ini Bukalapak masih mencari peluang pertumbuhan dan akses permodalan. “Fokus kami adalah menemukan strategi yang tepat untuk menjadi perusahaan sustainable dan menciptakan value bagi mitra dan pengguna dalam jangka panjang,” ungkapnya.

Jika IPO ini terealisasi, aksi korporasi ini akan menjadikan Bukalapak sebagai salah satu startup teknologi besar pertama yang go public di Indonesia. Adapun, DailySocial telah mencoba mengonfirmasi kabar ini ke eksekutif Bukalapak, namun belum ada respons dari pihak terkait hingga berita ini diturunkan.

Jajaran investor Bukalapak

Sebagaimana dirangkum DealStreetAsia, saat ini ada tiga pemegang saham mayoritas yang menguasai sebesar 61,9% kepemilikan di Bukalapak, antara lain PT Kreatif Media Karya (31,9%), API (Hong Kong) Investment Limited (17,4%), dan GIC Singapore melalui Archipelago Investment Pte Ltd (12,6%).

Secara keseluruhan, terdapat total 47 pemegang saham di Bukalapak. Dari jumlah tersebut, sebanyak 13 pemegang saham menggenggam 90,46%. Sementara, 34 lainnya hanya memegang kepemilikan saham dalam jumlah kecil, termasuk Co-founder Bukalapak Achmad Zaky Syaifudin yang menguasai 5,8%, Muhamad Fajrin Rasyid sebesar 3,53%, dan Nugroho Herucahyono 2,78%.

Sekadar informasi, Kreatif Media Karya (KMK) adalah anak usaha bisnis digital dari PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTEK), perusahaan konglomerasi media dan teknologi milik Sariaatmadja. Ant Group selaku induk usaha Alibaba menguasai saham Bukalapak melalui API (Hong Kong) Investment Limited.

Baik EMTEK dan API, sama-sama mayoritas saham di platform uang digital DANA. Sebagai tambahan, API memiliki 45% saham DANA lewat anak perusahaan tidak langsung, yakni PT Elang Andalan Nusantara.

Lebih lanjut, beberapa investor menggunakan lebih dari satu kendaraan untuk berinvestasi di Bukalapak. Ambil contoh, Indies Capital Partners berinvestasi lewat dua perusahaan, yaitu Komodo Indigo Investment Ltd (0,51%) dan Komodo Opportunity Venture 1 Ltd (0,51%).

Kemudian, perusahaan ventura berbasis di AS 500 Startups mengalokasikan investasi melalui sejumlah dana kelolaan antara lain 500 Durians II LP, 500Durians LP, 500 Kimchi LP, 500 Startups III, dan 500 Startups IV LP.

Jika dirinci berdasarkan negara asal, tiga pemegang saham teratas Bukalapak terdiri dari Indonesia sebesar 50,96%, diikuti Hong Kong di urutan kedua sebesar 21,62%, dan Singapura 16,58%.

Listing AS lewat pendahulu jalur lokal

Bukalapak juga dilaporkan telah mengajukan listing proposal ke Bursa Efek Indonesia (BEI), dan diperkirakan dapat terealisasi pada awal Agustus. Untuk itu, platform e-commerce ini menunjuk Mandiri Sekuritas dan UBS AG Indonesia sebagai underwriter untuk listing di dalam negeri.

Sementara itu, Bukalapak juga menunjuk Merrill Lynch untuk mengeksplorasi peluang go public di Amerika Serikat (AS). Rencana IPO di Indonesia diyakini sebagai upaya awalan sebelum mendarat di bursa saham AS yang berpotensi terjadi melalui kendaraan Special Purpose Acquisition Company (SPAC).

Selain Bukalapak, startup lainnya juga tengah menjajaki upaya serupa lewat kendaraan perusahaan cek kosong atau SPAC, seperti Traveloka, GoTo, Grab, dan Ticket.com. Bahkan pemerintah telah memberikan lampu hijau dengan menyiapkan sejumlah relaksasi. Salah satunya adalah menerbitkan saham kelas ganda (dual class share).

Dengan upaya IPO sebagai upaya mencari akses permodalan, Bukalapak ingin membidik target pasar yang lebih luas, yaitu ke wilayah-wilayah pedalaman. Hal ini juga dilakukan untuk menghindari head-to-head dengan dua pesaing terbesarnya Tokopedia dan Shopee yang lebih banyak menguasai pasar di kota-kota besar atau metropolitan.

Bukalapak juga melihat peluang di mana sebanyak 70% retailer di Indonesia adalah toko yang dikelola keluarga. Untuk membidik segmen ini, mereka telah bermitra dengan 500 ribu warung di Indonesia.

Terlebih di situasi pandemi Covid-19, tak sedikit pelaku bisnis dan merchant di Indonesia yang terpaksa mengalihkan layanannya ke online demi mempertahankan bisnis. Sejumlah platform e-commerce mendapatkan keuntungan dari akselerasi digitalisasi ini.

Dengan strategi tersebut, Bukalapak ingin mengadaptasi taktik online-to-offline (O2O) yang digunakan raksasa e-commerce Alibaba Group dan Amazon kepada pasar yang lebih matang. Di sini, pelanggan memiliki pilihan untuk menjelajah di toko fisik yang dikombinasikan dengan penawaran dari platform digital.

Application Information Will Show Up Here
Bukalapak akan memutuskan apakah akan melakukan IPO atau mencari pendanaan baru tahun depan

Bukalapak Tentukan Kepastian Rencana IPO Tahun 2019

Salah satu e-commerce unicorn Indonesia, Bukalapak menegaskan kembali belum tertarik untuk mencari pendanaan baru menjelang akhir tahun ini. Menurut Presiden Bukalapak, Fajrin Rasyid, saat ini belum ada kebutuhan pendanaan mendesak.

“Kami belum urgent cari pendanaan baru. Belum ada kebutuhan untuk saat ini,” ungkap Fajrin ditemui beberapa waktu lalu di “Konferensi Bukalapak Hadirkan Buka DANA“.

Ditanya mengenai rencananya untuk Initial Public Offering (IPO), ia mengungkapkan pihaknya masih mengkaji rencana tersebut. Ia memastikan keputusan untuk IPO atau tidak ditentukan tahun depan.

“Saat ini kami masih lakukan analisis plus-minusnya. Paling cepat tahun depan kami putuskan akan IPO atau cari funding baru. Tapi, kami sudah siapkan laporan keuangan teraudit selama tiga tahun terakhir, apabila IPO jadi,” tutur Fajrin.

Bukalapak tercatat menyandang status unicorn dengan valuasi di atas $1 miliar pada akhir 2017 lalu. Kini Bukalapak telah mengantongi Gross Merchandise Value (GMV) bulanan Rp4 triliun ($270 juta) per bulan atau Annualized GMV mencapai Rp48 triliun (sekitar $3,2 miliar).

Pertimbangkan DANA gantikan Buka Dompet

Bukalapak baru saja meresmikan kerja sama dengan PT Espay Debit Indonesia Koe (dompet digital DANA) sebagai channel pembayaran di platform e-commerce miliknya. Dengan demikian, bertambah satu lagi channel pembayaran Bukalapak, selain melalui dompet digitalnya, Buka Dompet.

Ditanya mengenai peluang DANA menggantikan Buka Dompet, Fajrin memberikan sinyal akan mempertimbangkan hal tersebut. Pasalnya, hingga saat ini Buka Dompet belum mendapat lisensi e-wallet dari Bank Indonesia. Kolaborasi dengan DANA sudah berjalan sejak April lalu untuk versi Beta.

“Kami belum tahu dengan Buka Dompet bagaimana, makanya kami mau lihat respon (dari konsumen) seperti apa. Anything is possible. Kami juga tidak terburu-buru karena menggantikan secara keseluruhan itu takes time. Kita lihat saja ke depan nanti,” papar Fajrin.

Terkait pengembangan selanjutnya, baik Bukalapak dan DANA menyatakan akan fokus terhadap pasar offline. Fajrin menyebutkan pihaknya akan menambah banyak mitra ritel offline untuk menyasar pasar konsumen offline.

“Menurut riset, hanya 10 persen yang belanja online melalui platform e-commerce. Artinya, masih ada 90 persen pangsa yang belum belanja lewat platform yang proper. Makanya, kami excited dan akan put effort banyak,” tambah Fajrin.

Chief Communication Officer DANA, Chrisma Albandjar  menyebutkan pihaknya tengah menunggu izin terkait layanan top up secara offline. Saat ini, DANA bisa digunakan di berbagai merchant untuk bertransaksi, seperti BlackBerry Messenger (BBM), Ramayana, dan TIX.

Application Information Will Show Up Here
Bukalapak reveals the Annualized GMV worth of 48 trillion Rupiah. Ant Financial and GIC Pte Ltd are involved as Bukalapak investors

Bukalapak Boosts Annualized GMV to IDR 48 Trillion

In an interview with Bloomberg, Bukalapak’s Co-Founder and President M. Fajrin Rasyid revealed the company’s monthly Gross Merchandise Value (GMV) has reached IDR 4 trillion ($270 million) or Annualized GMV of IDR 48 trillion (around $3.2 billion).

In addition, Ant Financial (Alipay) and Singapore-based investment company GIC Pte Ltd are reportedly involved as Bukalapak investors, although Rasyid has confirmed to DailySocial that both aren’t participated in the last round addressing Bukalapak as a unicorn worth over $1 billion.

He said one-fifth (20%) of the GMV is a contribution from partners’ sales of the exceeding 300 kiosks.

“It’s expected, after receiving goods [transaction results], they’ll be happy doing their own online transaction [no need for agents] and Bukalapak becomes the platform they choose for the next transaction,” he said.

He also said, Bukalapak plans to raise new funding by earlier next year, they’re not rushing. IPO is said to be considered in 1 to 2 year later.

Furthermore, he mentioned the company is making some acquisition. We’ve got some news regarding Bukalapak acquisition of some software house (in the form of acquihire). He said the company is making progress for acquisition towards e-commerce players having a synergy with the company.

As one of the two Indonesian unicorn startups engaged in the e-commerce sector, Bukalapak is included in Indonesia’s top 5 e-commerce based on traffic and popularity. Some of their latest highlights are the launch of bus ticketing service, partners with DANA as their digital payment platform, and open the installment-based payment service with Akulaku called BukaCicilan.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Bukalapak mengungkapkan GMV Tahunan saat ini mencapai 48 triliun Rupiah. Ant Financial dan GIC Pte Ltd termasuk dalam jajaran investor Bukalapak

GMV Tahunan Bukalapak Capai 48 Triliun Rupiah

Dalam wawancara dengan Bloomberg, Co-Founder dan President Bukalapak M. Fajrin Rasyid mengungkapkan bahwa Gross Merchandise Value (GMV) bulanan perusahaan mencapai 4 triliun Rupiah ($270 juta) per bulan atau Annualized GMV mencapai 48 triliun Rupiah (sekitar $3,2 miliar).

Selain itu terungkap bahwa Ant Financial (Alipay) dan perusahaan investasi negara Singapura GIC Pte Ltd termasuk dalam jajaran investor Bukalapak, meskipun Fajrin kepada DailySocial mengonfirmasi keduanya tidak masuk di putaran terakhir yang melambungkan Bukalapak sebagai startup unicorn bervaluasi lebih dari $1 miliar.

Menurut Fajrin, seperlima (20%) dari GMV tersebut disumbangkan dari penjualan melalui Mitra Bukalapak yang telah berjumlah lebih dari 300 ribu kios.

“Harapannya setelah menerima barang [hasil transaksi], mereka merasa nyaman melakukan transaksi online sendiri [tidak lagi melalui perantara agen] dan Bukalapak menjadi platform yang merek gunakan untuk transaksi berikutnya,” ujar Fajrin.

Fajrin mengungkapkan bahwa Bukalapak berencana mencari pendanaan baru awal tahun depan, meskipun tidak dalam posisi terburu-buru. IPO disebutkan bakal dipertimbangkan dalam 1-2 tahun ke depan.

Selain Fajrin juga menjelaskan bahwa pihaknya sudah mulai melakukan akuisisi. Kami mendapat informasi bahwa Bukalapak sudah mengakuisisi beberapa software house (dalam bentuk acquihire). Fajrin menyebutkan pihaknya sedang dalam tahap penjajakan akuisisi terhadap pemain e-commerce yang bersinergi dengan perusahaan.

Sebagai satu dari dua startup unicorn Indonesia yang bergerak di sektor e-commerce, Bukalapak termasuk dalam jajaran top 5 e-commerce di Indonesia berdasarkan traffic dan popularitas. Beberapa highlight Bukalapak sebulan terakhir adalah meluncurkan layanan pembelian tiket bus, menggandeng DANA sebagai platform pembayaran digital, dan membuka layanan pembayaran berbasis cicilan BukaCicilan bersama Akulaku.

Application Information Will Show Up Here

Bukalapak dan TIKI Hadirkan Layanan Pick-Up untuk Pelapak

Guna memberikan pilihan lebih serta fasilitas tambahan kepada para penjual di Bukalapak, atau yang dikenal dengan sebutan Pelapak, Bukalapak mengumumkan penandatanganan kerja sama (MoU) dengan jasa layanan pengiriman barang PT Citra Van Titipan Kilat (TIKI).

Melalui kerja sama ini, Bukalapak dan TIKI akan mengoptimalkan jasa layanan pengiriman barang yang mudah dan efektif untuk para pengguna Bukalapak khususnya para pelapak. Sebelumnya elevenia bersama dengan JNE juga telah menghadirkan Layanan JNE Pick Up.

Saat ini Bukalapak telah memiliki lebih dari 1,7 juta Pelapak dan dengan lebih dari 38 juta produk dan barang yang ditawarkan di Bukalapak, menjadikan Bukalapak salah satu pasar online terbesar di Indonesia.

“Lewat misi untuk membantu para pelaku UKM di Indonesia menjadi pemenang di era ekonomi digital, para pelaku UKM harus terus terhubung dan terdukung, termasuk dari sisi logistik agar pendistribusian barang bisa menyebar secara luas di berbagai daerah-daerah dan desa di luar Pulau Jawa yang belum mendapat layanan pengiriman barang yang mudah dan terjangkau,” kata Co-Founder dan CFO Bukalapak Muhammad Fajrin Rasyid.

Fajrin menambahkan dengan kerja sama ini Bukalapak dan TIKI akan bersama-sama mendukung para UKM untuk bisa “naik kelas” dan memberikan layanan pengiriman untuk para konsumen dan pembelinya secara baik dan tepat waktu.

Layanan pick-up khusus dan promosi

Saat ini, ada sekitar 500 ribu Pelapak yang menggunakan jasa TIKI di Bukalapak. Melalui kerja sama ini, para Pelapak bisa menikmati beberapa layanan terbaru untuk para Pelapak Bukalapak. Sederet layanan tersebut adalah adanya penyediaan layanan pickup, promo diskon khusus untuk para Pelapak yang menjadi member TOOZ TIKI dan fitur kode booking. Fitur kode booking ini akan memudahkan Pelapak dalam melakukan pengiriman barang dalam jumlah banyak ke berbagai penerima.

Selanjutnya layanan ini akan bisa digunakan oleh para Pelapak dan menjadi bagian dari layanan Bukalapak kepada para penjual. Memasuki akhir bulan Ramadan, diperkirakan jumlah pengiriman barang dari para Pelapak kepada pembeli bakal meningkat, tentunya layanan khusus ini bisa membantu proses tersebut lebih cepat.

Application Information Will Show Up Here

Kolaborasi Startup Penopang Perekonomian di Hari Mendatang

Sesuatu yang besar berawal dari hal-hal kecil. Mari kita ambil startup dan perekonomian sebuah negara sebagai contoh untuk menggambarkannya. Startup memang bisnis usaha dengan skala kecil dan menengah, namun kemampuannya menjadi tulang punggung keuangan negara tidak perlu diragukan lagi seharusnya. Lihatlah bagaimana startup membuka lebih banyak lapangan pekerjaan yang secara langsung jelas memberi imbas pada peningkatan ekonomi negara, di tengah tren jumlah pengangguran yang menurun dari semester pertama dan kedua di tahun 2015 dan 2016.

Kendati besar dampaknya, langkah itu ‘hanya’ satu dari sekian kontribusi yang dibagi oleh startup kepada masyarakat. Dengan usia usaha dan industri yang tergolong hijau, spirit saling berbagi mestinya memang menjadi prinsip dari startupstartup ini. Ingat, kuncinya adalah berbagi dan kerja sama, atau yang awam kita dengar dengan “sharing is caring”.

Membuka jalan untuk implementasi dari ide tersebut, Mandiri Capital Indonesia (MCI), Metra Digital Innovation (MDI), dan DailySocial.id menjalin sebuah kolaborasi melalui program DigiTalks yang kini bertajuk How Digital Innovations Contribute to Indonesian Economy.

Diskusi panel yang diselenggarakan pada Rabu, 14 Desember 2016 ini rencananya akan melibatkan tiga pakar dunia digital Indonesia dalam memperbincangkan bagaimana inovasi digital mendorong perekonomian sebuah negara dan memberi kontribusi langsung bagi masyarakat luas. Tiga orang tersebut adalah Donald Wihardja (Partner Convergence Ventures) dan Muhamad Fajrin Rasyid (Co-founder dan CFO Bukalapak), dengan Rama Mamuaya (CEO DailySocial.id) sebagai moderatornya.

Selain talkshow, DigiTalks yang bertempat di Rumah Mandiri Inkubator Bisnis ini akan menghadirkan launching dari program yang diinisiasi Mandiri Capital Indonesia bernama StartupBerbagi, suatu platform yang dapat menjembatani startup Indonesia untuk berkolaborasi dan berbagi untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi masyarakat dengan menawarkan sebuah solusi.

Misi StartupBerbagi adalah untuk membantu UMKM, pengusaha pemula dan berbagai elemen masyarakat di indonesia dengan menyediakan solusi-solusi digital secara gratis yang disediakan oleh startup company Indonesia yang sama-sama memiliki keinginan untuk memberikan dampak positif bagi masyarakat Indonesia.

Sehingga, rekan-rekan startup owner di sini bukan mendapatkan ilmu saja, namun juga bisa mendapat manfaat dari sesama pebisnis startup dengan solusi-solusi yang ditawarkan, yang dapat Anda pilih sendiri di Startupberbagi.com.

Oh iya, jangan lupa, event ini gratis untukmu para startup owner dan digital enthusiast lho! Daftar sekarang di sini!


Disclosure: DailySocial adalah bagian dari kolaborasi untuk DigiTalks bersama Mandiri Capital Indonesia dan Metra Digital Innovation.