Tag Archives: Multiplayer

Tinggalkan Status Beta, Steam Remote Play Together Kini Juga Mendukung Platform Android dan iOS

Tepat sebulan yang lalu, Valve meluncurkan versi beta dari Steam Remote Play Together. Fitur ini dirancang untuk mewujudkan sesi multiplayer secara lokal walau masing-masing partisipannya terpisah dan hanya terhubung secara online, dan Valve rupanya tidak butuh waktu lama untuk meluluskan fitur ini dari status beta.

Satu bagian paling menarik dari Remote Play Together adalah, game yang hendak dimainkan hanya perlu dibeli oleh satu orang saja yang berperan sebagai host. Tiga pemain sisanya (atau bisa lebih dalam kondisi tertentu) tidak perlu ikut membeli untuk bisa bergabung dalam sesi gaming bersama tersebut.

Ya, tiga pemain lain itu pada dasarnya mengakses game via metode streaming, dan itu berarti mereka tidak perlu menggunakan perangkat yang spesifikasinya sesuai standar gaming; MacBook atau laptop yang menjalankan OS Linux pun juga bisa dipakai untuk ikut bermain dalam sesi Remote Play Together.

Steam Remote Play Together

Lebih menarik lagi, peluncuran resmi Remote Play Together ini turut mendatangkan dukungan terhadap dua platform lain, yakni Android dan iOS dengan bantuan aplikasi Steam Link dan Steam Chat. Ya, sesi gaming bersama ini sekarang juga bisa diikuti oleh mereka yang hanya memiliki smartphone atau tablet saja.

Tentunya tidak semua game bisa kita mainkan di smartphone atau tablet, melainkan yang sudah mendukung kontrol virtual via layar sentuh. Valve bilang jumlah game yang kompatibel sudah mencapai ratusan, dan kabar baiknya, Valve juga sedang menghelat Steam Sale khusus untuk gamegame yang mendukung Remote Play Together.

Steam Remote Play Together sale

Saya melihat sejumlah judul lawas yang saya ingat betul begitu asyik dimainkan bersama-sama secara lokal. Favorit saya yang paling utama adalah Castle Crashers, yang selama sale ini bisa didapat seharga Rp 19 ribu saja. Selanjutnya, tidak afdal membahas multiplayer lokal tanpa melibatkan Overcooked!, yang bisa didapat seharga Rp 35 ribu saja.

Sekuelnya, Overcooked! 2, juga ikut didiskon menjadi Rp 72 ribu. Namun seandainya saya belum pernah punya seri Overcooked!, saya akan lebih memilih membeli bundel game pertama sekaligus keduanya seharga Rp 96 ribu saja.

Buat penggemar game fighting, ada Injustice 2 yang dihargai Rp 63 ribu saja. Lalu untuk penggemar game RPG, saya kira tidak ada deal yang lebih menarik ketimbang Divinity: Original Sin 2 – Definitive Edition, yang bisa dibeli seharga Rp 185 ribu selama sale, dan tentu saja sudah mendukung Remote Play Together.

Steam Remote Play Together Sale ini dijadwalkan berlangsung sampai dengan 26 November 2019 pukul 01.00 WIB. Jangan lupa, yang perlu memiliki game-nya cuma satu orang saja, jadi Anda dan teman-teman bisa saling sepakat membeli game yang berbeda untuk dimainkan bersama-sama.

Sumber: PC Gamer.

Ubisoft Ingin Hadirkan Fitur Cross-Platform Play di Seluruh Game Multiplayer PvP Miliknya

Penghujung 2019 merupakan momen yang kurang menyenangkan untuk Ubisoft. Beberapa hari lalu, CEO Yves Guillemot mengakui kekeliruan arahan yang mereka lakukan dalam mengembangkan ‘live game‘ seperti Ghost Recon Breakpoint. Efeknya, permainan gagal mencapai target penjualan dan perusahaan gaming Perancis itu terpaksa menunda pelepasan Watch Dogs Legion, Rainbow Six Quarantin serta Gods and Monsters.

Namun kegagalan tidak menghentikan Ubisoft untuk terus mengeksekusi agenda mereka. Di awal bulan Oktober ini, perusahaan meluncurkan fitur cross-platform play ke seluruh versi permainan Brawlhalla (dikembangkan oleh Blue Mamoth Games, dipublikasikan Ubisoft). Ke depannya, Ubisoft punya rencana buat menerapkan cross-play ke hampir seluruh permainan yang mereka miliki atau distribusikan.

Hal ini diungkapkan langsung oleh Yves Guillemot dalam teleconference finansial triwulan kedua baru-baru ini. Sang CEO menyampaikan bahwa perusahaan berkeinginan untuk menerapkan fitur cross-platform play ke seluruh permainan PvP secara berangsur-angsur. PvP, atau dikenal pula sebagai player versus player, mengacu pada jenis game multiplayer kompetitif. Arahan tersebut sangat menarik karena permainan-permainan Ubisoft tak hanya menyuguhkan elemen PvP, tapi juga kooperatif.

Bagi Anda yang kurang familier, cross-platform play memperkenankan pengguna di layanan gaming berbeda buat bermain bersama. Fungsi ini bisa ditemukan di sejumlah judul blockbuster dan free-to-play, dari mulai Fortnite, Rocket League, Paladins, Dauntless serta game shooter bertema militer yang belum lama ini Activision luncurkan – Call of Duty: Modern Warfare 2019. Berbicara soal fitur ini, Sony sempat mencoba menghalangi penetrasi cross-play di layanannya, namun akhirnya mereka luluh.

Untuk sekarang, Brawlhalla merupakan satu dari dua permainan Ubisoft yang menghidangkan cross-platform play secara penuh (maksudnya tanpa restriksi dalam bentuk apapun). Satu judul lagi adalah Just Dance via mode World Dance Floor.

Mari kita analisis pernyataan Guillemot soal ‘cross-play akan hadir di semua permainan PvP yang kami miliki’. Hampir seluruh game Ubisoft mempunyai mode kompetitif (kecuali judul single-player murni seperti Assassin’s Creed Odyssey atau Origins): Rainbow Six Siege, For Honor, bahkan Ghost Recon dan The Division yang sebetulnya mengedepankan co-op juga menyuguhkan opsi player versus player.

Kehadiran cross-play akan memberikan pengalaman baru dalam bermain dan berinteraksi, namun ada banyak aspek yang harus Ubisoft siapkan, terutama dari sisi balancing. Pertanyaanya, seberapa siapkah Ubisoft?

Sebagai komparasi: demi memastikan permainan tetap seimbang, Infinity Ward membubuhkan dukungan keyboard dan mouse secara penuh di Call of Duty: Modern Warfare. Di sana, cross-play sendiri bersifat opsional dan tidak tersedia di mode Ranked Play.

Via GamesIndustry.

 

Steam Remote Play Together Persilakan Kita Bermain Game Multiplayer Lokal Secara Online

Kehadiran Steam merombak penyajian game PC secara fundamental. Platform digital ini memang berjasa menyederhanakan distribusi konten, namun ada sejumlah efek negatif yang turut dibawa olehnya: pasar game bekas menghilang, lalu Steam juga pelan-pelan mendorong pengguna untuk meninggalkan mode multiplayer lokal. Dampaknya, semakin sedikit game baru yang memperkenankan kita bermain bersama di satu layar.

Valve menyadari bahwa minat gamer PC telah berubah. Kini ada lebih banyak orang yang mempunyai perangkat gaming-nya sendiri, dan banyak dari mereka tak punya waktu untuk berkunjung ke rumah kawan buat bermain bersama. Sebagai solusinya, developer memperkenalkan fitur Remote Play Together di Steam. Sederhananya, Remote Play Together memungkinkan kita mengakses mode multiplayer lokal secara online.

Multiplayer lokal yang Valve maksud adalah mode di mana Anda dan kawan dapat bermain bersama di satu sistem. Beberapa game (seperti Children of Morta dan River City Girls) mengedepankan gameplay kooperatif, sedangkan judul lain (Rocket League dan Divinity: Original Sin II) menyuguhkan fitur split screen. Lewat Remote Play Together, Anda bisa terus menikmati permainan dengan sabahat karib meski jarak memisahkan.

Pengoperasian Remote Play Together juga sangat simpel. Game yang ingin dinikmati bersama hanya perlu dimiliki salah satu orang saja, dan kawan-kawannya dapat mengakses permainan tersebut via teknologi streaming. Remote Play Together mendukung hingga empat orang pemain dan kapabilitas ini turut ditunjang oleh kemampuan cross-platform antara Windows, Mac dan Linux.

Untuk menggunakan Remote Play Together, Anda perlu bergabung ke program Steam Beta. Selanjutnya, pilih dan luncurkan game dengan mode multiplayer lokal. Buat mengundang teman, Anda hanya tinggal membuka daftar teman di overlay Steam dan klik tombol Remote Play Together. Demi menjaga privasi, hanya bagian permainan saja yang ditampilkan ke layar kawan Anda – bukan desktop. Namun jika mereka bisa dipercaya, Anda dipersilakan membuka akses kendali keyboard serta mouse.

Teknologi di belakang Remote Play Together terbilang canggih karena walau terpisah jarak, controller (atau unit kendali apapun yang dipilih) pemain seolah-olah terpasang langsung ke PC host. Remote Play Together tak hanya menampilkan konten ke user berbeda secara berbarengan, tetapi juga men-stream input, audio, serta suara sehingga Anda dan kawan dapat berkomunikasi secara natural.

Di fase uji coba ini, Valve mencurahkan perhatian mereka agar Remote Play Together tersaji secara stabil, terutama dari sisi jaringan. Kemudian developer turut mengusahakan supaya fitur ini kompatibel ke berbagai jenis hardware. Semua orang diperkenankan buat mengujinya dan Valve berharap para pengguna tak lupa memberikan saran serta masukan.

Sistem Anti-Cheat Baru Overwatch Akan Hentikan Pertandingan Ketika Mendeteksi Cheater

Single-player merupakan wadah penyajian aspek sinematik dan cerita utama dalam game, tapi multiplayer-lah yang memastikan permainan dinikmati hingga bertahun-tahun ke depan. Sejak tersedia untuk publik, bermain bersama memang tak bisa dipisahkan dari aktivitas gaming. Tingginya minat konsumen terhadap jenis mode tersebut mendorong digarapnya judul-judul eksklusif multiplayer.

Overwatch merupakan salah satu game multiplayer yang hingga kini terus dinikmati jutaan pemain tanpa perlu ikut-ikutan menyajikan battle royale. Namun seperti judul kompetitif lain, pertempuran melawan eksploitasi dan cara-cara curang ialah perjuangan tanpa akhir sejak permainan dirilis. Untuk menanggulangi masalah cheater, Blizzard telah mengambil langkah sangat tegas berupa pemblokiran permanen pada para pelaku.

Via video update developer bulan Juli 2019, director Jeff Kaplan mengungkapkan rencana pembaruan fungsi anti-cheat di Overwatch. Di waktu dekat, Blizzard akan mengimplementasikan sistem deteksi cheat yang lebih mutakhir. Developer tidak menjelaskan cara kerjanya secara detail, namun sistem ini dirancang buat mengentikan pertandingan ketika seseorang terdeteksi bermain curang.

Meski belum diketahui kapan sistem anyar ini diterapkan di server umum, Blizzard sudah mulai mengujinya di Public Test Server. Begitu mengetahui adanya aktivitas cheating, permaian segera disetop. Menariknya, hal ini tidak banyak memengaruhi mereka yang bertanding secara jujur (baik yang jadi lawan ataupun rekan satu tim si cheater) dan skill rating (SR) para gamer sama sekali tidak terpengaruh – tak sama seperti saat mereka kabur dari match.

Lalu buat para pemain curang, Kaplan menyampaikan bahwa ‘hukuman berat telah menanti mereka’. Sekali lagi, Blizzard tidak memaparkannya secara spesifik, tapi melihat reputasi sang developer, mereka sama sekali tak segan menjatuhkan ban. Jika pengembangannya berjalan lancar, pemblokiran ini akan menyebabkan cheater sama sekali tidak bisa menyelesaikan pertandingan.

Mungkin Anda sudah tahu, pemblokiran bukanlah satu-satunya strategi yang diambil Blizzard untuk membuat ekosistem permainan jadi lebih sehat. Sistem Looking For Group dan Endorsement, diluncurkan tepat tahun lalu, juga terbukti efektif mendorong gamer berinteraksi secara positif.

Masih berkaitan dengan developer update Overwatch, Jeff Kaplan sempat mambahas agenda peluncuran hero baru. Fans pasti tahu, pengenalan karakter anyar kali ini sedikit lebih terlambat dibanding sebelum-sebelumnya. Blizzard paham kondisi tersebut , dan meminta kita untuk bersabar menunggu sedikit lebih lama.

Hero [Overwatch] ke-31 akan mengagumkan. Dia akan segera tiba, jangan cemas. Kami membutuhkan sedikit lebih banyak waktu demi membuatnya lebih keren,” tutur Kaplan. Dalam pernyataannya, sang game director menggunakan kata ganti ‘he‘ saat menyebut si karakter.

Via DigitalTrends.

Backward Compatibility di PS5 Memungkinkan Pengguna Bermain Bersama Gamer PlayStation 4

Sudah lama menjadi fitur andalan di Xbox One, Sony juga berencana untuk membubuhkan backward compatibility di console next-gen mereka. Fungsi fitur ini sederhana: memungkinkan console menjalankan game/software di platform generasi sebelumnya. Meski terdengar simpel, ia berdampak besar pada cara pengguna menikmati konten. Berkatnya, kita bisa mudah bernostalgia dengan permainan-permainan klasik favorit.

Bagi Sony Interactive Entertainment sendiri, backward compatibility bukanlah hal baru. Mari kita mundur satu generasi, ketika PlayStation 3 melakukan debutnya. Model orisinal sistem last-gen itu dapat menjalankan permainan PlayStation 2 karena masih menggunakan chip PS2 di dalamnya. Kapabilitas hampir serupa juga tersimpan di PlayStation 3 edisi Metal Gear Solid 80GB, walaupun sistem sebetulnya menggunakan software emulasi dan pada dasarnya tak lagi mendukung game-game PS2.

Penyajian backward compatibility di PlayStation ‘5’ kemungkinan akan berbeda dari PS3. Keberadaan fitur ini berpotensi memperpanjang umur PS4 serta membuat koleksi permainan Anda tetap relevan. Tapi ada hal menarik dari backward compatibility di console next-gen yang diungkapkan oleh CEO sekaligus presiden baru Sony, Jim Ryan. Menurutnya, kapabilitas itu menjadi sebuah elemen esensial dan punya pengaruh besar, terutama di era yang serba tersambung seperti sekarang.

Ryan menjelaskan bahwa gaming cenderung membuat para penikmatnya untuk berkelompok. Namun backward compatibility memberikan Sony kesempatan buat pelan-pelan mendorong transisi dari PlayStation 4 ke perangkat next-gen. Uniknya lagi, deputy president Sony Interactive Entertainment John Kodera sempat menyampaikan bahwa ‘komunitas cross-generation bisa menikmati game bersama-sama’. Istilah cross-gen tentu saja mengacu pada PS4 dan PS5.

Sony sudah pasti ingin banyak orang membeli PlayStation 5, namun perusahaan sepertinya meramu produk secara lebih istimewa agar ia tidak hanya jadi sekadar console baru. Sony berupaya menjamin agar game-game PlayStation 4 berjalan lancar tanpa masalah di sana, mempersilakan kita bermain dengan kawan-kawan yang belum memiliki PS5, sembari memastikan waktu loading berjalan lebih gesit.

Hingga saat ini, Sony belum mengabarkan kapan hardware baru tersebut akan tersedia. Analis Hideki Yasuda dari Ace Research Institute memperkirakan bahwa secepat-cepatnya, PlayStation 5 baru meluncur pada bulan November 2020. Tapi sebuah bocoran dari narasumber terpercaya menyebutkan, game-game blockbuster eksklusif seperti The Last of Us: Part 2, Death Stranding dan Ghost of Tsushima akan tetap dirilis di PlayStation 4 dalam waktu tiga tahun ke depan. Hal ini mengindikasikan pelepasan PS5 di tahun 2021

Itu mungkin alasannya Sony terus menegaskan, sekarang adalah waktu terbaik untuk bermain PlayStation 4.

Sumber: GamesRadar+.

Call of Duty Black Ops ‘5’ Akan Hadirkan Kembali Mode Single-Player?

Ada kalanya mode single-player menjadi jati diri dari permainan action dan shooter. Di bagian inilah, developer mencoba membenamkan berbagai teknologi gaming mutakhir, dari mulai grafis dan fisik yang diintegrasikan pada elemen gameplay, puzzle, hingga pengembangan AI pada NPC. Tapi hal ini berubah sejak  battle royale menyerbu dan publisher mulai menjalankan strategi ‘game as a service‘.

Efek dari demam battle royale bisa kita rasakan di mana-mana, termasuk di franchise raksasa seperti Battlefield dan Call of Duty. Kedua nama ini ‘terpaksa’ menyediakan mode last man standing berskala besar demi memenuhi minat pemain, namun Call of Duty melangkah lebih jauh dengan mengorbankan campaign buat memasukkan battle royale. Black Ops 4 merupakan permainan pertama di seri itu yang tidak disertai porsi single-player.

Namun sepertinya, Activision tak berniat membuat single-player absen terlalu lama. Berdasarkan laporan sejumlah narasumber pada Kotaku, sang publisher menugaskan salah satu tim developer-nya untuk mengembalikan mode campaign di Call of Duty, walaupun boleh jadi bukan pada judul yang dirilis di tahun ini. Belum diketahui akan seperti apa Call of Duty ‘2019’, tapi menurut rumor, game tersebut diramu sebagai penerus Modern Warfare.

Para informan mengabarkan bahwa untuk tahun 2020 nanti, Activision menunjuk tim Treyarch buat mengembangkan Call of Duty Black Ops ‘5’. Seperti sebelumnya, proses tersebut dibantu oleh dua studio lain di bawah Activision, yaitu Raven Software dan Sledgehammer Games. Kabarnya, game tersebut akan membawa pemain ke era Perang Dingin. Dan karena jadwal rilis yang diperkirakan mendekati pelepasan console next-gen, kemungkinan ia disiapkan sebagai permainan cross generation.

Jika laporan ini akurat, maka Activision hanya memberikan waktu dua tahun bagi Treyarch untuk menggarap game barunya (Call of Duty 2019 bukan dibuat oleh studio ini). Beberapa orang di Treyarch mengakui bahwa mereka kurang senang terhadap keputusan itu, karena Black Ops 4 saja menuntut begitu banyak waktu lembur; namun ada pula staf yang merasa gembira karena tim sudah mempunyai rencana pengembangan yang solid.

Terlepas dari respons gamer dan media yang cukup positif terhadap Black Ops 4, game shooter blockbuster ini belum dapat membantu Activision mencapai target pemasukan mereka di 2018. Narasumber bilang, publisher tengah mempertimbangkan buat mengusung model bisnis free-to-play (yang dulu begitu dibenci) untuk diintegrasikan dalam Modern Warfare baru. Beberapa orang di Activision kurang setuju dengan pendekatan ini.

Pertanyaan saya pribadi adalah, apakah ‘Modern Warfare 4’ juga menjagokan battle royale dan hadir tanpa single-player?

Berkenalan Dengan Hero Overwatch ke-30, Sang Combat Medic Baptiste

Berkat tangan dingin Blizzard, Overwatch mampu bertahan dengan tradisi ‘hero shooter‘ di tengah-tengah gempuran battle royale tanpa turut terbawa arus. Meski kini tak terlalu populer di Indonesia, game berhasil menghimpun 40 juta pemain dalam periode dua tahun. Hal tersebut dipicu oleh eksistensinya sebagai salah satu judul esports serta pengenalan karakter-karakter baru beserta kisahnya yang beragam.

Blizzard Entertainment sudah mengintroduksi delapan hero tambahan sejak Overwatch dilepas dengan frekuensi tiga tokoh per tahun. Arahan ini tampaknya tak akan banyak berubah dan terus dilakukan di 2019. Tak lama setelah memberikan tease mengenai seseorang bernama Jean-Baptiste Augustin dalam ‘catatan misi’ in-universe, Blizzard memperkenalkannya secara lebih resmi via website dan video.

Baptiste, Overwatch 2

Baptiste disiapkan untuk memperkuat formasi hero support, menyusul Ana, Moira dan Brigitte. Ia merupakan satu dari 30 juta anak yatim piatu asal Tortuga korban perang Omnic. Demi bertahan hidup, Baptiste bergabung bersama Caribbean Coalition dan di sana ia mengasah kemampuannya sebagai tenaga medis. Ketika pemberontakan robot bisa diredam, sang prajurit mendaftarkan diri ke Talon tanpa menyadari bahwa organisasi tentara bayaran ini mau melakukan apa saja demi meraup profit. Karena tidak sesuai dengan hati nuraninya, Baptiste mengundurkan diri.

Sebagai hero support, Baptiste dibekali kemampuan jarak pendek dan menengah, serta mobilitas yang cukup tinggi. Dalam menghadapi lawan, karakter ini mengandalkan senapan Biotic Launcher dengan mode tembakan burst dan fitur sekunder mengeluarkan proyektil penyembuh. Baptiste juga punya tiga kapabilitas aktif lain: Regenerative Burst, Exo Boots dan Immortality Field.

Regenerative Burst berguna untuk mengobati diri dan anggota tim lain di jarak dekat. Exo Boots sendiri adalah kemampuan melompat tinggi berbekal sepatu bot yang Baptiste kenakan. Untuk menggunakannya, ia perlu menunduk dan meng-charge. Semakin lama durasinya, kian tinggi pula Baptiste bisa melompat. Exo Boots berguna untuk mencapai lokasi-lokasi tinggi atau membantu pemain menentukan posisi kawan sebelum menembakkan proyektil penyembuh.

Immortaility Field sendiri adalah skill paling unik miliknya. Baptise mampu mengeluarkan unit generator yang dapat mencegah kawan-kawannya tewas. Health mereka tetap bisa berkurang akibat serangan, tapi ada batasan tertentu yang tak dapat dilewati, mengharuskan lawan menghancurkan alat tersebut terlebih dulu. Immortality Field bisa sangat membantu untuk menanggulangi serangan berbahaya, misalnya Rip-Tire dari Junkrat.

Skill ultimate Baptiste sendiri malah tidak terlalu istimewa, tapi tetap krusial. Dinamai Amplification Matrix, ketika diaktifkan, Baptiste akan mengeluarkan medan/matrix yang mampu menggandakan tingkat damage atau keefektifan kapabilitas healing rekan-rekannya.

Baptiste, Overwatch 1

Baptiste sudah bisa Anda jajal di Public Test Region dan akan hadir di server  biasa dalam waktu dekat. Itu berarti untuk sekarang, Baptise hanya dapat dimainkan oleh gamer PC.

20 Game Klasik dan Satu Bonus Unik yang Dihidangkan Untuk Pelanggan Nintendo Switch Online

Nintendo Switch Online merupakan jawaban sang produsen terhadap permintaan pengguna akan platform online yang andal buat menyempurnakan pengalaman bermain di console hybrid Nintendo. Penggarapannya sudah terdengar sejak pertengahan tahun lalu, dan di bulan Mei kemarin, perusahaan akhirnya menyingkap apa saja yang mereka tawarkan melalui Nintendo Switch Online.

Disajikan sebagai layanan berlangganan, Nintendo Switch Online memungkinkan kita menikmati mode multiplayer online, menyimpan progres permainan di cloud, berkomunikasi via aplikasi smartphone, serta mengakses game-game NES klasik. Dan lewat presentasi Direct di tanggal 13 September kemarin, Nintendo menyingkap informasi lebih jauh terkait NSO, termasuk kapan ia akan meluncur dan permainan lawas apa saja yang dibundel bersamanya.

Nintendo sebelumnya telah mengumumkan 10 game console NES yang bisa dinikmati via Nintendo Switch Online. Dan melalui Direct, mereka menyingkap 10 judul klasik lagi, plus menginformasi permainan-permainan yang akan menyusul.

NSO 4

10 game yang dahulu telah diungkap meliputi:

  • Baloon Fight
  • Donkey Kong
  • Dr. Mario
  • Ice Climber
  • The Legend of Zelda
  • Mario Bros.
  • Soccer
  • Super Mario Bros.
  • Super Mario Bros. 3
  • Tennis

 

Selanjutnya, Nintendo menambahkan 10 judul ini:

  • Ghosts ’n Goblins
  • Excitebike
  • Tecmo Bowl
  • Yoshi
  • Double Dragon
  • Gradius
  • Ice Hockey
  • River City Ransom
  • Pro Wrestling
  • Baseball

 

Sang publisher juga telah mengonfirmasi rencana buat menghadirkan lebih banyak permainan Nintendo Entertainment System, di antaranya:

Oktober 2018

  • Solomon’s Key
  • NES Open Tournament Golf
  • Super Dodge Ball

 

November 2018

  • Metroid
  • Mighty Bomb Jack
  • TwinBee

 

Desember 2018

  • Wario’s Woods
  • Ninja Gaiden
  • Adventures of Lolo

Sebagai strategi promosi, konsumen yang memutuskan untuk jadi pelanggan Nintendo Switch Online akan mendapatkan kesempatan untuk membeli controller berdesain gamepad Nintendo Entertainment System untuk Switch. Gamepad bergaya 80-an itu didesain untuk menemani Anda menikmati game-game jadul, terhubung ke Switch secara wireless, dan bisa dicantumkan ke bagian samping tablet layaknya Joy-Con.

Tapi perlu diketahui bahwa controller tidak bisa digunakan buat bermain game yang lebih baru, misalnya Breath of the Wild atau Xenoblade Chronicles 2.

NSO 1

Nintendo Switch Online dijajakan secara berlangganan dengan biaya mulai dari US$ 4 per bulan hingga US$ 35 per tahun untuk keluarga – dapat diakses hingga delapan user. Layanan ini akan tersedia pada tanggal 18 September 2018 nanti, dan di hari yang sama, konsumen dipersilakan memesan controller NES buat Switch seharga US$ 60.

NSO 2

Sumber: Nintendo.

EA Singkap Detail Mengenai Mode Battle Royale Battlefield V

Selama belasan tahun, formula penyajian permainan shooter blockbuster tidak banyak berubah: hidangkan mode single-player untuk memberikan konteks pada narasi jika memungkinkan, lalu gunakan multiplayer dan tambahkan konten-konten pasca rilis untuk memperpanjang usia game. Namun meledaknya kepopuleran battle royale memaksa para developer untuk mengubah kebiasaan mereka.

Saat ini ada dua publisher raksasa yang punya rencana untuk membubuhkan formula last man standing berskala besar itu di game terbaru mereka. Di Call of Duty: Black Ops 4, Activision serta tim Treyarch memberinya nama Blackout dan memadunya bersama mode zombie. Dan melalui trailer baru, EA akhirnya menyingkap detail lebih jauh terkait mode battle royale Battlefield V, yang mereka sebut Firestorm.

Firestorm adalah interpretasi EA DICE terhadap formula battle royale. Di sana, game akan mengadu 16 tim berisi empat pemain, menantang untuk menjadi orang yang paling lama bertahan hidup. Developer menjanjikan peta pertempuran berskala raksasa, dan Anda dipersilakan memanfaatkan segala jenis perlengkapan serta kendaraan perang yang tersedia. Dengan membagi pemain berdasarkan tim, developer mencoba mengedepankan kekompakan antar pemain.

Dan meneruskan tradisi gameplay Battlefield, seluruh bangunan dapat diluluh-lantakkan. Fitur ini membuat pengalaman bermain selalu terasa berbeda meski dilakukan di peta permainan yang sama. Dan menariknya, Anda tidak hanya bisa menghancurkan. Battlefield V mempersilakan kita membangun beragam pertahanan serta menciptakan rute baru via fitur ‘Fortification’.

Nama Firestorm sendiri sepertinya diambil dari lingkaran api yang mengelilingi arena battle royale – ukurannya akan semakin mengecil seiring berkurangnya pemain. Metode yang sama bisa kita temukan di PUBG dan Fortnite.

Multiplayer akan menjadi hidangan utama di Battlefield V, dan salah satu andalan DICE di sana ialah Grand Operation. Mode ini merupakan ekspansi lebih jauh dari Operation di Battlefield 1, mengadu dua tim dalam konflik berskala besar, di mana hasil dari satu pertempuran akan memengaruhi kondisi pemain di babak selanjutnya.

Sebagai rencana jangka panjang, developer sudah menyiapkan Tides of War, yaitu event in-game berisi sejumlah mode permainan berbeda yang dilangsungkan selama beberapa bulan. Di episode pertamanya, Tides of War akan difokuskan pada momen jatuhnya Eropa. DICE berjanji untuk terus memberikannya konten baru, baik lewat update kecil tiap hari atau upgrade besar seminggu sekali.

Battlefield V akan dirilis pada tanggal 20 November 2018 di Windows, Xbox One dan PlayStation 4. Sebelum game meluncur, sesi open beta akan dibuka buat publik pada tanggal 6 September besok dan berlangsung sampai 11 September.

Via Polygon.

Versi PC Fallout 76 Tidak Dirilis di Steam, Ada Apa?

Setelah mempersilakan para gamer bermain bersama di benua fantasi Tamriel dalam The Elder Scrolls Online, Bethesda Game Studios akhirnya turut mengimplementasikan aspek multiplayer pada franchise Fallout melalui Fallout 76. Game ini bukanlah penerus langsung dari Fallout 4, tapi dirancang sebagai prekuel sekaligus spin-off yang mengedepankan elemen survival.

Bethesda tidak mau Anda menunggu terlalu lama buat menikmatinya. Game rencananya akan dirilis di bulan November nanti, kurang dari enam bulan setelah sang publisher menyingkapnya. Dan sebelum Fallout 76 dilepas, Bethesda punya agenda untuk mengadakan uji coba beta, dapat diakses oleh mereka yang melakukan pre-order. Dan dari sana, terkuaklah satu detail menarik terkait permainan.

Layaknya mayoritas game Bethesda lain, Fallout 76 disiapkan untuk PC, PlayStation 4 dan Xbox One. Namun tak seperti biasanya, versi Windows permainan ini tidak didistribusikan lewat Steam. Berdasarkan info di page FAQ, Fallout 76 cuma bisa diakses lewat Bethesda.net. Lalu di laman penjualan, Bethesda hanya mencantumkan logo ‘PC Game’ standar tanpa kehadiran logo Steam.

76 1

Via PC Gamer, perwakilan Bethesda mengonfirmasi mereka belum punya rencana buat memanfaatkan platform digital punya Valve tersebut dalam mendistribusikan Fallout 76. Dengan begini, metode pre-order-nya sedikit berbeda. Pertama Anda perlu menciptkan akun Bethesda.net; selanjutnya memilih edisi, versi game, negara (belum ada opsi Indonesia), dan toko retailer; baru kemudian menebus kode yang Anda terima via email di situs tersebut.

76 3

Absennya dukungan Steam bukan hanya di versi beta, tapi juga pada edisi retail-nya nanti. Langkah ini mungkin munculkan pertanyaan: apakah itu artinya Bethesda Softworks pelan-pelan akan meninggalkan Steam demi menyebarluaskan pemakaian software launcher mereka? Jika memang benar, melepas kesempatan terhubung ke ratusan juta user Steam adalah aksi yang sangat berani, namun kita perlu melihat kiprah Bethesda sebelumnya.

76 2

Masih ingat Fallout Shelter? Versi PC permainan ini pertama kali meluncur pada bulan Juli 2016. Lalu kira-kira delapan bulan sesudahnya, Fallout Shelter mulai didistribusikan di Steam. Dari pengamatan saya, metode ini cukup efektif buat mendongrak pemakaian launcher Bethesda tanpa mengorbankan peluang untuk memperoleh pemasukan jangka panjang; sekaligus merupakan cara menguji animo khalayak terhadap Fallout 76 jika tidak mendapatkan dukungan Steam.

Fallout 76 akan dirilis pada tanggal 14 November 2018, kira-kira sebulan setelah sesi tes beta rampung di bulan Oktober. Menariknya lagi, versi beta tersebut merupakan gamefull version‘, sehingga progres Anda bisa diteruskan begitu permainan meluncur resmi.

Via PC Gamer.